• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Ka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo

Makalah Individu

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

oleh :

Lisa Putraning Susanti NRP 3314 202 814

Program Magister Teknik Sanitasi Lingkungan

Jurusan Teknik Lingkungan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Email : lisa.psusanti@gmail.com

Abstrak

Kabupaten Sidoarjo sebagai bagian SWP Gerbangkertosusila dan sebagai kabupaten

penyangga Kota Surabaya, memiliki pertumbuhan perumahan baru yang meningkat

dengan pesat, linear dengan peningkatan jumlah penduduk dan memiliki potensi

menghasilkan limbah domestik yang besar. Di Sidoarjo potensi beban pencemaran oleh

air limbah 65,5% bersumber dari buangan mandi, cuci dan 37,5% dari WC. Dengan

pertumbuhan penduduk sebesar 4% /tahun dapat dibayangkan betapa besar potensi

pencemaran sungai akibat air limbah domestik 10 tahun yang akan datang. Sungai

merupakan objek yang vital bagi Kabupaten Sidoarjo karena menjadi sumber air baku

PDAM dan irigasi pertanian. Pendekatan teknologi, aspek peran masyarakat dan swasta,

aspek perangkat peraturan undang-undang, aspek kelembagaan dan pembiayaan

diperlukan untuk memberikan rekomendasi bagi penanganan pengelolaan air limbah

(2)

2 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo" I. PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk yang semakin besar sebagai akibat dari perkembangan

pada aktivitas kota dan proses industrialisasi di beberapa kota besar di Indonesia

mengakibatkan banyak berkembangnya kawasan komersial. Salah satu permasalahan

yang muncul seiring dengan perkembangan suatu kota adalah masalah perumahan dan

pemukiman. Pemukiman menempati areal paling luas dalam pemanfaatan ruang,

mengalami perkembangan yang selaras dengan perkembangan penduduk dan

mempunyai pola-pola tertentu yang menciptakan bentuk dan struktur suatu kota yang

berbeda dengan kota lainnya

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh permukiman penduduk terutama di

daerah perkotaan adalah masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh

pembuangan air limbah yang tidak tertangani dengan baik. Sumber penghasil limbah cair

terbesar di negara ini adalah dari hasil aktivitas rumah tangga. Limbah cair domestik

adalah air yang telah dipergunakan dan berasal dari rumah tangga atau pemukiman

termasuk di dalamnya adalah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci, WC, serta

tempat memasak (Sugiharto, 2008). Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72

Tahun 2013 tentang baku mutu air limbah bagi industri dan/atau kegiatan usaha lainnya,

maka parameter kunci untuk air limbah domestik adalah BOD, COD, TSS, pH, serta

Lemak dan Minyak.

Pada saat ini yang menimbulkan masalah adalah “tingkat pelayanan yang rendah”

dan tidak dapat memenuhi kebutuhan akibat laju pertumbuhan penduduk. Tingkat

pelayanan Air Limbah Permukiman perkotaan di Indonesia melalui Sistem perpipaan

(sewerage system) mencapai 2,33% dan melalui jamban (pribadi dan fasilitas umum) yang

aman (menggunakan tangki septik) baru mencapai 66,01% (SUSENASBPS, 2004).

Sedangkan, tingkat pelayanan Air Limbah Permukiman di perdesaan melalui pengolahan

setempat (on-site system) berupa jamban pribadi dan fasilitas umum yang aman

(meng-gunakan tangki septik) baru mencapai 25,47% (SUSENAS BPS, 2004). Atau dapat

dikatakan, tingkat pelayanan air limbah permukiman melalui pengolahan setempat (on-site

system) yang aman (meng-gunakan tangki septik) secara nasional di tahun 2004 baru

mencapai 42,71% (SUSENAS BPS, 2004).

Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki

posisi yang cukup strategis di Propinsi Jawa Timur yaitu termasuk kedalam SWP

Gerbangkertosusila plus dengan fungsi Fungsi SWP serta fungsi pusat permukiman

perkotaan sehingga mempunyai perkembangan yang sangat cepat dalam hal

pertumbuhan penduduk dan memiliki potensi menghasilkan limbah domestik yang besar.

Dalam hubungan pencemaran lingkungan, peningkatan intensitas penggunaan ruang kota

(3)

3 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

kota. Butuh komitmen yang tinggi untuk memperbaiki lingkungan yang rusak mulai dari

sekarang jika tidak ingin menjadi lebih parah di waktu yang akan datang.

II. KONSEP DASAR TEORI 2.1. Konsep Kebijakan Spasial

Secara administratif, Kab. Sidoarjo berada pada 07˚03`- 07˚05` LS dan 112˚05`-

112˚09` BT dengan luas wilayah 71.424,25 Ha, terdiri dari 18 kec. 322 desa dan 31 kel.

Jumlah penduduk tahun 2012 = 2.053.467 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo seluas

71424,25 Ha yang terbagi atas penggunaan lahan untuk permukiman 19037,987 Ha,

perkebunan 3549,351 Ha, Industri 1253,371 Ha, Pertanian 23.139 Ha, pekarangan

kosong 2581,544 Ha, Tambak 18672,796, Fasum 801,596 Ha, Hutan bakau 1010,674

Ha, RTH 475,194 Ha. Perkembangan permukiman di Kabupaten Sidoarjo terjadi tidak

merata, beberapa kawasan tumbuh relatif cepat sedangkan kawasan lainnya relatif

lambat. Pertumbuhan permukiman yang terjadi dengan cepat antara lain berada di

Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Taman, Kecamatan Waru dan Kecamatan Sedati,

sebagai akibat dari adanya kegiatan industri dan Bandara Juanda. Lokasi industri yang

berupa kawasan/mengelompok terdapat pada Kawasan industri Berbek dan kawasan

industri Tambak Sawah di Kecamatan Waru, kawasan industri di Kecamatan Gedangan,

dan Kecamatan Jabon. Sedangkan aktivitas industri non kawasan lokasinya tersebar di

setiap kecamatan. Untuk Industri kecil nonformal/ kerajinan rakyat, lokasinya paling

banyak terdapat di Kecamatan Waru, Kecamatan Taman dan Kecaamatan Sidoarjo.

Di dalam konstelasi penataan struktur ruang wilayah nasional, wilayah Kabupaten

Sidoarjo merupakan bagian dari PKN Gerbangkertosusila. Kabupaten Sidoarjo memiliki

peran sebagai kawasan andalan yang memiliki sektor unggulan berupa pertanian, industri

dan pergudangan, perikanan, perkebunan dan pariwisata. Fungsi Kabupaten Sidoarjo

didalam RTRW Provinsi Jawa Timur (bagian dari SWP Gerbangkertosusila Plus)

diarahkan sebagai kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,

kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan dan jasa, pendidikan,

kesehatan, pariwisata, transportasi dan industri

Wilayah Inti Gerbangkertosusila Plus adalah Surabaya Metropolitan Area (SMA)

meliputi: Surabaya, sebagian Kabupaten Gresik, sebagian Kabupaten Sidoarjo, dan

sebagian Kabupaten Bangkalan. Wilayah SMA ini berorientasi ke Surabaya sebagai

pusat. Wilayah SMA didominasi kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa, serta kegiatan

pelayanan pemerintahan Regional Jawa Timur. Wilayah SMA dibagi dalam Cluster Gresik,

Cluster Bangkalan, Cluster Sidaoarjo dan Cluster Surabaya. Cluster Surabaya dibagi

(4)

4 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Surabaya Metropolitan Area (SMA) Pusat

permukiman perkotaan di wilayah SMA diarahkan berdasarkan potensi perkembangan

masing- masing perkotaan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah Surabaya

Metropolitan Area. Struktur yang dikembangkan adalah sebagai berikut: Struktur Pusat

Permukiman Perkotaan Sidoarjo meliputi Sidoarjo, Taman, Tanggulangin, Porong, Jabon,

dan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Wilayah inti diarahkan berpusat di Sidoarjo – Taman dan

wilayah ini dibagi dalam 2 cluster yaitu : Cluster Sidoarjo berpusat di Perkotaan Sidarjo

Cluster Sidoarjo – Krian berpusat di Krian

Rencana Struktur Ruang Wilayah Darat Kabupaten Sidoarjo ditetapkan dalam 5

Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP), yang didasarkan pada homogenitas

karakteristik,dan potensi wilayah.

Gambar 1 : Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sidoarjo

Sumber : RTRW Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029

Rencana pola ruang menggambarkan letak, ukuran, dan fungsi dari

kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung baik di wilayah darat maupun pesisir dan laut yang

dituangkan dalam beberapa blok peruntukan sebagai berikut :

1. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

a. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung bagi kawasan bawahannya

adalah kawasan konservasi di bagian timur Kabupaten Sidoarjo yaitu dalam

wilayah SSWP V meliputi pesisir di Kecamatan Sedati, pesisir Kecamatan

Buduran, Pesisir Kecamatan Sidoarjo, pesisir Kecamatan Jabon termasuk tanah

oloran seluas 3.541,02 Ha.

b. Kawasan Perlindungan Setempat, terdiri dari :

(5)

5 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo" • Sungai

• Sempadan Sungai

• Kawasan Sekitar waduk

• Kawasan pantai berhutan bakau

• Kawasan Ruang Terbuka Hijau

c. Kawasan Pelestarian Alam

d. Kawasan Rawan Bencana Alam

e. Kawasan Lidung Lainnya

2. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya di Kabupaten Sidoarjo meliputi kawasan peruntukan pertanian,

kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan

peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata,

kawasan perdagangan, dan kawasan mix use.

2.2. Konsep Pengelolaan Sanitasi

Menurut World Health Oganization (WHO), sanitasi secara umum mengacu pada

penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi

yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan sanitasi

diketahui memiliki dampak positf bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tanga dan di

masyarakat pada umumnya. Kata "sanitasi" juga mengacu pada kemampuan menjaga

kondidi hieginis, melalu layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah.

Dalam Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi ( TTPS, 2010) sanitasi

didefinisikan dengan upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin

kebersihan dan lngkungan hidup, sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun d

lingkungan perumahan.

Adapun ruang lingkup sanitasi adalah :

• Air Limbah domestik yang terdiri dari : Black water (air buangan jamban : urin, tinja,

dan air gelontoran) dan grey water (air buangan mandi dan cuci)

• Pengelolaan persampahan

• Drainase lingkungan

• PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Limbah adalah cairan buangan dari rumah tangga, industri maupun tempat –

(6)

6 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain serta mengganggu kelestarian lingkungan

(Metcalf & Eddy, 2001). Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pada ayat 14 disebutkan

bahwa Air Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air

limbah domestik, menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003

tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada Pasal 1 ayat 1, bahwa air

limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman

(real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

Untuk Sistem Pengolahan Air Limbah domestik terdapat 2 cara :

On site : limbah diolah di lingkungan tempat tinggalnya.

Teknologi yang digunakan : jamban, cubluk, tanki septik dan bidang resapan

Off site : limbah dibawa dan diolah di luar lingkungan tempat tinggalnya.

Teknologi yang digunakan : sewer system (collection system) : conventional,

simpliefied sewer system dan Instalasi pengolahan terpusat : ponds system,

UASB, Activated Sludge, Trickling Filter

(7)

7 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

KEBIJAKAN DAN STRATEGI SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN

SASARAN RPJMN 2010 –2014:

- Peningkatkan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga mencapai minimal 65% di akhir tahun 2014.

- Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan air tinja hingga 45% di akhir tahun 2014 dari kondisi sekarang

- Kota-kota metropolitan dan besar secara bertahap dikembangkan sistem air limbah secara terpusat (sewarage system)

- Target akses sanitasi sistem setempat (on site) yang aman untuk tahun 2014, yaitu 80% untuk perkotaan dan 50% untuk perdesaan atau 60% untuk skala nasional.

Sasaran MDGs pada Tahun 2015 :

- Pada tahun 2007 penduduk Indonesia yang telah memiliki akses terhadap prasarana air limbah telah mancapai 77,15%.

- Pada tahun 2015 pencapaian akses air limbah dapat mencapai 75,34% atau sekitar 185 juta jiwa dari 246 juta penduduk

- Kota-kota metropolitan dan besar secara bertahap dikembangkan sistem air limbah terpusat (sewerage system).

- Target akses sanitasi sistem setempat (on site) yang aman untuk tahun 2014, yaitu 80% untuk perkotaan dan 50% untuk perdesaan atau 60% untuk skala nasional.

Dalam Permen PU No 16/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP) ditetapkan

pengelolaan air limbah permukiman sebagai berikut :

1. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun

off site di perkotaan dan perdeaan untuk perbaiakan kesehatan masyarakat.

2. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan

pengembangan sistem pengelolaan ai limbah permukiman.

3. Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan

air limbah permukiman.

4. Penguatan kelembagaan serta peningkatan kapasitas personil penelola air limbah

permukiman.

5. Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah

(8)

8 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo" III. ALASAN PEMILIHAN JUDUL DAN LOKASI

Sebagai kabupaten penyangga Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo memiliki

pertumbuhan perumahan baru yang meningkat dengan pesat linear dengan peningkatan

jumlah penduduk dan memiliki potensi menghasilkan limbah domestik yang besar. Di

Sidoarjo potensi beban pencemaran oleh air limbah 65,5% bersumber dari buangan

mandi, cuci dan 37,5% dari WC. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 4% /tahun

dapat dibayangkan betapa besar potensi pencemaran sungai akibat air limbah domestik

10 tahun yang akan datang. Butuh komitmen yang tinggi untuk memperbaiki kondisi

tersebut mulai dari sekarang jika tidak ingin menjadi lebih parah di waktu yang akan

datang terlebih lagi sungai merupakan objek yang vital bagi Kabupaten Sidoarjo karena

menjadi sumber air baku PDAM dan irigasi pertanian.

IV. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

Adapun yang menjadi faktor pendukung antara lain : posisioning Sidoarjo sebagai

bagian dari Kawasan Strategis Nasional menjadikan prioritas pembangunan infrastruktur

di tingkat pusat maupun provinsi. Menjadikan kesempatan bagi pembagunan sarana

prasarana permukiman khususnya sub sektor sanitasi. Dan jumlah penduduk yang besar

dengan produktifitas tinggi, tingkat pertumbuhan perumahan baru yang tinggi,

pertumbuhan industri dan sektor jasa mampu meningkatkan Pendapatan Anggaran

Daerah serta potensi keterlibatan masyarakat dan swasta dalam pembangunan

infrastruktur sanitasi.

Beberapa faktor penghambat antara lain : pertumbuhan penduduk yang terlalu

cepat berbanding lurus dengan pertumbuhan kawasan kumuh dan tingkat kemiskinan

penduduk dan belum adanya peraturan mengenai pengelolaan air limbah permukiman.

V. IMPLIKASI TEORI KEBIJAKAN SPASIAL

Kebijakan pengembangan merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan

untuk mencapai tujuan penataan ruang. Salah satu kebijakan yang terkait dengan tujuan

pengembangan wilayah perencanaan yaitu mengembangkan prasarana dan sarana

wilayah secara terpadu dan terintegritas guna mendukung perwujudan struktur ruang, pola

ruang dan kawasan strategis diwilayah kabupaten.

Dalam PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN), telah ditetapkan 76 Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang memiliki

kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan sumber alam dan

teknologi tinggi, serta pertahanan dan keamanan. Wilayah Gerbangkertosusila

merupakan Kawasan Strategis Nasional di Propinsi Jawa Timur yang mengalami

(9)

9 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

memberikan pengaruh terhadap perkembanagan kawasan perkotaan di wilayah

Gerbangkertosusila khususnya juga sebagai pusat pertumbuhan wilayah di Jawa Timur,

bahkan pengaruhnya hingga wilayah Indonesia Timur.

Menurut Santoso, 2010 bahwa berkembangnya Kota Surabaya sebagai kota

utama di wilayah Gerbangkertosusila, juga diikuti dengan berkembangnya daerah

peri-urban akibat pengembangan permukiman baru, dan berkembangnya desa-kota pada

koridor pergerakan antar kota. Perkembangan tersebut tidak lepas dari adanya

pertumbuhan perkotaan yang tidak terkontrol (urban sparwling), perpindahan penduduk

ke kawasan perumahan baru di daerah peri-urban dan konversi penggunaan lahan yang

tidak sesuai (JICA ISP, 2009 dalam Santoso, 2010)

Sidoarjo termasuk kedalam SWP Gerbangkertosusila dengan fungsi Fungsi SWP

serta fungsi pusat permukiman perkotaan. Jumlah penduduk Sidoarjo sejak tahun 2008

mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan persebaran penduduknya

terkonsentrasi di Kecamatan Waru, Kecamatan Taman, Kecamatan Sidoarjo dan

Kecamatan Sedati. Pada tahun 2008, keempat kecamatan tersebut telah mengalami

peningkatan jumlah penduduk sekitar 25%, apabila dibandingkan dengan jumlah

penduduk di tahun 2007. Hal ini disebabkan karena lokasi kecamatan tersebut

yang berdekatan dengan Kota Surabaya. Terutama Kecamatan Waru dan Kecamatan

Taman yang menjadi altenatif tempat tinggal bagi penduduk Surabaya yang mempunyai

kemampuan membeli perumahan di pinggiran kota.

Sebagai kabupaten penyangga Kota Surabaya, pertumbuhan perumahan baru

meningkat pesat di Sidoarjo. Salah satu permasalahan yang muncul seiring dengan

perkembangan suatu kota adalah masalah perumahan dan pemukiman. Menurut Bintarto

(Pos Kota edisi Juni, 2012) pemukiman menempati areal paling luas dalam pemanfaatan

ruang, mengalami perkembangan yang selaras dengan perkembangan penduduk.

Pemukiman yang ditempati oleh banyaknya penduduk pada satu kota, atau daerah

tertentu ini akan menimbulkan masalah terutama pada lingkungan. Maka peran

infrastruktur dalam pengembangan perumahan dan permukiman dinilai sangat penting,

karena infrastruktur merupakan syarat mutlak bagi terciptanya lingkungan permukiman

yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. Adapun yang dimaksud dengan

infrastruktur pemukiman ialah jalan lokal, saluran drainase, pengadaan air bersih,

(10)

10 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo" VI. LESSON LEARNED

A. Kajian Kinerja Sektor

Dengan jumlah penduduk Sidoarjo pada tahun 2012 sebesar 2.053.467 jiwa

maka potensi debit air buangan sebesar 246.416.040 Lt/hari dengan beban pecemaran

sebesar 400 mg/L BOD. Di Sidoarjo potensi beban pencemaran oleh air limbah 65,5%

bersumber dari buangan mandi, cuci dan 37,5% dari WC. Dari data EHRA Kabupaten

Sidoarjo pada tahun 2011, sebayak 375 ribu penduduk Sidoarjo masih melakukan praktek

Buang Air Besar Sembarangan di sungai, berarti bahwa sebanyak 112 ton tinja dan 374

m3 urine/ hari dibuang ke sungai tiap harinya. Dengan pertumbuhan penduduk sebsear

4% /tahun dapat dibayangkan betapa besar potensi pencemaran sungai akibat air limbah

domestik 10 tahun yang akan datang.

Fungsi Kabupaten Sidoarjo didalam RTRW Provinsi Jawa Timur (bagian dari SWP

Gerbangkertosusila Plus) diarahkan sebagai kawasan pertanian tanaman pangan,

perkebunan, hortikultura, perikanan tentulah sangat tergantung terhaap keberadaan

sungai di wilayah Sidoarjo. Fungsi sungai sebagai sarana irigasi pertanian dan juga

sebagai penyedia bahan baku seyogyanya bebas dari polutan, karena kondisi sungai yang

tercemar sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pertanian dan perikanan. Jika

Sidoarjo ingin menjadikan potensi pertanian manjadi unggulan, maka haruslah serius

menangani pencemaran sungai akibat limbah domestik.

Untuk kebutuhan prasarana sanitasi bagi perumahan di Kota Sidarjo saat ini belum

terdapat jaringan pembuangan limbah. Sebagian besar perumahan di Sidoarjo

mengandalkan sistem sanitasi setempat (on-site) terutama untuk pembuangan limbah

manusia. Sistem sanitasi tersebut meliputi tangki septik, sumur resapan, serta jamban.

Berdasarkan hasil hasil survey IUWASH, Oktober 2013 menyatakan bahwa : 97%

penduduk Sidoarjo sudah memiliki jamban pribadi, 85,3% yang memiliki tanki septik

dengan sumur resapan namun baru 39% yang memiliki tanki septik dari bis beton. Kondisi

tanki septik yang pernah disedot sebesar 53%. Sebagian besar perumahan telah memiliki

fasilitas ini pada masing-masing rumah tangga tetapi pada perumahan kampung padat

fasilitas tersebut bersifat komunal atau digunakan untuk sekelompok keluarga pada skala

perumahan. Setiap rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo rata-rata sudah mempunyai

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) rumah tangga (domestik) baik saluran

terbuka maupun tertutup di sekitar rumah tangga sebelum dibuang ke saluran

umum/drainase sedangkan sebagain besar industri rumah tangga dalam skala kecil

sebagian besar tidak memiliki pengolahan limbah dan cenderung membuang

sembarangan. Kondisi ini cukup memprihatinkan, dimana dikhawatirkan rumah tangga

yang tidak mengelola limbah cair domestiknya dengan benar, pada akhirnya

(11)

11 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

Terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah yang

difasilitasi oleh pemerintah daerah, saat ini Sidoarjo memiliki 1 unit IPLT (Instalasi

Pengolahan Lumpur Tinja) kapasitas ± 50 m3/hari di Kec. Jabon yang sementara dapat

dimanfaatkan untuk pelayanan Kota Sidoarjo terhadap ± 105.000 jiwa, namun cakupan

pelayanannya baru 5% (survey IUWASH, Oktober 2013). IPLT ini tidak mempunyai

teknologi pengolahan sehingga seperti bak penampung tinja saja. Akibatnya air

yang keluar dari IPLT tersebut dicurigai masih berbahaya. Apalagi letaknya yang

bersamaan dengan TPA terkadang sampahpun ikut dimasukkan. Sehingga bisa

dikatakan bahwa IPLT ini tidak berfungsi sebagaimana semestinya (Buku Putih

Sanitasi Sidoarjo, 2013).

Peningkatan cakupan pelayanan pengolahan air limbah dilakukan pemerintah

dengan membangun sarana sanitasi umum MCK komunal sejak tahun 2006 dan

melaksanakan program Sanitasi Lingkungah Berbasis Masyarakat (SLBM) sejak

tahun 2005 juga penyediaan sarana sanitasi secara swadaya baik yang dikelola

masyarakat maupun rumah tangga seperti; bantuan dana penunjang dari PNPM

mandiri perkotaan untuk membuat WC personal dan WC terpadu. Tingkat pelayanan

tersebut tidak meningkat secara berarti dan tidak dapat memenuhi sasaran yang

ditetapkan. Hal tersebut, antara lain diakibatkan oleh laju pertambahan penduduk yang

melebihi laju investasi.

Dalam Kebijakan dan Strategi sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman

sasaran RPJMN 2010-2014 dan MDGs tahun 2015 menyebutkan bahwa Target akses

sanitasi sistem setempat (on site) yang aman untuk tahun 2014, yaitu 80% untuk

perkotaan dan 50% untuk perdesaan atau 60% untuk skala nasional. Dalam sasaran

RPJMD 2011-2015 Kabupaten Sidoarjo disebutkan "Peningkatan kualitas dan pelestarian

lingkungan hidup melalui penurunan tingkat pencemaran dan pengrusakan lingkungan"

menjadikan poin penting bawa pengolahan limbah domestik menjadi prioritas dalam

pembangunan di Kabupaten Sidoarjo. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan perlu

dikaji beberapa kebijakan dalam hal aspek teknologi, aspek peran masyarakat dan

swasta, aspek perangkat peraturan undang-undang, aspek kelembagaan dan

pembiayaan.

B. Analisa Sektor B.1 Aspek Teknologi

Peningkatan cakupan pelayanan di daerah padat dengan sistem terpusat akan

memerlukan investasi yang sangat besar dan juga terkendala oleh sulitnya mendorong

masyarakat untuk melakukan penyambungan. Pola kemitraan pembiayaan antara Pemda

(12)

12 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

saat ini masih belum banyak masyarakat yang menyambung jaringan perpipaan yang

ada, terutaa disebabkan karena sebagian besar masyarakat masih berpenghasilan

rendah.

Hal ini dapat diatasi dengan pendekatan bertahap. Di tahap awal, tanki septik

dapat dipertahankan dan dilakukan pendekatan sistem gabungan dimana efluen dari tanki

septik yang masuk ke saluran drainase akan ditangkap melalui pipa interceptor dan

gabungan air limbah dan air hujan tersebut diolah sebelum memasuki badan air penerima.

Saat kemampuan keuangan telah memadai dan kemauan masyarakat untuk

menyambung telah meningkat seiring dengan naiknya kesadaran masyarakat dan

perubahan perilaku, sistem gabungan ini dapat ditingkatkan ke sistem perpipaan.

Pemetaan daerah perkotaan dengan sistem cluster juga akan sangat membantu

dalam menentukan skala prioritas. Pemetaan ini akan mengidentifikasi berbagai opsi

sistem (daerah yang dilayani sistem perpipaan terpusat, sistem komunal (decentrilized

waste water system), maupun daerah yang masih layak untuk dilayani sistem on site).

Sistem setempat (on site) yang dipakai saat ini dinilai semakin tidak memadai

untuk daerah-daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi, namun sistem terpusat (off

site) seperti sewer masih sangat mahal. Pengaplikasian sistem off site bisa dilakukan di

wilayah yang direncanakan dalam rencana tata ruang sebagai pusat CBD (central

business district) dan kawasan perumahan pemukiman dengan tingkat kepadatan

penduduk termasuk dalam klasifikasi urban high. Misalnya Kawasan Kota Baru

Sukodono.

Untuk beberapa tahun mendatang, sistem setempat dengan tanki septik masih

tetap menjadi fasilitas utama dari sistem pembuangan air limbah domestik di tingkat

rumah tangga dimana harus dilanjutkan dengan pengolahan di IPLT. Pengelolaan

lumpur tinja di Sidoarjo masih belum efektif. Cakupan pelayanan IPLT Jabon hanya 5%.

Alat transportasi pengangkut tinja belum dapat melayani dan jangkauannya sangat

terbatas merupakan salah satu kendala teknis. Beberapa hal yang perlu ditangani dalam

pengembangan program pengelolaan lumpur tinja yang lebih efektif adalah :

- Penerapan insentif bagi warga yang menggunakan layanan penyedotan tinja, dan bagi operator untuk membuang lumpur tinja secara benar di instalasi pengolahan.

- Penerapan dan penegakan peraturan daerah untuk desain dan konstuksi tanki septik yang sesuai standar dan penyedotan tanki septik secara rutin.

- Revitalisasi IPLT existing.

B.2 Aspek Peran masyarakat dan Swasta

Mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah domestik bukanlah menjadi

(13)

13 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

peran serta masyarakat merupakan aspek penting dalam pengelolaan lingkungan. Pada

dasarnya, seperti apa kualitas lingkungan yang diperoleh akan sangat tergantung pada

kualitas peran serta masyarakat dalam mengelolanya.

Begitu banyak kasus yang terjadi di mana fasilitas-fasilitas yang telah dibangun

menjadi suatu bangunan yang ditinggalkan begitu saja oleh pemakai disebabkan

pendekatan top down yang terlalu dominan dengan suatu kajian yang hanya melihat pada

sudut pandang teknis tanpa memperhatikan faktor-faktor sosial. Pada kenyataannya,

ternyata faktor-faktor sosial memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan suatu program peningkatan sanitasi lingkungan sehingga peran serta

masyarakat menjadi kunci keberhasilan program. Banyaknya sarana sanitasi MCK di

Sidoarjo baik itu MCK umum maupun MCK rumah tangga dalam kondisi rusak dan rusak

berat menandakan bahwa keperdulian masyarakat terhadap sarana sanitasi kurang.

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dan

swasta adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan insentif yang tepat untuk mendorong peranserta masyarakat untuk

membangun sistem tersier mereka sendiri yang nantinya dapat digabungkan ke

sistem perpipaan sekunder atau utama.

b. Menginventarisasi dan menganalisa mekanisme pengembangan modul sanitasi

yang dikembangkan oleh masyarakat dan swasta yang nantinya dapat

diintegrasikan kepada sistem yang dibangun oleh pemerintah.

c. Mengembangkan mekanisme dan sistem insentif untuk menumbuhkan peran serta

masyarakat dan swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana, dengan cara :

- menyediakan informasi tentang standar teknis dan pembangunan system terpusat (sewerage) oleh pemerintah.

- menganalisa kemungkinan pembangunan sistem modul oleh masyarakat dan swasta yang kemudian dapat diintegrasikan kedalam system sewerage yang

dibangun oleh pemerintah

- melaksanakan mekanisme peranserta masyarakat melalui penyiapan standar, instalasi dan pemeliharaan fasilitas sanitasi.

d. Memutus rantai pencemaran lingkungan akibat limbah domestik dengan

meningkatkan sikap sadar diri untuk melakukan perilaku hidup sehat dengan cara :

- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya pengelolaan limbah dan kaitannya dengan pencemaran air dan kesehatan.

- Merubah perilaku masyarakat dalam membuang kotoran dan air limbah, khususnya pada daerah dimana terdapat sumber air

(14)

14 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

“budaya” cinta kebersihan, sadar lingkungan dan hidup sehat secara terarah

dan terprogram.

B.3 Aspek Perangkat peraturan undang-undang

Ketersediaan peraturan daerah tentang pengolahan limbah menunjukkan seberapa

besar komitmen pemerintah daerah terhadap hal tersebut. Kabupaten Sidoarjo hingga

saat ini belum mempunyai peraturan daerah yang mengatur pembuangan air limbah

domestik. Upaya yang perlu dilakukan adalah

- menyiapkan kebijaksanaan dan pedoman pelaksanaan pengelolaan prasarana dan sarana air limbah, khususnya di kawasan penduduk berpendapatan

rendah.

- Memperluas program dan/atau kegiatan penyebarluasan informasi tentang Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM), peraturan yang berhubungan

dengan pelayanan air limbah.

- Mengembangan peraturan, pedoman, dan standar untuk pengelolaan sanitasi. - Mengembangkan peraturan yang mengharuskan pengambilan lumpur secara

periodik dan pengolahan dan pembuangan lumpur yang akrab lingkungan.

- Mengembangkan peraturan bagi pengembang perumahan baru mengenai ketersediaan saluran pengolahan limbah.

Dalam peraturan ini dapat dimungkinkan keterlibatan swasta untuk menyediakan

pelayanan ini. Dalam hal ini, akan terdapat kebutuhan untuk mengatur dan mendaftar

para pemberi jasa.

B.4 Aspek Pembiayaan dan Kelembagaan

Struktur proyeksi keuangan daerah dalam RPJMD Kabupaten Sidoarjo diketahui

bahwa alokasi anggaran untuk sub sektor sanitasi sebesar 0,03% pada tahun 2012;

0,10% pada tahun 2013; 0,11% pada tahun 2014; 0,16% pada tahun 2015. Asosiasi

Pemerintah Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) mengusulkan bahwa alokasi

dana APBD untuk sanitasi seharusnya tidak boleh kurang dari 2% agar pembangunan

sub sektor sanitasi dapat berjalan efektif. Kondisi saat ini Kota Sidoarjo masih

mengandalkan dana hibah dari pemerintah pusat untuk pembiayaan sektor sanitasi.

Untuk meningkatkan porsi anggaran APBD untuk sektor sanitasi, perlu membuat

ketertarikan stakeholder terhadap sanitasi adalah dengan membungkusnya sebagai isu

yang menarik perhatian publik, (misalnya dengan menekankan masalah ratio dan

keuntungan) daripada hanya sebagai masalah teknis dan memberikan fakta-fakta

(15)

15 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

Pemerintah daerah sebagai leading sektor dalam pembiayaan dapat juga

menuntut masyarakat untuk terlibat dalam pembiayaan sub sektor sanitasi. Kajian dan

dan pertimbangan dapat segera dilaksanakan untuk menerapkan

pendekatan-pendekatan alternatif untuk menetapkan tarif air limbah seperti memperkenalkan

kebijakan "polluters pay" atau memasukkan biaya sanitasi sebagai bagian dari tagihan

air bersih atau listrik.

Kerjasama yang efektif perlu dibangun antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah untuk memastikan rasa kepemilikan yang tinggi terhadap proses dan investasi

sektor sanitasi melalui pendekatan yang fleksibel dan kolaboratif yang akan

meningkatkan kesesuaian dan keberlanjutan investasi. Di tingkat daerah, keterlibatan

organisasi kemasyarakatan dapat meningkatkan komitmen dan keberlanjutan

pemerintah daerah dan masyarakat.

C. Rekomendasi

Berikut ini adalah usulan rekomendasi-rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten

Sidoarjo untuk meningkatkan cakupan layanan dalam pengelolaan air limbah domestik di

Kabupaten Sidoarjo :

- Menyusun peraturan dan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan air limbah khususnya air limbah yang bersumber dari rumah tangga yang mencakup aturan

dan larangan, insentif dan desinsentif, pengaturan institusional dan penyusunan

mekanisme tarif.

- Mempersiapkan rencana sanitasi skala perkotaan yang komprehensif untuk mengidentifikasi dan memetakan daerah-daerah yang sesuai untuk sistem

terpusat perpipaan terpusat (off site), komunal (decentralized waste water

treatment), maupun daerah yang masih layak untuk dilayani dengan sistem

setempat (on site) dan memetakan daerah berpenghasilan rendah untuk

mendapatkan skala prioritas bantuan pelayanan sanitasi serta pendekatan

inovatif.

- Mengaplikasikan sistem off site di wilayah yang direncanakan dalam rencana tata ruang sebagai pusat CBD (central business district) dan kawasan perumahan

pemukiman dengan tingkat kepadatan penduduk termasuk dalam klasifikasi

urban high

- Meningkatkan alokasi anggaran APBD Sidoarjo untuk sub sektor sanitasi

- Melakukan identifikasi dalam hal penentuan lokasi/ area yang mempergunakan anggaran dari pemerintah pusat/ Pemerintah Daerah/ Swasta. Untuk anggaran

pemerintah pusat sebaiknya diprioritaskan bagi daerah di perkotaan padat kumuh

(16)

16 Makalah "Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Kabupaten Sidoarjo"

- Meningkatkan rasa membutuhkan masyarakat akan pengelolaan air limbah dengan perbaikan terhadap jasa layanan, kampanye penyadaran masyarakat

untuk mempromosikan perubahan perilaku, menerapkan pendidikan sanitasi di

institusi pendidikan dan penentuan struktur tarif yang tepat (polluters pay)

- Melibatkan pihak swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana di sub sektor sanitasi sebagai kewajiban bagi pengembang perumahan dan bagian dari

tanggung jawab sosial bagi seluruh industri/ perumahan yang menghasilkan

limbah (polluters social resposibily).

Daftar Pustaka

Anonim (2013). Kajian Sanitasi Perkotaan di Asia Timur dan Pasifik Indonesia Ringkasan

Eksekutif. The world Bank.

Badan Standarisasi Nasional (2002). SNI 03-2398 -2002, Tata Cara Perencanaan

Tangki Septik dengan Sistem Resapan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Bappeda Sidoarjo (2011) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2011

Eddy & Metcalf (2003). Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. Edisi IV. McGraw

Hill Inc. New York.

JICA GKS-ISP Team (2009). JICA Study on Formulation of Spatial Planning for

Gerbangkertosusila Zone. Surabaya: JICA

Santoso, E.B. (2010) Strategi Pengembangan Perkotaan di Wilayah Gerbangkertosusila

Berdasarkan Daya Saing Wilayah. www.academia.edu

Siregar, T.J. (2010). Kepedulian Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan

Permukiman Kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai. Thesis.

Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota dan. Universitas

Diponegoro

Sugiharto, (2008). Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Press,

Jakarta

TTPS (2010a), Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi TTPS, Jakarta

Wibowo, A.S. (2012). Revitalisasi Perkotaan Sidoarjo. Laporan Akhir. Dinas PU Cipta

Gambar

Gambar 1 : Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sidoarjo
Gambar 2 : Kondisi existing pengolahan air limbah pemukiman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa menulis cerpen merupakan suatu kegiatan kreatif yang bertujuan untuk mengung- kapkan gagasan atau

Secara umum, tujuan terapi intravena adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengonsumsi cairan oral, menambah asupan elektrolit untuk

Dari de9inisi di atas dapat ditarik kesimpulan bah!a dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun, yang dimaksudkan untuk

Jadi tujuan dari proses pengkayaan (enrichment) bijih Fe ini adalah untuk mendapatkan konsentrat Fe dengan kadar kemurnian >60% dan ukuran tertentu yang

Indomobil Sukses Internasional Tbk Lampiran 8: Model ARMA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Lampiran 9: Correlogram ARMA. Lampiran 10:

Oleh itu, PUSKESMAS dilihat mempunyai peranan yang penting iaitu memenuhi permintaan jagaan kesihatan primer ( primary health care ) untuk mencapai Visi Indonesia

Sedangkan pengangguran yang tercermin pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk Kota Cilegon tahun 2014 yang mengalami kenaikan drastis dari 7,16 persen di tahun

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan hipotesis alternative yang dirumuskan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran teams