• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Perusahaan Pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Perusahaan Pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pengelolan sumber daya manusia yang baik akan berdampak besar bagi

kemajuan perusahaan. Pengelolaan yang buruk terhadap sumber daya manusia

akan merugikan perusahaan dalam waktu jangka panjang. Misalkan seorang

karyawan yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan pengaruh yang buruk

terhadap karyawan yang lainnya. Pengaruh buruk tersebut akan menular dan

membawa karyawan yang lainnya untuk bertindak sewenang-wenang dan

hasilnya kinerja perusahaan tidak akan tercapai serta tujuan perusahaan akan

terhambat.

Sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen

karena keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kualitas sumber daya

manusianya. Dengan kata lain kelangsungan suatu perusahaan itu ditentukan oleh

kinerja karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha

untuk meningkatkan kinerja pegawai dengan harapan tujuan perusahaan dapat

tercapai. Lingkungan kerja dan stress kerja merupakan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, jauh dari

kebisingan, aman dapat membuat pegawai tidak menjadi stress kerja.

Menurut Sedarmayanti (2001:21), lingkungan kerja merupakan segala

sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik

(2)

dirinya dan pekerjaanya saat bekerja. Lingkungan kerja sebagai salah satu faktor

utama yang memicu karyawan untuk dapat bekerja secara optimal. Dengan

lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan tenang dapat meningkatkan kinerja

perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Lingkungan kerja sebagai suatu kondisi, suasana dan situasi dimana

karyawan melakukan proses pekerjaan dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh

sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya kinerja. Misalnya jika

karyawan bekerja pada lingkungan kerja yang berisik, sirkulasi udara kurang

memadai, ruangan yang kecil disertai dokumen yang menumpuk, panas, dan lain

sebagainya tentu dapat menghambat proses pelaksanaan pekerjaan serta

memberikan pengaruh negatif terhadap perilaku karyawan yang akan berdampak

besar pada kinerja perusahaan.

Lingkungan kerja yang tidak kondusif akan membuat karyawan menjadi

sulit konsentrasi, stress, mudah emosi, malas, sering datang terlambat dan lain

sebagainya. Stress merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami

ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhinya, kondisi tersebut dapat

diperoleh dari dalam diri seseorang maupun lingkungan diluar diri seseorang.

Stress dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap keadaan psikologis dan

biologis bagi karyawan.

Menurut Robbin (2002:318) stress merupakan kondisi dinamis dimana

seseorang individu dihadapkan dengan kesempatan, keterbatasan atau tuntutan

(3)

tidak menentu. Stress sebagai suatu ketidakseimbangan antara keinginan dan

kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi

dirinya. Stress merupakan suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan

pada kesempatan, hambatan, dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah

penting tapi tidak dapat dipastikan.

Disisi lain stres kerja dapat dipengaruhi oleh masalah dalam perusahaan.

Perusahaan yang tengah berkembang biasanya menetapkan target dan standar

yang cukup tinggi dalam peningkatan kinerja karyawannya, dengan tujuan untuk

menunjukkan kemampuan bersaing di tengah persaingan bisnis yang ketat dan

dalam usahanya untuk menjadi perusahaan yang terdepan dibandingkan

kompetitor. Namun, target dan standar yang ditetapkan perusahaan justru dapat

menimbulkan stres bagi karyawan jika dianggap terlalu tinggi dan membebani

karyawan, dan justru dapat menurunkan motivasi dan kinerja karyawannya.

PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara adalah salah satu

Badan Usaha Usaha Milik Negara (BUMN) dimana sebagai penghasil tenaga

listrik terbesar di Sumatera memiliki 6 (enam) sektor pembangkitan yang tersebar

di Sumatera yaitu Sektor Pembangkitan Belawan, Sektor Pembangkitan Medan,

Sektor Pembangkitan Labuhan Angin, Sektor Pembangkitan Pandan, Sektor

Pembangkitan Nagan Raya, dan Sektor Pembangkitan Pekanbaru. Sebagai

pembangkit terbesar di Sumatera harus memiliki kinerja yang handal untuk

mampu menghasilkan ketersediaan energi listrik yang cukup bagi kebutuhan

(4)

Sebagai pembangkit terbesar di Sumatera, PT PLN (Persero)

Pembangkitan Sumatera Bagian Utara harus dapat dengan baik mengelola bisnis

kelistrikan agar dapat menjadi perusahaan listrik yang terbaik dengan cara

menghasilkan listrik yang surplus, memberikan timbal balik yang setimpal

terhadap investor dan kontraktor, menjadi mitra bisnis, memberikan kesejahteraan

kepada karyawan, memberikan rasa aman didalam bekerja terhadap karyawan,

dan lain sebagainya.

Lingkungan kerja fisik di PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera

Bagian Utara terbagi menjadi dua bagian yaitu pekerjaan yang dilakukan didalam

ruangan kantor dan pekerjaan yang dilakukan di luar ruangan kantor. Pekerjaan

didalam ruangan umumnya dilakukan oleh karyawan administrasi yang dilengkapi

oleh perlengkapan kantor seperti komputer, kursi, meja, mesin faximile, dan

fasilitas lainnya. Sementara pekerjaan diluar ruangan dilakukan oleh karyawan

operator dan pemeliharaan, contohnya pekerjaan pemeliharaan mesin dilengkapi

dengan tool set, WD40 (untuk menghilangkan karat), kain majun, dan lain

sebagainya.

Beberapa penyebab stress kerja karyawan diantaranya adalah tuntutan

masyarakat dan pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan listrik. Seperti

yang telah diketahui bahwa daerah Sumatera Utara merupakan salah satu daerah

yang sering mengalami pemadaman listrik. Dalam hal ini perusahaan dituntut

untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dengan daya mampu mesin

(5)

daerah meminta ketersediaan listrik di Sumatera Utara untuk tetap dapat dipenuhi

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Penyebab lainnya muncul dari persaingan antar vendor untuk

memenangkan suatu pekerjaan yang dimana vendor tersebut dapat melakukan

segala hal untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dari hal tersebut

karyawan yang ditunjuk sebagai panitia pengadaan barang dan jasa merasa tidak

nyaman sehingga berdampak karyawan tersebut dapat menjadi stress disertai

dengan kinerja yang menurun.

Stress kerja muncul tidak hanya berasal dari pihak eksternal saja, namun

juga dari pihak internal. Seperti target kinerja perusahaan yang ditetapkan oleh

Kantor Pusat PT PLN (Persero) menjadi salah satu pengaruh yang menimbulkan

stress kerja. Karyawan diwajibkan untuk memenuhi target kinerja baik yang

bersifat teknis maupun bersifat non-teknis. Selain itu proporsional deskripsi

pekerjaan yang berdampak pada sering terjadinya misscommunication antara

atasan dan bawahan atau antar sesama karyawan, beban kerja yang tidak

seimbang dengan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan tersebut.

Penyebab eksternal dan internal yang telah dikemukakan berpotensi untuk

mempengaruhi karyawan menjadi stress dan bekerja tidak optimal baik didalam

mengoperasikan pembangkit maupun didalam melaksanakan pekerjaan non-teknis

lainnya. Mencapai tujuan perusahaan baik jangka pendek dan jangka panjang

bukanlah suatu hal yang mudah untuk dihadapi oleh PT PLN (Persero)

Pembangkitan Sumatera Bagian Utara. Tingginya target perusahaan dan pengaruh

(6)

Sumatera Bagian Utara cukup mengalami kesulitan didalam menghasilkan energi

listrik.

Tabel 1.1

Pencapaian Target PT PLN (Persero) KITSBU Periode Oktober s/d Desember 2013

No. Indikator Kinerja Bobot Target Realisasi Nilai Keterangan

I Pelanggan 8 8.00 Tercapai

1 Nilai Kepuasan Pelanggan 85 91.16 8.00

II Produk dan Layanan 27 10.40 Tidak

tercapai

1 EFOR 7.00 12.37 0.00

2 SOF 17.00 16.92 9.00

3 SdOF 3.00 4.27 1.40

III Proses Bisnis Internal 30 21.01 Tidak

tercapai

1 Tara Kalor 2,660.00 2,740.22 9.40

2 EAF 75.00 71.22 6.29

3 Hari rata-rata persediaan

batubara 30.00 50.51 0.00

4 Subtitusi HSD ke Biofuel 15,000.00 31,422.26 2.00 5 Rasio Pemakaian Material

1 Human Capital Readiness 3.40 3.09 6.54

2 Organizational Capital

Readiness 3.40 2.92 5.74

V Keuangan dan Pasar 8 8.00 Tercapai

1 Opex Non-Fuel 110 44.35 8.00

Sumber: PT PLN (Persero) KITSBU (2014) (data diolah)

Kolom indikator kinerja mencakup pelanggan, produk dan layanan, proses

bisnis internal, SDM, keuangan dan pasar, dan kepemimpinan, dimana setiap

(7)

(Equivalent Forced Outage Rate ) adalah persentase jam gangguan dan jam

derating yang tidak direncanakan terhadap jumlah jam pelayanan pembangkit

dalam satu periode, SOF (Scheduled Outage Factor ) adalah faktor ketidaksiapan

unit pembangkit disebabkan adanya pembangkit keluar terencana (planned

outage) yang berupa pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi, dan overhaul dalam

suatu periode, dan SdOF adalah jumlah gangguan mendadak pembangkit yang

terjadi pada suatu unit pembangkit dalam suatu periode.

Kolom produk dan layanan merupakan bagian inti dari pembangkit,

dimana realisasi tidak boleh melebih target yang telah ditetapkan karena hal

tersebut menunjukkan keandalan pembangkit didalam menghasilkan energi listrik.

Sesuai dengan data kinerja tersebut, realisasi pada periode Oktober sampai dengan

Desember 2013 tidak mencapai target, dikarenakan banyaknya gangguan pada

pembangkit yang disebabkan oleh kurang komunikasi didalam menetapkan jadwal

pemeliharaan mesin, mengulur waktu pemeliharaan karena ketersediaan

sparepartsyang kurang memadai, danhuman error.

Berdasarkan hasil prasurvei yang telah dilakukan, didapati bahwa

rendahnya tingkat kepercayaan dan kerjasama antar karyawan merupakan salah

satu penyebab stress kerja. Dalam kenyataannya usaha untuk mengatur dan

mengkoordinasikan karyawan dalam suatu tim sering mengalami kegagalan yang

disebabkan kurangnya dukungan dan komitmen manajemen. Hal ini terlihat pada

penugasan karyawan yang dilakukan secara subjektif dan pengalihan tanggung

jawab dari manajemen dipakai sebagai alat manipulasi untuk memberi tugas

(8)

Tuntutan kerja, hubungan antar pegawai, kualitas pemimpin dan struktur

organisasi sering membuat karyawan mengalami stress kerja. Maka dari itu pada

kolom SDM dan Kepemimpinan target tidak tercapai dikarenakan beban kerja

yang berlebihan dimana karyawan diharuskan untuk dapat menyelesaikan tugas

yang diberikan dan tuntutan tanggung jawab yang harus segera untuk dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Kurangnya dukungan dari pemimpin menjadi

salah satu faktor penghambat pekerjaan untuk dapat diselesaikan. Pemimpin

seringkali menuntut pekerjaan untuk dapat selesai tepat pada waktunya tanpa

memaparkan penjelasan atas pekerjaan tersebut.

Uraian di tersebut memberi gambaran yang cukup jelas mengenai

fenomena yang mempengaruhi kinerja karyawan. Maka penulis tertarik untuk

meneliti secara lebih lanjut mengenai “PengaruhLingkungan Kerja dan Stress

Kerja Terhadap Kinerja Perusahaan pada PT PLN (Persero) Pembangkitan

Sumatera Bagian Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

diperoleh rumusan masalah penelitian yakni apakah lingkungan kerja dan stress

kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada

PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh lingkungan kerja dan stress kerja terhadap kinerja

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Bagi PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara

Sebagai informasi dan bahan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan

khususnya yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan kerja dan stress

kerja terhadap kinerja karyawan.

2. Bagi Peneliti

Memperluas wawasan peneliti tentang lingkungan kerja dan stress kerja

terhadap kinerja karyawan.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang

Gambar

Tabel 1.1Pencapaian Target PT PLN (Persero) KITSBU

Referensi

Dokumen terkait

Busana kerja adalah busana yang dipakai untuk melakukan suatu pekerjaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Busana kerja banyak macamnya, sesuai dengan jenis pekerjaan

Adaptable building which is able to respond and adjust towards the changing needs throughout its life span maximizes the investment value of resources and energy used in

Simpulan dari kegiatan ini adalah bentuk/wujud bangunanya merupakan bangunan yang sedarhana, geometris dan simple, posisi bangunan sangat strategis yang dapat dilihat dari

Jum’at 10 Januari 2014 Bribtu Nurul Avandi anggota seseksep criminal sector kelapa nunggang, tewas setelah ditembak seseorang yang akan merampok motor miliknya yang terparkir di

Rachel Mediana Untung, S.Sos., M.A, Kaprogdi Seni Musik Fakultas Seni Pertunjukan sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan

Pintu utama dari pondok pesantren.. antara pintu masuk untuk laki-laki dan putri serta proses di dalam belajar mengajar pun juga terpisah, sehingga dapat meng- hindarkan diri

Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya, terhindar dari

Lampiran 2 Kamal Darojat, Ketua Kelompok Rodat Rock Gempor (Sumber : Dokumentasi Malik,