• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA SEBAGAI DAMPAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA SEBAGAI DAMPAK"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA SEBAGAI DAMPAK ADANYA OBYEK WISATA

(STUDI KASUS PERUBAHAN FUNGSI EKONOMI KELUARGA PETANI PADA WILAYAH OBJEK WISATA BATU NIGHT SPECTACULER (BNS)

DESA ORO-ORO OMBO, KOTA BATU) mewujudkan Kota Batu yang semakin bersinar, dikenal orang banyak terutama luar Batu dan dengan banyaknya pengunjung yang datang ke Kota ini maka Pemerintah Kota akan mewujudkannya dalam membangun pariwisata atau sarana hiburan yang banyak tersedia di kota ini dan kota Batu akan terus menggali potensi wisatanya supaya Batu menjadi kota industrialisasi pariwisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk perubahan sosial yang dipengaruhi faktor lingkungan dan kehadiran teknologi di sekitar masyarakat sebagai akibat adanya industrialisasi pariwisata. Hadirnya objek pariwisata di masyarakat desa Oro-Oro Ombo akan merubah ekonomi masyarakat yang pada gilirannya merubah fungsi-fungsi ekonomi lainnya dalam keluarga.

Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh William F. Ogburn tentang perubahan sosial dalam keluarga. Dimana kegiatan ekonomi masyarakat bergantung pada teknologi yang hadir di desa. Teknologi itu hadir dalam bentuk sarana pariwisata Batu Night Spectaculer (BNS) yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat melalui peran anggota keluarga serta berubahnya pekerjaan di Desa Oro-Oro Ombo Kota Batu.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode kualitatif deskriptif dipilih karena penelitian ini mendeskripsikan dan memahami kasus yang dialami subyek penelitian, yakni tentang bagaimana bentuk perubahan fungsi ekonomi dalam keluarga masyarakat Desa Oro-Oro Ombo sebagai akibat adanya industrialisasi pariwisata.

(2)

membuat lahan pertanian menjadi semakin sedikit sehingga banyaknya warga yang awalnya bekerja di sektor agraris kemudian beralih ke sektor industrialisasi pariwisata. Namun adanya perubahan pekerjaan itu didorong juga oleh berubahnya peran serta fungsi-fungsi keluarga lainnya guna terpenuhinya fungsi ekonomi dalam suatu keluarga tersebut. Adanya masyarakat yang beralih pekerjaan ke sektor pariwisata namun mereka tidak meninggalkan begitu saja pekerjaan awalnya di sektor agraris sebagai petani sehingga dengan hadirnya BNS di lingkungan desa Oro-Oro Ombo itu membuat peran serta anggota keluarga jadi menyesuaikan dengan kondisi industri pariwisata.

Kata Kunci : Fungsi Ekonomi, Keluarga, Perubahan Sosial.

ABSTRACT

The purpose of this study was to describe the form of social change in the influence of environmental factors and technolgy factors of society as a result of the tourism industrialization. Due to the presence of tourism objects around the rural community in Oro - Oro Ombo course will change also an economic institution or other economic functions in the family.

This study uses the theory proposed by William F. Ogburn on social change in the family. Where economic activity is carried out by community relies on technology that is present in the village. The technology comes in the form of tourism facilities, such as Batu Night Spectacular (BNS) associated with a change in the community rural life and the changing role of family members work in the village of Oro-Oro Ombo Batu City.

This study uses descriptive qualitative case study approach. Descriptive qualitative method chosen for this study will describe and understand the subjects experienced a case study , which is about how the economy functions in the form of changes in the family community of Oro- Oro Ombo village as a result of the industrialization of tourism.

The results of this study indicate that the presence of tourism industrialization Batu Night Spectacular ( BNS ) in the village of Oro - Oro Ombo Batu City is made farm be slightly so many people who initially worked in the agricultural sector and then move on to the industrialization of the tourism sector . But the change was driven by job also by changing the role and functions of the family in order to fulfill an economic function within the family . The existence of people who switch jobs to the tourism sector , but they are not leaving it at that early work in the agricultural sector as farmers so that the presence of BNS in the village of Oro - Oro Ombo it makes the role of the family members so adjust the existing modernity.

(3)

PENDAHULUAN

Kota Batu merupakan kasus nyata sebagai contoh pembangunan pariwisata

melalui branding Shining Batu dan Kota Wisata Batu. Demi mewujudkan Kota Batu

yang semakin dikenal destinasi wisatanya. Dengan banyaknya pengunjung yang datang

ke Kota ini maka Pemerintah Kota mewujudkannya dalam membangun pariwisata atau

sarana hiburan yang banyak tersedia di kota ini dan kota Batu akan terus menggali

potensi wisatanya supaya Batu menjadi kota industrialisasi pariwisata.

Sektor pariwisata mampu menyumbang peningkatan pertumbuhan dan

pendapatan daerah Kota Batu, sedangkan kegiatan pertanian yang menopang kehidupan

hampir sebagian besar penduduk kota Batu memberikan sumbangan yang tidak terlalu

besar. Perbandingan data statistik menurut Batu dalam angka tahun 2011, banyaknya

wisatawan asing yang mengunjungi wisata di Batu khususnya Batu Night Spectacular

(BNS) sebanyak 134 orang (0,02%) dan 22.845 orang untuk tamu domestiknya

mengalami kenaikan 19,90 % ( BPS, 2011). Dampak positif yang menguntungkan

dalam bidang ekonomi yaitu bahwa kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan

devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi

masyarakat di daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup

mereka. dampak negatifnya seperti semakin memburuknya kesenjangan pendapatan

antar kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan antar daerah dan hilangnya

kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi (Pitana dan Gayatri, 2005:113)

Dampak pariwisata juga terjadi pada level keluarga di Oro-Oro Ombo. Keluarga

merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga itu terdiri dari

pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Dalam

masyarakat industri dan kota sering terjadi interaksi antar mereka baik yang dikenal

maupun yang tidak di kenal maksudnya jika ia berinteraksi dengan keluarga lain sebab

dari cara seperti itulah mereka bisa memperbanyak jaringan sosialnya. Dengan adanya

kesadaran para anggota keluarga yang menyadari perannya di masyarakat akan berubah

mengikuti perkembangan ekologis wilayahnya maka akan lambat lampauu merekapun

menyesuaikannya dalam lingkungan masyarakat mereka. Perubahan itu seperti gaya

hidup meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak langsung

(4)

yaitu pola pembagian kerja yang berkembang, adanya mobilitas sosial yang

berpengaruh pada kekuasaan (Pendit, 1990 :79-80).

Penelitian ini dilakukan di desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu Jawa Timur. Desa

Oro-Oro Ombo yang awalnya berkarakteristik masyarakat agraris dan sekarang sudah

mengalami perubahan sebagai akibat industrialisasi pariwisata. Situasi ini merubah

pekerjaan masyarakat sekitar yang semula memiliki lahan atau bertani. Perubahan

fungsi keluarga dari pemilik lahan yang tempatnya sudah berubah menjadi obyek

wisata, tentunya para pemilik lahan ataupun buruh tani itu menggantungkan rezeki serta

pekerjaan dari tempat wisata terutama dari wisatawannya. Perubahan peran dalam

keluarga terjadi karena adanya perubahan status dan peran sosial individu dalam

kehidupannya. Perubahan peran dalam kesehariannya mulai berubah karena anggota

keluarganya sudah sibuk berdagang di tempat wisata itu sebab lahan mereka sudah

dibeli oleh pihak pengelola wisata dan Pemerintah Kota Batu sehingga akhirnya mereka

menggantungkan rezekinya di lokasi itu. Adanya permasalahan tersebut yang

melatarbelakangi perubahan fungsi ekonomi dalam keluarga di sekitar industri wisata.

Tinjauan Teoritis

Perubahan sosial merupakan bagian dari keadaan masyarakat. Perubahan sosial

merupakan perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Adanya

perbedaan antara keadaan yang terjadi pada sistem tertentu dengan waktu yang

berlainan. Perubahan sosial juga merupakan variasi dari cara hidup yang telah diterima

yang disebabkan karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi

penduduk, ideologi maupun inovasi yang terjadi pada masyarakat (Sztompka, 2005).

Keluarga dimaksudkan sebagai kelompok yang diikat oleh kekerabatan, tempat

tinggal atau ikatan emosional yang dekat dan mereka menunjukkan empat gambaran

sistemik, ketergantungan antar anggotanya, pemeliharaan lingkungan selektif

sekitarnya. Dan dapat pula diungkapkan bahwa keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi

tetapi bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Dalam sebuah masyarakat tentunya

terdiri dari kelompok sub sistem kecil yang mendukung terbentuknya keluarga (Goode,

2007: 4).

Perubahan penting dalam keluarga yang terlihat adalah pemindahan sebagian

(5)

suatu keluarga ataupun masyarakat secara keseluruhan turut mempengaruhi perubahan

fungsi-fungsi sosial keluarga. Terdapat sembilan fungsi keluarga antara lain fungsi

pendidikan,fungsi rekreasi, fungsi keagamaan,fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi,

fungsi perasaan, fungsi ekonomi, fungsi biologis dan fungsi kasih sayang (Jonhson,

1994). Ekonomi mempunyai arti sebagai pendapatan atau penghasilan. Sedangkan

fungsi mempunyai makna kegunaan. Jadi fungsi ekonomi dalam keluarga merupakan

hal yang penting sebab ekonomi sendiri mempunyai arti yang sangat dibutuhkan untuk

melengkapi hidup para individu. Dalam ekonomi terdapat tiga kegiatan utama dalam

kesehariannya yaitu Produksi, Distribusi dan Konsumsi.

Ternyata munculnya Batu Night Spectaculer (BNS) membawa perubahan ke

berbagai aspek kehidupan keluarga antara lain, dengan rata-rata jumlah keluarga yang

mengecil mengakibatkan bentuk keluarga luas (extended family) bergeser ke bentuk

keluarga inti (nuclear family). Perubahan- perubahan pada sistem keluarga juga terjadi

karena banayak anggota keluarga yang membawa nilai-nilai baru serta menerapkan cara

baru mengenai perubahan perannya sehingga banyak dari anggota keluarga itu belum

paham dan belum menyadari dengan perubahan sikap, pola dan peran anggotanya itu

(6)

Gambar 2.1 Alur dan Pola Pemikiran

Sumber: Olahan Peneliti 2014

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena

penelitian ini mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan secara alamiah,

menjelaskan dan memaparkan mengenai perubahan fungsi ekonomi dalam keluarga

petani yang berubah pekerjaan menjadi pedagang, data yang dikumpulkan berupa

kata-kata bukan angka-angka. Penelitian ini menggunakan studi kasus intrinsik, karena

peneliti ingin memahami secara lebih mendalam mengenai keteraturan dan kekhususan

dari suatu kasus (Yin, 2003). Pemilihan studi kasus intrinsik oleh peneliti, dikarenakan Industri

Pariwisata

Perubahan Fungsi Ekonomi dan Perubahan Pekerjaan

dalam Keluarga

(William J. Goode) Perubahan Keluarga karena faktor Teknologi pada Industri

Pariwisata BNS

(Willliam F. Ogburn)

Masyarakat Industri Masyarakat

Agraris

Keluarga Inti 1.Fungsi Ekonomi

(7)

peneliti ingin memfokuskan pada satu kasus yaitu mengenai perubahan fungsi ekonomi

dalam keluarga semenjak masyarakatnya ada yang beralih pekerjaan dari petani menjadi

pedagang yang akan dibahas secara mendalam dan tuntas. Penelitian ini dilakukan pada

masyarakat Desa Oro-Oro Ombo yang berada dalam wilayah Kecamatan Batu, Kota

Batu, Provinsi Jawa Timur. Fokus penelitian adalah perubahan peran fungsi ekonomi

dalam keluarga dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri (pariwisata)

sebagai akibat muncul industrialisasi pariwisata yang terletak di Kota Batu Desa

Oro-Oro Ombo.

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

yaitu dengan mempertimbangkan karakteristik dari sifat- sifat informan tersebut secara

sengaja berdasarkan tujuan penelitian (Salim, 2006:12). Dalam penelitian ini adalah

individu yang mengetahui dan memahami perubahan keluarga yang menjalani

perubahan pekerjaannya serta memahami permasalahan yang terjadi di lokasi Oro-Oro

Ombo yaitu Pak Trisno Aji selaku sekertaris desa dan Pak Riduwan selaku Kaur

Ekonomi dan Pembangunan. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung

dalam interaksi sosial yang diteliti. Subjeknya bisa seorang petani atau pelaku di sektor

jasa pariwisata di sekitar lokasi penelitian yaitu Pak Warlian, Bu Sum dan Pak Riwono

serta Pak Hariyono dan Brian. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat

memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang

diteliti. Informan tambahan dapat ditetapkan sebagai individu yang berada di luar

konteks lokasi penelitian yaitu Pak Asmawi Sawer dan Pak Lukito Bowo.

PEMBAHASAN

Sepintas tentang asal-usul Desa Oro-Oro Ombo pada zaman dahulu adalah

merupakan sebuah tempat dimana terdapat area atau lahan tanah kosong yang cukup

luas dan digunakan sebagai tempat berkumpul para Petinggi Kerajaan Mataram untuk

beristirahat dalam perjalanannya (Profil Desa, 2010). Geografis Desa Oro-Oro Ombo

yang terletak di kaki lereng Gunung Panderman dengan panorama yang indah serta

hawanya yang sangat sejuk saat itu menjadikan daya tarik tersendiri bagi siapapun yang

sedang dalam perjalanan untuk beristirahat di tempat ini.

Dengan dibangunnya lokasi wisata BNS terjadi pula pengalihan fungsi lahan

(8)

desa berubah menjadi wisata buatan yang menjadi tujuan wisata baru. Saat ini, banyak

warga yang menjadi pedagang dan yang masih bertani hanya mereka yang mempunyai

lahan ataupun yang bekerja di lahan orang lain (Wawancara dengan Pak Warlian

tanggal 14 April 2014).

Konsekuensi perkembangan wisata buatan membuat lahan kosong yang ada di

desa itu beralih fungsi menjadi sarana pendukung pariwisata misalnya rumah, villa atau

homestay yang disewakan untuk wisatawan. Seiring berjalannya tahun, tanah yang

serupa perkebunan atau pertanian di Desa Oro-Oro Ombo harganya bisa melonjak

dikarenakan tingkat konsumsi masyarakat dan pemukiman serta pertambahan penduduk

yang meningkat dengan perkembangan sosial budaya masyarakat yang semakin tinggi

dengan norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan.

Peta Desa Oro-Oro Ombo

Sumber: Profil Desa 2010

Sumber: Profil Desa 2010

Adanya Desa Oro-Oro Ombo di kawasan wisata Kota Batu tentunya akan

memberikan dampak pada wilayahnya terutama untuk perkembangan ekonomi bagi

keluarga di sekitarnya. Desa Oro-Oro Ombo sendiri mempunyai obyek wisata BNS

disusul dengan hadirnya Jatim Park II serta Eco Green Park di desa Sisir yang

menyesuaikan destinasi baru di jalan raya Oro-Oro Ombo. Tentunya dengan hadir

kawasan wisata itu akan menyediakan fasilitas pendukung berupa hotel, villa/homestay,

restoran serta minimarket di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan masyarakat jadi

memiliki pekerjaan yang baru.

. Dengan adanya warga yang bukan asli Oro-Oro Ombo (pendatang) tentunya

(9)

dengan budaya asli desa, semisal saat ada selametan desa biasanya warga mengadakan

ritual dan perkumpulan serta bersih-bersih desa dan banyak warga pendatang yang

awalnya tidak tahu dan tidak ikut bergabung dalam prosesi adat tersebut. Namun seiring

dengan banyaknya warga pendatang yang sudah lama tinggal di desa ataupun kerabat

dari warga yang sudah tinggal menetap lama dan akhirnya mereka sadari bahwa

kegiatan itu menjadi penting sehingga dari warga pendatang banyak yang ikut serta

membantu dalam pelaksaan prosesi tersebut. Kesadaran warga itu sendiripun tidak luput

dari hadirnya keluarga atau saran dari keluarga sekitarnya yang memang warga asli

desa.

Perubahan Sosial Karena Faktor Lingkungan

Hadirnya objek wisata BNS membuat berubahnya fungsi lahan yang ada di Desa

Oro-Oro Ombo. Hal ini disebabkan karena letak Desa Oro-Oro Ombo sangat strategis,

sehingga desa ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata pada malam hari yang berada

di Kota Batu. BNS merupakan salah satu objek wisata yang diminati warga Batu,

Malang dan sekitarnya. Terutama remaja dan juga keluarga. Objek wisata ini di buka

mulai pukul 15.00 WIB. Adanya obyek wisata di Oro-Oro Ombo dikarenakan

banyaknya lahan kosong yang dimiliki pihak Desa seluas 7 hektar, namun yang

dikembangkan baru seluas 4 hektar oleh pemkot Batu terutama dalam bidang wisata.

Menurut Warlian (65) sebelum BNS didirikan, Desa Oro-Oro Ombo merupakan

desa agraris yang masyarakatnya bekerja sebagai petani. Akan tetapi setelah ada BNS,

terdapat alih fungsi lahan yang berpengaruh pula pada perubahan pekerjaan. Lahan yang

luas awalnya difungsikan untuk bertani, sekarang lahan itu sudah berubah menjadi

pemukiman atau rumah penduduk. Adanya lahan kosong yang mengalami perubahan

fungsi karena banyaknya pendatang dan akhirnya pindah tempat menetap di Oro-Oro

Ombo, dan ditambah lagi sekarang sudah adanya objek wisata BNS yang menjadikan

Desa Oro-Oro Ombo berubah, tidak lagi menjadi desa agraris. Beberapa dari rumah

penduduk pun ada yang disewakan menjadi homestay atau villa yang difungsikan untuk

bermalamnya para pengunjung yang berwisata atau liburan di sekitar BNS.

Lalu ada juga transportasi berupa ojek. Sebagian besar mereka adalah kepala

keluarga yang memilih menjadi tukang ojek di daerah wisata sebab keuntungannya

(10)

seperti itu berdampak bagi banyaknya orang yang mengubah pekerjaannya di sektor

wisata. Investor juga berdatangan di desa tersebut dikarenakan lahan sekitar BNS sangat

menjanjikian dalam hal sektor wisata. Bisa dilihat bahwa dampak perubahan yang

terjadi memang tidak langsung melainkan perlahan-lahan setelah hadirnya wisata BNS.

Sebab banyaknya investor yang bekerja sama dengan pemerintah desa untuk

mengembangkan desa dengan cara memunculkan BNS di desa tersebut, tentunya akan

membuat pengunjung lebih banyak berdatangan ke Oro-Oro Ombo. Tambahan dari

Warlian dari lima tahun terakhir, harga tanah di sekitar BNS bisa naik 20-50%

tergantung letaknya. Bila lahan yang terdapat di pinggir jalan raya dulu harganya sekitar

Rp 250.000 – Rp 300.000 maka sekarang bisa mencapai Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000

per meter². Sedangkan lahan yang tidak berada di pinggir jalan raya tetapi berada di area

kampung atau perumahan sekarang harganya mencapai Rp 700.000 – Rp 1.000.000.

Tingginya harga tanah di desa tersebut tidak bisa dipungkiri karena kehadiran

industrialisasi pariwisata. Oro-Oro Ombo yang awalnya sebuah desa dengan lahan

subur dan banyaknya tanaman yang tumbuh subur namun sekarang berubah sebagai

desa padat penduduk dan dengan industri pariwisata. Hal ini juga mempengaruhi jenis

pekerjaan dari keluarga desa ini, awalnya keluarga petani akhirnya berubah

pekerjaannya menjadi pedagang disekitar BNS.

Biasanya jika ada dampak negatif maka ada dampak positif, dampak positif yang

terjadi masyarakat mampu mengelola serta terjun langsung dalam kegiatan

perekonomian non-pertanian itu, sehingga akan membuat petani mempunyai

penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (Arifin, 2011 :7).

Sependapat dengan yang diutarakan Arifin, bahwa memang hadirnya sektor pariwisata

menimbulkan efek berkurangnya lahan terutama pada sektor pertanian. Karena dengan

hadirnya tempat wisata di lingkungan desa membuat para petani yang lahannya dibeli

oleh investor menjadi bergeser ataupun menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.

Jadi banyaknya petani yang beralih pekerjaan menjadi pedagang di wilayah Desa

Oro-Oro Ombo karena hadirnya wahana hiburan BNS.

Perubahan sosial yang terjadi dan juga peran keluarga dalam masyarakat yang

menyesuaikan diri dengan kehadiran BNS yang berada di lingkungan rumah mereka.

Lagipula hadirnya para investor membuat perubahan yang sangat cepat, termasuk

(11)

yang setelah lulus langsung melamar pekerjaan disana, namun ada juga bagi warga yang

berjualan makanan atau barang disekitar BNS. Banyaknya fungsi yang berubah itu

setelah munculnya BNS di Desa Oro-Oro Ombo.

Faktor Teknologi dalam Industri Pariwisata

Munculnya BNS sebagai salah satu atraksi pariwisata yang sarat akan

menggunakan teknologi untuk mengoperasikan permainan-permainannya. Sehingga

wisata itu yang membuat desa Oro-Oro Ombo menjadi desa yang ramai karena

banyaknya pengunjung. Objek wisata buatan yang mengusung kecanggihan teknologi

ini membawa perubahan terhadap masyarakat.

Trisno Aji (46) menjelaskan masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan sosial

yang terjadi semenjak hadirnya tempat wisata BNS, sebab dari mereka banyak yang

berfikir untuk memanfaatkan peluang dalam menambah penghasilan ekonominya.

Adanya beberapa pekerjaan yang terbentuk dari hadirnya wisata tersebut seperti

paguyuban pedagang yang biasa dikenal Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

Kelompok pedagang ini hadir di sekitar area wisata dan mereka berjualan dengan

memanfaatkan kehadiran tempat wisata. Penghasilan mereka ditentukan oleh ramainya

pengunjung tempat wisata. Kebanyakan dari mereka berjualan seperti makanan,

minuman, aksesoris maupun pakaian yang bertuliskan objek wisata itu. Terdapat pula

Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yaitu kelompok masyarakat yang bekerja

dalam bidang jasa informasi serta memberikan informasi mengenai tempat-tempat

wisata kepada pengunjung maupun masyarakat sekitar berupa perkembangan tempat

wisata, harga maupun jenis hiburan baru.

Ogburn (dalam Goode, 2007:209) pun mengemukakan bahwa perubahan keluarga

atau sosial yang terbentuk karena suatu faktor besar seperti bangsa, musim atau

ekonomi. Anggapan yang melatarbelakangi munculnya teknologi atau industri

merupakan faktor utama dalam perubahan keluarga.

Dalam teori Materialis Ogburn (Goode, 2007 :215) menegaskan terjadinya

perubahan sosial dalam keluarga karena hadirnya teknologi.

1. Perubahan karena kondisi sosial (Goode, 2007)

Kondisi sosial yang terjadi di desa Oro-Oro Ombo memang sangatlah beda dengan desa

(12)

yang terletak di dataran tinggi dan jauh dari pusat kota. Desa yang awalnya memiliki

lahan pertanian luas serta lahan terbuka hijau hanyalah sebuah desa yang sepi dan jauh

dari keramaian. Jarak rumah juga berjauh-jauhan antara yang satu dengan yang lain.

Tentunya dengan kondisi sosial yang seperti itu tidak banyak masyarakat yang nyaman

tinggal di desa tersebut. Namun setelah hadirnya BNS banyak orang yang mengunjungi

serta mengenal wilayah desa Oro-Oro Ombo, sebab di desa itu terdapat sarana wisata

pada malam hari untuk keluarga yang hendak berkumpul bersama atau refreshing

melepas penat sejenak.

Pemaparan dari Pak Trisno Aji (46) merupakan penjelasan tentang kondisi sosial.

Dengan adanya BNS membuat perubahan besar di lingkungan desa. Awalnya kondisi

desa yang nyama, tentram dan sepi karena masih banyak lahan pertanian serta jauh dari

polusi udara. Namun saat ini dengan hadirnya BNS membuat desa ini semakin padat

dan ramai karena banyak penduduk yang menetap serta wisatawan yang berkunjung ke

tempat wisata BNS. Walaupun BNS hadir disekitar masyarakat agraris, namun dengan

perkembangan zaman yang semakin modern karena hadirnya pariwisata sehingga

membuat anggota keluarga bisa mengubah kondisi sosial yang sedang berlangsung

terutama anggota keluarga. Menurut Pak Hariyono (48), adanya BNS membuat

perubahan yang terjadi di desa semakin terlihat jelas. Seperti keadaan jalanan yang

sekarang jadi semakin ramai, lahan jadi semakin berkurang. Desa Oro-Oro Ombo jadi

semakin dikenal, membuat keluarga bisa menambah penghasilannya dengan kegiatan

ekonomi disekitas wisata. Maka dari itu hadirnya BNS dimaksud hanya sebagai sarana

rekreasi keluarga pada malam hari yang ingin refreshing atau jalan-jalan ke Kota Batu

dan juga sebagai tempat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya.

2. Adanya unsur sosial satu sama lain yang masih berhubungan (Goode, 2007).

Unsur sosial merupakan suatu hal yang mendukung atau mengalami perubahan di

masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat meliputi pola prilaku,

norma maupun aturan lembaga kemasyarakatan yang berdasarkan adanya unsur

kekuasaan atau wewenang dalam menerapkan suatu hubungan. Dalam hal ini adanya

unsur mengalami perubahan dalam masyarakat desa Oro-Oro Ombo berupa kekuasaan

atau wewenang di desa yang mengadakn perjanjian kepada pihak investor BNS.

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat berupa pola prilaku ataupun

(13)

BNS itu untuk tempatnya bekerja menambah penghasilan. Pak Trisno Aji (46)

merupakan penjelasan tentang norma atau prilaku bagian dari sektor jasa pariwisata.

Dengan adanya tukang parkir di daerah tersebut pastinya kendaraan pengunjung

menjadi aman. Masing-masing tukang parkir sudah mendapatkan lahan parkirnya tanpa

adanya perjanjian tertulis mengenai lahan, tapi yang mereka jadikan prinsip hanyalah

rasa kepercayaan bagi para tukang parkir lainnya. Dengan adanya prinsip itulah yang

membuat mereka jadi teratur dalam penataan parkir pengunjung serta pembagian tarif

parkir. Banyak sektor jasa yang digeluti warga seperti salah satunya jasa pengantar tamu

atau pengunjung ke penginapan, villa atau homestay yang berada di desa Oro-Oro

Ombo. Inilah yang membuat banyaknya warga yang mengeluti jasa sampingan itu

sebagai pekerjaan tambahannya. Maka dari itu hadirnya BNS dimaksud hanya sebagai

sarana rekreasi keluarga pada malam hari yang ingin refreshing atau jalan-jalan ke Kota

Batu dan juga sebagai tempat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya.

Selain unsur sosial tersebut, di desa ini juga ada unsur sosial lain yang kerjasama

atau polanya melalui hak kekuasaan atau wewenang seperti perjanjian dalam

melaksanakan sewa-menyewa lahan TKD yang digunakan sebagai tempat sarana

hiburan malam BNS. Trisno Aji (46) menyatakan bahwa dari perjanjian sebagai awal

pembentukan BNS di Oro-Oro Ombo yang sehingga akhirnya membuat masyarakat

khususnya yang bekerja sebagai petani jadi beralih pekerjaan untuk mencari tambahan

penghasilan menjadi pedagang. Oleh sebab itu dengan adanya perjanjian yang membuat

pihak BNS mempekerjakan warga desa sebanyak 60 % untuk bekerja menjadi pegawai

atau karyawan di BNS namun ada juga warga yang berjualan di depan BNS dan

perjanjian sewa tanah itu harus di bayar setiap 5 tahun sekali sehingga membuat suatu

hubungan yang saling membutuhkan antara pihak pengelola dan masyarakat.

3. Perubahan teknologi lebih cepat dibanding perubahan budaya, kepercayaan serta

norma untuk mengatur kehidupan (Goode, 2007).

Munculnya teknologi di desa Oro-Oro Ombo membuat perubahan yang sangat

besar bagi kehidupan masyarakat. Dalam tulisan ini, teknologi disejajarkan dengan

wisata buatan atau dalam hal ini BNS. Sarana pariwisata yang menjadi salah satu

faktor pengubah ekonomi masyarakat desa sejak akhir tahun 2008 bernama Batu Night

(14)

masyarakatnya jadi berubah dan jadi mengetahui perkembangan teknologi informasi

zaman sekarang.

Masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan sosial pada keluarga semenjak

hadirnya tempat wisata BNS, sebab dari mereka banyak yang berfikir untuk

memanfaatkan peluang dalam menambah penghasilan ekonominya. Adanya beberapa

pekerjaan yang terbentuk dari hadirnya wisata tersebut seperti paguyuban pedagang

yang biasa dikenal Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) kelompok pedagang ini hadir

disekitar area wisata dan mereka berjualan dengan memanfaatkan kehadiran tempat

wisata serta penghasilan mereka ditentukan oleh ramainya pengunjung tempat wisata

kebanyakan dari mereka berjualan seperti makanan, minuman, aksesoris maupun

pakaian yang bertuliskan objek wisata itu. Terdapat pula Kelompok Informasi

Masyarakat (KIM) yaitu kelompok masyarakat yang bekerja dalam bidang jasa

informasi serta memberikan informasi mengenai tempat-tempat wisata kepada

pengunjung maupun masyarakat sekitar berupa perkembangan tempat wisata, harga

maupun jenis hiburan baru. Munculnya perubahan yang terjadi di desa membuat

masyarakatnya menjadi lebih berinsiatif dalam memanfaatkan peluang usaha seperti

bekerja di lingkungan BNS menjadi keamanan BNS, karyawan foodcourt, mendirikan

homestay, tukang parkir serta pedagang di sekitar BNS. Sehingga para masyarakat desa

yang awalnya mayoritas bekerja di sektor agraris menjadi petani kemudian sekarang ada

yang beralih menjadi sektor jasa wisata dengan memanfatkan tempat wisata tersebut.

Struktur Mata Pencaharian Masyarakat Desa Oro-Oro Ombo

Adanya obyek wisata yang menunjang perekonomian masyarakat agraris yang

berubah ke masyarakat industrialisasi pariwisata sehingga memungkinkan peran

keluarga untuk berubah. Dalam bidang pekerjaan guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Desa Oro-Ombo yang didominasi dengan masyarakat yang bekerja sebagai petani

sebanyak 1653 dan pedagang yang berjumlah 390 pada tahun 2010 (Profil Desa 2010

:15). Hadirnya BNS berdampak pada perubahan pekerjaan serta perubahan peran

keluarga akibat munculnya peluang usaha baru. Di samping itu, muncul kreatifitas

masyarakat yang tinggi sehingga banyaknya warga yang berinisiatif sendiri untuk

mengembangkan kreatifitasnya berupa produk-produk khas tempat wisata sehingga ia

(15)

Dalam waktu ke waktu seperti saat ini ada 20 orang kelompok pedagang yang

aktif dan ikut dalam kegiatan yang dilakukan pria berusia 40 tahun tersebut. Dia juga

mengatakan bahwa saat ini sudah jarang atau bahkan sangat sedikit kesadaran warganya

untuk mengadakan kegiatan sosial bersama-sama.

Pada awalnya di desa ini banyak terdapat lahan kosong yang luas sebab desa ini

dekat dengan hutan. Sebagai petani masyarakat ini mampu mengembangkan serta

menyesuaikan keluarganya dengan lingkungan yang sekarang dalam industrialisasi

pariwisata. Tanah Kas Desa yang semula untuk digarap bersama dan dikelola 10

perangkat desa (RW maupun RT). Tapi sekarang sudah disewakan kepada investor dan

pada akhirnya dibangun tempat wisata BNS dengan luas 3,9 hektar. Dengan munculnya

strategi-strategi masyarakat untuk menambah penghasilannya banyak yang selesai

bertani meraka jadi tukang ojek, parkir dan berdagang. Begitupula hadirnya paguyuban

yang menaungi sekolompok kegiatan ataupun aktifitas warga sehari-hari. Dengan

hadirnya paguyuban maka setiap pekerjaan ataupun kegiatan jadi teratur berjalannya.

Dalam hal ini petani ada juga lembaga yang menaungi yaitu kelompok tani

Pandermania itu suatu kelompok atau kumpulan para masyarakat yang bekerja di

bidang pertanian termasuk peternakan juga. Namun jika kumpulan pedagang masuk di

bawah lembaga Pokdarwis adalah suatu kelompok yang sadar akan hadirnya tempat

wisata jadi mereka mencoba berkreatifitas dan berinisiatif untuk berjualan souvenir

khas, buah hasil panen ataupun makanan serta minuman di lokasi obyek wisata

tersebut.

Fungsi Ekonomi Keluarga Desa Oro-Oro Ombo

Di dalam sebuah keluarga pastinya mempunyai fungsi. Dimana fungsi itu

biasanya akan mempengaruhi perubahan fungsi dalam sosial di masyarakat. Di dalam

keluarga biasanya terdapat fungsi sosial yang mengalami perubahan (Jonhson, 1994)

dalam keluarga yang memiliki sembilan fungsi yaitu fungsi Pendidikan yang telah di

persiapkan para orang tua untuk mendidik anaknya serta memberi keterampilan dan

mengajarkannya tentang prilaku sosial yang baik. Fungsi yang kedua adalah fungsi

(16)

tuanya. Adapula fungsi keagamaan dimana keluarga mengenalkan ajaran agama dengan

cara memperkenalkan serta mengajarkannya dan menanamkan keyakinan akan agama

yang dianut dalam kehidupannya. Fungsi perlindungan dan sosialisasi juga berperan

dalam keluarga sebab cara anggota keluarga memberikan kenyamanan, perlindungan

kepada anak mereka serta mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang

baik. Ada juga fungsi perasaan yang dipahami dengan cara komunikasi dan interaksi

antar anggota keluarga sehingga akan menimbulkan pengertian, keharmonisan dalam

keluarga. Setelah itu ada fungsi yang terakhir yaitu fungsi biologis dan kasih sayang

dari fungsi biologis itu sendiri yang memandang bahwa keluarga harus memberikan

keturunan yang nantinya akan menjadi keturunan serta mewarisi harta ataupun

perilakunya, begitupula fungsi kasih sayang akan memberikan rasa aman dalam

membina kepribadian dan pendewasaan dalam keluarganya.

Fungsi yang peneliti fokuskan disini dalam keluarga adalah fungsi ekonomi,

sebab dengan adanya ekonomi atau penghasilan dari kepala keluarga yang akan

memenuhi sandang, pangan, papan ataupun segala kebutuhan yang diperlukan oleh

masing-masing keluarga tentunya dalam pendidikan juga karena berdirinya pariwisata

di lingkungannya dan tentunya jelas mempengaruhi pekerjaan warga. Dengan adanya

alasan pemilihan fokus itulah yang membuat saya tertarik untuk meneliti fokus

ekonomi. kegiatan ekonomi yang terakhir berupa kegiatan konsumsi adalah kegiatan

yang menggunakan benda secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan guna

memelihara kelangsungan hidupnya. Menjaga kelangsungan hidup dan memenuhi

semua kebutuhan hidup merupakan fungsi dari konsumsi (Damsar, 2009).

Kehadiran BNS memang memberikan dampak positif bagi mereka yang berada

disekitarnya karena adanya pembangunan sarana dan prasarana penunjang juga

membuat kesejahteraan hidup masyarakat menjadi lebih baik. Seperti adanya ojek

sebagai sarana transportasi, homestay, toko swalayan, toko oleh-oleh yang semuanya

(17)

Keluarga Besar di Masyarakat Agraris Oro-Oro Ombo

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara

historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas

dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya

mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari

masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan

melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka ke arah pendewasaan. Keluarga

sebagai organisasi mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang

terjadi hanya sebagai proses. Tetapi dalam rumah tangga yang diperluas ini pun akan

lebih dapat bertahan daripada rumah tangga atau keluarga yang hanya inti saja terdiri

dari suami atau istri saja. Sebab dalam keluarga besar masih banyak yang bisa diajak

bermusyawarah atau bertukar fikiran jika terjadi kesalahpahaman antara istri atau

suaminya jadi peran keluarga besar sangat penting pengaruhnya bagi kelangsungan

kerluarga inti. Begitu juga jika ada kematian atau kehilangan salah seorang dalam

keluarga besar mereka tetntunya akan mempengaruhi atau mengganggu kelangsungan

efektivitas kegiatan sehari-hari mereka (Goode, 2007:4).

Keluarga Pak Warlian yang menjadi masyarakat petani tetap mempertahankan

nilai kekeluargaan dalam keluarga besarnya. Sebab dalam masyarakat petani keluarga

inti akan tetap bergantung pada keluarga besar, seperti yang dialami Bu Sulaikah yang

berjualan di BNS hanya akhir pekan saja tetapi kalau hari biasa pastinya ia bekerja di

kebun mertuanya (Pak Warlian). Yang terjadi pada keluarga itu tetap menekankan pada

aspek perkumpulan keluarga sebab dalam masyarakat petani dasarnya mereka masih

bersifat kekeluargaan dalam bekerja dan tidak bisa mandiri walaupun sekarang Desa

Oro-Oro Ombo sudah mengalami penyempitan lahan. Tetapi masyarakat petani dalam

paguyuban atau keluarganya tetap semakin erat dalam menjalin kerjasamanya.

Keluarga Inti di Masyarakat Industri Desa Oro-Oro Ombo

Secara ekonomi keluarga inti berdiri sendiri, tempat tinggal tersendiri. Keluarga

ini mempunyai hubungan yang erat serta akrab dengan anggotanya. Masyarakat hampir

semuanya mengalami serta menjalani proses industrialisasi. Keluarga ini mempunyai

sifat khasnya sendiri dalam perkembangannya karena warna tertentu akan didapati pada

(18)

banyak anggota keluarga yang membawa nilai-nilai baru serta menerapkan cara baru

mengenai perubahan perannya sehingga banyak dari anggota keluarga itu belum paham

dan belum menyadari dengan perubahan sikap, pola dan peran anggotanya itu (Goode,

2007:186).

Proses industrialisasi dapat dilihat bahwa ada variabel tertentu yang menjadi

tuntutan tertentu dalam proses sosial dan sistem kerabat. Didalam sistem industri,

seseorang memperoleh pekerjaan atau posisi tertentu bukan karena hubungan-hubungan

keluarga tapi karena prestasi individu. Menurut Goode (Ihromi, 2004:288) keluarga

juga dapat di tinjau sebagai suatu kekuatan yang memainkan pengaruh tertentu pada

proses industrialisasi itu.

Perubahan keluarga yang terjadi bisa terlihat dari pengalaman Bu Sum dan Pak

Riwono. Pada awal mereka menikah, mereka mempunyai lahan untuk menanam

sayur-sayuran kemudian setelah panen Bu Sum yang menjual langsung berkeliling desa.

Hingga akhirnya mereka memisahkan diri dari keluarga besarnya. Yang awalnya Bu

Sum tinggal bersama di rumah mertuanya. Dalam pemisahan keluarga besar menjadi

keluarga inti akhirnya mereka sepakat untuk menjual lahan kebunnya seluas 1500 m².

Dari hasil penjualan lahan itulah mereka akhirnya membeli sebuah rumah di belakang

BNS. Setelah mereka sebagai keluarga inti bisa hidup mandiri dengan anak-anaknya

maka merekapun akhirnya berperan dalam sektor pariwisata itu. Sehingga Bu Sum yang

akhirnya memutuskan untuk berjualan es kelapa di depan es kelapa. Sedangkan Pak

Riwono ikut serta membantunya berjualan (Hasil wawancara dengan Bu Sum tanggal

14 Juni 2014)

Temuan Penelitian

Seperti yang dikemukakan pada awal penelitian, bahwa hadirnya industri pariwisata

berupa dibangunnya BNS di tengah-tengah masyarakat agraris membuat sebagian

masyarakatnya beralih pekerjaan menjadi pedagang meskipun masih anda anggota

masyarakat yang bertahan menjadi petani. Masyarakat yang awalnya bertani tetap

mempertahankankan pekerjaannya itu sebagai kegiatan utama dan juga melakukan

kegiatan perdagangan sebagai kegiatan sampingannya. Munculnya industri pariwisata

(19)

bekerja keras sebab masyarakat agraris lama kelamaan akan tersisih karena lahan yang

digunakan untuk bertani menjadi sedikit termakan oleh bangunan-bangun yang berdiri

disekitar lokasi wisata. Dengan berubahnya masyarakat agraris menjadi masyarakat

industri sehingga membuata masyarakat yang lainnya terutama anggota keluarga

lainnya menjadi lebih aktif bekerja di sekitar objek wisata tersebut.

Berubahnya desa yang agraris itu menjadi desa industri pariwisata dapat

mempengaruhi norma berupa, tidak menjunjung erat persaudaraan atau masyarakat desa

untuk harus ikut terjun langsung dalam tradisi desa. Lalu ada pula disana unsur-unsur

sosial yang melatarbelakangi berdirinya BNS di desa agraris itu dengan pihak investor.

Namun adanya BNS yang berdiri dikarenakan adanya kesepakatan atau perjanjian

dalam berdirinya BNS yang memang mengharuskan pekerjanya berasal dari Desa

Oro-Oro Ombo sebanyak 60% dari data yang ditunjukkan melalui MOU. Memang adanya

perjanjian itu akan membuat warga semakin yakin bahwa nanti hadirnya BNS di

lingkungan desa akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi remaja-remaja yang baru

lulus sekolah maupun para ibu yang mau berjualan di sekitar lokasi. Disini hanyalah

terjadi di tingkat mikro (lingkup kecil) saja pada wilayah keluarga petani ataupun

keluarga di sektor jasa wisata (pedagang, tukang parkir, homestay) yang berkaitan

langsung dengan hadirnya mereka di lingkungan BNS. Perubahan yang terjadi di desa

sudah sangat signifikan terutama pada lahannya yang semakin sedikit karena sudah

dirubah menjadi rumah-rumah ataupun homestay.

Dengan munculnya industri wisata seperti BNS itu mampu mengubah perubahan

sosial pada level keluarga. Sehingga membuat adanya peran anggota keluarga yang

berubah pula, seperti ibu (istri) yang bekerja menjadi pedagang atau jasa wisata lainnya,

juga ada beberapa anak yang membantu pekerjaan orangtuanya dalam berjualan juga.

Dari berubahnya peran itu membuat para keluarga yang awalnya berkumpul dalam satu

lingkup keluarga besar menjadi lingkup keluarga inti atau keluarga mandiri. Dengan

adanya perubahan-perubahan pada lingkup keluarga tentunya membuat mereka

masyarakat industri wisata jadi menyesuaikan peran dengan lingkungannya serta akan

(20)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

Perubahan Fungsi Ekonomi Keluarga Petani Sebagai Dampak Adanya Wilayah Obyek

Wisata Batu Night Spectaculer Desa Oro-Oro Ombo, maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa perubahan sosial yang hadir di lingkungan Desa Oro-Oro Ombo

dikarenakan adanya dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor teknologi, adanya

perubahan struktur mata pencaharian masyarakat desa yang awalnya bekerja di sektor

agraris kemudian beralih pekerjaan di sektor pariwisata karena memanfaatkan peluang

yang tersedia untuk menambah penghasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari. Meskipun demikian, masih terdapat pula warga yang masih bekerja di

sektor agraris. Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi ekonomi dalam keluarga

mempunyai peranan yang berpengaruh terhadap fungsi lainnya.

SARAN

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Bahwa segala bentuk perubahan yang terjadi karena memang di dasarkan dari

faktor ekonomi dan faktor lingkungan yang berkurang karena di jadikan tempat

wisata sehingga merubah budaya dan kehidupan sosial masyarakat juga. Maka

untuk peneliti selanjutnya bisa memberikan contoh atau kasus-kasus lain pada

masyarakat desa yang strukturnya sudah terarah atau berkembang menuju

masyarakat pariwisata.

2. Bagi Keluarga Petani ataupun Keluarga Pedagang

Dengan munculnya tempat wisata di sekitar lingkungan desa, maka seharusnya

respon mereka bersikap baik terhadap munculnya objek wisata tersebut.

Walaupun sebagian lahan kosong berkurang namun banyaknya ekonomi

ataupun pendapatan yang mereka dapat cukup untuk tambahan penghasilan.

Sudah seharusnya para keluarga tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan

baru yang tentunya akan membuat mereka menjadi sibuk dalam kegiatan agraris

maupun pariwisata.

3. Bagi Masyarakat Desa Oro-Oro Ombo

Perubahan yang dilakukan masyarakat Oro-Oro Ombo memang merupakan

(21)

lingkungan mereka. Dengan hadirnya wisata baru di desa mereka tentunya akan

membuat masyarakat menjadi lebih modern serta mengikuti perkembangan

zaman dengan kegiatan-kegiatan yang dihadirkan dalam lingkungannya. Dan

juga dengan banyaknya pengunjung atau wisatawan yang datang maka akan

membuat mereka menjadi berkembang dengan budaya yang muncul tetapi

dengan tidak meninggalkan budaya aslinya yang masih harus terus

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2011. Ketika Masyarakat Desa Berubah. STPN Press:Yogyakarta

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana

Badan Pusat Statistik, 2011. Batu Dalam Angka. Kota Batu: Jawa Timur

Goode, William J. 2007. Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara: Jakarta

Ihromi, T O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia:

Jakarta

Johnson, Doyle P. 1996. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert M.Z

Lawang. Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat.1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Pitana, I Gede & Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset: Yogyakarta.

Profil Desa. 2010. Desa Oro-Oro Ombo. Kota Batu: Jawa Timur.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara wacana: Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2.1 Alur dan Pola Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (Pontoh, 2013:3). Sistem pengelolaan keuangan yang baik

Tiga perubahan menonjol yaitu: (1) AS harus membuat formulasi ulang kebijakannya terhadap energi dan lingkungan agar tercipta lingkungan ekonomi yang

dengan biaya pengelolaan verifikasi lapangan dibandingkan dengan realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, kecukupan dilihat dari waktu yang diperlukan

Pendidikan Karakter Dalam Budaya Sunda danJepang: Sebuah Kajian Perbandingan, hlm.. Kaitan Pajajaran dengan Orang

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia, hikmat dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

Faktor penyebab mahasiswa melakukan kesalahan dalam penggunaan kata hajimewa, hajimete, dan hajimeni dalam kalimat bahasa Jepang adalah karena mahasiswa

MUKTAR NAPITUPULU umur 46 tahun, Jenis Kelamin Laki-laki, Agama Kristen, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, beralamat Taman Bogenville Estate B-1/8 RT 002/005 Kel. Jati