• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Farmakoekonomi dalam Penentuan Keb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Farmakoekonomi dalam Penentuan Keb"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2016

WORKING PAPER OF DEXA MEDICA GROUP

Raymond R. Tjandrawinata

Peranan Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan

[

]

Ilmu farmakoekonomi telah berkembang menjadi disiplin penting dalam subyek ekonomi kesehatan. Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisa biaya terapi pengobatan terhadap sistem perawatan kesehatan dan masyarakat. Riset farmakoekonomi berkaitan dengan identifikasi, pengukuran, dan

perbandingan biaya dan manfaat produk dan jasa farmasi. Analisa

(2)

Peranan Farmakoekonomi dalam

Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan

Raymond R. Tjandrawinata

Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Department of Medical Affairs dan Business Development

Dexa Medica Group, Jakarta, Indonesia

1. Pendahuluan

Disiplin ilmu farmakoekonomi belakangan ini mendapat perhatian besar dari

berbagai kalangan. Ini utamanya terjadi di negara-negara dimana penggantian biaya

obat diatur secara ketat di sektor publik maupun swasta. Ide farmakoekonomi lahir dari

prinsip inti ekonomi: sumberdaya yang langka dan seringkali makin berkurang

memaksa orang untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan biaya

seminimal mungkin. Analisa ekonomi telah digunakan oleh para pengambil keputusan

dalam komunitas perawatan kesehatan di banyak negara selama bertahun-tahun (1).

Karena banyak negara telah mengalami peningkatan biaya perawatan kesehatan yang

cepat selama tiga dekade terakhir, tidaklah mengejutkan bahwa ekonomi dan alokasi

yang tepat dari sumberdaya kesehatan telah berkembang menjadi agenda penting

dalam menentukan anggaran nasional. Dengan tujuan menyediakan layanan

berkualitas tinggi, banyak pengambil keputusan telah mempelajari pemanfaatan

layanan perawatan kesehatan mereka, yang mencakup farmasi, untuk menentukan

biaya dan nilai barang dan jasa perawatan kesehatan.

Ilmu farmakoekonomi telah berkembang menjadi disiplin penting dalam subyek

ekonomi kesehatan. Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan Analisa biaya

terapi pengobatan terhadap sistem perawatan kesehatan dan masyarakat. Riset

farmakoekonomi berkaitan dengan identifikasi, pengukuran, dan perbandingan biaya

(3)

pada pengukuran moneter atau klinis. Analisa ini juga bisa memanfaatkan sejumlah

faktor yang membuka biaya alternatif-alternatif dari perspektif pasien seperti akan

dijelaskan lebih lanjut dalam tulisan ini. Faktor-faktor tersebut mencakup kehidupan

(nyawa) yang berhasil diselamatkan, pencegahan penyakit, operasi yang berhasil

dicegah, atau kualitas hidup (QOL, quality-of-life) yang berkaitan dengan kesehatan.

Dengan demikian, tujuan farmakoekonomi adalah untuk memperbaiki kesehatan

individu dan publik, serta memperbaiki proses pengambilan keputusan dalam memilih

nilai relatif diantara terapi-terapi alternatif (3). Jika digunakan secara tepat, data

farmakoekonomi memungkinkan penggunanya mengambil keputusan yang lebih

rasional dalam proses pemilihan terapi, pemilihan pengobatan, dan alokasi sumberdaya

sistem. Dalam kaitannya dengan hal ini, penggunanya bisa dari berbagai kalangan:

pengambil keputusan klinis dan administratif, termasuk dokter, apoteker, anggota

komite formularium, dan administrator perusahaan asuransi.

Seperti halnya di negara lain, Indonesia telah mengalami peningkatan biaya

perawatan kesehatan, khususnya biaya farmasi untuk obat-obatan yang masih ada

didalam masa paten. Dengan tekanan yang terus-menerus terhadap meningkatnya

biaya perawatan kesehatan dari kalangan publik dan swasta, intervensi lebih lanjut akan

secara rutin dievaluasi secara farmakoekonomi dengan menghubungkan keuntungan

dan hasilnya terhadap biaya yang dikeluarkan. Ini khususnya dilakukan oleh para

pengambil keputusan sistem formularium nasional di asuransi kesehatan nasional

Indonesia yang disebut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (4,5). Dalam kaitannya

dengan hal ini, kita bisa berharap bahwa studi farmakoekonomi akan dilakukan secara

lebih rutin di Indonesia di masa mendatang, karena alasan-alasan berikut:

1. Tekanan politik. Industri asuransi kesehatan nasional harus menyadari

bahwa pemenuhan biaya farmasi haruslah merupakan bagian dari setiap

keputusan mengenai keuntungan obat-obatan tak peduli bagaimanapun

(4)

2. Tekanan regulasi. Sejumlah negara telah mengusulkan proposal yang

menyebutkan bahwa riset farmakoekonomi akan disertakan sebagai

bagian dari pengembangan obat-obatan. Saat ini, hanya Australia dan

Kanada yang telah mengembangkan panduan evaluasi farmakoekonomi

terhadap obat-obatan yang akan ditempatkan dalam formularium nasional

(7). US Federal Drug Administration-USFDA (7) dan Badan Pengawas

Obat dan makanan Republik Indonesia (BPOM) tidak mengembangkan

panduan yang berkaitan dengan penggunaan data farmakoekonomi

dalam pengembangan obat-obatan.

3. Rumah sakit. Institusi ini bisa menggunakan data farmakoekonomi untuk

menentukan obat-obatan yang akan ditempatkan dalam daftar

obat-obatan yang mereka setujui dan memutuskan terapi-terapi

alternatifnya.

4. Industri asuransi kesehatan. Seperti halnya rumah sakit, institusi ini juga

memanfaatkan data farmakoekonomi untuk menentukan obat-obatan

pada formulary-nya.

5. Bagian pemasaran farmasi. Studi farmakoekonomi bisa secara luas

digunakan oleh organisasi-organisasi ini sebagai bagian dari strategi

pemasaran mereka untuk mendukung klaim bahwa produk mereka

cost-effective.

2. Evaluasi ekonomi selalu melibatkan analisa komparatif dari tindakan

alternatifnya.

Ada dua parameter yang menentukan setiap analisa ekonomi (termasuk jasa

kesehatan) (8). Pertama, dalam hubungannya dengan pilihan sebagai konsekuensi

keterbatasan sumberdaya dan ketidakmampuan kita untuk memproduksi semua output

(5)

dengan biaya dan konsekuensi, dari aktivitas. Tugas dasar farmakoekonomi adalah

mirip dengan Analisa ekonomi, seperti mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan

membandingkan biaya produk farmasi dan konsekuensi (hasil) alternatif yang dipilih.

Setiap data farmakoekonomi akan menyediakan Analisa biaya dibanding hasil yang

didapat. Gambar 1 menjelaskan sebuah model farmakoekonomi sederhana. Dalam

model ini, kita harus mengambil keputusan apakah akan memilih Obat A, atau

pembandingnya, Obat B. Dalam melakukannya, sebuah Analisa biaya terhadap

masing-masing obat dan hasilnya harus dibuat untuk memberikan keputusan yang

rasional. Riset farmakoekonomi harus terlebih dulu menentukan biaya dan hasil yang

diperkirakan, serta Analisa mengenai bagaimana studi akan dilakukan dan diukur.

Gambar 2. Model yang menjelaskan evaluasi ekonomi terhadap farmasi.

3. Determinasi Biaya dan Pengaturan Diskonto

Biaya A

Biaya B

PILIHAN

OBAT A

OBAT B

HASIL A

(6)

Biaya dihitung untuk memperkirakan sumberdaya yang digunakan dalam

memproduksi suatu hasil. Ada tiga tipe biaya: langsung, tak langsung, dan biaya tak

ternilai. Biaya medis langsung adalah biaya apapun yang terkait degan pencegahan,

pendeteksian, atau penanganan suatu penyakit. Contoh biaya langsung adalah: produk

dan jasa farmasi, layanan dokter, perawatan, uji laboratorium, dsb. Biaya non-medis

langsung adalah biaya yang berhubungan dengan penerimaan produk dan jasa.

Contohnya mencakup transportasi, ruangan, dsb. Biaya tak langsung adalah biaya yang

berhubungan dengan sakit dan/atau kematian contoh biaya tak langsung adalah biaya

hilangnya produktivitas, bantuan keluarga, serta peralatan dan perawatannya. Biaya tak

ternilai adalah biaya-biaya yang muncul karena hilangnya produktivitas. Contohnya

adalah biaya yang berkaitan dengan sakit, penderitaan, kecemasan, dan dukacita. Biaya

tak ternilai tidak dikonversi menjadi suatu nilai, namun biasanya diekspresikan dalam

istilah quality-adjusted-life-years seperti akan dijelaskan selanjutnya

Pertimbangan biaya penting lainnya adalah biaya rata-rata dan biaya marjinal (1).

Biaya rata-rata adalah biaya-biaya yang telah dikalkulasi dengan membagi total biaya

dengan unit hasil. Biaya marjinal (inkremental), sebaliknya, didefinisikan sebagai biaya

memproduksi tambahan unit hasil.

Secara teoritis, perbandingan biaya dilakukan pada satu titik waktu.

Penghitungan diskonto (discounting), atau penyesuaian untuk waktu yang berbeda,

merupakan proses pengurangan biaya dan manfaat masa depan kembali ke nilainya

saat ini (9). Sebagian orang lebih suka menerima uang sekarang dibanding nanti.

Sehingga, Rp. 1.000.000,- hari ini lebih berharga dibandingkan Rp. 1.000.000,- tahun

depan. Ketika sebuah perawatan berlangsung lebih dari satu tahun, uang harus diukur

menggunakan nilainya sekarang (PV, present value). Itulah yang disebut penghitungan

diskonto. Menggunakan sebuah tingkat diskonto (interest, bunga), perkiraan time value

(7)

dari ilmu manajemen finansial untuk mengkalkulasi nilai uang berdasarkan waktu (time

value of money):

PV =

FV

n

(1+r)

-n

Dimana:

PV = nilai saat ini

FVn = nilai masa depan pada tahun ke n

r = tingkat diskonto (bunga)

n = jumlah tahun setelah munculnya biaya

Sebagai contoh, jika sebuah penanganan membutuhkan biaya Rp. 500.000 per tahun

selama hingga 3 tahun mendatang dan nilai uang berubah sebesar sekitar 12% per

tahun, maka nilai saat ini dari biaya-biaya ini adalah Rp. 1.345.027,- yang didapat dari

[500 + (500/1,12) + (500/1,122)].

Memilih tingkat diskonto haruslah berhati-hati, karena angka ini sendiri bisa

menjadi sumber kontroversi. Penggunaan tingkat diskonto yang sangat rendah atau

sangat tinggi akan menguntungkan proyek tertentu dan bisa mendorong munculnya

kesimpulan yang berbeda. Untuk meminimalkan variasi yang besar dalam biaya dan

hasilnya, bisa dilakukan Analisa sensitivitas untuk menentukan efek selang tingkat

diskonto pada sebuah studi individual (3,7). Analisa sensitivitas digunakan untuk

menguji apakah kesimpulan dari sebuah evaluasi farmakoekonomi berubah ketika

masing-masing variabel input diperiksa dalam suatu selang nilai yang dapat

diperkirakan. Jika kesimpulannya bisa didukung melalui Analisa sensitivitas, berarti

peluang kesimpulan tersebut bisa diterima menjadi lebih tinggi. Namun, jika

(8)

sesungguhnya dari variabel yang dimaksud, atau untuk menyatakan secara eksplisit bahwa kesimpulan tersebut “sensitif” terhadap nilai dari variabel tersebut (2).

4. Pengukuran Hasil Terapi

Dalam merancang sebuah studi farmakoekonomi, periset harus terlebih dulu

menentukan semua kemungkinan hasilnya, termasuk yang diinginkan dan yang tidak

diinginkan. Hasilnya bisa intermediate (hasil jangka pendek), seperti pengontrolan

tekanan darah, atau final (hasil jangka panjang), seperti pencegahan kegagalan ginjal,

serangan jantung, stroke, infeksi sistemik, dsb. Dalam banyak kondisi penyakit,

hubungan antara hasil intermediate dan hasil final belum ditentukan. Dalam hal ini,

hasil final, seperti pengurangan tingkat kematian, harus ditentukan untuk Analisa.

Namun, jika data sakit dan kematian tidak tersedia, peneliti bisa menggunakan

indikator kualitas hidup (quality-of-life) sebagai gantinya (7). Idealnya, pengukuran hasil

jangka pendek dan jangka panjang harus diidentifikasikan sehingga efek produk atau

jasa yang dipelajari bisa ditentukan secara lebih akurat. Seperti akan dijelaskan nanti,

nilai hasil-hasil ini diukur dalam sebuah nilai moneter atau dalam sebuah unit natural

dari efektivitas atau kegunaan, tergantung dari studi farmakoekonomi yang dilakukan.

Ketika mengukur hasil terapi, sangat penting untuk membedakan antara efikasi

(efficacy) dan efektivitas. Dalam istilah farmakoekonomi, efikasi merujuk pada hasil

sebuah obat tertentu dalam kondisi terkontrol, seperti percobaan klinis, sementara

efektivitas merujuk pada seberapa bagus obat tersebut bekerja dalam kondisi alami,

seperti dalam klinik sehari-hari. Walaupun informasi efektivitas tidak selalu tersedia

secara langsung, informasi ini biasanya bisa diekstrapolasi dari studi efikasi dan

diproyeksikan ke situasi aktual.

(9)

Setidaknya ada empat tipe Analisa yang umum digunakan dalam studi

farmakoekonomi. Analisa-analisa ini akan dijelaskan secara detail di bagian-bagian

yang berbeda dalam tulisan ini.

1. Analisa manfaat-biaya (cost-benefit) merupakan perbandingan nilai

moneter dari penggunaan alternatif dari sumberdaya.

2. Analisa efektivitas-biaya (cost-effectiveness) merupakan perbandingan dari

biaya terhadap hasil dalam kaitannya dengan hasil kesehatan, seperti

pengurangan tingkat LDL darah, atau dalam unit alami, seperti

tahun-hidup yang didapat atau hilang.

3. Analisa utilitas-biaya (cost-utility) adalah pengukuran hasil dalam

kaitannya dengan sebuah faktor kualitas.

4. Analisa minimisasi-biaya (cost-minimization) adalah perbandingan antara

biaya ketika akibat-akibatnya diasumsikan sama.

Analisa manfaat-biaya

Analisa manfaat-biaya adalah Analisa perbandingan dari dua atau lebih produk

atau jasa farmasi dengan manfaat (hasil terapi) dalam nilai moneter. Tujuan Analisa

manfaat-biaya adalah untuk mencapai pengembalian investasi tertinggi. Hasil tipe

Analisa ini ditampilkan dalam istilah manfaat bersih (net benefit), yang mengurangkan

biaya dari manfaat; tingkat internal pengembalian (internal rate of return), yang

mengurangkan biaya dari manfaat dan membagi hasilnya dengan biaya, atau rasio

manfaat-biaya, seperti akan dijelaskan nanti. Analisa manfaat-biaya sangat berguna

dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan alokasi sumberdaya untuk berbagai

opsi penanganan atau program. Secara umum, rasio manfaat-biaya dikalkulasi

(10)

Manfaat (dalam nilai moneter)

Rasio manfaat-biaya = ---

Biaya (dalam nilai moneter)

Jika rasio > 1, manfaat melebihi biaya dan produk atau jasa tersebut bermanfaat

Jika rasio = 1, manfaat sama dengan biaya

Jika rasio < 1, biaya lebih besar dibanding manfaat, dianggap tidak bermanfaat

Sebagai contoh:

Penanganan A berbiaya Rp. 10.000,- dan memberikan manfaat Rp. 20.000,-

Penanganan B berbiaya Rp. 5.000,- dan memberikan manfaat Rp. 7.500,-

Manfaat bersih penanganan A = Rp. 20.000 - Rp. 10.000 = Rp. 10.000,-, sementara

Manfaat bersih penanganan B = Rp. 7.500 - Rp. 5.000 = Rp. 2.500,-

Dengan demikian:

Rp. 20.000,-

Rasio manfaat-biaya penanganan A = --- = 2:1

Rp. 10.000,-

Rp. 7.500,-

Rasio manfaat-biaya penanganan B = --- = 1,5:1

Rp. 5.000,-

Karena kedua rasio menunjukkan hasil yang bermanfaat (>1), walaupun ada perbedaan

manfaat pada kedua penanganan, penanganan yang akan dipilih bergantung pada

(11)

ketiga persamaan di atas harus ditampilkan untuk memberikan tampilan yang lebih

seimbang mengenai biaya dan manfaatnya.

Keuntungan analisa manfaat-biaya. Analisa manfaat-biaya bisa digunakan untuk

membandingkan dua program penanganan yang tidak saling berhubungan dengan

hasil yang berbeda secara nilai moneter. Masing-masing program dievaluasi secara

terpisah untuk rasio manfaat-biaya-nya.

Kerugian analisa manfaat-biaya. Karena kita harus menempatkan nilai moneter

pada setiap analisa, metoda ini mungkin cukup sulit untuk dilakukan, khususnya dalam

kasus dimana kita harus memberikan nilai moneter pada manfaat yang dirasakan

manusia, atau bahkan pada kehidupan itu sendiri.

Analisa kefektivitasan-biaya

Tipe analisa ini mengukur hasil dalam unit kesehatan alami dari perbaikan

kesehatan. Hasil dinyatakan dalam istilah biaya per unit perbaikan, seperti biaya per %

penurunan LDL, biaya per mmHg penurunan tekanan darah, biaya per nyawa yang

berhasil diselamatkan, dsb. Efektivitas-biaya bisa didefinisikan sebagai memiliki (10):

1. Biaya yang lebih rendah dan setidaknya sama efektifnya, atau

2. Biaya yang lebih tinggi, namun manfaat yang lebih tinggi yang layak bagi

penambahan biayanya, atau

3. Biaya yang lebih rendah dan manfaat yang lebih rendah, namun manfaat

(12)

Ketika sebuah studi mendapati bahwa sebuah medikasi cost-effective, ini berarti bahwa

medikasi tersebut secara biaya lebih efektif relatif terhadap satu atau lebih terapi

alternatifnya.

Berikut adalah contoh Analisa efektivitas-biaya:

Obat A berbiaya Rp. 100.000,- dan memberikan 43 kasus yang berhasil ditangani secara

sukses

Obat B berbiaya Rp. 83.000,- dan memberikan 39 kasus yang berhasil ditangani secara

sukses

Efektivitas-biaya rata-ratanya adalah:

Rp. 100.000,-

Obat A = --- = Rp. 2326,- / penanganan yang sukses

43 kasus

Rp. 83.000,-

Obat B = --- = Rp. 2128,- / penanganan yang sukses

39 kasus

Rp. 100.000 - Rp. 83.000

Efektivitas-biaya marjinal = --- = Rp 4250,-/tambahan kasus

43 - 39 kasus keberhasilan

Menilai berdasarkan data efektivitas-biaya, orang memilih Obat B dibanding Obat A

karena bisa menghemat Rp. 198 per pasien. Disamping itu, jika kita lihat

(13)

tambahan penanganan yang sukses dengan Obat A. Pengambil keputusan harus

berpikir apakah biaya tambahan dari Obat A layak dikeluarkan untuk mendapatkan

efektivitas tambahan. Sebagian besar ekonomis setuju bahwa Analisa efektivitas-biaya

marjinal merupakan cara yang lebih tepat untuk menampilkan Analisa efektivitas-biaya.

Keuntungan analisa keefektivitasan-biaya. Keuntungan utama tipe analisa

farmakoekonomi ini adalah kemampuannya untuk membandingkan penanganan

alternatif dan menentukan investasi terbaik jika manfaatnya tidak bisa dikurangi ke

dalam nilai moneter.

Kerugian Analisa kefektivitasan-biaya. Untuk bisa dibandingkan dengan Analisa ini,

penanganan farmasi harus memiliki hasil yang sama.

Analisa minimisasi-biaya

Analisa minimisasi-biaya mencakup perbandingan dua atau lebih penanganan

dengan ekuivalensi yang telah diasumsikan atau ditunjukkan dalam efikasi dan

keamanan. Ini secara signifikan menyederhanakan Analisa, namun bisa muncul

kontroversi mengenai hasilnya karena data yang bagus mengenai hasil tidak selalu

sudah tersedia. Namun, Analisa minimisasi-biaya cocok digunakan untuk

membandingkan agen-agen yang secara terapi adalah setara atau mengubah

pengaturan dosis dari agen yang sama.

Sebagai contoh: jika biaya penanganan dengan Obat A adalah Rp. 120.000,-, dan

biaya penanganan dengan Obat B adalah Rp. 100.000,-, maka

Biaya intervensi dengan Obat B < Biaya intervensi dengan Obat A

(14)

Penerapan Analisa minimisasi-biaya mungkin mencakup pembandingan sebuah obat

generik dengan obat bermerek, atau membandingkan obat yang digunakan dalam

kondisi berbeda (misalnya inpatient vs. outpatient). Tipe Analisa ini memiliki

kemungkinan aplikasi (aplikabilitas) yang terbatas karena hanya ada sedikit skenario

dimana terdapat efektivitas yang benar-benar setara.

Keuntungan Analisa minimisasi-biaya. Ini merupakan yang paling sederhana dibanding

semua Analisa farmakoekonomi lainnya.

Kerugian Analisa minimisasi-biaya. Semua hasil terapi haruslah setara, yang biasanya

sulit untuk dilakukan.

Analisa utilitas-biaya

Analisa utilitas-biaya, sebuah perluasan dari Analisa efektivitas-biaya,

merupakan metoda penyesuaian untuk kualitas hasil. Unit yang paling umum

digunakan dalam melakukan Analisa utilitas-biaya adalah quality-adjusted-life-years

(QALYs), yang menggabungkan kualitas dan kuantitas kehidupan. Hasilnya

disesuaikan untuk kualitas dengan menggunakan nilai utilitas. Dalam kaitan ini, utilitas

merepresentasikan preferensi yang dinyatakan untuk suatu kondisi kesehatan tertentu.

Nilai utilitas berkisar dari 0 hingga 1 QALY, dengan 0 adalah kondisi kematian, dan 1

merepresentasikan kesehatan sempurna. Jika kualitas hidup yang terkait dengan

kesehatan berkurang karena penyakit atau penanganan, satu tahun kehidupan dalam

kondisi ini adalah kurang dari 1 QALY. Unit ini memungkinkan perbandingan antara

kesakitan dan kematian. Contoh nilai utilitas kondisi kesehatan mencakup: kehidupan

dengan kegagalan jantung yang parah, dengan nilai utilitas 0,25; kehidupan dengan

gejala post-menopause, dengan nilai utilitas 0,80; kehidupan dengan rheumatoid

(15)

Contoh berikut memberikan utiliti mengenai Analisa utilitas-biaya terhadap 3 obat

antineoplastic yang berbeda:

Obat X Y Z

Life-years yang didapat 3 6 4

Nilai utilitas 0,6 0,4 0,5

QALY yang didapat 1,8 2,4 2,0

(life-years yang didapat X nilai utilitas)

Penanganan dengan Obat X memberikan tambahan tiga tahun kehidupan dengan utiliti

0,6, mungkin karena efek samping yang luar biasa. Walaupun penanganan dengan Obat

Y memberikan tambahan enam tahun kehidupan per pasien, utilitas-nya 0,4, yang bisa

terjadi karena reaksi negatif yang kurang bisa ditolerasi terhadap obat ini. Obat Z berada

di tengah-tengah di antara dua obat sebelumnya. Berdasarkan QALY yang didapat,

Obat Y mungkin lebih dipilih dibanding Obat X dan Z.

Penggunaan Analisa utilitas-biaya telah meningkat dalam tahun-tahun belakangan. Ini

karena adanya penggunaan faktor utilitas, yang mencakup tahun kehidupan yang

didapat dan kualitas kehidupan, dalam Analisa. Namun, kualitas studi ini sendiri harus

terus-menerus diperbarui setiap waktu. Sebuah studi terbaru mengenai Analisa

utilitas-biaya menunjukkan bahwa tidak hanya jumlah studi yang telah meningkat sejak

tahun 1976 hingga 1997, juga kualitas studi telah memburuk selama periode ini (11).

(16)

Analisanya, dan kemungkinan dilakukannya proses pemeriksaan yang lebih baik

sebelum studi semacam ini dilakukan (11).

Keuntungan Analisa utilitas-biaya. Ini merupakan satu-satunya Analisa yang

melibatkan kualitas kehidupan pasien.

Kerugian Analisa utilitas-biaya. Tidak adanya standarisasi dalam melakukan studi

mungkin mendorong pada inkonsistensi dalam penginterpretasian hasilnya.

6. Kesimpulan

Data farmakoekonomi bisa memberikan dukungan berarti untuk berbagai

pemeriksaan institusional terhadap medikasi berdasarkan nilai ekonomisnya. Sejumlah

keputusan yang bisa memberikan manfaat dari data farmakoekonomi mencakup

manajemen formularium, keputusan penanganan pasien secara individu, kebijakan

penggunaan medikasi, dan keputusan alokasi sumberdaya. Ini merupakan bidang yang

relatif baru. Sebagian besar riset yang sedang dilakukan, dan metoda yang digunakan

dalam evaluasi belum distandarisasi. Namun, dengan makin seringnya

farmakoekonomi digunakan dalam evaluasi produk obat dan jasa, semakin penting bagi

eksekutif perawatan kesehatan untuk memahami prinsip umum dari disiplin ini.

7. Referensi

1. Raskati, K.L Essentials of Pharmacoeconomics, 2nd ed. Philadephia, P.A.:

Lippincott Williams and Wilkins, 2014.

2. Bootman, J.L., Townsend, R.J., and McGhan, W.F. Principles of

(17)

3. Bloom, B.S. Pharmacoeconomics for managed care pharmacists. Drug Ben.

Trends 7(7): 15-38, 1995.

4. Kementrian Kesehatan Republik Indoensia. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.

http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.p df. Diakses tanggal 7 Januari 2016.

5. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keehatan Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Nasional.

http://www.jkn.kemkes.go.id/attachment/unduhan/PMK%20No.%2028%20ttg%20Pe doman%20Pelaksanaan%20Program%20JKN.pdf. Diakses tanggal 7 Januari 2016.

6. Arikian, S.R., Shannon, M.C., and Einarson, T.R. The demand for

pharmacoeconomic research is on the rise. Medical Marketing and Media 27:60-67, 1992.

7. MacKinnon, G.E. Understanding Health Outcomes and Pharmacoeconomics.

Burlington, M.A.: Jones & Bartlett Learning, 2011.

8. Drummond, M.F., O’Brien, B., Stoddart, G.L., and Torrance, G.W. Methods for the

Economics Evaluation of Health Care Programmes, 1st ed. New York, NY: Oxford

University Press, 1997.

9. Sanchez, L.A. Applied Pharmacoeconomics: Evaluation and use of

pharmacoeconomics data from the literature. Am. J. Health-Syst. Pharm. 56:1630-1640,

1999.

10. Doubilet P., Weinstein, M.C., McNeil, B.J. Use and misuse of the term “cost-effective” in medicine. N. Engl. J. Med. 314:253-256, 1986.

11. Neumann, P.J., Stone, P.W., Chapman, R.H., Sandberg, E. A., and Bell, C.M. The

quality of reporting in published cost-utility analyses, 1976-1997. Ann. Intern. Med. 132:

Gambar

Gambar 2. Model yang menjelaskan evaluasi ekonomi terhadap farmasi.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah meminimumkan jumlah armada diperlukan untuk mengoperasikan rute, maka meminimumkan waktu total perhentian diperlukan untuk memberikan status-mantap

Dari talang,air kita salurkan kesumur resapan dengan menggunakan pipa (biasanya menggunakan pipa paralon).Sedangkan air hujan yang turun selain diarea genteng atap rumah, dapat

LARASITA dilengkapi oleh 2 mobil yang didalamnya terdapat komputer yang bisa langsung menghubungkan dengan Kantor Pertanahan yang ada di Kabupaten

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah terjadinya penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg pada tikus yang menerima pemberian ekstrak daun seledri, sedangkan tikus yang

Pada tahap implementasi dan pengujian terhadap perancangan sistem informasi penempatan ruangan di kantor walikota medan dirancang secara sederhana, agar user

terdapat dalam film Chibi Maruko Chan yang terdiri dari nilai karakter hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan nilai kebangsaan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan