• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama dan Islam dalam Pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Agama dan Islam dalam Pembangunan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada abad modern ini timbul suatu kesadaran bahwa perubahan ekonomi sangat erat hubungannya dengan sejarah pertumbuhan agama. Umat manusia dewasa ini sedang dalam transformasi yang melibatkan kita semua kedalam dan keluar, masalah keperluan fisik maupun keperluan agama. Salah satu masalah yang penting dalam pembangunan ini adalah kesadaran kita untuk memilih sesuatu perbuatan yang berguna untuk pembangunan nasional dalam megisi kemerdekaan bangsa dan negara. Agar dalam pelaksanaan pembangunan itu, pelaksanaannya tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, maka kita harus meletakkan landasan pertama pada masalah moral

Agama disini bukan saja sebagai faktor pendorong yang mampu memberikan semangat bagi umatnya untuk bekerja guna membangun dunia, tetapi juga mampu mengadakan pembaharuan serta penyempurnaan untuk mempersatukan pendapat perorangan maupun kelompok dalam rangka mencapai tujuan hidup duniawi maupun surgawi secara berkesinambungan. Disamping itu agama juga sebagai penyucian perbuatan manusia untuk meningkatkan prestasi serta merupakan sumber inspirasi budaya baik fisik maupun non fisik yang bernafaskan keagamaan.

(2)

semua elemen kedalam dan keluar, yakni masalah kebutuhan fisik dan kebutuhan rohani.

Allah SWT berfirman :

[Dan Allah telah berjanji kepada orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentiasa.] (An-Nur 24:55).

Dari penggalan ayat tersebut sudah cukup menggambarkan bahwa islam adalah agama yang sangat mendukung dengan kemajuan umatnya. Ada pula hadist Rasulullah (SAW), " Orang Beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari Orang Beriman yang lemah, dan terdapat kebaikan dalam setiap orang, (tetapi) hargailah yang boleh memberi kamu manfaat (di akhirat) dan mintalah pertolongan dari Allah dan jangan berputus asa " (Muslim). Yang semakin meemperkuat bahwa masyarakat muslim sangat disarankan untuk memjadi manusia yang bisa mengembangkan diri sebagai manusia yang kuat. Manusia yang kuat disini bukan semata dilihat dari segi fisik semata, akan tetapi dari segi ekonomi, moral dan dalam manjalankan kewajiban agamanya pula.

(3)

saja dalam hal ini sangatlah merugikan bagi masyarakat islam pada umumnya, yang berefek pada timbulnya respon negative pada masyarakat muslim sedunia. Yang seharusnya pandangan buruk itu ddiserahkan pada sebagian kecil dari kelompok muslim ini.

Mengenai islam dan pembangunan, masyarakat muslim sering kali dipandang sebelah mata melihat dari perkembangan Negara-negara muslim saat ini. Dapat dikatakan mayoritas Negara muslim saat ini masih dalam taraf Negara berkembang, hanya beberapa yang dapat dikatagorikan sebagai Negara maju.

Melihat hal itu, tentusaja sebagai insane muslim kita harus dapat melihat dengan jeli, apa yang sebenarnya terjadi baik penyebab maupun akar dari masalah pembangunan yang mendera mayoritas masyarakat muslim. Dan salah satu penyebab terpenting dalam perkembangan sebuah masyarakat yaitu pembangunan, baik itu pembangunan fisik maupun mental masyarakat untuk memperbaiki nama baik serta kemajuan muslim dipandangan dunia pada umumnya. Seperti halnya teori max weber yang menyatakan bahwa individu akan lebih tinggi etos kerjanya ketika mereka belum mengimani agama secara kuat, begitu pula pada sebaliknya. Apakah melihat teori itu dapat diartikan masyarakat muslim selama ini hanya hidup dalam dataran keimanan rohani belaka, bahkan tanpa mau atau tidak ingin melihat realita kehidupan yang sebenarnya sudah sangat memojokan mereka dalam berantero kelaparan, penderitaan dan kebutaan pengetahuan.

(4)

masyarakat. Karena agama disini sangat berperan dalam mengajarkan norma-norma yang baik pada pemeluknya.

Dan agama dalam hal pembangunan ini bukan hanya sebagai factor pendorong yang mampu memberikan semangat bagi pemeluknya untuk bekerja guna membangun dunia, melainkan juga mampu mengadakan pembaharuan serta menyempurnakan dalam menyatukan pendapat individu maupun kelompok demi pembanguna yang lebih baik dalam pencapaian tujuan hidup duniawi ataupun ukhrowi secara seimbang.

Menurut jallaludin ramayulis agama yang ideal adalah agama yang mampu memberi peran dalam mewujudkan pembangunan dalam masyarakat itu sendiri. Terlebih agama juga mempunyai peran yang urgen dalam suatu Negara. Dalam islam maupun agama2 lain juga mengajarkan dan mendorong proses pembangunan. Contohnya, pembayaran buruh dengan gaji yang layak dan adil, penghormatan terhadap hukum dan keadilan, serta menanamkan nilai anti korupsi yang kuat, dll.

Peran pemerintah sangat menentukan dalam kebijakan publik supaya pembangunan dapat terarahkan secara baik. Yang tentu saja nilai-nilai agama tidaklah lepas dari proses tersebut. Agar dalam proses-proses tersebut tidak menyalahi norma-norma yang ada. Agama sendiri tidak hanya menjadi pendorong yang member penyemangat umatnya untuk meningkatkan etos kerja guna memajukan negaranya, tetapi juga untuk mengadakan pembaharuan untuk menyatukan masyarakat agar tidak tercerai berai.

1.2. Pembatasan Masalah

(5)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasrkan pembatasan malah diatas penyusun menentukan beberapa rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana peran agama dalam pembangunan?

2. Bagaimana peran agama dalam masyarakat?

3. Bagaimana fungsi agama dalam masyarakat?

4. Bagaimana hubungan Islam dengan pembangunan?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk mengetahui bagaiman peran dan fungsi agama dalam pembangunan dan bagaimana hubungan Islam dengan pembangunan.

2. Manfaat

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Peran Agama Dalam Pembangunan

Prof. Dr. Mukti Ali mengemukakan bahwa peranan agama dalam pembangunan adalah:

A. Sebagai etos pembangunan

Maksudnya adalah bahwa agama menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika diyakini atau dihayati mampu memberikan suatu tatanan nilai moral dalam sikap. Selanjutnya, nilai moral tersebut akan memberikan garis-garis pedoaman tingkah laku seseorang dalam bertindak, sesuai dengan ajaran agamanya. Segala bentuk perbuatan yang dilarang agama dijauhinya dan sebaliknya, selalu giat dalam menerapakn perintah agama, baik dalam kehidupan pribadi maupun demi kepentingan orang banyak. Dari tingkah laku dan sikap yang demikian tercermin suatu pola tingkah laku yang etis. Penerapan agama lebih menjurus keperbuatan yang bernilai akhlak mulia dan bukan untuk kepentingan lain.

B. Sebagai motivasi

(7)

dari Tuhan berupa pahala bagi kehidupan akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat.

Peranan-peranan positif ini telah telah mebuahkan hasil yang konkrit dalam pembangunan, baik berupa sarana maupun prasarana yang dibutuhkan. Melalui motiasi keagaMaan seseorang terdorong untuk berkorban baik dalam bentuk materi maupun tenaga atau pikiran. Pengorbanan seperti ini merupakan asset yang potensial dalam pembangunan.

2.2. Peran Agama dalam Masyarakat

Peran agama terhadap perkembangan masyarakat adalah sebagai berikut:

Pertama agama sebagai motivator (pendorong) agama memberikan dorongan batin atau motif, akhlak dan moral manusia yang mendasari dan melandasi cita-cita dan perbuatan manusia dalam seluruh asapek hidup dan kehidupan, termasuk dalam usaha dan pembangunan. Agama sebagai motivasi memberikan pengaruh dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agamadinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Sedangkan agama sebagai nilai etika karena dalam melakukan suatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran aganma yang dianutnya. Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etika mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji, menjaga amanah, dan sebagainya.

(8)

Ketiga, agama sebagai integrator (menyatu padukan), baik individual maupun social, dalam arti bahwa agama mengintregasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai perseorangan maupun anggota masyarakat, yaitu integrasi dan keserasian sebagai insan yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta integrasi dan keserasian antara manusia sebagai makhluk social dalam hubungannya dengan sesame dan lingkungannya.

Dengan kata lain, integrasi dan keserasian antara mengejar kebaikan dunia dan akhirat. Sebagai intergrator-individual, agama dapat menghindarkan manusia dari pribadi kepribadian yang goyang dan pecah, sehingga kembali pada kepribadiannnya yang utuh mampu menghadapi berbagai tantangan, gangguan serta cobaan hidup dan kehidupan, yang tidak jarang dapat memporak-porandakan kehidupan manusia. Sebagai integrator-sosial, mempunyai fungsi sebagai perekat atau fungsi kohesif (berhubungan) antara manusia terhadap sesamnaya, didorong oleh rasa kemanusiaan, cinta mencinta-mencintai, kasih saying terhadap sesamanya, altruisme (sifat mementingkan kepentingan orang lain) , tenggangrasa, tepa selira, dan lain-lain. Dalam fungsinya sebagai faktor social intregatif itu, agama mengajarkan rukun tentram damai dan bekerja sama dalam mencapai kesejah teraan lahir batin.

Dalam fungsinya yang integratif-sosial tersebut, serta dalam konteks pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, agama mempunya peranan sebagai faktor pemantapan stabilitas (keseimbangan) dan ketahanan nasional, persatuan, dan kesatuan bangsa Indonesia, pembangunan nasional akan lebih memantapkan stabilitas dan ketahanan nasional serta persatuan dan kesatuan bangsa.

(9)

pekerjaan yang baik merupakan bagian pelaksanaan ibadah insan terhadap Sang pencipta atau al-kholiqnya atau Tuhan Yang Maha Esa.

Kelima, agama sebagai sumber inspirasi (ilham) budaya bangsa Indonesia, melahirkan hasil budaya fisik berupa cara pakaian yang sopan dan indah, gaya arsitektur, dan lain-lain, serta hasil budaya nonfisik seperti seni budaya yang menafaskan agama kehidupan beragama yang jauh dari syirik dan musyrik.

Perbedaan interpretasi (tafsiran) dapat memunculkan empat tipe keagamaan seseorang, seperti yang digambarkan oleh J.P Williams, yaitu: pertama,tingkat rahasia, seseorang memegang ajaran agama yang dianut yang diyakininya untuk dirinya sendiri, tidak untuk dinyatakan kepada orang lain. Keduaa, tingkat privat atau pribadi, seseorang mendiskusikan keyakinan agamanya kepada sejumlah orang tertentu yang digolongkaan sebagai orang yang secara pribadi sangat dekat hubungannya dengan dirinya. Ketiga, tingkat denominasi (satuan atau nama), individu memiliki keyakinan keagamaan yang sama dengan yang dipunyai oleh individu-individu lainnya dalam suatu kelompok besar. Keempat, tingkat kemasyarakatan, individu memiliki keyakinan yang sama dengan keyakinan keagamaan yang ada pada warga masyaraakat tersebut.

(10)

2.3. Fungsi Agama Dalam Masyarakat

Fungsi agama yang dimaksud adalah peran agama dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris (berdasarkan pengalaman dan penghayatan), karena ada keterbatasan kemampuan dan ketidak pastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. (fungsi secara etimologi yaitujabatan, kedudukan, peranan, guna, kegunaan, manfaat).

Adapun fungsi agama ada enam hal, yaitu:

Pertama, agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, dan terhadap mana manusia memberikan tanggapan serta menghubungkan dirinya, menyediakan bagi pemelukya suatu dukungan, pelipur lara, dan rekonsiliasi (perdamaian). Manusia membutuhkan dukungan moral disaat menghadapi ketidakpastian, pelipur lara disaat berhadapan dengan kekecewaan dan membutuhkan rekonsiliasi dengan masyarakat bila diasingkan dari tujuan dan norma-normanya. Karena gagal mengejar aspirasi (tuntutan), karena dihadapkan dengan kekecewaan serta kebimbangan, maka agama menyediakan sara emosional penting yang membantu memberikan dukungannya, agama menopang nilai-nilai dan tujuan yang telah terbentuk, yang memperkuat moral dan membantu mengurangi kebencian.

(11)

manusia. Fungsi agama yang bersifat kependetaan ini menyumbang stabilitas, ketertiban, dan seringkali mendukung pemeliharaan status quo.

Ketiga,agama mensucikan norma-norma dan nilai masyrakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu dan disiplin kelompok diatas dorongan hati individu. Dengan demikian agama memperkuat legitimasi (pembenaran menurut hukum) pembagian fungsi, fasilitas dan ganjaran yang merupakan cirri khas suatu masyarakat. Lebih jauh lagi, tidak ada masyarakat dimana orang yang hidup pada pengharapan tanpa penyimpangan, masih tetap dijumpai metode-metode tertentu untuk menangani keterasingan dan kesalahan individu yang menyimpang. Agama juga melakukan fungsi ini dengan menyediakan caraa-cara, sering berupa cara situal, dimana kesalahandapat diampuni dan individu dilepaskan dari belunggu kesalahan dan disatukan kembali dalam kelompok social. Jadi agama mensucikan norma dan nilai, yang membantu pengendalian sosial; mengesahkan alokasi pola-pola masyarakat, sehingga membantu ketertiban dan stabilitas: dan menolong mendamaikan hati mereka yang tidak memperoleh kasih sayang.

(12)

Kelima, agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting. Kita telah menyinggung salah satu aspek fungsi ini dalam membicarakan fungsi hubungan trasendentals yang ada dalam agama. Melalui penerimaan nilai-nilai yang terkandung dalam agama dan kepercayaan-kepercayaan tentang hakikat dan takdir manusia, individu mengembangkan aspek penting pemahaman diri batasan diri. Melalui peran penting msnusia di dalam ritual agama dan doa, mereka juga melakukan unsur-unsur signifikan (mengandung arti penting) yang ada dalam identitasnya. Dengan cara ini agama mempengaruhi pengertian individu tentang siapa ia dan apa ia. Davis menulis: “agama memberikan individu rasa identitas pada masa lampau yang sudah jauh dan masa yang akan datang yang tidak terbatas. Agama memperluasa ego manusiadengan membuat spirit manusia cukup berarti baginya”. Dalam proses perubahan dan mobilitas (berpindah tempat) luas dan berlangsung cepat sumbangan agama terhadap identitas menjadi semakin tinggi. Will Herberg dalam studi sosiologi agama Amerika tahun 1950-an, misalnya mengatakan bahwa salah satu cara ialah dengan menjadi anggota salah satu dari “ketiga agama demokrasi” yaitu protestanisme, katolikisme, dan yahudi-isme.

(13)

protektif (melindungi) yang menghambat kedewasaan dan cenderung membuat manusia tergantung pada lembaga keagamaan?

Menurut Hendro Puspito, fungsi agama adalah edukatif (pengajaran), penyelamatan, pengawasan social, memupuk persaudaraan dan transformatif atau tidak tetap. Fungsi agama bagi para sosiolog berbeda satu sama lain: sebagai pemujaan masyarakat (Durkheim); sebagai idiologi (Marx) dan sebagai sumber perubahan social (Weber). Fungsi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Metta Spencer dan Alex Inkles; fungsi dukungan, fungsi kependekatan, fungsi control social, fungsi kenabian dan fungsi identitas.

Apa sebenarnya fungsi agama itu dalam masyarakat kalau kita kaji dari sudut pandang sosiologis. Menurut E.K. Nottingham bahwa secara empris, agama dapat berfungsi dalam masyarakat antara lain :

a. faktor yang mengintregasikan (menyatukan) masyarakat; b. faktor yang mengdisintregasikan masyarakat;

c. faktor yang bisa melestarikan nilai-nilai social;

d. faktor yang bisa memainkan peran yang bersifat kreatif, inovatif bahkan bersifat revolusioner.

Fungsi agama ditinjau dari kajian sosiologis, ada dua macam. Pertama disebut fungsi manifest, dan yang kedua fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari yang bisanya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku-pelaku ajaran agama. Sedangkan fungsi latent adalah fungsi yang tersembunyi, yang kurang disadari oleh pelaku-pelaku ajaran agama.

Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:

A. Berfungsi edukatif

(14)

dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

B. Berfungsi penyelamat

Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu: dinia dan akhirat.

C. Berfungsi sebagai pendamaian

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui : tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.

D. Berfungsi sebagai social control

Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok, ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan social secara individu maupun kelompok, karena:

1) Agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya.

2) Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (kenabian)

E. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akanmembina solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.

F. Berfungsi transformatif

(15)

yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaanya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

G. Berfungsi kreatif

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

H. Berfungsi sublimatif

Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah.

Peter L. Berger (1968:268) melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia; karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia. Hampir semua masyarakat manusia mempunyai agama. Malinowski (1954:17) menyatakan : “ Tidak ada bangsa, bagaimanapun primitifnya, yang tidak memiliki agama dan magic”. Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan oleh suatu masyarakat yang digunakan untuk menangani masalah penting yang tidak dapat dipecahkan oleh teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Untuk mengatasi keterbatasan iitu, orang berpaling kepada manipulasi kekuatan supernatural (Haviland, 1988:193).

2.4. Ketaatan Beragama

(16)

oleh berbagai factor termasuk stratifikasi social (kedudukan dalam masyarkat). Untuk jelasnya dapat diperincikan sebagai berikut:

A. Faktor Psikologis: kepribadian dan kondisi mental B. Faktor umur: anak-anak, remaja, dewasa, dan tua C. Faktor kelamin: laki-laki dan wanita

D. Faktor pendidikan: orang awam, pendidikan menengah, dan intelektual E. Faktor stratifikasi social: petani, buruh, karyawan, pedagang, dan

sebagainya.

2.5. Sikap Keagamaan

Psikologi memandang bahwa sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif sehingga menimbulkan motif. Motif menentukan tingkah laku nyata, sedangkan reaksi afektif bersifat tertutup. Jadi, motif menjadi faktor penjalin sekaligus menentukan hubungan antara sikap dan tingkah laku. Motiflah yang menjadi tenaga pendorong kearah sikap positif atau negatif yang hal itu kemudian tampak dalam tingkah laku nyata. Motif yang didasari pertimbangan-pertimbangan tertentu biasanya menjadi lebih stabil jika diperkuat dengan komponen afeksi. Dalam hubungan ini tergambar bagaimana jalinan pembentukan sikap keagamaan sehingga dapat menghasilkan bentuk pola tingkah laku keagamaan dengan jiwa keagamaan.

(17)

Sikap keagamaan merupakan suatau keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif persamaan terhadap agama sebagai komponen aktif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen konatif. Di dalam sikap keagamaan antara komponen kognitif, afektif dan konatif saling berintegrasi sesamanya secara komplek.

Menurut Siti Partini pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh dua factor yaitu:

A. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk di sini minat dan perhatian.

B. Faktor eksternal, berupa factor di luar diri individu yaitu pengaruh lingkungan dan diterima. Dengan demikian walupun sikap keagamaan bukanmerupakan bawaan akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh factor internal dan factor eksternal individu. Pembentukan sikap keagamaan ini sangat erat kaitannya dengan pembangunan. Sikap fanatis, sikap toleran, sikap pasimis, sikap aptimis, sikap tradisional, sikap modern,sikap fatalisme dan sikap free will dalam beragam banyak menimbulkan dampak negatif dan dampak positif dalam meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat.

2.6. Bagaimana Islam Berkaitan Dengan Pembangunan

(18)

bersabda, "Jelaslah, Orang Yang Beriman tidak pernah puas membuat kebaikan sehingga dia masuk Syurga " (At-Tirmidhi).

B. Islam memuliakan kekuatan dalam kedua-dua hal material dan spiritual. Rasulullah (SAW) dilaporkan bersabda, " Orang Beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari Orang Beriman yang lemah, dan terdapat kebaikan dalam setiap orang, (tetapi) hargailah yang boleh memberi kamu manfaat (di akhirat) dan mintalah pertolongan dari Allah dan jangan berputus asa " (Muslim).

C. Islam melarang mentaati kepada ajaran-ajaran lama jika ia korup. Allah SWT berfirman [Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" '] (Az-Zukhruf 43:23-24).

D. Islam bersetuju menggunakan kemudahan moden dalam konteks ajaran yang tetap. Rasulullah (SAW) diriwayatkan bersabda, "Sesungguhnya, Allah akan menghantar untuk umat ini pada setiap permulaan seratus tahun [boleh bermakna setiap generasi] seseorang yang akan memulihkannya (umat ini) agamanya " (Al-Hakim).

E. Islam menggalakkan Muslim untuk mencari dan menuntut ilmu, yang merupakan asas pembangunan dan memberi manfaat kepada individu dan masyarakat dalam kerangka agama. Allah SWT berfirman [Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang berilmu] (Fatir 35:28). Ilmu termasuk banyak bidang seperti astronomi, fizik, kimia, botani, geologi, perubatan, sosiologi, falsafah.

(19)

Al-Qadaya Al-Mu`asirah (Pengajian Islam Untuk Isu-isu Semasa Yang Terpenting).

G. Islam membenarkan pembangunan material dalam kerangka agama. Namun, Islam menyeru kepada pembangunan spiritual yang abadi, kerana ia menghalang pembangunan material dari kesesatan dan mengiringi umat manusia dalam kehidupan dunia ini dan di akhirat. Allah SWT berfirman [Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.] (Al-Kafh 18:46) dan Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?." Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.] (Aal `Imran 3:14-15).

2.7. Islam sebagai Modal Utama Pembangunan Masyarakat Indonesia

(20)

membuktikan bahwa ia benar-benar rahmatan lil alamiin. Islam selalu relevan baik di segala zaman maupun tempat.

Islam memang tidak dengan sedetil mungkin membincangkan seputar individu, masyarakat, serta pembangunan atas keduanya. Tepai Islam banyak berbicara tentang nilai-nilai yang berkaitan erat dengan ketiganya. Bahkan Islam sendiri dapat dikatakan sebagai fundamental value sekaligus modal utama untuk itu. Sekarang, tinggal bagaimanaa modal utama tersebut mampu dipahami kembali, kemudian diterapkan secara benar dengan penuh komitmen dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia yang seutuhnya.

2.8. Enam Syarat Pokok Bagi Berlangsungnya Pembangunan Masyarakat Indonesia

Dalam membangun masyarakat terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan tidak bisa diabaikan. Karena ia merupakan instrument pokok yang disyaratkan oleh Islam bagi keberlangsungan pembangunan individu, pembangunan masyarakat, sekaligus pembangunan bangsa. Ia harus dipahami sekaligus diterapkan untuk mencapai hasil pembangunan yang maksimal. Sedikitnya adal enam hal atau syarat yang setidaknya terpenuhi dalam suksesnya pembangunan yang dimaksud.

(21)

materialistik, hedonis, korupsi, serta budaya-budaya buruk lainnya, pada dasarnya merupakan bawaan dari meletakkan selain kebenaran sebagai tujuan hidup.

Kedua, untuk dapat mencapai tahapan dalam meletakkan kebenaran sejati sebagai tujuan hidup, maka masyarakat Indonesia tidak boleh dikekang maupun mengekang diri, baik dari segi pemikiran maupun ekspresinya dalam bermasyarakat, selama tidak bertentangan dengan nilai kebenaran itu sendiri. Dalam hal ini masyarakat Indonesia tanpa terkecuali harus memiliki kemerdekaan atas keberadaan sekaligus hidupnya di segala aspek kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara fungsional, Negara memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan dan menjaga kemerdekaan tersebut, di samping antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain.

Ketiga, keadilan harus diwujudkan juga ke dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat dan bangsa. Keadilan yang dimaksud adalah, selain nantinya melahirkan persamaan dalam maknanya yang luas, misalnya persamaan derajat, juga penempatan pada porsinya yang tepat apa yang merupakan hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat. Adanya diskriminasi akan menghambat terwujudnya keadilan itu sendiri, karena diskriminasi pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari ketidakadilan. Masyarakat memiliki hak yang sama mislanya dalam mendapatkan pendidikan yang layak, berpendapat, serta berpolitik.

(22)

didapatkan melalui pendidikan. Pendidikan ini bisa berupa pendidikan akan ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu-ilmu-ilmu pasti, maupun ilmu-ilmu-ilmu-ilmu yang lain.

Kelima, hingga saat ini masyarakat bangsa Indonesia belum memiliki sikap yang kritis dalam merespons segala hal yang masuk dari “luar”. Kekritisan tersebut dibutuhkan selain sebagai “filter”, juga merupakan bentuk dari kesadaran terhadap gejala dan realitas sosial yang terjadi. Melalui sikap kritis tersebut, awal dari proses perubahan sosial biasanya terjadi. Tentu saja sikap kritis yang didasari oleh keempat hal yang telah disampaikan sebelumnya.

Terakhir, konsistensi dan keikhlasan. Hal yang juga tidak boleh dilupakan adalah menjaga keteguhan serta keberlanjutan secara terus menerus atas lima hal yang telah dilakukan. Sehingga semangat yang dibangun tidak hanya bersifat sementara, namun permanen dan tanpa henti. Meskipun demikian, jika semua hal yang dilakukan tidak dibungkus dalam sifat sekaligus sikap yang ikhlas, maka dikhawatirkan akan kembali kepada orientasi material. Oleh karena itu, dibutuhkan keikhlasan dalam segala hal. Baik dalam berfikir maupun bertindak.

Enam syarat di atas setidaknya senantiasa dipahami dengan benar, diterapkan, serta dijaga keberlangsungannya. Enam hal tersebut juga yang merupakan bagian dari sekian banyak bentuk pembumian akan nilai-nilai Islam dalam konteks pembangunan masyarakat menuju masyarakat dan Negara yang unggul, kokoh dan mandiri.

(23)

Agama adalah suatu kepercayaan yang dianut masyarakat yang mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Agama mengandung nilai-nilai kehidupan, yang didalamnya terdapat norma-norma yang mengatur kehidupan manusia yang menganutnya, sebagai pedoman dan petunjuk dalam hidupnya. Semua agama mengajarkan kepada penganutnya kepada kebaikan.

Suatu agama penting bagi kehidupan manusia, karena agama mengandung nilai-nilai positif yang menjadi acuan manusia dalam bertindak, mendorong manusia untuk berbuat adil, jujur, berlaku kebajikan, dan amanah. Agama juga mendorong manusia agar selalu hidup lebih baik lagi dari sebelumnya, selalu memperbaiki kehidupan dunia agar kelak mendapatkkan kehidupan yang baik di akhirat.

Pengaruh sistem nilai pada kehidupan individu dirasakan sebagai daya dorong atau prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya nilai mempunyai pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku, pola berpikir dan pola bersikap. Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna pada tindakan seseorang. Karena itu nila menjadi penting dalam kehidupan seseorang, sehingga tidak jarang pada tingkat tertentu orang siap untuk mengorbankan hidup mereka demi mempertahankan nilai.

Agama mengajarkan pendidikan bagi manusia. Siapa yang dapat mengambil pelajaran dan mengamalkan pada orang lain serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan, maka ia akan memperoleh keselamatan didunia dan diakhirat.

(24)

Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyaarakat luas. Agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra-natural sehingga dapat diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang non-empiris.

Peran agama diantaranya adalah pertama agama sebagai motivator (pendorong), kedua, agama sebagai creator (pencipta) dan innovator (pembaharu), ketiga, agama sebagai integrator (menyatu padukan), keempat agama sebagai sublimator (memperindah),kelima agama sebagai sumber inspirasi (ilham).

Fungsi agama yang dimaksud adalah peran agama dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris (berdasarkan pengalaman dan penghayatan). Adapun fungsi agama ada enam hal, yaitu: pertama, agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, kedua, agama menawarkan suatu hubungan trasendental (bersifat jauh dari dunia empiris), ketiga,agama mensucikan norma-norma dan nilai masyrakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu dan disiplin kelompok diatas dorongan hati individu, keempat, agama juga melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya, kelima, agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting, keenam, agama bersangkut paut pula dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu.

(25)

tertinggal dari Negara yang lain. Lebih parahnya lagi, bangsa Indonesia akan kembali lagi pada masa di mana penjajahan hari ini telah menemukan bentuknya yang baru, globalisasi, kapitalisme, dan penjajahan moral serta budaya.

Salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh bangsa Indonesia adalah sesegera mungkin melakukan pembangunan masyarakatnya, yang sekaligus mencakup seluruh individu yang terdapat di dalamnya, serta di seluruh aspek yang ada tanpa terkecuali.

Sebagai ajaran sekaligus sistem nilai universal (rahmatan lil alamiin), Islam hadir di tengah kebingungan bangsa Indonesia dalam menyikapi krisis multi dimensi yang sedang dihadapi. Islam memiliki semua formula yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, tinggal bagaimana nilai-nilai Islam yang ada tersebut digali kembali kemudian diletakkan sekaligus diterapkan sebagai modal utama bagi pembangunan masyarakat Indonesia.

Karena masyarakat merupakan sekelompok individu yang dalam banyak hal memiliki kesamaan, maka kebersamaan dalam hubungan sosial harus senantiasa dipupuk. Demi terwujudnya individu, masyarakat, serta bangsa Indonesia yang benar-benar unggul, kokoh dan mandiri. Sebagai penutup dari tulisan ini, Islam dengan segala kelebihannya pada dasarnya hanya membutuhkan kembali pemahaman serta aktualisasi untuk kemudian bisa menjawab segala persoalan yang ada di masyarakat, bahkan di dunia. Karena Islam sendiri adalah rahmat bagi semesta. Islam harus selalu terus digali, dijadikan sebagai ilmu, dan digunakan untuk kemaslahatan umat (objektifikasi).

(26)

pembangunan manusia demi tercapainya kehidupan masyarakat yang tentram, damai, adil dan makmur.

DAFTAR PUSTAKA

(27)

Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan. Jakarta: Paramadina. 1992.

http://ansoriuin.blogspot.co.id/2009/02/agama-dan-pembangunan-pendahuluan-pada.html (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015)

http://ariantiyoulie.blogspot.co.id/2013/11/peran-dan-fungsi-agama-dalam-masyarakat.html (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015)

http://abesoebandy.blogspot.co.id/2012/03/islam-dan-pembangunan-masyarakat-studi.html (Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015)

https://imanilmuamal82.wordpress.com/2010/09/13/islam-dan-pembangunan- masyarakat-meletakkan-dan-menerapkan-kembali-islam-sebagai-modal-utama-bagi-pembangunan-masyarakat-indonesia/ (Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan pengguna internet di Indonesia sangat pesat. Dalam lima tahun terakhir jumlah pengguna internet meningkat sebesar 430%. Sebanyak 90% pengguna internet adalah

mahasiswa yang tersebr,rt dalam lampiran sebagai Panitia Diskusi Panel Jurusan Politik Kewarganegaraan FIS Unnes yang akan dilaksanakan pada :.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian pengembangan LKS berorientasi model pembelajaran Group Investigation pada materi berbagai tingkat

Kemudian sistem akan menampilkan form untuk penambahan pengajuan perbaikan jalan dan mengambil data jalan dari database dan menampilkan sehingga dapat dilihat dan dipilih

terdekat bagi anak, sehingga kehadiran keluarga dapat memengaruhi kesejahteraan anak. Berdasarkan hasil uraian singkat dari teori dan hasil penelitian, maka hipotesis

Selain persamaan corak penafsiran, ada juga persamaan yang lain yaitu persamaan dalam penggunaan teori dalam menafsirkan ayat tersebut yaitu sama-sama menggunkan teori

Lebih jauh lagi data hasil skala penilaian dan skala sikap dapat menyerupai data hasil tes, yakni diperolehnya data interval dalam bentuk skor total untuk

Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad alam mayapada, dunia akhirat, surga neraka, arsy kursi,