• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel.Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel.Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan produksi, meningkatkan penggunaan teknologi baru dalam usahatani dan peningkatan produksi pangan secara nasional. Dalam perjalanannya, program BIMAS dan kelembagaan kredit petani mengalami banyak perubahan dan modifikasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebijakan (Hasan, 1979 dalam Lubis 2005).

Pada Tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani (KUT) sebagai penyempurnaan dari sistem kredit massal BIMAS, dimana pola penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui KUD. Sejalan dengan perkembangannya, ternyata pola yang demikian banyak menemui kesulitan, utamanya dalam penyaluran kredit.

(2)

Tahun 2002, pemerintah melalui Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha berupa program fasilitasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif, bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan kegiatan sosial ekonomi, bantuan penguatan kelembagaan untuk mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan, dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif (Sumodiningrat, 1990 dalam Kasmadi, 2005).

Kata kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya, maka dalam arti luas kredit diartikan kepercayaan. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah percaya kepada si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan yang mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.

Menurut Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

(3)

pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan produksi (output). Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input atau dengan cara menerapkan teknologi baru. Penambahan input maupun penggunaan teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal. Dengan kata lain, pelaksanaan pembangunan berarti pula peningkatan penggunaan modal.

Modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri atau dari modal pinjaman (kredit). Namun, mengingat modal sendiri umumnya relatif sedikit, maka kebutuhan akan kredit yang tersedia tepat waktu sangat diperlukan. Berdasarkan kepentingannya jenis kredit dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi diberikan kepada peminjam untuk membiayai kegiatan usahanya yang bersifat produktif. Sedangkan kredit konsumsi diberikan kepada peminjam yang kekurangan dana membiayai konsumsi keluarga.

Menurut Suyatno (2006), dalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit, yaitu:

1. Kepercayaan

(4)

kemauan calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang akan disalurkan.

2. Suatu masa yang akan memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterimanya kembali pada masa yang akan datang.

3. Degree of Risk

Suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang. Semakin lama jangka panjang waktu kredit yang diberikan semakin tinggi resiko yang dihadapinya, karena dalam waktu tersebut terdapat juga unsur ketidakpastian yang tidak diperhitungkan. Keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit timbul adanya jaminan.

4. Prestasi atau Objek Kredit

(5)

Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan, maka kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pun berubah untuk lebih baik. Tahun 2006, pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan program baru yang diberi nama Program Desa Mandiri Pangan.

2.1.1 Program Desa Mandiri Pangan

Kegiatan Demapan merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin di desa rawan pangan, dengan karakteristik: kualitas sumberdaya masyarakat rendah, sumber daya modal terbatas, akses teknologi rendah, dan infrastruktur perdesaan terbatas. Komponen kegiatan Demapan meliputi: (1) pemberdayaan masyarakat; (2) penguatan kelembagaan; (3) pengembangan Sistem Ketahanan Pangan; dan (4) integrasi program sub sektor dan lintas sektor dalam menjalin dukungan pengembangan sarana prasarana perdesaan.

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui: (1) pelatihan; (2) pendampingan; dan (3) peningkatan akses untuk pengembangan kerjasama partisipasi inklusif, kapasitas individu, kapasitas kelembagaan masyarakat, sosial dan ekonomi, serta ketahanan pangan. Sasaran pemberdayaan ditujukan untuk mengembangkan kelembagaan aparat, kelembagaan masyarakat, dan kelembagaan pelayanan di perdesaan. Sehingga diharapkan terjadi perubahan dinamika masyarakat dalam perencanaan dan berkelompok untuk menanggulangi kerawanan pangan di desanya, serta penumbuhan kelembagaan di desa yang dikelola oleh masyarakat untuk penguatan modal dan sosial.

(6)

subsistem ketersediaan pangan dalam peningkatan produksi dan cadangan pangan masyarakat; (2) subsistem distribusi yang menjamin kemudahan akses fisik, peningkatan daya beli, serta menjamin stabilisasi pasokan; dan (3) subsistem konsumsi untuk peningkatan kualitas pangan dan pengembangan diversifikasi pangan. Sehingga diharapkan LKD sudah berfungsi sebagai layanan modal; posyandu bersama kader gizi dan PKK sudah aktif; sistem ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan sudah bekerja; serta koordinasi program lintas subsektor dan sektor sudah dirintis untuk rencana pembangunan sarana prasarana perdesaan yang mendukung ketahanan pangan.

Upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat melalui berbagai fasilitasi tersebut, memerlukan dukungan koordinasi dan integrasi subsektor dan lintas sektor, yang diimplementasikan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin dan pembangunan sarana prasarana perdesaan. Bekerjanya mekanisme tersebut, diharapkan dapat mencapai output yang diinginkan, antara lain: (1) terbentuknya kelompok-kelompok afinitas; (2) terbentuknya (LKD); dan (3) tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif. Sehingga diharapkan terdapat kemajuan sumber pendapatan, peningkatan daya beli, gerakan tabungan masyarakat, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, peningakatan pola pikir masyarakat, serta peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat.

1. Ruang lingkup

(7)

masyarakat dan pemerintah desa, pengembangan sistem ketahanan pangan, dan peningkatan koordinasi lintas 2 subsektor dan sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perdesaan.

2. Tujuan

Program Desa Mandiri Pangan memiliki tujuan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin pedesaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai kemandirian pangan rumah tangga dan

3. Sasaran

Sasaran kegiatan Demapan adalah Rumah tangga miskin di desa rawan pangan untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat.

4. Indikator keberhasilan

Mengingat sasaran akhir kegiatan Demapan untuk mewujudkan kemandirian pangan masyarakat miskin di desa rawan pangan, maka indikator keberhasilannya berada pada perwujudan kemandirian pangan tingkat desa dan masyarakat sebagai berikut:

1. Output

a. Terbentuknya kelompok-kelompok afinitas; b. Terbentuknya Lembaga Keuangan Desa (LKD); c. Tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif; 2. Outcome

(8)

3. Benefit

Meningkatnya pendapatan, daya beli, dan akses pangan masyarakat 4. Impact

Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat 5. Kegiatan Umum Desa Mandiri Pangan

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam Kegiatan Demapan, dirancang selama empat tahun dalam empat tahap, meliputi tahap: persiapan, penumbuhan,pengembangan, dan kemandirian. Kegiatan yang dilakukan adalah: seleksi lokasi desa dan penyusunan data dasar desa, sosialisasi kegiatan, penumbuhan kelembagaan, pendampingan, pelatihan, pencairan dan pemanfaatan dana Bansos, serta monitoring, evaluasi dan pelaporan.

6. Kegiatan Demapan per Tahapan

(9)

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Demapan

TAHAPAN KEGIATAN

Persiapan

Seleksi Lokasi Sasaran, Penetapan Pendamping, Penetapan Koordinator Pendamping, Penyusunan Data Dasar Desa, Penetapan kelompok, Penetapan TPD, penumbuhan LKD, Sosialisasi Kegiatan, Pendampingan, Penyusunan RPWD, Pelatihan, Penyaluran Bansos.

• Pemberdayaan masyarakat melalui: pelatihan, peningkatan aksessibilitas masyarakat, dan penguatan kelembagaan;

• Pengembangan sistem ketahanan pangan untuk pembangunan sarana cadangan pangan, dan penguatan dasa wisma dalam penganekaragaman konsumsi.

• Koordinasi lintas sektor untuk dukungan sarana dan prasarana perdesaan.

• Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan keterampilan dan akses permodalan;

• Pengembangan sistem ketahanan pangan dengan penumbuhan cadangan pangan dan pemanfaatan sumberdaya pangan.

• Dukungan lintas sektor untuk dukungan pembangunan sarana dan prasarana perdesaan.

• Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan layanan dan jaringan usaha

• Pengembangan sistem ketahanan pangan untuk pengembangan diversifikasi produksi, pengembangan akses pangan, pengembangan jaringan pemasaran, dan penganekaragaman konsumsi;

• Pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana perdesaan. Penumbuhan

Pengembangan

(10)

2.2 Landasan Teori

Sejak pemerintahan dijaman orde baru telah meluncurkan kredit program yang diawali dengan kredit Bimas guna mendukung ketersediaan modal petani. Dari waktu ke waktu model program kredit pertanian ini telah mengalami perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan bentuk kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian. Pemerintah juga memberikan bantuan modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) atau dana bergulir, maupun subsidi bunga. Bantuan yang selama ini sudah berjalan adalah; (1) Bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); (2) Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM); (3) Kredit Ketahanan Pangan (KKP); (4) Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP); (5) Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Dari program pemerintah tersebut telah dikaji dalam penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh oleh masing-masing yaitu; (1) Kasmadi (2005); (2) Filtra (2007); (3) Lubis(2005); (4) Sume (2008); (5) Perdana (2007).

(11)

yang diberikan kepada kelompok tani sangat bermanfaat dan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani.

Untuk uji regresi logistik terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Filtra (2007). Uji regresi logistik yang digunakan berfungsi untuk melihat apakah ada pengaruh dari pinjaman kredit pemerintah terhadap pertambahan pendapatan petani. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa program BPLM di Kabupaten Agam di nilai berhasil sehingga layak uuntuk dilanjutkan. Kemudian untuk alat analisis pendapatan usahatani terdapat pada penelitian Lubis (2005), Sume (2008), Perdana (2007). Analisis pendapatan usahatani ini dipakai peneliti untuk melihat bahwa dengan adanya bantuan permodalan berupa kredit yang diberikan kepada petani akan mengakibatkan petambahan pendapatan, kemudahan dalam mendapatkan saprodi, pasar dan yang lainnya. Dengan terbantunya petani dalam pengadaan saprodi dan pemasaran maka mengakibatkan pertambahan pendapatan yang baik dari sebelum adanya program bantuan tersebut.

Menurut Didik (2010) pengertian dampak secara umum adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya ‘sesuatu’. Dampak itu sendiri juga bisa berarti konsekuensi sebelum dan sesudah adanya ‘sesuatu’. Dampak dapat mengakibatkan sesuatu hal yang positif dan yang negatife dari adanya ‘sesuatu’ tersebut.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004), kata “income diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain”).

(12)

bunga, dividen, royalti dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas,

income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan

maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi.

Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002) bahwa pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”.

Pendapatan dapat dihitung dengan rumus : I = TR – TC

Keterangan :

I = Income/Pendapatan

TR = Total penerimaan yang akan diperoleh seorang produsen apabila memproduksi sejumlah unit barang tertentu.

(13)

2.3 Kerangka Pemikiran

Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) merupakan program yang dilakukan pemerintah melalui pemanfaatannya untuk mengurangi tingkat kemiskinan di desa/kelurahan tertinggal.

Melalui Badan Ketahan Pangan (BKP) program ini memiliki sasaran yaitu desa dengan jumlah kepala keluarga (KK) miskin yaitu diatas 30%. Dengan memberikan bantuan diharapkan masyarakat mampu memperbaiki taraf hidup serta kemampuan ekonomi keluarganya.

Masing-masing desa/kelurahan akan diberikan dana bantuan sosial sebagai dana abadi desa. Dana inilah yang akan dipergunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat miskin desa peserta program Demapan melalui pembentukan kelompok afinitas dan didampingi oleh pembina masing-masing desa dan diawasi oleh Badan Ketahanan Pangan. Kelompok dibentuk berdasarkan visi, tujuan dan kesamaan motivasi masyarakat.

(14)
(15)

(2) Perkembangan usahausaha produktif yang dikelola kelompok afinitas dan masyarakat desa; (3) Keberadaan jaringan usaha dan pemasaran produk lokal dengan mitra usaha/koperasi/investor, dan lainnya; (4) Peran masyarakat dalam penyediaan dan distribusi pangan; (5) Penyediaan dan distribusi pangan; (6) Kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan; (7) Perkembangan usaha produktif; (8) Pola konsumsi pangan 3B dan aman; (9) Penyelesaian masalah pangan wilayah; (10)Pelayanan masyarakat dalam: akses permodalan, kesehatan, dan sarana usaha; dan (11) Keberadaan fungsi prasarana pengairan, jalan desa, jalan usaha tani, sarana penerangan, dan air bersih.

(16)

Secara sistematik kerangka pemikiran dapat dituliskan sbb:

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan Gambar :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Dampak

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Program Desa Mandiri Pangan berdampak positif terhadap pendapatan masyarakat

Desa Ladang Bambu

Program Desa Mandiri Pangan: 1. Persiapan

2. Penumbuhan 3. Pengembangan 4. Kemandirian

Perkembangan Desa Mandiri Pangan

Pendapatan Masyarakat Sebelum Program Demapan

Pendapatan Masyarakat Setelah Program Demapan Badan Ketahanan Pangan

Mekanisme Penentuan Desa Mandiri Pangan

Gambar

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Demapan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan konsentrasi ragi 2% dan waktu fermentasi 4 hari merupakan perlakuan terbaik yang memberikan indikator dalam proses penghancuran pulpa selama fermentasi biji

utara/selatan dengan pengalihan source. Pada percobaan ini beberapa source dialihkan ke jalur baru. Ada dua percobaan, yaitu pertama, membuat jalur pipa baru area utara dengan pipa

Larva caplak biasanya bersembunyi pada rerumputan yang dijadikan pakan, sehingga pakan dapat menjadi sumber infestasi caplak, begitu pula dengan lantai kandang dan

Istilah Public Relations di Indonesia dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan atau lembaga, khususnya oleh suatu

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri peta konsep mempunyai 4 (empat) ciri, yakni peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau preposisi-preposisi

Hasil penelitian pada tahun ke-1 telah disajikan pada Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-8 dengan judul naskah PERILAKU BEBAN – DEFORMASI PELAT FLEKSIBEL

Dalam meningkatkan pangsa pasar untuk meningkatkan potensi Koperasi Intako Sidoarjo sebaiknya adalah menambahkan produk pada segmentasi demografi yakni produk pada