• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KELUARGA DAN LINGKUNGAN TEMPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KELUARGA DAN LINGKUNGAN TEMPAT"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KELUARGA DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK: STUDI KASUS

KELURAHAN CIUMBULEUIT MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Sosial dan Budaya (PSB)

oleh

NAMA NIM

Alustia Sri Fadhilah 1504378

Anysa Dewi 1504516

Dina Mariana 1505222

Ria Nathalia 1500933

Tiara Arfah 1504319

Widia Damayanti 1505098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wr wb

Segala puji hanya kepada Allah SWT, Tuhan alam raya yang menundukan siang dan malam, yang tak pernah tidur sampai kapan pun. Berkat segala kekuatan yang Dia berikan, kami dapat menyusun makalah ini sebagai hasil dari penelitian yang telah kami lakukan.

Makalah yang berjudul Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Tempat Tinggal terhadap Prilaku Menyimpang Anak: Studi Kasus Kelurahan Ciumbuleuit ini berisi tentang realitas keadaan remaja yang sangat dipengaruhi oleh keadaan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya.

Dengan selesainya makalah ini kami juga haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pemerintah di Kelurahan Ciumbuleuit, kepada seluruh partisipan yang telah bersedia memberikan keterangan terhadap keadaan keluarga dan lingkungannya dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya keluarga dan lingkungan bagi perilaku remaja.

Bandung, Februari 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB 1... 1

PENDAHULUAN...1

1.1 LATAR BELAKANG...1

2.1 RUMUSAN MASALAH...2

3.1 TUJUAN...2

BAB 2... 3

KAJIAN PUSTAKA...3

1.2 LANDASAN TEORI...3

1.2.1 Keluarga...3

1.2.2 REMAJA...4

1.2.3 Peranan Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian Remaja...9

1.2.4 Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja...10

1.2.5 Pengaruh Perubahan Sosial terhadap Remaja...11

2.2 METODOLOGI PENELITIAN...13

2.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian...13

2.2.2 Metode yang digunakan...13

2.2.3 Analisis Data...14

3.2 POPULASI DAN SAMPEL...14

4.2 HASIL PENELITIAN...14

BAB 3... 17

KESIMPULAN DAN SARAN...17

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Masalah sosial yang sedang dialami oleh Indonesia saat ini adalah prilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja. Anak remaja yang dimaksud adalah anak yang berumur 18 tahun kebawah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Sosial RI, tidak dipungkiri tindakan kriminalitas yang terjadi di beberapa daerah dilakukan anak remaja, yang awalnya hanya kenakalan remaja yang biasa saja. Namun dengan perkembangan jaman saat ini, kenakalan remaja sudah menampakkan pergeseran kualitas kenakalan yang menjurus pada tindak kriminalitas, seperti mencuri, tawuran, membegal, memperkosa bahkan sampai membunuh.

Bukan tanpa alasan penulis mengatakan demikian karena berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI 2011) diseluruh Indonesia setiap tahun rata-rata terjadi 7000 kasus yang melibatkan anak.

Nurcholis (2015) menyatakan bahwa prilaku menyimpang tersebut terjadi karena modernisasi. Kemudian modernisasi mendorong terjadinya perubahan sosial dan sampailah perubahan sosial tersebut membawa dampak yang sangat signifikan terhadap pola sosialisasi keluarga.

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang penting, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.

Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.

Ketika anak masuk ke usia remaja, anak akan mulai mengenal lingkungan yang lebih luas baik itu lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah. Pada dasarnya emosi seorang anak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang dia tempati. Sedangkan pada kenyataannya tidak setiap lingkungan memiliki dampak positif bagi perkembangan anak.

Lingkungan perkotaan menjadi sorotan yang menarik, karena disana biasanya orang tua mayoritas bekerja sehingga sangat rentan terhadap penelantaran anak. Bahkan acap kali orang tua pulang kerja ketika anaknya sudah tertidur dan mereka kembali berangkat bekerja sebelum anaknya terbangun.

(5)

Kelurahan Ciumbuleuit merupakan kelurahan yang termasuk kepada wilayah Kota Bandung, dan termasuk kedalam lingkungan perkotaan. Penulis bermaksud untuk meneliti keadaan remaja didaerah tersebut.

2.1RUMUSAN MASALAH

1. Seperti apa kenakalan remaja yang marak terjadi?

2. Seberapa tinggi pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja?

3. Seberapa tinggi pengaruh lingkungan sekitar terhadap kenakalan remaja? 4. Bagaimana solusi pemecahan masalah kenakalan remaja yang dilakukan

pemerintah kelurahan Ciumbuleuit?

3.1TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh keluarga terhadap prilaku kenakalan remaja. 2. Mengetahui pengaruh lingkungan sekitar terhadap kenakalan remaja. 3. Membandingkan antara pengaruh keluarga dan lingkungan sekitar

terhadap kenakalan remaja.

(6)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

1.2 LANDASAN TEORI

1.2.1 Keluarga

Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama bagi seorang anak sebelum anak melakukan sosialisasi di lingkungan yang lain. Pada umumnya orang tua akan mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya untuk mendidik anak terutama dengan pendidikan religi dan budi pekerti agar anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui pengalaman disiplin, kebebasan serta penyesuaian.

A. Pengertian Keluarga Menurut Para Ahli 1. Duvall Dan Logan (1986)

Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.

2. Departemen Kesehatan RI (1988)

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 3. Narwoto Dan Suyanto (2004)

Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. 4. Sigmund Freud

Menurutnya pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita.

5. UU. No. 10 Tahun 1992

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

6. Friedman (1998)

Keluarga ialah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian-bagian dari keluarga. 7. Effendy (2005)

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

(7)

didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

B. Faktor-faktor mengapa individu membentuk keluarga: 1. Untuk mendapatkan keturunan

2. Untuk memenuhi kebutuhan biologis atau kebutuhan sex

3. Untuk memenuhi kebutuhan sosial, status, penghargaan dan lain sebagainya

4. Untuk pembagian tugas: misalnya mendidik anak, mencari nafkah, dan sebagainya

5. Demi hari tua kelak, yaitu pemeliharaan di hari tua C. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Agama

Keluarga dikembangkan untuk mampu menjadi wahana yang pertama dan utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan ibadah dengan penuh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.

2. Fungsi Sosial Budaya

Keluarga dikembangkan menjadi wahana untuk melestarikan budaya nasional yang luhur dan bermartabat.

3. Fungsi Cinta & Kasih Sayang

Keluarga menjadi wahana pertama dan utama untuk menumbuhkan cinta kasih antar sesama anggotanya, antar orang tua dengan pasangannya, antar anak dengan orang tua dan sesama anak sendiri.

4. Fungsi Perlindungan berencana, sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus yang berkualitas.

6. Fungsi Sosialisasi & Pendidikan

Keluarga berfungsi sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama dalam mengantarkan anak-anaknya untuk menjadi panutan masyarakat luas dan dirinya sendiri.

7. Fungsi Ekonomi

Keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan sanggup untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batinnya dengan penuh kemandirian.

1.2.2 REMAJA

A. Pengertian Remaja

(8)

masa remaja ini, terjadilah berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Diantaranya adalah mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar organ reproduksi. Masa remaja dikenal dengan istilah masa puber atau akil baligh, yang merupakan masa bangkitnya kepribadian dalam bentuk segala minatnya ditujukan pada perkembangan diri sendiri (egosentris).

Remaja adalah masa-masa dimana kita mencari jati diri dan jika sudah mendapatkan jati diri kita maka kita akan mempertahankan jati diri kita, dan akan berubah bila memang di perlukan.

B. Tugas Perkembangan

Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst (dalam Prodi Sejarah STKIP Setiabudhi Rangkasbitung,2011) sebagai berikut:

1. Masa bayi dan anak-anak 1. Belajar berjalan

2. Belajar mekan makanan padat 3. Belajar berbicara

4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh 5. Mencapai stabilitas fisiologik

6. Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial 7. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain 8. Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta

mengembangkan kata hati 2. Masa Anak Sekolah

1. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain

2. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh

3. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya 4. Belajar peranan jenis kelamin

5. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung 6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan

kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai 8. Belajar membebaskan ketergantungan dir

9. Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga 3. Masa Remaja

1. Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif 2. Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita

3. Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab sosial

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 5. Belajar bergaul dengan kelompok anak wanita dan anak laki-laki

6. Perkembangan skala nilai

7. Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat 8. Persiapan mandiri secara ekonomi

9. Pemilihan dan latihan jabatan

(9)

1. Memilih pasangan hidup

2. Belajar hidup dengan suami/istri 3. Mulai membentuk keluarga 4. Mengasuh anak

5. Mengelola/mengemudikan rumah tangga

6. Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara 7. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan 5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya

1) Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis 2) Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu 3) Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang

bertanggung jawab dan berbahagia

4) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan

5) Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa 6) Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

C. Ciri-Ciri Masa Remaja

Seseorang yang memasuki masa remaja menunjukkan ciri sebagai berikut: 1. Pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa

kanak-kanak

2. Emosi yang meledak-ledak, mudah sedih dan mudah gembira, perasaannya sensitif

3. Mulai tertarik dengan lawan jenis dan mulai mengenal pacaran 4. Senang mencari perhatian dari lingkungan

5. Mulai tertarik berkelompok

6. Mulai berkerjanya fungsi organ reproduksi pada perempuan maupun laki-laki

D. Kenakalan Remaja

Remaja adalah usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi tetapi adakalanya semangat tersebut mengarah ke yang bersifat negatif sehingga sering disebut dengan kenakalan remaja. Ada banyak contoh kenakalan remaja terutama saat ini dimana kenakalan remaja tersebut sangat banyak di pengaruhi oleh faktor - faktor eksternal.

Apakah itu kenakalan remaja? Oleh beberapa ahli Kenakalan remaja (juvenile delinquency) didefenisikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.

(10)

1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

E. Faktor yang Menyebabkan Adanya Kenakalan Remaja

1. Faktor internal : dimana seseorang kurang mampu beradaptasi pada lingkungan di sekitarnya.

2. Faktor keluarga : dimana didalam keluarganya itu sering terjadi kekerasan sehingga anak tersebut tidak kuat dengan hal tersebut.

3. Faktor sekolah : suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan, tidak ada fasilitas praktikum

4. Faktor lingkungan : dimana lingkungan rumah yang sempit dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk

F. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan:

1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.

2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.

3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dan lain-lain.

Sedangkan menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:

(11)

2. Perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar. 3. Mengganggu teman.

4. Memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara.

5. Menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok.

6. Menonton pornografi. 7. Corat-coret tembok sekolah.

G. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan paksaan maupun mengada-ada.

Si remaja di beri pengertian yang jelas sekaligus diberikan teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu “kluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari, mereka dididik mandiri.

Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan masa depan si remaja, mereka diarahkan agar dapat memilih sekolah yang diharapkan serta mengembangkan bakat yang ada, untuk pemilihan study lanjut tidak semata-mata karena keinginan orang tua dan pilihan orang tua.

Pemaksaan ini justru akan berakhir dengan kekecewaan, sebab meski ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi tidak sedikit yang frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

(12)

menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat berasal dari orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, dan sebagainya.

Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan keisengan remaja adalah semacam ”refresing” atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan bela diri.

Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar meraka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang tua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap dijaga agar mereka tidak salah jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.

Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang tua dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah pengertian sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak, Orang tua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut mengutarakan masalahnya kepada orang tua.

Selanjutnya apabila suasana dirumah nyaman, orang tua tidak berlaku otoriter dan anak merasakan kedamaian dan kasih sayang di rumah komunikasi terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak, serta penanaman nilai agama diberikan sejak dini maka anak tidak akan berlaku mencari perhatian dan kenyamanan di luar rumah yang bisa mengakibatkan terjerumus pada kenakalan remaja yang lebih parah lagi kalau anak sudah masuk dalam penggunaan obat-obat terlarang serta narkoba.

(13)

A. Peranan Ayah :

1. Sumber kekuasaan, dasar identifikasi. 2. Penghubung dengan dunia luar. 3. Pelindung terhadap ancaman dari luar. 4. Pendidik segi rasional.

B. Peranan Ibu :

1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang. 2. Tempat mencurahkan isi hati.

3. Pengatur kehidupan rumah tangga. 4. Pembimbing kehidupan rumah tangga. 5. Pendidik segi emosional.

6. Penyimpan tradisi.

Keluarga mempunyai peranan dalam proses sosialisasi. Demikian pentingnya peranan keluarga maka disebutkan bahwa kondisi yang menyebabkan peran keluarga dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut :

1. Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.

2. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak.

Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orangtua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.

1.2.4 Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja

A. Keluarga yang Broken Home

Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:

a. Orang tua yang bercerai

(14)

b. Kebudayaan bisu dalam keluarga

Kebudayaan bisa ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin.

c. Perang dingin dalam keluarga

Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. B. Pendidikan yang Salah

a. Sikap memanjakan anak

Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan.

b. Anak tidak diberikan pendidikan agama

Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti.

C. Anak yang Ditolak

Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara psikis. Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif.

Sikap orang tua yang dapat mendukung dalam pembentukan kepribadian remaja antara lain:

1. Penanaman pekerti sejak dini 2. Mendisiplinkan anak

3. Menyayangi anak secara wajar

4. Menghindari pemberian label “malas” pada anak 5. Hati-hati dalam menghukum anak

(15)

2. Jaga agar peraturan tetap sederhana 3. Bersikap proaktif

4. Mengarahkan kembali perilaku yang salah 5. Mengatasi transisi

6. Negosiasi dan kompromi 7. Jangan membuat alasan

8. Hindari kontrol lewat rasa bersalah

1.2.5 Pengaruh Perubahan Sosial terhadap Remaja

Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiologi telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Adapula yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan sosial manusia.

Adapula yang berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam bentuk unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian adapula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial berupa pendidik-non pendidik.

Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

A. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

(16)

terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.

Pengertian perubahan sosial adalah perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan, karena berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.

B. Pengertian Perubahan Kebudayaan

Perubahan sosial budaya adalah perubahan pada kebudayaan atau kebiasaan pada masyarakat. Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat (dari masyarakat lain). Perubahan sosial budaya bisa merubah struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek lainnya. Perubahan ini bisa terjadi pada salah satu anggota masyarakat atau seluruh lapisan masyarakat. Contohnya: kesenian, pakaian, bahasa daerah, masuknya budaya barat, cara berkomunikasi

C. Dampak Perubahan Sosial dan Kebudayaan terhadap Masyarakat Adanya perubahan sosial budaya secara langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak negatif dan positif.

a. Akibat Positif

Perubahan dapat terjadi jika masyarakat dengan kebudayaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Keadaan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan disebut adjusment, sedangkan bentuk penyesuaian dengan gerak perubahan disebut integrasi.

b. Akibat Negatif

akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan.

Dampak perubahan sosial salahsatunya yaitu: Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.

Selain itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat mengakibatkan berkembangnya sifat individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat mengakibatkan masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada yang berwenang. Perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan unsur budaya lainnya dapat mengakibatkan disintegrasi.

(17)

2.2 METODOLOGI PENELITIAN

2.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan diwilayah Kelurahan Ciumbuleuit yang berada di Kecamatan Cidadap Kota Bandung. Penelitian diadakan mulai dari tanggal 17 sampai 21 Februari 2017.

2.2.2 Metode yang digunakan

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik wawancara secara terstruktur, yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Untuk menlengkapi data yang tidak terungkap saat wawancara, penulis juga menggunakan teknik observasi atau pengamatan baik dari fenomena yang pernah dialami langsung oleh penulis, oleh orang disekitar penulis dan kajian beberapa literatur.

Alasan penulis memilih metode wawancara:

1. Untuk mengetahui secara langsung dari narasumber tentang keadaan remaja di Kelurahan Ciumbuleuit.

2. Untuk mengetahui secara langsung dari narasumber tentang keadaan keluarga dan lingkungan tempat tinggal di Kelurahan Ciumbuleuit.

Instrumen-instrumen yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1. Handphone

Digunakan penulis untuk merekam pembicaraan penulis dan narasumber selama wawancara serta mengambil gambar proses wawancara.

2. Buku pencatatan dan alat tulis

Digunakan penulis untuk mencatat hal-hal penting saat melakukan wawancara.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber adalah sebagai berikut:

1. Menurut anda bagaimana keadaan remaja saat ini secara umum? 2. Seperti apakah remaja yang menyimpang itu?

3. Biasanya hal menyimpang apa yang sering dilakukan remaja?

4. Faktor apa saja yang membuat mereka menjadi remaja yang menyimpang? 5. Apakah lingkungan tempat tinggal anda mempunyai aturan-aturan khusus

untuk kegiatan remaja?

6. Seperti apa lingkungan tempat tinggal anda?

(18)

8. Bagaimana cara anda mendidik anak?

9. Apakah anak anda pernah atau sedang melakukan penyimpangan?

10. Apakah anak disekitar lingkungan anda pernah atau sedang melakukan penyimpangan?

2.2.3 Analisis Data

Dari hasil yang telah diperoleh, penulis kemudian mengidentifikasi setiap jawaban yang narasumber utarakan, kemudian mengkategorikannya berdasarkan hal yang ingin diketahui yaitu tentang keadaan keluarga, keadaan lingkungan serta prilaku menyimpang remaja yang marak terjadi. Setelah itu data dianalisis dan dikembangkan oleh penulis dengan berpedoman kepada hasil wawancara, kajian literatur dan pengamatan atau observasi.

3.2 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Kelurahan Ciumbuleuit yang terdiri dari sebelas RW dengan jumlah penduduk sekitar 22.263 orang. Karena jumlah populasi terlalu besar, maka penulis mengambil sampel, yaitu RW 02 (Kampung Sekejulang), RW 03 (Kampung Bongkor) dan RW 04 (Kampung Kebon 7). Yang dari masing-masing RW diambil 3 kepala keluarga yang dijadikan sebagai responden.

4.2 HASIL PENELITIAN

4.2.1 Keadaan Keluarga dan Lingkungan

Penelitian yang dilakukan penulis memberikan informasi mengenai keadaan keluarga di Kelurahan Ciumbuleuit. Dalam segi ekonomi, masyarakat pada umumnya bekerja mulai dari buruh, pekerja bangunan, PNS, pekerja swasta dan lain sebagainya.

Didaerah ini tingkat pekerja perempuan dan laki-laki cukup seimbang, hal ini diperoleh dari keterangan narasumber yang menyebutkan bahwa selain mengurus rumah tangga, seorang istri biasanya bekerja. Hal ini menyebabkan anak-anak yang ditinggal orang tua bekerja, biasanya tinggal bersama nenek dan kakeknya.

(19)

Jarang sekali anak yang dilanjutkan sampai bangku kuliah, karena memang terkendala masalah biaya yang cukup mahal.

Kondisi agama di lingkungan yang penulis teliti secara keseluruhan sudah baik. Dari beberapa narasumber yang diwawancarai jawabannya hampir sama yaitu anak-anak mereka diarahkan untuk mengaji selepas dzuhur untuk anak-anak setingkat SD dan selepas maghrib untuk anak-anak setingkat SLTP, kegiatan mengaji ini biasanya diadakan dimasjid-masjid terdekat.

Bagi ibu yang tidak bekerja diluar atau berperan sebagai ibu rumah tangga terbiasa mengantar dan menjemput anaknya dari sekolah, biasanya dari mulai kelas satu SD sampai kelas 6 SD. Hal ini dilakukan karena orang tua sering merasa khawatir jika anak pulang sendirian.

Rata-rata orang tua memberlakukan pola asuh demokratis dimana anak diberikan kebebasan untuk memilih hal-hal yang disukainya asal tetap dalam koridor positif. Namun pola asuh seperti itu diberlakukan kepada anak ketika masih pada usia belia, ketika anak mulai menginjak remaja orang tua cenderung memberikan kebebasan kepada anak remajanya. Mereka diperbolehkan memilih sekolah yang mereka sukai, berpacaran dan pulang terlambat.

Kondisi agama di lingkungan yang penulis teliti secara keseluruhan sudah baik. Dari beberapa narasumber yang diwawancarai jawabannya hampir sama yaitu anak-anak mereka diarahkan untuk menuntut ilmu agama setiap sore di masjid.

Dilihat dari hubungan sosial antara masyarakat yang penulis wawancarai memberikan informasi bahwa kurangnya terjadi interaksi sosial, mereka cenderung bersifat individual.

Selanjutnya keadaan perihal keamanan di lingkungan yang penulis survei, dari tiga kampung berbeda-beda. Di kampung Sekejulang,kondisi keamanan lingkungannya baik ditandai dengan aktifnya sistem ronda. Di dua kampung lainnya terlihat kurang baik, masih nampak adanya anak-anak remaja yang nongkrong sepulang sekolah dan tidak ada yang mengingatkan dan menertibkan.

Perhatian pemerintah terhadap lingkungan yang penulis teliti dan survei dari tiga kampung. Satu kampung terlihat pemerintah sudah memberikan perhatiannya terbukti dengan adanya komunitas karang taruna dan beberapa komunitas lainnya. Tetapi di dua kampung lainnya tidak terlihat adanya perhatian dari pemerintah. 4.2.2 Keadaan Remaja

Remaja yang mayoritas berada di Kelurahan Ciumbuleuit berada pada jenjang SLTP pada rentan usia 12 sampai 15 tahun. Beberapa penyimpangan yang sering dilakukan oleh remaja adalah pacaran, bergadang, dan nongkrong dipinggir jalan. Faktanya pada masa remaja, emosi sangat rentan dipengaruhi oleh pergaulan lingkungan. Baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggal, hal tersebut menjadikan remaja menemui kesulitan dalam menghadapi berbagai masalah yang datang kepadanya.

(20)

Faktor yang menyebabkan anak cenderung memilih bercerita kepada temannya antaralain, pertama Anak remaja merasa takut orang tuanya akan marah jika tahu akan masalah yang sedang dia hadapi.

Kedua, anak remaja cenderung merasa masa bodoh dengan keluarganya, hal ini disebabkan karena orang tua yang sibuk bekerja diluar. Komunikasi yang terputus ini akan berakibat fatal bagi keadaan anak remaja tersebut. Dia akan mencari perhatian diluar keluarganya yang notabene tidak diketahui apakah jalan yang ditempuhnya positif atau negatif.

Akan lebih bahaya lagi jika ternyata anak itu pendiam, karena anak yang pendiam akan sangat sulit diterka permasalahan yang dihadapinya. Orang pendiam lebih sering mengalah terhadap orang lain karena menganggap bahwa tidak penting baginya mempedulikan hidup orang lain. Namun ketika dia benar-benar merasa terganggu, dia bisa meluapkan amarahnya sedahsyat mungkin.

Masalah yang sering dihadapi anak remaja adalah masalah dengan lawan jenis, dimana mereka mulai menyukai lawan jenisnya. Pacaran memang bukan lah hal yang baru di jaman sekarang, para remaja sudah menganggap pacaran sebagai suatu kebutuhan, mereka cenderung malu jika teman-teman mereka menyebut jomblo.

Ada banyak hal yang menyebabkan remaja merasa harus berpacaran, yang pertama memang sudah kodrat manusia menyukai lawan jenis. Pada usia remaja juga terjadi perubahan hormon, dalam ilmu biologi dijelaskan bahwa hormon manusia akan mengalami perkembangan yang signifikan pada fase remaja. Hal seperti itu sulit dicegah, namun dapat diminimalisir dengan cara memberi pemahaman sejak dini.

Kedua, perkembangan teknologi yang pesat serta tontonan yang tidak bermutu. Kemudahan remaja dalam mengakses media sosial seperti Facebook, Twitter, BBM dan lain sebagainya. Remaja dengan bebas dapat berkomunikasi dengan lawan jenisnya. Tontonan seperti sinetron yang kurang mendidik membuat remaja meniru apa yang mereka tonton.

Ketiga, prilaku anak remaja yang menyimpang adalah nongkrong di pinggir jalan atau di warung bersama teman-temannya atau yang biasa di sebut teman segangnya. Hal ini terjadi akibat kurang perhatian dari orang tua, orang tua membiarkan anaknya keluyuran tanpa mengkhawatirkannya. Biasanya orang tua sibuk bekerja dan kurang mendidik anaknya. Selain itu itu alasan anak remaja nongkrong adalah membicarakan hal-hal yang kurang bermanfaat, tidak menggunakan waktu luang sebaik-baiknya. Dikhawatirkan apabila hal ini terus terjadi lama-kelamaan akan membawa pengaruh buruk atau negatif bagi anak.

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

keluarga. Maka penulis menyimpulkan bahwa pengaruh keluarga dan lingkungan terhadap prilaku menyimpang anak adalah sebagai berikut:

1. Keluarga Baik dan Lingkungan Baik

Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang baik yang dimaksudkan adalah keluarga yang memberikan didikan secara demokratis, tidak otoriter dan tidak diberi kebebasan berlebih maka ketika tumbuh menjadi remaja akan memiliki perilaku yang terkendali dikarenakan dalam keluarga yang baik saat masa keemasan (goldenage) anak di didik dengan hal-hal baik, dicontohkan dengan keadaan keluarga yang harmonis dan disiplin, akan membekas dan menjadi karakter yang kuat bagi anak tersebut. Yang selanjutnya saat anak terjun dan bergaul dalam lingkungan yang baik akan menguatkan karakter anak dan tumbuh menjadi remaja yang menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku. 2. Keluarga Baik dan Lingkungan Buruk

Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang baik sebagaimana dijelaskan sebelumnya akan memiliki karakter yang baik, yang mana telah tertanam dalam dirinya tentang kebaikan. Sehingga ketika berada dalam lingkungan yang buruk karakter yang telah terbentuk dalam diri mereka membuat mereka memiliki pendirian untuk tidak menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan berperan dalam membentuk karakter remaja dan remaja yang pada hakikatnya berada dalam pencarian jati diri akan mudah terpengaruh. Tetapi, keluarga yang baik dapat menjadi tameng bagi seorang remaja untuk selalu dalam keadaan yang baik dan tidak menyimpang.

3. Keluarga Buruk Lingkungan Baik

Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang buruk cenderung memiliki karakter yang buruk. Karena dalam masa pertumbuhan menjadi remaja dimana peran keluarga adalah menjadi yang pertama dilihat dan ditiru, maka karakter keluarga yang buruk akan membuat mental dan perilaku anak menyimpang sesuai dengan apa yang anak lihat dan menjadi karakter hingga ia tumbuh menjari remaja. Namun tidak menutup kemungkinan ia memiliki karakter yang baik ketika hidup dalam lingkungan yang baik, yang mana tanpa disadari remaja cenderung berperilaku seperti lingkungan tempat ia tinggal karena sering bergaul dan bersama berada dalam lingkungan yang baik maka karakter buruk dalam dirinya akan berkurang walaupun tidak secara sempurna karena pengaruh keluarga yang akan mendominasi dalam pembentukan karakter remaja yang telah memiliki mental buruk yang tertanam sejak masa kanak-kanak.

4. Keluarga Buruk Lingkungan Buruk

(22)

norma yang berlaku. Dimana keluarga yang menjadi tempat pendidikan pertama saat masa kanak-kanak telah memperlihatkan contoh yang buruk, tindakan yang salah pada anak, serta keluarga yang kurang harmonis sehingga output dari keluarga itu pun adalah remaja yang memiliki karakter yang buruk. Selanjutnya pun saat ia terjun dalam lingkungan yang buruk, akan menguatkan karakter buruk yang ada dalam dirinya hingga tingkah laku dari remaja itu pun menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.

Setelah diketahui pengaruh keluarga dan lingkungan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja, penulis menyimpulkan bahwa dalam membentuk keluarga haruslah dalam keadaan siap, baik secara mental, pendidikan, materi dan lain sebagainya.

Mengapa demikian, karena beberapa hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi terhadap pola asuh orang tua terhadap anak. Orang tua yang kurang disegi mental, akan cenderung susah menerapkan pola asuh yang baik karena ketidak siapannya. Orang tua juga harus bijak dalam menentukan pilihan mengorbankan anak demi mengejar materi atau hidup seadanya tapi anak dapat diperhatikan.

Semuanya perlu keputusan yang lahir dari kedewasaan seseorang, dimana keputusan tersebut bisa menjadi solusi dari suatu permasalahan bukan malah menambah masalah baru. Dari pola asuh orang tua yang baik, diharapkan anak remaja memiliki mental yang kokoh dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya. Jangan sampai mereka mudah terbawa oleh keadaan sekitar yang kurang baik jika anak remaja itu menirunya.

Mental kokoh yang dimiliki anak remaja saja tidak cukup, karena bisa saja goyah oleh keadaan lingkungan sekitar, maka penciptaan iklim lingkungan yang kondusif harus diwujudkan oleh segenap masyarakat sekitar. Mulai dari memberikan contoh yang baik kepada anak remaja, melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan anak remaja disekitar lingkungan sekitar, terutama pada jam malam dimana berdasarkan hasil penelitian, anak remaja cederung bergadang dan nongkrong ditempat-tempat tertentu.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Asfriyati. (2003). Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak. Sumatra Utara: USU digital library.

Bayu Prasetyo A. (2011). Pengaruh Keluarga terhadap Pembentukan

Kepribadian Remaja. [Online]. Diakses dari :

http://ajargaulmen.blogspot.co.id/2011/07/pengaruh-keluarga-terhadap-pembentukan.html. [20 Februari 2017].

Maftuhin, dkk. (2016). Pendidikan Sosial Budaya. Bandung: CV Maulana Media Grafika.

Mly, Nana. (2012). Artikel Bebas. [online]. Diakses dari: http://nanamly.blogspot.co.id/2012/11/4-artikel-bebas.html.[21 Februari 2017].

Mulia. (2013). Pengaruh Lingkungan terhadap Kenakalan Remaja. [online]. Diakses dari: http://muliasinformation.blogspot.co.id/2013/10/pengaruh-lingkungan-terhadap-kenakalan.html.[20 Februari 2017].

Nurcholis.(2015). The Influence Of Family Socialization Pattern Against Aberrant Behavior In Children.(Skripsi). Universitas Hasanudin, Makasar.

Pensa, Sb. (2011). Tugas-Tugas Perkembangan Menurut Havighurst. [online]. Diakses dari: http://pensa-sb.info/tugas-tugas-perkembangan-menurut-havighurst/.[21 Februari 2017].

Priatini, W., Latifah, M., & Guhardja, S. (2008). The Effect of Parenting, School Environment, and Role of Peer Group to Adolescent Emotional Intelligent). Jurnal, 1(01), hlm. 43-53.

Tasrini. (2015). Kenakalan Remaja dan Perubahan Sosial. [online]. Diakses dari: http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/cetakberita/11129. [20 Februari 2017].

Thomson, A. (1998). The adult and the curriculum. [Online]. Diakses dari http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/1998/thompson.htm.

Tristiawati, Pramita. (2017). Pelajar di Tangerang Dibacok Siswa Lain Saat

Pulang Sekolah.[online]. Diakses dari:

(24)

Unayah, N & Sabarisman, M. (2015). The Phenomenon of Juvenile Delinquency and Criminality. Sosio Informa, 1(02), hlm. 121-140.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kuadran ini, guru menghayati kondisi netral yaitu tidak mengalami kepuasan kerja ataupun ketidakpuasan kerja, dimana total skor indikator dalam Satisfier/Motivator

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan

Sebelum memilih salah satu strategi yang akan digunakan pada perusahaan, manajemen harus menilai kelayakannya dari segi sumber daya dan kapabilitas perusahaan atau

Gambar 10 merupakan bobot yang sesuai dengan proses di Penerbit Andi, Gambar 11 memprioritaskan bobot tertinggi pada nilai terendah dan Gambar 12 memprioritaskan

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu isolasi lignin dari serbuk kayu jati, pembuatan busa poliuretan-tawas (50%-50%; 40%-60%; 30%-70%; 20%-80%; 10%-90%),

Akankah esok kembali ,aku masih kau beri kehidupan yang berarti?. Wahai dunia dan

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya