• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN PAI MAKALAH KU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN PAI MAKALAH KU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN PAI

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Strategi Pendidikan dan Pembelajaran PAI Dosen Pengampu : Drs. H. Rohmat, M.Pd., Ph.D.

Disusun oleh:

KUDUNG ISNAINI 2052113023 RUMYATI 2052113024

PROGRAM PASCASARJANA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN PEKALONGAN

(2)

VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN PAI

I. PENDAHULUAN

Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba (‘abd) dihadapan Khaliq-nya dan sebagai “pemelihara” (khalifah) pada semesta. Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan seseorang (anak didik) agar ia dapat hidup dengan sempurna, bahagia, cinta kepada tanah airnya, kuat jasmaninya, sempurna akhlaknya, sistematik pemikirannya, halus perasaannya, cakap dalam karyanya, bekerjasama dengan orang lain, indah ungkapannya dalam tulisan dan lisannya, dan tangannya melakukan pekerjaannya dengan terampil.1

Sedangkan untuk tujuan akhir dari pendidikan dalam Islam adalah sebagai proses pembentukan diri peserta didik (manusia) agar sesuai dengan fitrah keberadaannya sehingga menjadi anak yang rahmatan lil ‘alamin. Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan - terutama peserta didik - untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal.

Keberhasilan dari sebuah tujuan akhir dalam pendidikan tidak akan berhasil dengan begitu saja, akan tetapi keberhasilan tersebut diperoleh melalui beberapa cara atau metode. Itu yang membuktikan bahwa proses pendidikan berjalan dengan baik, yang tidak bisa lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari sebuah tujuan tersebut. Islam telah banyak menunjukkan dan membimbing kita bagaimana melakukan pendidikan sesuai dengan ajaran syariat Islam. Banyak variabel - dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai faktor-faktor - yang bisa di ambil dalam kaitannya dengan pembelajaran yang telah dicontohkan oleh Islam. Baik itu yang berasal dari dalam kitab suci al-Qur’an maupun al-Hadis Rasul. Sebagai contoh hadis yang

1 Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat; Esay-esay Pemikiran

(3)

menyatakan bahwa ‘setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), sehingga orang tuanyalah (lingkungannya) yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi atau Nasrani’, dari contoh hadis tersebut dapat diketahui paling sedikitnya ada dua faktor yang mempengaruhi anak tersebut, yakni faktor hereditas (pembawaan) dimana anak lahir dalam keadaan fitrah, dan faktor lingkungan. Dari sinilah makalah ini akan dibahas, dengan menggunakan judul variabel dalam pembelajaran PAI sebagai bahan diskusi. Untuk lebih mendalami isi dari materi makalah ini akan dilanjutkan pada bab pembahasan.

II. PEMBAHASAN

Variabel dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada atau exist dan keberadaannya memiliki lebih dari satu label atau lebih dari satu nilai. Sedangkan lawan dari variabel adalah konstan. Dimana variabel itu memiliki lebih dari satu label atau nilai, sedangkan konstan hanya memiliki satu nilai.2

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai ‘variasi’ antara satu orang dengan orang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Sebagai contoh tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, dan disiplin kerja yang merupakan atribut-atribut dari setiap orang.3 Dapat juga dikatakan istilah variabel dengan semua

keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

Ada banyak inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mendorong terciptanya pembelajaran yang berkualitas yang berangkat dari pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Diantaranya adalah apa yang disebut PAKEMATIK (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang merupakan pengembangan strategi pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif

2 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I:

Ilmu Pendidikan Teoretis, (Bandung: PT IMTIMA, 2007), hlm. 341

3 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),

(4)

Kreatif Efektif dan Menyenangkan) yang telah lebih dulu dikenal di dunia pendidikan di Indonesia.4

1. Variabel Pembelajaran

Reigeluth, pada mulanya, memperkenalkan empat variabel yang menjadi titik perhatian ilmuwan pembelajaran, yaitu:

a. Kondisi pembelajaran, mencakup antara lain: karakteristik siswa, karakteristik lingkungan pembelajaran dan tujuan instruktional

b. Bidang studi, mencakup antara lain: karakterisik isi/ tugas

c. Strategi pembelajaran, mencakup antara lain: strategi penyajian isi bidang studi, penstrukturan si bidang studi, dan pengelolaan pembelajaran

d. Hasil pembelajaran, mencakup semua efek yang dihasilkan dari pembelajaran, apakah itu dari siswa, lembaga termasuk juga pada masyarakat.

Selanjutnya Reigeluth dan Merril memodifikasi variabel-variabel pembelajaran yang semula 4 empat variabel menjadi tiga variabel, yaitu: a. Kondisi Pembelajaran

adalah mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya. Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa.

b. Metode Pembelajaran

Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) ataupun peserta didik (metode belajar).5 Yang termasuk dalam variabel

ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.

c. Hasil Pembelajaran

4 Winastwan Gora & Sunarto, Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK,

(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, ) hlm. 3

5 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm.

(5)

adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda, atau mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.

Hasil pembelajaran bisa berupa hasil nyata (actual outcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil yang nyata dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu. Adapun desired outcomes, yakni tujuan yang ingin dicapai, yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode yang sebaiknya digunakan.

Contoh :

Di sekolah A, guru memiliki peluang untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, sedangkan di sekolah B, hanya satu metode yang mungkin digunakan. Dalam contoh ini, variabel yang termasuk di metode sekolah A merupakan kondisi di sekolah B.

2. Variabel Metode PAI

Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar di kelas adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas. Mengelola berasal dari kata “kelola” yang berarti menyelenggarakan atau mengorganisir. Mengelola kelas berarti mengorganisir kelas dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam menggunakan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Kolaborasi beberapa metode pembelajaran harus direncanakan dengan baik.6 Sehingga hasil yang

diharapkan bisa terwujud sesuai dengan yang direncanakan. Guru harus memiliki strategi, sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.7

6 Mulyana A.Z., Rahasia menjadi guru hebat, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 13

7 Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif

(6)

Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu :

a. Kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran.

b. Kompetensi metodologi pembelajaran

Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru dan media teks belaka.

Perlu ada cara baru dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan atau materi ajar dalam pembelajaran baik dalam sistem yang mandiri maupun dalam sistem yang terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber belajar oleh pihak guru maupun ahli pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Karena metode pendidikan yang tidak tepat guna, menjadi penghalang kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Metode mengajar merupakan salah satu komponen proses pendidikan yang didukung oleh alat dan sebagai suatu kebulatan dalam sistem pembelajaran.8

Spesifikasi berbeda setiap materi pembelajaran, sehingga metode yang digunakan pun berbeda antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi dalam bukunya “Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam” bahwa metode yang dipergunakan dalam mengajar anak-anak berlainan dengan apa yang dipakai

(7)

untuk mengajar orang-orang yang lebih besar. Dalam hal ini sebagaimana yang dikutip M. Athiyah Al-Abrasyi, Al-Ghazali menyarankan dipakainya metode ini, karena antara anak kecil dan yang besar terdapat perbedaan tanggapan.9

Muhammad Athiyah berpesan, hendaklah dalam mendidik anak jangan berbicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti, dan kepada orang besar jangan pula dilawan bicara dengan bahasa anak-anak.10 Berbicaralah

kepada orang sesuai dengan tingkat intelektualitasnya masing-masing. Karena pemikiran anak-anak berbeda dengan pemikiran orang besar, dan hal ini harus dijadikan titik perhatian dalam memberikan pelajaran.11

3. Faktor Penyebab Penggunaan Metode Pengajaran

Keberhasilan peserta didik dalam belajar, tidak terlepas dari kepintaran gurunya dalam mengajar. Guru yang cerdas dan hebat akan memiliki banyak metode dalam mengajar. Sebaliknya, guru yang biasa-biasa saja dia akan memiliki metode mengajar yang biasa-biasa saja. Metode pembelajaran tidak hanya wawancara, demonstrasi, inkuiri, diskusi, tanya jawab,eksperimen, tutorial, atau observasi, tetapi juga metode yang dapat diciptakan sendiri. Prinsipnya, metode tersebut memudahkan peserta didik untuk memahami materi pelajaran.12

Ada beberapa faktor penyebab beragamnya metode pengajaran: 1. Tujuan berbeda setiap mata pelajaran

2. Perbedaan karakteristik pebelajar 3. Perbedaan kondisi dan situasi 4. Perbedaan kemampuan 5. Adanya alat pembelajaran

9 Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa, H.

Bustami A.Ghani, Djohar Bahry, judul asli, Attarbiyah al Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 13-14

10 Ibid., hlm. 12 11 Ibid., hlm. 189

(8)

4. Isyarat Ayat Al-Qur’an tentang Metode

Ada beberapa metode dalam pembelajaran seperti yang telah di contohkan Allah swt baik dalam cara penyampaian informasi sebagaimana waktu memberikan informasi atau kabar kepada para Malaikat maupun dalam cara memberikan wahyu kepada Rasulullah saw. Sehingga terbentuknya sebuah metode ini digali dan memiliki sandaran yang jelas. Metode-metode itu diantaranya:

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,14 dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya

Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. An-Nisa’: 1)



















suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh

13 Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)

Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

14 Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya

(9)

(rahim). 14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. 15. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Q.S. Al-Mu’min: 12-15)

b. Allah memberi informasi atau berita kepada Malaikat. (metode ceramah/ informasi, tanya jawab dan dialog) "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah: 30)

(10)

Malaikat sebagai penerima pesan. Respon yang disampaikan oleh Malaikat membuka peluang terjadinya pertanyaan dari Malaikat kepada Tuhan. Interaksi antara Tuhan dengan Malaikat terjadi yang memberi kesan melakukan tanya jawab merupakan metode tanya jawab, sehingga tercipta dialog Tuhan dengan Malaikat, yang memuat isyarat fenomena metode dialog.15

Mengenai metode dialog, sebagaimana yang dikutip oleh Muljamil Qomar, Muhammad Anwar mengatakan “banyak ayat dalam al-Qur’an memulai dengan kata-kata yas’aluunaka (mereka bertanya)”. Ada sebanyak 15 kali kata ini dipergunakan dalam al-Qur’an. Kata tersebut disambung dengan obyek pertanyaan, kemudian diikuti kata qul

(katakanlah) baru materi jawaban kecuali pada surat Al-Nazi’at [79]: 42.16

Untuk penelusuran metode berikutnya sebagaimana waktu turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw di Gua Hira dimana Rasulullah saw menirukan Jibril membaca al-Qur’an dan terjadi tanya jawab antara Malaikat Jibril dengan Rasulullah saw.



















































Artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,17

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Bahwasannya ayat satu dan tiga memuat perintah kepada Muhammad saw. Hal ini dapat dipahami pemberian perintah dari Allah swt

15 Rohmat, Terapan Teori Teknologi Pembelajaran dalam Pelajaran Agama Islam,

(Yogyakarta: Gebang Media Aksara, 2013), hlm. 2-3

16 Muljamil Qomar, Epistemologi pendidikan Islam: dari metode rasional hingga metode

kritik, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 328, baca juga dalam Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2009), hlm. 112-117

(11)

melalui Malaikat Jibril bisa dikategorikan fenomena metode pemberian perintah, yang dekade ini diungkapkan dengan fenomena metode perintah atau metode penegasan. Sedangkan ketiga ayat lain, yaitu ayat dua, empat dan lima merupakan ungkapan dari metode ceramah.18















suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya19[847] agar Kami perlihatkan

kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al-Isra’: 1)

Ayat diatas menjelaskan bahwa, pada peristiwa peringatan Isro’ Mi’roj yaitu perjalanan Rasulullah saw yang kemudian mendapat perintah sholat lima waktu dalam sehari semalam. Hal ini menjelaskan tentang salah satu metode yang bisa kita ambil, dimana Allah swt telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha untuk melihat-lihat sebagian dari tanda-tanda keagungan dan kebesaran Allah20 merupakan suatu fenomena yang dapat dikategorikan dalam

fenomena metode karya wisata, perintah/penugasan. Metode karya wisata adalah metode yang mengembangkan pengalaman dan aktivitas lapangan.21

Selain metode diatas, dalam diri Rasulullah juga tercermin suri tauladan yang baik, dimana salah satu tugas Rasulullah saw adalah untuk memberikan pelajaran dan teladan yang baik, dalam hal ini yang kemudian diungkapkan metode tauladan.

18 Rohmat, Terapan Teori..., hlm. 4

19 Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah

dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

20 Syaikh ‘Abdurrahman Ya’qub, Pesona Akhlak Rasulullah saw, (Mizan Pustaka), hlm.

101

(12)

Sebenarnya masih banyak metode-metode seperti yang telah diajarkan oleh Allah swt kepada makhluk-Nya yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an, diantaranya adalah:

- Metode Kisah

- Bimbingan dan penyuluhan - Berangsur-angsur

- Tauladan - Diskusi

- Bekerja kelompok

Selain metode-metode diatas, seperti metode yang terdapat pada ayat-ayat diatas dapat dilihat dari macam metode pengajaran, diantaranya:

- Ceramah, Tanya jawab, Perintah/penugasan/resitasi, Karya wisata, Pengulangan, Demonstrasi, Sosiodrama, Team teaching, Unit/proyek, Forum, Mengajar berprogram, Sistem modul, Insersi, Pair group, Simulasi, Seminar, Eksperimen, Deduktif, Induksi, Asosiasi.

5. Pengertian Variabel

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dinamakan variabel yaitu dapat berubah-ubah, berbeda-beda, bermacam-macam atau sesuatu yg dapat berubah; faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan.22

Variabel dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada atau exist dan keberadaannya memiliki lebih dari satu label atau lebih dari satu nilai. Lawan dari variabel yaitu konstan.23

Sugiyono menyatakan bahwa variabel didalam penelitian merupakan suatu attribut dari sekelompok obyek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut, misalnya tinggi badan dan berat badan yang merupakan attribut dari seseorang yang dalam hal ini adalah obyek penelitiannya. Selanjutnya, berat badan dan tinggi badan ini akan bervariasi bila terjadi pada sekelompok orang, apalagi diambil secara acak. Jadi jika sekelompok orang tadi tinggi dan berat badannya sama, maka semua itu bukan variabel.

22 http://kbbi.web.id/

(13)

Variabel mempunyai bermacam-macam bentuk menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, yaitu:

1. Variabel independen, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya/terpengaruhnya variabel dependen.

2. Variabel dependen, yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen.

3. Variabel moderator, yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

4. Variabel intervening, seperti variabel moderator, tetapi nilainya tidak dapat diukur, seperti kecewa, gembira, sakit hati.

5. Variabel kontrol, yaitu variabel yang dikendalikan peneliti.24

Pesantren pada zaman moderen ini menurut Mastuhu, harus memusatkan pada tiga variabel mendasar; materi, pandangan dunia, dan metodologi.25

III. PENUTUPAN

Mengajar bagi seorang guru merupakan aktivitas utama yang harus dijalani. Akan tetapi keberhasilan dalam proses pembelajaran tidaklah mudah untuk dilakukan. Karena bagi seorang guru, selain materi yang harus dikuasai juga membutuhkan cara lain yang bisa membantu berhasilnya suatu proses pembelajaran atau yang biasa disebut sebagai metode dalam pembelajaran.

Allah swt sebagai guru besarnya dari setiap makhluk, telah banyak memberikan contoh bagaimana seorang anak didik dapat dengan mudah memahami penjelasan dari sang guru. Bagaimana seorang guru memberikan informasi atau kabar kepada anak didiknya, bagaimana seorang guru menceritakan suatu kejadian, bagaimana seorang guru memberikan jawaban atas pertanyaan dari anak didiknya dan sebagainya, semuanya telah dicontohkan oleh Sang Maha Guru yaitu Allah swt. dengan berbagai metode yang sesuai dengan

24 Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia,cet. 7, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2005), hlm. 106, baca juga pada Nursalam, Konsep & Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2, (Jakarta: Salemba Medika, 2008), hlm. 97-98

25 Mujamil Qomar, Pesantren; dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

(14)

kondisinya masing-masing, yang kesemuanya itu demi pemahaman dan kejelasan anak didiknya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa, H. Bustami A.Ghani, Djohar Bahry, judul asli, Attarbiyah al Islamiyah,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1993)

Asmani, Jamal Ma’mur, 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (Jogjakarta: DIVA Press 2011)

Gora, Winastwan & Sunarto, Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, )

http://kbbi.web.id/

Mulyana A.Z., Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: Grasindo, 2010)

Nursalam, Konsep & Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2, (Jakarta: Salemba Medika, 2008)

Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2009)

Qomar, Mujamil, Pesantren; dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2007)

_______________, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2007)

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005)

Rohmat, Terapan Teori Teknologi Pembelajaran dalam Pelajaran Agama Islam,

(Yogyakarta: Gebang Media Aksara, 2013)

Roqib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2009)

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007)

Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat; Esay-esay Pemikiran Pemberdayaan dari Aspek Manejerial, Kecerdasan dan Kepribadian,

(Medan: Perdana Publishing, 2012)

(16)

Umar, Husein, Riset Sumber Daya Manusia, cet. 7, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005)

Ya’qub, Syaikh ‘Abdurrahman, Pesona Akhlak Rasulullah Saw, (Mizan Pustaka)

Referensi

Dokumen terkait