MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor Dosen Pengampu: drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc
Disusun Oleh:
Miftakhul Jannah 6411414001
Noviyani Dwi Raharjanti 6411414005
Noviyanti Rahayu 6411414008
Nur Riezqiyah Afifah 6411414009
Umar Dewiningsih 6411414012
ROMBEL 1 KESEHATAN LINGKUNGAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Makalah Pengendalian Vektor” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Pengendalian Vektor di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Makalah ini membahas tentang Pengendalian vektor khususnya nyamuk dan lalat. Dalam proses pembuatan makalah ini tentu penulis mendapatkan bantuan dan arahan untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengendalian vektor, ibu drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc dan kepada segenap pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Semoga amal baik dari pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat.
Semarang, September 2016
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan...2
BAB II PEMBAHASAN...3
2.1 Alat dan Bahan Perangkap Lalat ...3
2.2 Alat dan Bahan Perangkap Nyamuk...7
2.3 Cara Mengembangkan Lalat...15
2.4 Cara Mengembangkan Nyamuk...19
2.5 Pengawetan Serangga (Lalat dan Nyamuk) di Laboratorium...21
BAB III PENUTUP...25
3.1 Simpulan...25
3.2 Saran...26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Vektor merupakan serangga atau anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit
Vektor penyakit adalah serangga atau antrhropoda penyebar penyakit yang dapat memindahkan atau menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada host yang rentan. Pengendalian vector merupakan suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit dapat dicegah dan dikendalikan.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Lalat juga merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.2.1 Alat dan bahan perangkap apa saja yang digunakan untuk menangkap lalat? 1.2.2 Alat dan bahan perangkap apa saja yang digunakan untuk menagkap nyamuk? 1.2.3 Bagaimana cara untuk mengembangkan lalat?
1.2.4 Bagaimana cara untuk mengembangkan nyamuk?
1.2.5 Bagaimana cara pengawetan lalat dan nyamuk di laboratorium? 1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui alat dan bahan perangkap lalat 1.3.2 Mengetahui alat dan bahan perangkap nyamuk 1.3.3 Mengetahui cara mengembangkan lalat
1.3.4 Mengetahui cara mengembangkan nyamuk
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Alat dan Bahan Perangkap Lalat
2.1.1 Perangkap Lalat (Fly Trap)
Fly trap merupakan alat yang dapat menangkap lalat dalam jumlah yang besar atau padat. Alat perangkap ini terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu atau plastik dengan celah kecil dan sangkar di atas penutup. Celah selebar 0,5 cm antara sangkar dan penutup tersebut, hal tersebut untuk memberi kelonggaran kepada lalat supaya bisa bergerak menuju penutup. Tempat yang menarik bagi lalat untuk berkembangbiak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap. Saat lalat makan dan mencoba terbang, maka akan tertangkap dalam perangkap yang diletakkan di mulut kontainer yang terbuka itu. Kontainer harus terisi separo umpan. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak sehingga tangki harus segera dikosongkan. Perangkap harus ditempatkan diudara terbuka di bawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan pepohonan. Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah.
Di pasaran banyak tersedia alat ini, biasanya di gantung di atap, menarik lalat karena kandungan gulanya. Lalat yang hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap.
2.1.3 Perangkap dan pembunuh elektronik (Light Trap with Electrocutor)
2.1.4 Fly grill
Fly grill atau yang sering disebut blok grill oleh sebagian orang ini, adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill dapat dibuat dari bilah-bilah kayu yang lebarnya 1,9 cm dan tebalnya 1,5 cm dengan panjang masing-masing 82 cm sebanyak 21 dan dicat warna putih. Bilah-bilah yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 2,2 cm pada kerangka kayu yang telah disiapkan dan pemasangan bilah kayu pada kerangkanya sebaiknya memakai sekrup sehingga dapat dibongkar pasang.
Steiner Trap (ST) sering digunakan untuk melakukan uji lapangan karena lebih mudah untuk dimodifikasi dan hasilnya optimal. Perangkap ST berbentuk silinder dengan arah peletakkan horisontal, dilengkapi lubang di setiap ujungnya. Perangkap ini biasanya menggunakan umpan TML, ME dan CUE (Cue Lure). Di bagian atas perangkap dipasang kawat yang berguna untuk menggantungkan perangkap pada cabang-cabang pohon. Bagian dalam perangkap diberi insektisida untuk mencegah lalat buah keluar dan menghindari masuknya predator (IAEA 2003).
2.1.6 Perangkap Botol (Jar Trap)
2.2 Alat dan Bahan Perangkap Nyamuk 2.2.1 Aspirator
Merupakan peralatan utama untuk menangkap nyamuk yang sedang hinggap atau sedang mengisap darah. Cara menggunakannya adalah dengan menempatkan tabung gelas dari aspirator pada nyamuk yang hendak ditangkap, kemudian ujung yang lain dihisap dengan mulut. Oleh karena terbuat dari gelas mudah pecah, maka cara memegang dan membawanya harus hati-hati, jangan hanya dipegang batang karetnya kemudian dibawa, diayun-ayunkan ataupun hanya dikalungkan dileher begitu saja tanpa dimasukkan kedalam baju atau saku.
2.2.2 Spray sheet
Penyemprotan dimulai disekitar lubanglubang untuk mencegah nyamuk lolos. Kemudian ruangan ditutup selama 10 menit untuk membiarkan nyamuk mati dan jatuh dikain putih dan akhirnya nyamuk dikumpulkan.
2.2.3 Drop net
Merupakan peralatan untuk menangkap nyamuk yang sedang hinggap istirahat disemak-semak luar rumah. Alat tersebut berupa sebuah kelambu yang diikatkan pada rangka kayu/logam/plastik. Cara penggunaan adalah dengan menempatkan drop net tersebut mengurung semak-semak yang diperkirakan ada nyamuknya, lalu seorang penangkap nyamuk masuk ke semak-semak yang sudah terkurung dan mengusir nyamuk yang ada pada semak-semak, sehingga nyamuk-nyamuk keluar dan hinggap pada kelambu, kemudian nyamuk-nyamuk ditangkap dengan aspirator.
2.2.4 Pit shelter trap
disekitar lubang diberi gundukan tanah supaya air hujan tidak masuk dan juga dibuatkan dinding untuk mencegah binatang lain atau onak-onak masuk kedalam lubang.
2.2.5 Insect net
2.2.6 Double bet net trap
Terdiri dari satu buah kelambu kecil, ivolbed dan 1 buah kelambu besar. Digunakan untuk penangkapan nyamuk umpan orang di tempat yang banyak nyamuk dan banyak penderita penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Cara penggunaan satu orang sebagai umpan tidur di velbed di dalam kelambu kecil yang tertutup, terkurung oleh kelambu yang lebih besar dan terbuka dibagian tertentu, tiap beberapa menit kelambu besar ditutup dan nyamuk yang terkurung didalamnya ditangkap.
2.2.7 Animal bait net trap
2.2.8 Carbon dioxide bait net trap
Seperti pada animal bait net trap, hanya untuk daya tarik terhadap nyamuk digunakan biang es sebagai umpan, yang diletakkan diatas volved.
2.2.9 Window trap
2.2.10 Light trap
Perangkap nyamuk dengan menggunakan lampu. Digunakan untuk menjebak nyamuk yang tertarik pada lampu/ cahaya.
2.2.11 Ovitrap
2.2.12 Emergence trap
Perangkap nyamuk seperti window trap, hanya pemasangannya tidak pada jendela tetapi pada genangan-genangan air tertentu, untuk menangkap nyamuk-nyamuk yang baru menetas dari kepompong.
Gunanya untuk mengetahui jenis-jenis nyamuk, jumlah nyamuk yang menetas dari kepompong pada luas permukaan air tertentu dan untuk memperoleh nyamuk yang masih steril.
2.2.13 Bio assay test kit
2.2.14 Susceptibility test (uji kerentanan)
2.2.15 Sweeper Aspirator
Suatu alat yang digunakan untuk menghisap nyamuk yang sedang terbang, berupa tabung seperti kaleng susu, dilengkapi baling-baling untuk menghisap nyamuk. Cara penggunaan adalah dengan mengarahkan bagian muka dari sweeper kearah serangga/nyamuk yang sedang terbang, maka serangga/nyamuk akan terhisap dan masuk ke ruang tempat menampung serangga/nyamuk.
2.2.16 Magoon trap
Adalah suatu gudang kayu yang portable, mudah dipak dan disusun dibawa berpindah-pindah ke tempat-tempat yang dibutuhkan. Bagian atas dinding terbuat dari kawat kasa nyamuk, pada dinding diberi celah-celah untuk nyamuk masuk, semua bagian dalam diberi cat dengan warna putih agar bila ada nyamuk bisa cepat dan mudah terlihat, bagian atapnya terbuat dari bahan yang tahan air. Digunakan pada penggunaan animal bait net trap.
2.3 Cara Mengembangkan Lalat
Wadah
Media Budidaya
Media yang dibutuhkan disini harus berfungsi sebagai makanan bagi larva lalat dan lalat dewasa. Berikut ini ada 2 resep media buatan, kita bisa modifikasi & bereksperimen dengan media ini sesuai kebutuhan.
Media 1
2 bagian susu bubuk
4 bagian kentang tumbuk instan
Campurkan semua bahan kering, lalu aduk rata dengan air dengan perbandingan yang sama. Contohnya, untuk jenis lalat melanogaster, ½ cangkir media ditambah ½
makan campuran bahan 2 & 4 sendok makan campuran bahan 3. Aduk hingga rata. Banyaknya campuran bahan 3 tergantung dari kelembaban lingkungan & pertukaran udara dalam wadah. Biarkan beberapa saat hingga mengeras. Media ini bisa memproduksi lalat yang besar & sehat. Sayangnya, media ini tidak mudah dibuat & sedikit perlu waktu untuk menyiapkannya. Ragi untuk membuat roti juga perlu ditambahkan setelah media siap. Campurkan sekitar 1 sendok teh ragi dengan air hangat & gula, lalu tuangkan 1 atau 2 sendok campuran ini ke tiap2 wadah. Setelah proses ini selesai, sekitar 25 hingga 75 ekor lalat bisa dimasukkan.
Informasi Tambahan:
Simpan wadah berisi lalat dalam ruangan yang suhunya diatas 21°C dan dibawah 29°C. Lalat akan cepat berkembang jika diberi suhu yang lebih tinggi dan sebaliknya.
Jumlah produksi lalat bisa ditingkatkan dengan menambahkan tempat bertelur tambahan pada tiap wadah. Lalat buah bertelur pada bahan yang keras, misalnya potongan kardus.
Siapkan wadah seminggu sekali walaupun sedang tidak membutuhkan lalat. Lebih baik punya terlalu banyak lalat daripada kekurangan stok.
Selalu gunakan lalat yang sehat untuk tiap pembiakan baru.
Jika menemukan jamur, buang media. Karena jamur bisa menyebar dengan mudah jika tidak segera ditangani.
Buang media jika sudah dipakai selama 5-8 minggu untuk menghindari jamur & kutu.
Tulis tanggal tiap menyiapkan wadah baru jadi bisa dikertahui kapanharus menggantinya.
Cuci bersih wadah setelah direndam dalam air panas sebelum digunakan lagi
2.4 Cara Mengembangkan Nyamuk Ekologi dan Bionomi Nyamuk
Nyamuk betina meletakkan telurnya pada beberapa sarang dalam satu kali siklus gonotropik. Siklus gonotropik adalah siklus reproduksi dari menghisap darah, mencerna darah, pematangan telur dan perilaku bertelur. Biasanya nyamuk betina mencari darah pada siang hari jarang sekali pada malam hari.
Betina gravid kurang merespon atraktan bila reseptor sensori mereka gagal untuk mengenalinya.
2 hari untuk masa pupa. Dalam temperatur yang rendah proses ini menjadi lebih panjang (beberapa minggu) (Depkes RI, 2007).
Pengumpulan Larva Nyamuk
Pengumpulan larva nyamuk dilakukan dengan mengambil secara langsung pada tempat penampungan air. Kumpulan larva nyamuk yang didapat dipisahkan menggunakan pipet berdasarkan stadium instar (instar III dan IV), kemudian telur dimasukkan ke dalam wadah terpisah atau nampan plastik yang berisi air bersih 500 ml .
Pemeliharaan Nyamuk untuk Produksi Telur
Telur nyamuk ditetaskan dalam nampan berisi air bersih sampai terbentuk larva. Larva diberi makan hati ayam yang sudah direbus dan dihaluskan sampai larva membentuk pupa. Setelah larva berkembang menjadi pupa selanjutnya dimasukan ke dalam kurungan nyamuk dewasa dan diberi air gula dengan konsentrasi 10 % pada kapas sebagai makanan untuk nyamuk jantan. Nyamuk betina diberi pakan darah dari hewan marmot. Di dalam kurungan nyamuk disiapkan tempat peletakan telur yaitu gelas plastik yang diisi dengan bagian 3/4 air dan bagian tepinya diberi kertas saring secara melingkar.
Nyamuk akan bertelur 3-5 hari setelah diberi pakan darah. Telur diletakkan pada perangkap telur yang berupa kertas saring yang direkatkan pada dinding bagian atas wadah plastik yang berisi air setinggi 3/4 bagian wadah. Telur-telur tersebut kemudian dikering udarakan dan disimpan dalam plastik tertutup pada suhu ruang. Telur-telur selanjutnya akan ditetaskan.
2.5 Pengawetan Serangga (Namuk dan Lalat) di Laboratorium
Pembuatan sediaan adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan suatu menjadi media, specimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan. Berikut teknik pembuatan sediaan permanen:
Pada proses fiksasi digunakan bahan fiksatif seperti alkohol dan formalin. Fiksatif harus mampu menghubungkan protein-protein sehingga mampu mempertahankan kondisi sel. di dalam proses fiksasi, kadar protein dalam tubuh larva menurun sejajar dengan meningkatnya kadar formalin yang digunakan.
b. Dehidrasi
Pada proses dehidrasi digunakan alkohol dengan bermacam konsentrasi (dimulai dari alkohol dengan konsentrasi 30% atau 50%) yang memiliki kegunaan sebagai larutan yang mampu membersihkan fiksatif dan menghilangkan sisa-sisa lemak. c. Clearing
Teknik clearing bertujuan untuk menjadikan struktur tubuh larva terlihat jelas. Teknik clearing dipercepat oleh agitasi perlahan-lahan dari tubuh larva yang berada di dalam larutan pengencer. Oleh sebab itu tidak dianjurkan untuk merendam larva nyamuk dalam larutan clearing terlalu lama. Syarat cairan clearing yang baik adalah cairan clearing yang mempunyai index refraksi tinggi dan cepat menarik alkohol seperti xylol, toluol, dan bensen.
d. Mounting
Teknik mounting merupakan proses terakhir sebelum sediaan permanen. Menurut Ephidayat (2008), pengawetan (mounting/ preservation) melalui metode kering meliputi:
1. Untuk serangga yang akan diawetkan dengan cara pengawetan kering, terlebih dahulu harus dilakukan kegiatan perentangan serangga dengan menggunakan alat bantu.
3. Banyak artropoda-artropoda bertubuh lunak dapat dikeringkan oleh pengeringan titik kritis, pengeringan beku, atau pengeringan hampa. Teknik-teknik ini menghasilkan spesimen-spesimen yang tidak begitu rapuh, tidak menunjukkan distorsi, dan sedikit sekali kehilangan warna dan akibatnya tidak menunjukkan indikasi penyerapan kembali air atau pembusukan sehingga dapat disimpan dalam waktu lama.
4. Menurut Ephidayat (2008), pengawetan (mounting/ preservation) melalui metode basah meliputi: Serangga-serangga yang biasa diawetkan dengan cara basah adalah serangga-serangga sebagai berikut ; serangga-serangga bertubuh lunak, serangga-serangga yang sangat kecil, larva dan nimfa serangga, artropoda-artropoda selain daripada serangga.
Didalam perlakuan mounting ,sebelum preparat permanen ditutup meggunakan object glass maka preparat harus diberi zat perekat seperti entelan/ kanada balsam.
Entelan merupakan bahan mounting standar untuk histology,dan juga untuk taxonomy,zoology maupun botani. Entelan dibuat dengan cara mngumpulkan damar atau Abies balsamica (balsam fir) dan diencerkan dalam pelarut ( sebagian besar terdiri atas xylene), kanada balsam mempunyai sifat tidak dapat dicampur dengan air (Walter Dioni,2002).
Penyimpanan Sediaan Permanen
Di dalam kotak diberi lampu 25 watt yang selalu menyala. Apabila kotak akan diambil untuk menentukan namanya atau untuk penenlitian, maka lampu harus dipadamkan. Dasar kotak haruslah papan lunak atau bahan lunak agar mudah ditusuk dengan jarum. Bila ada jamur yang tumbuh, hendaknya dihapus dengan benzene dengan menggunakan kuas kecil. Untuk menghindari debu,tempat penyimpana hendaknya ditutup rapat atau disimpan di dalam ruang AC, atau almari.
Selain itu, sediaan permanen harus dijaga dari Musuh utama sediaan yaitu serangga dan kuman lain misalnya semut dan jamur. Untuk mengatasi hal ini dapat digunkan kapur barus yang diletakkan di dalam satu kotak terbuka yang diletakkan di dalam kotak penyimpanan sediaan permanen. Bilamana perlu dilakukan fumigasi dengan carbonsulfide atau methyl bromide (Bernardus Sandjaja, 2007).
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan
Lalat dan Nyamuk merupakan vektor penyakit yang dapat memindahkan atau menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada host yang rentan. Maka diperlukan pengendalian untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari lalat dan nyamuk. Terdapat beberapa alat perangkap lalat antara lain Perangkap Lalat (Fly Trap), Umpan kertas lengket berbentuk lembaran (Sticky Trap), Perangkap dan pembunuh elektronik (Light Trap with Electrocutor), fly grill, Steiner Trap (ST), perangkap botol (jar trap). Sedangkan alat perangkap nyamuk antara lain aspirator, spray sheet, drop net, pit shelter trap, insect net, double bet net trap, animal bait net trap, carbondioxide bait net trap, window trap, light trap, ovitrap, emergence trap, bio assay test kit, susceptibility test (uji kerentanan), sweeper aspirator, magoon trap.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Denise Alchin. 2009. “Kajian Beberapa Metode Perangkap Lalat Buah (Diptera; Tephritidae) pada Pertanaman Jeruk Manis (Citrus spp.) di Desa Sukanalu Kabupaten Karo”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan. Choyrot, Waladha Fastabiqul. 2009. Gambaran Mikroskopik Sediaan Permanen
Hadi, Upik K. dkk. 2006. Habitat Jentik Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) pada Air Terpolusi di Laboratorium. Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Hasyim, A. Et al. 2006. Efektivitas Model dan Ketinggian Perangkap dalam Menangkap Hama Lalat Buah Jantan, Bactrocera spp. J. Hort. Vol 16 No 4.
Lalat buah. Beterrnak Lalat Buah.
http://satwaunik.com/free_ebook/Berternak_lalat_buah.pdf. Diakses pada 2 September 2016
RI, Depkes., (2007)., Pengenalan tentang nyamuk., Erlangga, Jakarta