• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL ORANG TUA TERHADAP PERILAKU TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI TK ROMLY TAMIM DAERAH PESISIR KENJERAN SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL ORANG TUA TERHADAP PERILAKU TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI TK ROMLY TAMIM DAERAH PESISIR KENJERAN SURABAYA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL ORANG TUA

TERHADAP PERILAKU TEMPER TANTRUM PADA ANAK

USIA 3-6 TAHUN DI TK ROMLY TAMIM DAERAH

PESISIR KENJERAN SURABAYA

Diyan Mutyah1)

, Lilik Erviani2), M. Baidlowi Mahbub³) ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Email : diyanmutyah@gmail.com

² Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya Email : lilikerviani@gmail.com

³Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya Email : baidlowi@gmail.com

Abstract

Emotional intelligence is the ability to recognize, understand, and manage the emotion itself so that one can use emotions effectively, the goal is for parents to be aware of the need to hone EQ. The purpose of research to analyze the relationship of EQ parents with Temper tantrum behavior children aged 3-6 years. The design of this research ussed correlational analysis with Cross Sectional approach. The parents' population in kindergarten Romly Tamim A and B, registered as a group of 60 people. Sampling technique used Probability Sampling counted 48 respondents parents of children aged 3-6 years. The instrument uses a questionnaire of emotional intelligence and temper tantrums, data is normalized using Regresion Ordinal. The results showed that

= 0.001 <H = 0.05 there is a relationship between the old emotional intelligence with the behavior of eye mediation in children aged 3-6 years, with the conclusion that the higher the emotional intelligence score of the parents hence affect the behavior of skore. Child berserk, low and the lower the emotional intelligence score of parents then the higher the behavior of the child's behavior. The implication of this study is the need parents awareness to hone emotional intelligence in order to achieve positive parenting role function, so as to handle or prevent temper tantrum in children.

Keywords: Emotional intelligence parents, Temper tantrums, Education of parents, children pre school

1.

PENDAHULUAN

Masa awal anak-anak merupakan masa

keemasan atau (The Golden ages) bagi orang

tua, Erik erikson menyatakan bahwa pada

usia 3-6 tahun, anak sedang dalam tahapan

perkembangan yang ketiga dari delapan

tahapan

perkembangan.

Tahap

perkembangan tersebut disebut

inisiatif

versus rasa bersalah (initiative versus guilt)

(Yuniartiningsih, 2015). Pada tahap ini anak

mulai belajar dalam pemahaman dan

pengaturan emosi. Menurut Pieter & Lubis

(2010) mengatakan, bahwa pandangan orang

tua

tentang

masa awal

kanak-kanak

merupakan masa sulit karena hampir

sebagian anak banyak mengalami kesulitan

perkembangan kepribadian dan anak sering

kali menuntut kebebasan meskipun

kebebasannya masih gagal diperoleh. Anak

berperilaku lebih bandel, keras kepala,

melawan, tidak patuh, tidak mau ditolong,

dan menolak ungkapan kasih sayang. Selama

awal masa ini emosi anak juga terbentuk

dengan sangat kuat,anak mulai mengenal

rasa sedih, jengkel, senang dan kecewa.

Namun

pada

beberapa

kasus,

anak

mengalami gangguan dalam mengatur dan

menangani

emosinya

seperti

yang

diungkapkan oleh ahli anak, bahwa kurang

lebih 5% dari gejala-gejala yang tampak

serius yang dialami anak-anak tidak ada

hubungannya dengan masalah organik,

artinya, gejala-gejala itu terjadi bukan akibat

organ tubuh yang terserang penyakit tetapi

terkait dengan masalah emosi atau kejiwaan

(Ulfa, 2015).

(2)

dan sangat umum terjadi. Hal ini biasanya

terjadi pada pada anak sekitar usia 18

bulan-4 tahun, namun kadang masih dapat ditemui

pada anak 5-6 tahun. Pada usia ini, anak

sedang mempelajari batasan-batasan yang

ada disekelilingnya. Anak juga berusaha

untuk menentang serta memperlihatkan

otonomi dan kemandiriannya (Marissa,

Leman & Susilowati, 2013). Saat ini peneliti

masih menjumpai

temper tantrum pada

beberapa anak di TK Romly Tamim,

Kelurahan Bulak, Kecamatan Kenjeran,

Kota

Surabaya.

Seperti

kurangnya

pemahaman orang tua dalam menangani

kasus

temper tantrum pada anak, orang tua

terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah

sehingga ketika anak ingin mendapatkan

perhatian, orang tua tidak bisa memenuhi

kebutuhan tersebut.

Berdasarkan data dari penelitian di

Northwestern Feinberg survei dari hampir

1.500 orangtua, studi ini menemukan bahwa

84% dari anak-anak usia 2-5 tahun

meluapkan frustasinya dengan mengamuk

dalam satu bulan terakhir, dan 8,6%

diantaranya memiliki tantrum sehari-hari

yang justru jika itu terjadi setiap hari

merupakan tidak normal, Wakschlag (2012).

Sedangkan di Indonesia, balita yang

biasanya mengalami ini dalam waktu satu

tahun, 23 sampai 83 persen dari anak usia 2

hingga 4 tahun pernah mengalami temper

tantrum,

(Psikologizone,

2012

dalam

Zakiyah, 2015). Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

dengan tekhnik wawancara langsung pada

ibu-ibu kelompok usia bermain dari TK

Romly Tamim RW 01 Kelurahan Kenjeran,

Daerah Pesisir, Kota Surabaya, dari 5 ibu dan

didapatkan laporan bahwa 3 ibu mengalami

kasus dimana anak mereka mencerminkan

tanda-tanda spesifik dari

temper tantrum

seperti berteriak-teriak saat mengalami

kelelahan, menghentakkan tangan dan

kakinya ke lantai dengan keras sambil

disertai menangis histeris jika keinginannya

tidak terpenuhi, dan ibu lainnya mengatakan

anak mereka mengalami kasus serupa namun

masih dapat diatasi.

Penyebab temper tantrum erat kaitannya

dengan kondisi lingkungan keluarga sebab

apapun tindakan yang dilakukan oleh

orangtua akan berdampak pada perilaku dan

respon anak pada masa-masa yang akan

datang

selanjutnya.

Sehingga

perlu

pemahaman dan peran orang tua mengenai

apa yang harus dilakukan dan apa yang

semestinya dihindari, dari sisi pengasuhan

yang salah juga bisa terjadi jika adanya

kekangan, dan bujukan dari orangtua dan

biasanya ini dipicu oleh keterbatasan

orangtua untuk menangani sikap emosional

anak ketika mengalami

temper tantrum itu

sendiri. Proses terjadinya

temper tantrum

dapat terjadi akibat rasa menyerah orang tua

dalam merawat anaknya. Frustasi dan stres

bisa saja muncul dari berbagai sumber, rasa

marah yang tertahan pada orang tua karena

kurang kasih sayang atau karena proses

kematangan yang terhambat membuat anak

merasa tidak berdaya, rasa keterlambatan

yang terus menerus pada akhirnya akan

menekan, sehingga mereka menganggap

tidak mampu berteman, berprestasi, akrab

dengan saudara kandung atau orang dewasa.

Stres

menyebabkan

aktivitas

tubuh

dikendalikan oleh sistem saraf simpatis,

untuk bereaksi melawan dan menghindar

sehingga aktivitas di sistem limbic di mana

proses mengingat terjadi dan di

neokorteks

cerebrum tempat untuk berfikir abstrak dan

analisis

terhambat

(Yunianto,

2014).

Sehingga hal ini dapat memicu sikap anak

menjadi emosional. Meskipun Perilaku

temper tantrum merupakan hal yang wajar

terjadi namun apabila tidak di atasi akan

mempengaruhi anak pada perkembangan

yang

selanjutnya.

Dan

menciptakan

kepribadian yang emosional, sehingga orang

tua menjadi tertekan dengan kondisi anak

yang semakin menjadi-jadi, sejalan dengan

iniWulansari

(2015)

juga

mengatakan,namun perilaku temper tantrum

tidak boleh dibiarkan apabila intensitas dan

frekuensinya tinggi pada anak, karena akan

mengakibatkan

anak

tidak

mampu

mengendalikan dan meluapkan emosi secara

wajar.

(3)

lembaga pendidikan. Bukan berarti orang tua

lepas tangan begitu saja, anak-anak sampai

kapanpun

memerlukan

arahan

dan

bimbingan dari orang tua. Karena apabila

dilihat dari pentingnya orang tua bagi

anaknya, pendidikan yang terbaik tetap saja

terletak pada orang tua, terutama orang tua

yang memiliki pendidikan dan pengetahuan

yang baik dalam memberikan pola asuh ke

anaknya.

Dapat diambil kesimpulan, bahwa

elemen dari lingkungan keluarga berupa

peran orang

tua

pada

anak sangat

mempengaruhi tahap perkembangan psikis

bagi

anak-anaknya,

jika

orang

tua

mengalami frustasi atau menyerah pada

masalah ini di khawatirkan

temper tantrum

menjadi semakin buruk bersama masa

pertumbuhan anak. Dibutuhkan adanya

kesabaran dan kesadaran emosi yang baik,

salah satu jenis kesadaran emosi yang baik

adalah adanya rasa empati, rasa empati

merupakan salah satu dari indikator

kecerdasan emosional. Empati merupakan

suatu kesediaan untuk memahami perasaan

orang lain dan menyelaraskan rasa, dalam hal

ini dengan mengimplikasikan kerdasan

emosional diharapkan orang tua dapat

mengetahui penanganan dan cara menekan

perilaku

tempertantrum anaknya sehingga

tidak menjadi perilaku emosi yang lebih

buruk lagi atau masuk dalam klasifikasi

berat. Seperti yang dikemukakan oleh

Putriamanah

(2015)

juga

mengenai

kesadaran orang tua akan emosi anaknya,

orang tua yang sadar terhadap emosinya

sendiri dapat menggunakan kepekaannya

untuk menyelaraskan diri dengan perasaan

anak-anak.

Kecerdasan

emosional

dibutuhkan

dalam

menyalurkan

bakat

kemampuan positif ibu dalam membangun

kesehatan mental dan karakter yang positif

juga

pada

anak-anaknya,

sehingga

diharapkan orang tua dapat membantu anak

dalam mengatasi ledakan amarahnya dan

seorang manusia tidak dapat memahami

emosional orang lain jika tidak memiliki rasa

empati

yang

dapat

mengalahkan

emosionalnya sendiri terlebih dahulu. Pada

penelitian ini, peneliti bertujuan untuk

mengetahui

ada

tidaknya

hubungan

kecerdasan emosional yang dimiliki oleh

orang tua dalam memanagement

temper

tantrum pada anak.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui

pengaruh pendidikan antara kecerdasan

emosional orang tua dengan temper tantrum

pada anak usia 3-6 tahun di TK Romly

Tamim, RW 01, Daerah Pesisir, Kelurahan

Kenjeran, Kota Surabaya

2.

METODE PENELITIAN

Desain

dalam

penelitian

ini

menggunakan deskriftif analitik yakni

mencari pengaruh pendidikan orang tuah dan

kecerdasan emosional orang tua dengan

perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6

tahun, maka menggunakan rancang bangun

penelitian

cross sectional, faktor income

yaitu pendidikan orang tua dan kecerdasan

emosional pada orang tua dan faktor

outcome yaitu perilaku temper tantrum pada

anak, dan diidentifikasi pada satu waktu

(point time approach). Jumlah sampel

sejumlah 60 orang. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah

Probability

Sampling

dengan tekhnik Simple Random

Sampling. Variabel terikat pada penelitian ini

adalah pendidikan orang tua dan kecerdasan

emosional orangtua dan variabel bebas pada

penelitian ini adalah perilaku temper

tantrum.

(4)

Tabel 1. Pengaruh pendidikan orang tua ( Ayah) perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6 tahun di TK Romly Tamim

Pendidikan Ayah

Tingkat Temper tantrum anak

Total

Tinggi Sedang Rendah

F % F % F % N %

SMA 5 62.5% 2 25% 1 12.5% 8 100%

SMP 0 0% 6 66.7% 3 33.3% 9 100%

SD 20 64,5% 7 22.6% 4 12.9% 31 100%

Total 25 52.1% 15 31.3% 8 16.7% 48 100%

(5)

Tabel 1. Menunjukkan bahwa terdapat pendidikan terakhir ayah SD dan tingkat temper tantrum yang tinggi pada anak hanya 20 orang (64.5%) dibandingkan dengan pendidikan ayah yang tingkat pendidikan SD dan tingkat temper tantrum rendah 4 (12,9%), terdapat mayoritas pada pendidikan terakhir ayah SMA dan temper tantrum tinggi sebanyak 5 orang (62.5%) dibandingkan dengan pendidkan terakhir ayah SMA dan tingkat temper tantrum sedang dan rendah tidak bebeda jauh selisih kurang lebih sebesar 1 (12.5%)

Menurut hasil ujistatistik regresi ordinal didapatkan hasil ƿ = 0.246 dimana ƿ > 0,05, tidak

terdapat pengaruh antara pendidikan terakhir ayah terhadap temper tantrun pada anak usia 3-6 Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan ayah terhadap temper tantrum pada anak usia 3-6 Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya. dikarenakan seorang ayah kurang dapat berkomunikasi dengan anak, hal ini ditandai dengan rata-rata pekerjaan ayah adalah nelayan dan pegawai swasta dan wiraswasta sehingga waktu yang dimiliki orang tua tidak memberikan edukasi kepada anaknnya dalam mengendalikan temper tantrum pada anak. Temper tantrum pada anak juga dapat disebabkan karena kurangnya komunikasi antara anak dan ayahnya.

Tabel 2. Pengaruh pendidikan orang tua (ibu) perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6 tahun di TK Romly Tamim

Pendidikan Ayah

Tingkat Temper tantrum anak

Total

Tinggi Sedang Rendah

F % F % F % N %

PT 0 0% 1 100% 0 0% 1 100%

SMA 9 40.9% 7 31.8% 6 27.3% 22 100%

SMP 16 100% 0 0% 0 0% 16 100%

SD 0 0% 7 77.8% 2 22.2% 9 100%

Total 25 52.1% 15 31.3% 8 16.7% 48 100%

Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 006)

Tabel 2. Menunjukkan bahwa terdapat mayoritas pendidikan terakhir Ibu SMP dan tingkat temper tantrum yang tinggi pada anak sebesar 16 orang (100 %) dibandingkan dengan pendidikan ibu yang tingkat pendidikan SMA dan tingkat temper tantrum tinggi hanya 9 orang (40.9%) dan terdapat mayoritas pada pendidkan terakhir ibu SD dan temper tantrum

sedang sebanyak 7 orang (77.8%)

dibandingkan dengan pendidkan terakhir ibu PT dan tinggi temper tantrum sedang sebesar 1 orang (100%).

Menurut hasil ujistatistik regresi ordinal

didapatkan hasil ƿ = 0.006 dimana ƿ ≤ 0,05

terdapat pengaruh antara pendidikan terakhir ibu terhadap temper tantrun pada anak usia 3-6 Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya.

Hal ini dikarenakan sebagian besar pendidikan ibu masih ditergolong tinggi SMA, sehingga orang tua dalam hal ini ibu mempunyai waktu dapat berkomunikasi

dengan anaknnya dan mengajarkan anaknnya bagaimana bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustasi, takut, dan jengkel) secara wajar dan bagaimana bertindak tepat sehingga tidak menyakiti anak tersebut diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut (Novita, 2017).

Pedidikan pada seorang ibu juga

(6)

dalam hubungan antar sesama anggota

keluarga. Tingakt pendidikan seseorang

(7)

3.3. Pengaruh kecerdasan emosional orang tua dengan perilaku temper tantrum pada anak usia 3-6 tahun di TK Romly Tamim

Kecerdasan Emosional

Tingkat Temper tantrum anak

Total

Tinggi Sedang Rendah

F % F % F % N %

Sangat Baik 0 0% 1 50% 1 50% 2 100%

Baik 5 29.4% 7 41.2% 5 29.4% 12 100%

Cukup Baik 20 69% 7 24.1% 2 6.9% 29 100%

Total 25 52.1% 15 31.2% 8 16.7% 48 100%

Nilai uji Regresi Ordinal : (0. 006)

Tabel 3. Menunjukkan bahwa terdapat mayoritas kecerdasan emosional yang baik dan tingkat temper tantrum yang sedang sebesar 7

orang (41.5%) dibandingkan dengan

kecerdasan emosional yang baik dan tingkat temper tantrum yang tinggi serta rendah hanya 5 orang (29.4%) dan terdapat mayoritas pada kecerdasan emosional yang cukup baik dan tinggi temper tantrum tinggi sebanyak 20 orang (69%) dibandingkan dengan kecerdasan emosional yang cukup baik dengan temper tantrum yang rendah sebesar 2 orang (6.9%).

Menurut hasil ujistatistik regresi ordinal

didapatkan hasil ƿ = 0.006 dimana ƿ ≤ 0,05,

terdapat pengaruh antara kecerdasan emosinal terhadap temper tantrun pada anak usia 3-6 Tahun di TK Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada pengaruh kecerdasan emosinal terhadap temper tantrun pada anak usia 3-6 Tahun di Romly Tamim, RW 01, Daerah pesisir, Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya ini dikarenakan Penyebab temper tantrum erat kaitannya dengan kondisi lingkungan keluarga sebab apapun tindakan yang dilakukan oleh orangtua akan berdampak pada perilaku dan respon anak pada masa-masa yang akan datang selanjutnya. Dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional orang tua maka semakin rendah temper tantrum anak.

Menurut Mediansari (2014), hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa, terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku temper tantrum,di karenakan bahwa elemen dari lingkungan keluarga berupa peran orang tua pada anak sangat mempengaruhi tahap perkembangan psikis bagi anak-anaknya, jika orang tua mengalami frustasi atau menyerah pada masalah ini di khawatirkan temper tantrum menjadi semakin buruk bersama masa pertumbuhan anak.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Terdapat pengaruh antara pendidikan seorang ibu dan tidak terdapat pengaruh pendidikan seorang ayah terhadap prilaku temper tantrum pada anak di TK Romly Tamim, Kenjeran Surabaya.

Terdapat pengaruh antara kecerdasan emosinal orang tua terhadap terhadap prilaku temper tantrum pada anak di TK Romly Tamim, Kenjeran Surabaya.

REFERENSI

1. Aji, AP.(2012).Hubungan Kecerdasan

Emosi Dan Keerdasan Spiritual Dengan Perilaku Prososial Guru Bimbingan Dan Konseling Di Kabupaten Pacitan. Fakultas Ilmu Pendidikan Psikologi Yogyakarta: Skripsi

2. Chairini, N. (2013). Faktor-Faktro yang

Berpengaruh Pada Stres Pengasuhan Pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu Kemiri Muka. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Skrispsi

3. Dalyono, M. (2009).Psikologi

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

4. Hamid, Achir Yani S, Kusman Ibrahim

(editor). (2014). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka edisi Indonesia kedelapan. Jakarta: Elsevier

5. Hariyanto. (2012). Emotional Smart:

”Mendiagnosis Anak Berperilaku

Agresif”.Jurnal Pengembangan Pikiran

dan Kebudayaan

6. Kirana, RS.(2013).Hubungan Pola Asuh

Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada Anak Pra Sekolah.FakultaS Ilmu

Pendidikan Psikologi Universitas

(8)

7. Mediansari, RH. (2014). Hubungan Kecerdasan Emosional Orang Tua dengan Perilaku Temper Tantrum Anak Usia Todler. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta: Skripsi

8. Murti, Aprilica, Bhisma M, Nunuk S.

(2015).Hubungan Kecerdasan Emosi

Dan Pola Asuh Orang Tua dengan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Yappi Sragen (Relationships Parenting Emotional Intelligence And Parents Student Learning By Discipline Academy Of Midwifery Yappi Sragen).Indonesian Jurnal On Medical Sciene

9. Novita, Windya.(2007). Serba-Serbi Anak

Yang Perlu Diketahui Seputar Anak DariDalam Kandungan Hingga Masa Sekolah, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

10. Nurdiana, ita. (2015). Hubungan Peran

Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada Anak Usia Toddler Di Wilayah RT 06 RW 12 Kelurahan Bendul Merisi Surabaya. Stikes Hang Tuah Surabaya: Skripsi

11. Nurrohmaningtyas, S. (2008).Program

Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Skripsi

12. Nurtantiono, Andri. (2012). Kecerdasan

Emosional Kompetensi Kepemimpinan Transformasional. Sekolah Tinggi Surakarta: Skripsi

13. Pieter, Z dan Namora, L. (2010).

Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, Jakarta: Prenada Media.

14. Pudjiadi, Marissa. (2013).250 Tanya

Jawab Kesehatan Anak. Jakarta: PT.Gramedia.

15. Purba, Joni. (2008). Pengelolaan

Lingkungan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers

16. Puspitasari. (2012). Identifikasi Perilaku

Manipulasi Tantrum(Studi Deskriptif) Pada Anak di KB-TK Islam Hidayatullah Semarang: Jurnal

17. Putriamanah, NY. (2015). Hubungan

Pola Asuh Ibu Dengan Temper Tantrum Pada Anak Usia 2-4 Tahun di Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tunas Bhakti Kota Surakarta.Universitas Sebelas Maret Surakarta: Skripsi

18. Saam, Z dan Sri, Wahyuni. (2012).

Psikologi Keperawatan, Jakarta: Rajawali Pers.

19. Sadiyah, M. (2014). Hubungan

Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi. Universitas Negeri Semarang: Skripsi

20. Satria, A. (2015). Politik Kelautan dan

Perikanan:Catatan Perjalanan dan Kebijakan Era SBY hingga Jokowi. Jakarta: Obor

21. Siburian, R, & Haba, J. (2016).

Konservarsi Mangrove dan Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta: Yayayasan Pustaka Obor Indonesia

22. Soetjaningsing dan Gde, R.(2012).

Tumbuh Kembang Anak Edisi 2,Jakarta: EGC.Buku Kedokteran.

23. Sunaryo. (2014). Psikologi Untuk

Keperawatan. Jakarta: EGC.

24. Suwarni, Rosa Maria. (2017). Hubungan

pola komunikasi dengan kejadian temper tantrm pada anak usia pra sekolah di TK

Islamic Center Manado. E-Journal

keperawatan (e-Kp) Vol. 5 No. 1 fakultas kedokteran universitas sam ratulangi manado. Manado. 2013:164-169. Fakultas Kesehatan Masyarakat Uniar. Surabaya

26. Syamsudin.(2013). Mengenal Perilaku

Tantrum Dan Bagaimana Mengatasinya.

Fakultas Sosio Informasi:

http://sinta1.ristekdikti.go.id/index.php? page=4&ipp=10&ref=journal&mod=vie wjournal&journal=7218. Diunduh pada 14 Januari 2017 jam 14.30

27. Ulfa, Maria.(2015). Beragam Gangguan

Paling Sering Menyerang Anak,Yogyakarta : FlashBooks.

28. Wahib,Abdul. (2015). Konsep Orangtua

Dalam Membangun KepribadianAnak.Sekolah Tinggi Agama

Islam Ma’arif Magelang

29. Wahyuningrum, Enjang.(2013). Perilaku

(9)

Kasus).Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana: Skripsi

30. Wulansari. (2014). Identifikasi Perilaku

Tantrum Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Marditama. Fakultas Pendidikan Paud: Skripsi

31. Wylldan, (2015).Gambaran Status

Kesehatan Jiwa Pada Anak Usia Pra Sekolah di Semarang.Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang: Skripsi

32. Yunianto.(2015).Pengaruh Senam Otak

terhadap Perilaku Temper Tantrum pada Anak Usia Prasekolah di TK Al Ikhlas Nglempongsari Ngaglik Sleman. Fakultas Ilmu Keperawatan Yogyakarta: Skripsi

33. Yuniartiningsih. (2015). Gambaran

Perkembangan Psikososial Anak Usia 3-6 Tahun Di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung. Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta: Skripsi

34. Zainuren, YRU.(2013). Peranan Orang

Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dsusun 1 Dan 2 DesA Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Lampung: Skripsi

35. Zakiyah, Nisaus. (2015). Hubungan Pola

Referensi

Dokumen terkait

Definisi operasional keputusan pembelian diturunkan menjadi dimensi keputusan pembelian, dengan dimensi pertama adalah masukan merupakan pengaruh luar seperti penjualan

Materi aritmetika sosial merupakan materi yang banyak bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam setiap penyajian materi, peneliti memasukkan masalah kontekstual

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah dapat mempermudah dalam hal pencarian informasi lokasi tentang kerajinan kain tenun dan gerabah yang berada di kabupaten

Produk pengembangan buku modul pelatihan pembuatan gerabah sebagai panduan untuk masyarakat dalam pembuatan gerabah secara praktis dalam kaitannya dengan aktivitas

Berdasarkan pengumpulan data dan hasil analisis struktur dan performans membran ultrafiltrasi untuk pengolahan limbah cair industri kelapa sawit yang telah dilakukan di

Penelitian ini berdasarkan pada kenyataan bahwa semakin berkembangnya kebutuhan basis data yang mendukung penyediakan laporan yang berisi data pembelian dan

berbagai spesies pohon primer secara simultan ikut masuk. Jika demikian halnya, spesies pohon primer ini lambat laun akan menggantikan pohon-pohon hutan sekunder yang

Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diharapkan untuk membuat display/stan promosi dalam berbagai jenis konteks usaha jasa dan pariwisata.. Unit