2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkatan tertentu. Sedangkan risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan intensitas bahaya tersebut (HIPSMI dalam buku Notoatmodjo, 2007).
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain.
Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
2.1.2. Pengertian Kesehatan Kerja
usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja (Notoatmodjo, 2007).
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya
kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Anonim, 2010).
Agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan antara beban kerja, beban
tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja (Suma’mur,
2009).
Tujuan akhir kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain suhu ruangan yang nyaman, penerangan/pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomi), dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menghindari resiko sakit dan celaka dengan pendekatan ilmiah dan praktis secara sistematis (systematic), dan dalam kerangka piker kesisteman (system oriented) (Anonim, 2010).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja (Yuli, 2005). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif yang kegiatan utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya (Notoatmodjo, 2007).
2.1.4. K3 Konstruksi
Menurut Davies (1996), keselamatan konstruksi adalah bebas dari resiko luka dari suatu kecelakaan dimana kerusakan kesehatan muncul dari suatu akibat langsung/seketika maupun dalam jangka waktu panjang.
Menurut Levitt (1993) menyatakan bahwa keselamatan konstruksi adalah usaha untuk meniadakan dari resiko kerugian/luka-luka dari suatu kecelakaan dan kerusakan kesehatan yang diakibatkan oleh efek jangka panjang akibat dari lingkungan kerja tak sehat.
keselamatan property (safe for property) yang diadakan untuk pelaksanaan proyek konstruksi dan keselamatan lingkungan (safe for environment) di mana proyek konstruksi dilaksanakan.
Keselamatan konstruksi pada hakekatnya adalah untuk melindungi pekerja dan orang-orang yang ada di tempat kerja, masyarakat, peralatan dan mesin, serta lingkungan agar terhindar dari kecelakaan. Untuk itu semua dapat dilakukan dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan rehabilitative. Usaha preventif biasa dengan mengadakan peraturan dan perundangan yang harus ditaati oleh semua penyelenggara kegiatan (konstruksi). Usaha kuratif dilakukan apabila ternyata terjadi kecelakaan sehingga untuk penanganannya diperlukan usaha dan dana. Usaha rehabilitative adalah pemulihan kembali korban-korban kecelakaan (manusia maupun bukan manusia) agar dapat kembali berfungsi sebagaimana sebelumnya. Khusus untuk manusia, dimungkinkan adanya perpindahan posisi/job disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis yang bersangkutan setelah terjadi kecelakaan.
2.2. Potensi Bahaya
2.2.1. Defenisi Potensi Bahaya
2.2.2. Jenis-jenis bahaya
Dalam kehidupan banyak sekali bahaya yang ada di sekitar kita. Bahaya-bahaya itu dapat menyebabkan kecelakaan, menurut Ramli (2010) jenis-jenis Bahaya-bahaya itu antara lain:
Jenis-jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Bahaya mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, popong, press, tempa.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.
2. Bahaya listrik
Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik . Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin-mesin yang menggunakan energi listrik.
3. Bahaya kimiawi
kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
- Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun
- Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam kuat,dll
- Kebakaran dan ledakan
- Polusi dan pencemaran lingkungan 4. Bahaya fisik
Bahaya yang berasal dari faktor-faktor fisik seperti: - Bising
- Tekanan - Getaran
- Suhu panas atau dingin - Cahaya atau penerangan
- Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah. 5. Bahaya biologis
2.2.3. Sumber-sumber Bahaya di Lingkungan Kerja
Menurut Sahib (1997), kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber bahaya itu bisa berasal dari :
1. Bangunan, Peralatan dan Instalasi 2. Bahan
3. Proses 4. Cara Kerja
5. Lingkungan Kerja 2.3. Proyek Konstruksi
2.3.1. Pengertian Proyek Konstruksi
Ferdy dan Yudi (2008) menjelaskan defenisi Industri Konstruksi merupakan lapangan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja, yang mana kecelakaan kerja ini juga dapat menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan juga kontraktor. Pekerja konstruksi sangat berbeda karakteristiknya dengan pekerja di sektor industri atau pekerjaan formal lainnya. Salah satu karakteristik pekerja konstruksi adalah mobilitasnya yang sangat tinggi dan cenderung tidak terikat dalam satu perusahaan tertentu.
2.3.2. Jenis-jenis Proyek Konstruksi
Jenis proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Proyek konstruksi bangunan gedung
Adalah proyek konstruksi yang menghasilkan tempat orang bekerja atautinggal. Proyek konstruksi bangunan gedung meliputi rumah, kantor,pabrik, apartemen, dan sebagainya.
2. Proyek konstruksi non-gedung (Bangunan Sipil)
Proyek konstruksi Proyek konstruksi yang digunakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia. Proyek bangunan sipil meliputi infrastruktur jalan, jembatan, dan bendungan.
2.3.3. Karakteristik Proyek Konstruksi
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya dan membutuhkan organisasi. Kemudian, proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constraint), yaitu sesuai spesifikasi mutu yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan (Ervianto,2004).
Ciri pokok dari proyek adalah:
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. Jumlah biaya, criteria mutu dalam proses mencapai tujuan di atas telah
ditentukan.
4. Rangkaian kegiatan hanya dilakukan sekali (non rutin), tidak berulang-ulang, sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).
5. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. 2.3.4. Tahapan-tahapan dalam Proyek Konstruksi
Adapun tahapan-tahapan proyek konstruksi adalah (Wijaya,2011): 1. Adanya kebutuhan (need)
Semua proyek konstruksi biasanya dimulai dari gagasan dibangun berdasarkan kebutuhan (Need).
2. Studi kelayakan (feasibility study)
Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan.
Kegiatan yang dilaksanakan:
Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya
Meramalkan manfaat yang akan diperoleh
Menyusun analisis kelayakan proyek
Menganalisis dampak lingkungan yang akan terjadi 3. Membuat penjelasan yang lebih rinci (briefing)
Kegiatan yang dilaksanakan:
Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli
Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan, merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.
Menyiapkan ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana pelaksanaan
Membuat sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat menggambarkan denah dan batas-batas proyek.
4. Membuat rancangan awal (preliminary design)
Pada tahap ini melakukan perancangan (design) yang lebih mendetail sesuai dengan keinginan dari pemilik seperti membuat gambar rencana, spesifikasi, Rencana Anggaran Biaya (RAB), metode pelaksanaan, dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan :
Mengembangkan ikthisiar proyek menjadi penyelesaian akhir
Memeriksa masalah teknis
Meminta persetujuan akhir dari pemilik proyek
Mempersiapkan:
- Rancangan terinci
- Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal - Daftar kuantitas
- Taksiran biaya akhir
Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan proyek konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya.
Kegiatan yang dilaksanakan: Prakulaifikasi
Dokumen Kontrak 7. Pelaksanaan (construction)
Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua operasional di lapangan :
Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah
- Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan - Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan - Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja
- Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material
Kegiatan Koordinasi
- Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan - Mengkoordinasi para sub kontraktor
-8. Pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and start up)
Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as build drawing)
Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan
Mempersiapkan petunjuk operasional/pelaksanaan serta pedoman pemeliharaan
Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan
Proyek konstruksi dimulai sejak timbulnya prakarsa dari pemilik untuk membangun suatu bangunan yang kemudian akan dipengaruhi oleh unsure lainnya seperti konsultan, kontraktor dan lainnya. Pelaksanaan proyek konstruksi pada dasarnya adalah mengubah sumber daya yang tersedia dan dana tertentu secara terorganisir menjadi suatu hasil pembangunan yang mantap dan sesuai tujuan awal dan harus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
2.4. Pekerjaan Struktur
2.4.1. Pekerjaan Cetakan Beton / Bekisting
walaupun merupakan pekerjaan sementara harus kuat untuk menahan tekanan beton yang masih cair, dan juga harus kuat jika terkena injakan para pekerja dan pukulan-pukulan yang tidak disengaja (Sajekti, 2009).
Fungsi sebuah bekisting
Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting menjalani tiga fungsi:
a. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang sederhana;
b. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tertentu;
c. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.
bidang alas tidak perlu dipasang papan cetakan, tetapi cukup dipasang dinding cetakan samping.
Konstruksi cetakan beton harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibongkar. Biasanya bahan bekisting adalah dari kayu karena mudah pengerjaannya, tetapi sekarang sudah banyak cetakan beton dari plat besi dan balok-balok besi profil, sehingga lebih efisien karena dapat dipakai terus dengan tidak mengalami kerusakan atau kerusakan relative sangat kecil, sedangkan dengan menggunakan bahan kayu biasanya dipakai tiga atau empat kali sudah harus diganti cetakan dindingnya (Sajekti, 2009).
2.4.2. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan meningat fungsi besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung (Sajekti, 2009).
pekerja. Pada beberapa bagian dari anyaman besi beton yang terlalu panjang, dan jika diinjak dapat melentur, maka perlu diberi penyangga dari sisa-sisa besi, dengan bentuk sedemikian rupa sehingga dapat menahan beban orang dan mesin pemadat beton. Besi penyangga ini juga perlu diikat dengan ayaman besi. Di lapangan diberi istilah besi kaki ayam.
Pemotongan dan pembengkokan besi biasanya dengan mesin bertenaga listrik untuk pekerjaan besar dan secara missal, tetapi kadang-kadang perlu juga adanya alat pembengkokan secara manual untuk pekerjaan yang kecil-kecil dan hanya perlu satu atau dua buah saja. Rangkaian besi beton untuk balok-balok kecil dan kolom-kolom kecil misalnya balok sloof dan kolom praktis dikerjakan/dirakit di luar tempat pekerjaan (prefabricated). Tetapi untuk kolom-kolom besar, balok-balok besar dan plat lantai dikerjakan/dirakit langsung di tempat pekerjaan.
2.4.3. Pekerjaan Pengecoran beton
Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana (Sajekti, 2009).
2.5. Pekerjaan Arsitektur 2.5.1. Pekerjaan Memplester
Fungsi dari plesteran adalah :
1. Melindungi pasangan tembok dari pengaruh cuaca, khususnya hujan dan terik panas matahari
2. Memperhalus atau meratakan permukaan pasangan tembok sehingga memudahkan pengecatan
3. Memperindah penampilan 2.5.2. Pintu dan Jendela
Pintu dan jendela merupakan konstruksi yang dapat bergerak, bergeraknya pintu atau jendela dipengaruhi oleh perletakan/penempatan, efisiensi ruang dan fungsinya. Dalam merencanakan pintu dan jendela, ada 4 (empat) hal yang harus dipertimbangkan (Tamrin, 2008), yaitu :
1. Matahari
Pintu dan jendela merupakan sumber pengurangan dan penambahan panas, sehingga jendela dapat diletakkan di sisi sebelah timur dan/atau barat.
2. Penerangan
Untuk menghasilkan penerangan alami sebuah ruangan, dengan menempatkan jendela dekat sudut ruangan maka dinding didekatnya disinari cahaya akan memantulkan ke dalam ruangan.
3. Pemandangan
4. Penampilan
Jendela akan dapat mempengaruhi penampilan ekterior rumah/bangunan. Persyaratan
Syarat pintu dan jendela pada sebuah bangunan meliputi : 1. Bekerja dengan aman
2. Tahan cuaca, untuk mendapatkan ketahanan terhadap cuaca maka harus dipilih dari bahan yang baik, tidak mudah lapuk, tidak mudah mengalami kembang/susut (muai, melengkung)
3. Tidak ada celah/ cahaya yang tidak dikehendaki masuk, cuaca (suhu, udara) masuk ke dalam ruangan.
4. Kuat
5. Minimal ada 1(satu) buah jendela dalam sebuah ruangan. Fungsi pintu dan jendela dalam sebuah bangunan
1. Fungsi pintu
Dalam kegiatan/komunikasi antar ruang maka pintu sangat dibutuhkan, demikian juga sarana lintas antara bagian dalam dan bagian luar bangunan.
2. Fungsi jendela
a. Penerangan alami ruangan
b. Pengatur suhu ruangan, sirkulasi angin c. Melihat pemandangan/situasi luar bangunan 2.5.3. Kusen Pintu dan Jendela
Kusen kayu memberikan penampilan yang hangat dan indah dari tampilan tekstur serat-serat kayu yang dimilikinya, mempunyai nilai penyekat panas yang baik dan pada umumnya tahan terhadap pengaruh cuaca. Rangka jenis ini dapat berupa produk pabrik yang telah diselesaikan dengan pelapisan cat, pewarnaan atau masih berupa kayu asli tanpa pelapisan. Kusen dari bahan logam berbeda dari kayu, kusen logam tidak terpengaruh bila basah, kusen logam ini tidak memiliki kehangatan dalam penampilan dan memberikan daya tahan yang kecil terhadap perpindahan panas. Kusen logam dapat terbuat dari alumunium, baja atau baja tak berkarat (stainless-steel), warna alami logam dapat ditutup dengan lapisan cat dan dirawat dengan baik
untuk mencegah korosi (Tamrin, 2008). 1. Bagian-Bagian Kusen
Kusen terdiri atas : 1. Tiang (style).
2. Ambang (dorpel) pada kusen jendela terdapat ambang atas dan ambang bawah sedangkan pada pintu tidak ada ambang bawah.
3. Sponneng, yaitu tempat perletakan/melekatnya daun pintu atau daun jendela. 4. Telinga, yaitu bagian ambang (dorpel) yang masuk/ditanam kedalam tembok yang berfungsi untuk menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang.
5. Alur kapur, bagian dari tiang (style) yang dialur/dicoak dengan fungsi untuk menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang selain itu juga agar apabila terjadi penyusutan, tidak timbul celah.
7. Duk (neut), dipasang pada tiang (style) di bagian bawah, khusus untuk kusen pintu, berfungsi untuk menahan gerakan tiang ke segala arah dan melindung tiang kayu terhadap resapan air dari latai ke atas.
2.5.4. Dinding Bangunan
Dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan baik dari segi konstruksi maupun penampilan artistik dari bangunan (Tamrin, 2008). Ditinjau dari bahan mentah yang dipakai, dinding bangunan dapat dibedakan atas:
1. Bata cetak/bata kapur, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran beberapa bahan dengan perbandingan tertentu, Umumnya digunakan pada rumah-rumah sederhana di perkampungan, pagar pembatas tanah dan lain sebagainya.
2. Bata celcon atau hebel, terbuat dari pasir silika. Harganya lebih mahal dari pada bata merah. Ukuran umumnya 10 cm x 19 cm x 59 cm.
3. Dinding Partisi, bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm.
4. Batako dan blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: tras+ kapur + pasir dengan perbandingan tertentu. Batu buatan jenis ini bentuknya berlubang, model dan lubangnya dibuat bermacam variasi model. Blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: semen + pasir dengan perbandingan tertentu, sama juga dengan bataco, blok beton ini juga berlubang.
2.5.5. Kuda-Kuda dan Atap 1. Kuda-Kuda
Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss). Umumnya kuda-kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang.
Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12 m. Kuda-kuda bambu pada umunya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10 meter, Sedangkan kuda-kuda baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dan lain-lain. Kudakuda dari beton bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 meter.
vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk,gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap).
2. Atap
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda.
Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik (Tamrin, 2008).
2.5.6. Plafon
Manfaat/kegunaan dari plafon antara lain sebagai berikut :
a. Supaya ruangan di bawah atap selalu tampak bersih, dan tidak tampak kayu dari rangka-atapnya.
b. Untuk menahan kotoran yang jauh dari bidang atap melalui celah-celah genteng. c. Untuk menahan percikan air, agar seisi ruangan selalu terlindung.
d. Untuk mengurangi panas dari sinar matahari melalui bidang atap. 2.5.7. Konstruksi Lantai
Pemasangan lantai biasanya dimulai bila semua pekerjaan bagian atas, seperti pemasangan atap, plafon, dan plesteran dinding dan pekerjaan bagian bawah, seperti pemasangan pipa-pipa riolering telah selesai dilaksanakan.
Lantai keramik atau ubin keramik adalah bahan penutup (finishing) lantai dari bahan keramik. Tujuan pemasangan ubin keramik selain sebagi penutup lantai adalah menambah kekuatan lantai, mempermudah pemeliharaan dan kebersihan lantai, serta mendekorasi ruangan (lantai). Selain fungsi-fungsi tersebut, efek pemasangan keramik lantai juga bisa menghadirkan atmosfer tertentu pada ruangan, tergantung jenis dan corak keramik yang dipilih (Tamrin, 2008).
2.5.8. Pekerjaan Pengecatan
Pada saat melakukan pengecatan baik itu tembok lama maupun baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih warna yang sesuai dengan fungsi dinding yang akan dicat, memilih warna yang sesuai dengan selera, langkah selanjutnya adalah menentukan merek cat yang sesuai dengan anggaran.
kesehatan lingkungan. Memang semakin tinggi kualitas cat, maka harganya pun akan semakin mahal, karena disamping keempat hal pokok diatas, cat yang berkualitas akan memiliki nilai tambah seperti daya tahan terhadap cuaca, anti jamur, tidak memudar (anti fading), mudah dibersihkan (washable), dapat menutup retak rambut (cover hair line crack) serta tambahan pengharum (fragnance).
2.6. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Potensi Bahaya K3 1. Mekanik 2. Kimiawi 3. Fisik 4. Listrik Pekerjaan Struktur