BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Profitabilitas
Profit atau laba adalah nilai dari bisnis yang merupakan motivasi seseorang mendirikan suatu bisnis (Madura, 2007:5). Dengan kata lain laba merupakan salah satu tujuan sebuah perusahaan. Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991:731)
“Profitability ratios measure managements objectiveness as indicated by return
on sales, assets and owners equity.”
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba merupakan bagian dari kinerja perusahaan. Menurut Brigham (1993:79) “Profitability is the net result of a large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some
interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show
the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on
2.1.1.1 Rasio Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Ada beberapa pengukuran kinerja terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Dalam prakteknya, menurut Kasmir (2008 : 199) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah
1) Profit margin (profit margin on sales)
Profit margin on sales atau ratio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini dikenal juga dengan nama profit margin.
2) Hasil Pengembalian Assets (Return on Assets)
3) Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur lalu bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
4) Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan
2.1.2 Ukuran Perusahaan
Total aktiva dipilih sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibanding nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002).
2.1.3 Struktur Kepemilikan
Pada perusahaan besar pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Pemisahan kepemilikan pihak manajemen ini, akan menciptakan situasi yang memungkinkan manajer bertindak untuk kepentingan sendiri daripada untuk kepentingan para pemegang sahamnya. Dengan demikian, konflik kepentingan antar pemilik dapat terjadi. Hal ini disebut “masalah keagenan”, yaitu devergensi
kepentingan yang timbul antara pemilik dan agennya, Widyastuti (2004)
Menurut Jensen dan Mecking (1976) dalam istilah struktur kepemilikan digunakan untuk ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi juga ditentukan oleh prosentase kepemilikan saham oleh manajemen dan institusi. Salah satu bentuk mekanisme corporate governance yang apat digunakan untuk menyamakan kepentingan principal dan agent adalah konsentrasi kepemilikan
2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial
hati-hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas tindakanya. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajer akan memotivasi mereka untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan berusaha untuk menurunkan biaya keagenan. Dengan kata lain manajer yang diangkat oleh pemegang saham diharapkan akan bertindak yang terbaik bagi pemegang saham dengan memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran pemegang saham dapat tercapai (Listyani, 2003).
2.1.3.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional mencerminkan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun lembaga lain seperti perusahaan-perusahaan. Shleifer dan Vishny (1986), dan Coffe (1991) dalam Listyani (2003) menyatakan bahwa kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer khususnya dalam meningkatkan take over dan memaksa manajer untuk lebih berhati-hati mengambil keputusan yang opportunistik. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen.
5. investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga.
Cruthley et al. (1999) menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu menstubtitusi biaya keagenan lain (hutang, deviden dan kepemilikan manajerial) sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat. Kepemilikan oleh institusi lain akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Namun, apabila struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisarisnya maka dewan tersebut justru akan cendrung melakukan tindakan-tindakan eksplorasi yang menguntungkan secara pribadi. Oleh karena itu kepemilikan perusahaan oleh dewan direksi semakin meningkat maka keputusan yang diambil oleh direksi akan lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhan akan merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung mengalami penurunan.
2.1.4 Intellectual Capital
2.1.4.1 Defenisi Intellectual Capital
Sa
capital ter
Gambar Mushraf,
alah satu def n oleh Or
yang menje aset tak berw Ulum, 2009
tions (1997 l yang diket kan keuntun 1) mendefe pelatihan bis
f yang berm ustri yang s aan secara k omponen In
ewart (1997 rdiri dari pe
2.1 Komp 2011)
fenisi intell rganisation
elaskan inte
wujud: (1) o
9). Stewart 7:) menyata tahui dan di
gan bersain enisikan int
snis, atau b manfaat bagi
onen intell
lectual capi
for Econo
ellectual ca
organisation
dalam Inte
akan bahw
apital sebag
nal (structu
ellectual C
wa intellectu eh semua or
sama denga
apital seba formasi yan an guna bers
k pertumbu
Mushraf (20 intellectual
pital menur
ring diguna
peration an
gai nilai ek
ural) capital
apital The
ual capital ang dalam p an Stewart, agai nilai d g menyedia
akan adalah
nd Develop
konomi dar
l; dan (2) h New Weal
l adalah ju perusahaan Yazdanifar dari pengeta
akan keung an kompetito un dalam ki
takan intelle
an pengalam
Brooking (Sawarjuwono dan Kadir, 2003) mengelompokkan intellectual capital sebagai berikut:
1. Market asset atau Costumer assets; brand, konsumen, loyalitas konsumen, jaringan distribusi, pemasok dan lain-lain.
2. Human-centered assets: keterampilan dan keahlian, kemampuan
menyelesaikan masalah, gaya kepemimpinan dan segala ssuatu yang berkaitan dengan karyawan.
3. Intellectual property assets: kecakapan teknik, merek dagang, paten dan hal-hal yang tidak berwujud lainnya yang berhubungan dengan hak cipta.
4. Infrastructure assets: seluruh hal yang berkaitan dengan teknologi, proses dan metodologi yang memungkinkan sebuah perusahaan berfungsi.
Dalam Skandia Visualizing Intellectual Capital in Skandia, Supplement to Skandia’s 1994 (Ahmad dan Mushraf, 2011) intellectual capital merupakan sekumpulan aset yang bersifat intangible yang terdiri atas:
1. Human capital (HC): kemampuan karyawan dalam pengetahuan dan kapabilitas
2. Structural capital (SC): segala sesuatu diluar karyawan, seperti databases,
piranti lunak, struktur organisasi, dll.
3. Customer capital (CC): hubungan yang dibangun dengan pelanggan dan merupakan bagian yang signifikan dari structural capital.
2.1.4.3 Pe an monetar
03). Harton an non-mo an tersebut
ngukuran s nsur yang m
cara monete
secara non m membangun
er hal itu ak
a Model (A
al Capital
masih terus gulan komp bangkan ole g dikemban
pengukura
al) Hartono menguraika
am mengu agai berikut
moneter ak modal inte kan sulit dila
Ahmad dan
s berkemba petitif. Ada
eh para pen ngkan terse an non mon
o (2001) d an beberapa
ukur intan
t: neliti saat i ebut dapat
netary (non ini, jika dit
dikelompo
n financial) awarjuwono an menggun
ets perusa
2. Pengaruh internal development dalam pembentukan modal intelektual tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.
3. Pengkapitalisasian biaya menjadi asset akan mengakibatkan adanya manipulasi terhadap laba.
Commissioner Wallman (dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003) menyebutkan bahwa ada tiga metode yang dapat digunakan dalam mengukur dan melaporkan modal intelektual perusahaan. Ketiga metode ini dibagi kedalam dua kelompok pengukuran yaitu metode pengukuran secara langsung (direct intellectual capital method) dan tidak langsung (indirect method). Berikut ini adalah penjelasan dari kedua metode pengukuran tersebut
1. Indirect Methods
Metode ini menggunakan laporan keuangan seperti yang selama ini dikenal. Metode-metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Metode yang menggunakan konsep Return On Asset (ROA)
Metode ini menghitung kelebihan return dari tangible assets milik perusahaan dan menganggapnya sebagai intangible assets untuk dihitung sebagai
intellectual capital. Metode ini mudah untuk disajikan karena seluruh informasi telah tersedia dengan mudah pada laporan tahunan, dan dapat segera dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis. Kelemahannya adalah metode ini hanya mengukur intellectual capital perusahaan masa lalu karena masih mendasarkan pada historical cost, dan belum dapat diterapkan pada perusahaan baru.
Metode ini melaporkan kelebihan kapitalisasi pasar perusahaan (yang dicerminkan dengan nilai pasar saham) atas stockholders equity (setelah disesuaikan dengan inflasi dan replacement cost) sebagai nilai intellectualcapital. Salah satu metode yang terkenal adalah Tobin’s “Q”. Kelemahan dari metode ini adalah ketergantungan sepenuhnya pada pasar, dengan asumsi pasar efisien dan tidak disyaratkannya laporan keuangan yang telah disesuaikan terhadap inflasi. 2. Direct Intellectual Capital (DIC) Methods.
Metode ini langsung menuju ke komponen intellectual capital. Variabel-variabel intellectual capital dikelompokkan dalam kategori, kemudian dibagi ke dalam komponen-komponen. Masing-masing komponen diidentifikasikan dan diukur terpisah sebelum dikompilasi menjadi satu kelompok intellectual capital
Dalam penelitian ini intellectual capital diukur dengan Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997. Model ini didesain untuk menyajikan tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible) dan asset tidak berwujud (intangible) yang dimiliki perusahaan (Ulum 2009:86)
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
pembentukan nilai sehingga potensi intelektual tidak dihitung sebagai sebuah biaya (Novitasari dan Januarti, 2009)
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC), Structural Capital (SC) Capital Employment (CE) dan Capital Employment (CE). Hubungan VA dengan Human Capital yang dalam hal ini dilabeli dengan VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Pulic dalam Ulum (2009:88) berpendapat bahwa total salary
dan wage cost adalah indikator dari HC perusahaan. Hubungan VA dengan
Structural Capital (SC) dikenal dengan structural capital coefficient (STVA), dimana SC bukanlah ukuran independen sebagaimana HC, SC dependen terhadap
value creation. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC. Kemudian hubungan VA dengan Capital Employment disebut dengan VACA. VACA menunjukkan berapa banyak VA yang dapat diciptakan oleh satu unit physical capital.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang intellectual capital, strutur kepemilikan, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut adalah :
1. Zanjirdar dan Kabiribalajadeh (2011) melakukan penelitian berjudul
Examining Relationship Between Ownership Structure and
Performance of Intellectual Capital in the Stock Market of Iran.
capital pada 80 perusahaan yang terdaftar pada pasar modal di Tehran pada periode 2003 sampai 2009. Hasil penelitian ini adalah keberadaan investor institusional dan investor manajerial menurunkan kinerja
intellectual capital, sedangkan investor korporat meningkatkan kinerja
intellectual capital.
2. Penelitian Saleh et al (2008) berjudul Ownership Structure and Intellectual Capital Performance in Malaysia, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen struktur kepemilikan baik kepemilikan manajerial, asing, pemerintah maupun kepemilikan keluarga yang paling berpengaruh terhadap kinerja intellectual capital.
Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang terdaftar di
Malaysian Exchange of Securities Dealing and Automated Quotation
Market (MESDAQ) selama periode 2005-2007. Hasil penelitian ini adalah bahwa kepemilikan keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja intellectual capital, sementara kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial memiliki dampak yang positif terhadap
intellectual capital
3. El-Bannany (2008) dengan judul A Study of Determinants Intellectual Capital Performance in Bank: The UK Case. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan
intellectual capital pada bank yang terdapat di Inggris selama periode 1999-2005. Penelitian ini menggunakan tingkat investasi pada teknologi informasi, bank’s relative efficiency, barriers to entry,
penelitian ini menunjukkan bahwa investasi pada teknologi informasi,
bank’s relative efficiency, barriers to entry, profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap
intellectual capital.
4. Novitasari dan Januarti (2009) dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Intellectual Capital. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kinerja intellectual capital pada perusahaan perbankan yang terdapat di BEI selama periode 2005-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada kinerja intellectual capital, sedangkan kepemilikn manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja intellectual capital.
Penelitian ini juga menggunakan ukuran perusahaan, leverage, serta ROA sebagai variabel kontrol.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Mengenai Intellectual Capital Tahun,
Peneliti
Judul Variabel Independen
Variabel Dependen
Hasil Penelitian
2011, Zanjirdar dan
Kabiribalajadeh
Examining Relationship Between Ownership Structure and Performance of Intellectual Capital in the Stock Market of Iran
Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional
intellectual capital (VAICTM )
Investor institusional dan investor
manajerial
menurunkan kinerja intellectual capital, sedangkan investor korporat
Tahun, Penelitian
Judul Variabel Independen
Variabel Dependen
Hasil Penelitian
2008, Saleh et al
Ownership Structure and Intellectual Capital Performance in Malaysia
family ownership, management ownership, govenrment ownership, foreign ownership, profitability, MVEBVE (market value equity over book value equity), leverage.
intellectual capita (VAICTM )
Kepemilikan keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja intellectual capital, sementara kepemilikan asing dan kepemilikan
manajerial memiliki dampak yang positif terhadap intellectual capital
2008, El-Bannany
A Study of Determinants Intellectual Capital Performance in Bank: The UK Case
tingkat investasi, bank’s relative efficiency, barriers to entry, profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan
intellectual capital (VAICTM )
Investasi pada teknologi informasi, bank’s relative efficiency, barriers to entry, profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap intellectual capital 2009,
Novitasari dan Januarti
Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Intellectual Capital.
Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, size, leverage, ROA
intellectual capital (VAICTM
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap intellectual capital, kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap intellectual capital, ROA berpengaruh positif signifikan terhadap intellectual capital, serta size dan leverage berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap intellctual capital
2.3 Kerangka Konseptual
independennya adalah profitabilitas, ukuran perusahaan dan kepemilikan institusional.
Suatu perusahaan dianggap mempunyai kinerja yang baik ketika menghasilkan banyak laba, begitu pula sebaliknya, dianggap berkinerja buruk bila tidak menghasilkan laba atau bahkan mengalami kerugian. Hal ini akan memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya yang berati akan meningkatkan kinerja intellectual capital perusahaan. Sehingga tingkat keuntungan adalah salah satu aspek yang menpengaruhi kinerja intellectual capital. El-Bannany (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami profit merupakan indikasi perusahaan memiliki kinerja yang baik. Hal ini menyebabkan tugas-tugas manajer secara teknis dapat berkurang dan manajer memiliki kesempatan untuk memotivasi karyawannya untuk bekerja lebih baik lagi.
Variabel size (ukuran perusahaan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002 dalam Nuraini, 2012). Asumsi bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang. Perusahaan besar lebih sering diawasi oleh kelompok
stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen mengelola modal intelektual yang dimiliki
Kepemilikan institusional juga diindikasikan dapat meningkatkan kinerja
efisiensi a i bawah ini:
embangan H
erdasarkan ini adala nal mempu kinerja intel
rofitabilitas
A
Size
pemilikan
stitusional
lolaan intel
ngan positif t dapat dig
Gambar
f terhadapk gambarkan
pital. Deng kinerja intel
sebuah ke
gka Konsep
ka hipotesi kuran peru f baik secar
gan kata la
lectual capi
erangka pik
ptual
s yang ak sahaan ser ra parsial m
ain, kepemi
ital perusah kir seperti
kan diuji d rta kepemi