Petunjuk
Untuk
Pengumpulan
Data
IKM
‐
Kompetensi
Inti
Pengenal
AHP
untuk
Penentuan
Kompetensi
Prioritas
Aurino
Djamaris,
Agustus
2007
Sumber kekompleksan masalah keputusan bukan hanya ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan‐pilihan yang ada, beragamnya kriteria pemilihan dan jika pengambilan keputusan lebih dari satu. Jika sumber kekompleksan itu adalah beragamnya kriteria, maka Analytical Hierarchy Process (disingkat AHP) merupakan teknik untuk membantu permasalahan tersebut. AHP diperkenalkan oleh Thomas L.Saaty pada periode 1971 – 1975 ketika di Wharton School. Dalam perkembangannya, AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan‐pilihan dengan banyak criteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam‐macam masalah, seperti memilih portfolio, analisis manfaat biaya, peramalan dan lain‐lain. Pendeknya, AHP menawarkan penyelesaian masalah keputusan yang melibatkan seluruh sumber kekompleksan seperti yang didefinisikan di atas. Pengambilan keputusan ini dimungkinkan karena AHP cukup hanya mengandalkan pada intuisi sebagai input utamanya, namun intuisi harus datang dari pengambilan keputusan yang cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi. Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran. AHP digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinyu. Perbandingan‐perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya.
DASAR‐DASAR AHP
mencerminkan perasaan‐perasaan kita pada bermacam‐macam persoalan sosial, ekonomi dan politik? Sulit dibayangkan, sebab di sini lebih cocok bila digunakan suatu ukuran lain yang lebih sederhana, misalnya persentase. Namun variabel¬variabel sosial, ekonomi, dan politik tidak jarang yang sulit diukur, seperti misalnya bagaimana mengukur produk yang berupa rasa aman karena tidak adanya ancaman dari Negara lain terhadap pengeluaran pemerintah di bidang pertahanan, bagaimana mengukur kerugian yang akan diderita masyarakat karena bermacam‐ macam polusi dan kerusakan lingkungan akibat industrialisasi, dan sebagainya. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu skala yang luwes yang disebut prioritas, yaitu suatu ukuran abstrak yang berlaku untuk semua skala. Penentuan prioritas inilah yang akan dilakukan dengan menggunakan AHP. Dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, antara lain adalah : decomposition, comparative judgment, synthesis of priority, dan logical consistency.
1. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur¬unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur‐unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy). Ada dua jenis hierarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hierarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian dinamakan hierarki tak lengkap.
2. Comparative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen‐elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah:
b. Berapa kali lebih (penting / disukai /bermanfaat ...) ?
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen‐elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam
penyusunan skala kepentingan ini, digunakan patokan Tabel 2.1
Tabel 2.1 Skala Dasar Thomas L.Saaty Tingkat kepentingan Definisi
1 Sama pentingnya dibanding yang lain.
3 Moderat pentingnya dibanding yang lain.
5 Kuat pentingnya dibanding yang lain.
7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain.
9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain.
2, 4, 6, 8 Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan. Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas
Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 4 kali lebih penting dibandingkan j, maka elemen j harus sama dengan ¼ kali pentingnya dibanding elemen i. Di samping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting.
Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. Banyaknya penilaian dalam menyusun matriks adalah n(n‐1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen¬elemen diagonal sama dengan 1.
3. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison (matrik perbandingan berpasangan) kemudian dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority.
4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah bahwa obyek‐obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak dapat jika rasa sebagai kriterianya. Kedua, adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek‐obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5x lebih manis dibanding gula, dan gula 2x lebih manis dibanding sirop, maka seharusnya madu dinilai 10x lebih manis dibanding sirop. Jika madu hanya 4x manisnya dibanding sirop, maka penilaian tak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang tepat.
Metodologi Penelitian Kompetensi Inti Daerah.
1. Mengidentifikasi kompetensi daerah yang akan dijadikan alternative (pilihan). Kompetensi yang dipilih dapat dibagi menjadi 2 Kategori yaitu Produk Primer dan Produk Olahan. Sumber data yang dipergunakan adalah Renstra Kabupaten/Kota, Buku Kabupaten dalam Angka, Narasumber Daerah, Perguruan Tinggi, dan Pengamatan Konsultan. (catatan: jumlah produk/alternative produk diusahakan lebih kecil dari 7 produk masing‐masing). Lingkup komoditi prioritas untuk IKM adalah sbb:
Lingkup Komoditi Prioritas :
1.
Makanan ringan.
2.
Sutera alam.
3.
Penyamakan kulit.
4.
Minyak sawit (CPO-IKM).
5.
Pupuk (alam dan organik).
6.
Garam.
7.
Genteng.
8.
Alsintani dan pande besi.
9.Kapal < 100 GT.
10. Motorisasi kapal nelayan.
11. Alat pertanian tradisional.
12. Tenun tradisional.
13. Perhiasan.
14.
Anyaman.
Buat Daftar Alternatif Produk sbb:
1. Produk Primer:
o ……….
o ……….
o Dst.
o ………
o ………
o Dst.
2. Menentukan Kriteria dan Sub Kriteria
KRITERIA SUB
KRITERIA
Singkatan Kriteia
Singkatan Sub Kriteria
SUMBER DAYA ALAM: Bahan bakunya mudah
diperoleh, utamanya karena tersedia di daerah.
SDA
a.
Banyak Tersedia di daerah
tsb.
DEPOSIT
b. Dapat diperbaharui
RENEW
c.
Kualitasnya Baik
KUAL
PROSPEK PASAR: Peluang pasar cukup luas,
sebagian besar produknya terserap di pasar
PROSPAS
f.
lokal.
LOKAL
g. Domestic atau Nasional
DOMESTIK
h. Ekspor
EKSPOR
i.
BUDAYA: ciri khas terkait dengan karya seni
budaya daerah setempat
BUDAYA
j.
Beberapa komoditi tertentu
memiliki ciri khas terkait
dengan karya seni budaya
daerah setempat yang sulit
ditiru daerah lain
k. Melestarikan Budaya
LESTARI
PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
EKDEV
Catatan: Tambahkan criteria lainnya jika memang dianggap sangat menentukan kompetensi inti daerah berdasarkan dari expert judgment, pelaku pasar, dll.
3. Menentukan Bobot Kriteria.
Dengan criteria yang telah didefinisikan di atas maka langkah selanjutnya adalah memberi bobot criteria dan sub‐kriteria dengan memberikan pertanyaan kepada masing‐masing narasumber daerah tentang derajat kepentingan masing‐masing criteria.
a. Penentuan Bobot Kriteria
TEK PROSPAS
Elemen yang satu samapentingnya dibanding dengan elemen yang lain( equal importance)
Kedua elemen menyumbang sama besar pada sifat tersebut
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lain( moderate more importance)
Pengalaman menyatakan sedikitmemihak pada satu elemen
4
Elemen yang satu jelas lebih penting dari pada elemen yang lain ( essential,strong more importance)
Pengalaman menunjukkan secara kuat memihak pada satu elemen
7
Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari pada elemen yang lain( demonstrated importance )
Pengalaman menunjukkan secara kuat disukai dan didominasi oleh sebuah elemen tampak dalam praktek
9
Elemen yang satu mutlak lebih penting dari pada elemen yang lain( absolutely more importance)
Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting
1/(2-9)
Jika kriteria C1 mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan kriteria C2 memiliki nilai kebalikan bila dibandingkan C1
Jika kriteria C1 mempunyai nilai x bila dibandingkan dengan kriteria C2, maka kriteria C2 mendapatkan nilai 1/x bila dibandingkan kriteria C1
(Sumber: Saaty, Thomas L., 1 1990, “Decision Making for Leaders - The Analytical Hierarchy Process for Decisions in a Company World, RWS Publication, Pittsburgh, p.78)
Lanjutkan dengan masing‐masing sub‐kriteria
Penentuan Bobot Sub‐Kriteria PROSPEK PASAR
Penentuan Bobot Sub‐Kriteria BUDAYA
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
UNIK LESTARI
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Penentuan Bobot Sub‐Kriteria EKDEV
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
LEMAH LABA
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
Penentuan Bobot Sub‐Kriteria INFRASTRUKTUR
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
TRANS ENERGI
TRANS TELKOM
ENERGI TELKOM
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria
4. Menentukan Perbandingan Berpasangan Produk untuk Masing‐masing Kriteria dan Sub‐Kriteria
Kriteria SDM
Kriteria produk1 produk2 produk3 produk4 produk5 produk6 produk7
produk1 1
produk2 1
produk3 1
produk4 1
produk5 1
produk7 1
Produk yang satu samapentingnya dibanding dengan Produk yang lain( equal importance) dalam hal criteria yang besangkutan
Kedua elemen menyumbang sama besar pada sifat tersebut
3
Produk yang satu sedikit lebih penting dari pada Produk yang lain( moderate more importance) dalam hal criteria yang besangkutan
Pengalaman menyatakan sedikitmemihak pada satu elemen
4
Produk yang satu jelas lebih penting dari pada Produk yang lain ( essential,strong more importance) dalam hal criteria yang besangkutan
Pengalaman menunjukkan secara kuat memihak pada satu elemen
7
Produk yang satu sangat jelas lebih penting dari pada Produk yang lain( demonstrated importance ) dalam hal criteria yang besangkutan
Pengalaman menunjukkan secara kuat disukai dan didominasi oleh sebuah elemen tampak dalam praktek
9
Produk yang satu mutlak lebih penting dari pada Produk yang lain( absolutely more importance) dalam hal criteria yang besangkutan
Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting
2,4,6,8
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan ( grey area ) dalam hal criteria yang besangkutan
Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi
1/(2-9)
Jika kriteria C1 mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan kriteria C2 memiliki nilai kebalikan bila dibandingkan C1
Jika kriteria C1 mempunyai nilai x bila dibandingkan dengan kriteria C2, maka kriteria C2 mendapatkan nilai 1/x bila dibandingkan kriteria C1
Lanjutkan dengan seluruh Kriteria dan Sub‐kriteria.
5. Pengolahan data dengan menggunakan AHP shg menjadi 2 alternatif produk kompetensi ini a. Alternative Produk yang termasuk pilihan kompeternsi inti produk primer
i. Produk primer ….. dengan nilai prioritas …. ii. Produk primer ….. dengan nilai prioritas ….
i. Produk olahan ….. dengan nilai prioritas …. ii. Produk olahan ….. dengan nilai prioritas ….
6. Analisis Investasi dengan Analisis Rantai Nilai untuk masing‐masing alternative produk yang terpilih pada langkah 5 7. Buat Rencana Tindak untuk Kompetensi Inti yang terpilih.