• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SINERGI

ESA HILANG DUA TERBILANG

SINERGI

R E F E R E N S I T E B I N G T I N G G I D E L I

0 0 1 5 0

771979 8 0 0 8 8 5

9

Edisi No : 150 | Tahun XIII

Juni 2015

I S S N 1 9 7 8 - 8 0 8 0

Mensakralkan Ramadhan,

Mari Kikis Budaya Konsumtif

Sikap Konsumerisme Selama

RamadhanRamadhan Dalam

Bingkai Ekonomi

Makna Ramadhan Dalam

Kacamata Ekonomi

(2)

SINERGI

Dari Redaksi

Pimpinan Redaksi Drs.BAMBANG SUDARYONO

T

ak terasa

ma-jalah edisi Juni kembali menya-pa kita sekalian. Kami pada bu-lan ramadhan ini sengaja memilih tema Ramadhan dan Konsumerisme , dengan tema tersebut Walikota dan jajaran pemerintah Kota Tebing Tinggi serta redaksi majalah Sinergi Men-gucapakan Selamat menunaikan Ibadah Puasa dan Hari Raya Idul Firti 1435 H Minal Aidin wal Fai-zin Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Di bulan Ramadhan, puasa menjadi substansi yang tak ter-pisahkan dari bulan yang penuh dengan keberkahan. Di bulan ini umat Islam diwajibkan ber-puasa. Bagi orang tertentu, dengan melaksanakan puasa tentu saja berhadapan dengan keadaan berat dan kepayahan. Sedang bagi yang lain, mengerjakan puasa adalah suatu kemudahan. Tetapi dalam keadaan apa pun ada sesuatu

ra-hasia yang akan didapat. Bulan ini mendidik kita untuk menjadi umat berakhlak.

Gelombang krisis ekonomi yang melanda seluruh sektor kehidupan, ternyata tidak berpengaruh terha-dap ‘hobi’ umat Islam setiap kali menjelang bulan Ramadhan. Ten-goklah supermarket dan mal-mal di perkotaan, menjelang waktu berbuka hingga malam di bulan penuh rahmat itu, penuh sesak oleh umat Islam yang mencari dan menyiapkan menu berbuka, dilan-jutkan dengan kebiasaan berleha-leha selepas berbuka.

Edisi kali ini tema yang kami sajikan dari tem redaksi ma-jalah Sinergi mengungkit sisi lain di bulan suci ramadhan yaitu pua-sa dan keiklapua-san, Menpua-sakralkan Ramadhan, Mari Kikis Budaya Konsumtif, Sikap Konsumerisme Selama Ramadhan, Ramadhan Dalam Bingkai Ekonomi, Makna Ramadhan Dalam Kacamata Ekonomi

Melengkapi sajian kami dalam edisi ini, redaksi juga memuat sejumlah tulisan terkait dengan persoalan penddikan kita. Juga tentang dunia olah raga dan geliat ekonomi kita terkait dengan operasi pasar murah bersubsidi dan lain sebagainya.

Jangan melewatkan artikel kesehatan yang melaporkan ten-tang monitoring bahan makanan olahan ke sejumlah pasar tradi-sional di kota tebing tinggi dan dari lingkungan hidup kami juga memberikan informasi yang patut anda ketahui yaitu peringatan Hari Lingkungan Hidup Se Dunia 2015 yang dilaksanakan di atas tanggul bantaran Sungai Padang Kelu-rahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi.

Pembaca sekalian…

Dari rubrik wanita kami mengakat cerita tentang Darma Wanita Tebing Tinggi Salurkan Bantuan Ke Pantai Asuhan sisi yang lebih menarik lagi dari parlementaria terjadi sebuah PAW “Ini sebuah sejarah, dalam satu keluarga terdapat 4 anggota DPRD dalam satu periode di Kota Tebing Tinggi, semoga keseluruhannya memberikan nuansa baru demi pembangunan di Kota Tebing Tinggi.

Pembaca budiman

Pada edisi kali ini banyak informasi kegiatan walikota serta jajarannya yang sengaja kami rangkum dalam rubrik pemko kita dan jangan lewatkan rubrik tentang fropil, opini,cerpen,puisi, info nasional ada juga tulisan yang sayang jika diabaikan be-gitu saja. Tim kami yang khusus menulis rubric tepian menulis

Bisyir Al-Hafi, Bisyir “si kaki

telanjang atau tanpa sandal”

(Al-Hafi). Bisyir diberi gelar Al-Hafi,

karena pada suatu momen tertentu ia harus mengejar seseorang tanpa mengenakan sandal.

Nama lengkapnya Bisyir Abu Naser bin Al-Harist. Dila-hirka di Marwi 150 H/767 M dan meninggal di Baghdad 227 H/841 M. Ia hidup di masa kejayaan dinasti Abbasiyah. Khalifahnya waktu itu adalah Al-Ma’mun. Momentum berjalan tanpa sandal itu menjadikan perubahan drastis pada jalur hidupnya. Ia belajar ilmu agama dan kemudian mem-praktekannya serta hidup tanpa harta benda.

(3)

SINERGI

Puasa Dan Keiklasan

UTAMA

Mensakralkan Ramadhan, Mari Kikis Budaya Konsumtif

Sikap Konsumerisme Selama Ramadhan

Ramadhan Dalam Bingkai Ekonomi

Makna Ramadhan Dalam Kacamata Ekonomi

PENDIDIKAN

Pentingnyapendidikankarakter Di Taman Kanak-Kanak (Tk) Membangun Kepribadian Anak Di Zaman Modernisasi Melalui Peran Orang Tua

EKONOMI

Pemko Tebing Tinggi Gelar Opm Bersubsidi

KESEHATAN

Diskouperindag Monitoring Bahan Makanan Olahan

LINGKUNGAN HIDUP WANITA

LENSA PEMKO PEMKO KITA PARLEMENTARIA IKLAN OVOP GRATIS TEPIAN

KETUA PENGARAH

Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi )

WAKIL KETUA PENGARAH

Ir.H.OKI DONI SIREGAR ( Wakil WaliKota Tebing Tinggi )

PENGENDALI

H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli )

PENANGGUNG JAWAB

Ir. H. Zainul Halim

(Asisten Administrasi Umum )

m

PIMPINAN REDAKSI

Drs. Bambang Sudaryono (Kabag Adm. Humas PP)

WAKIL PIMPINAN REDAKSI

Maslina Dalimunthe.SE (Kasubag Adm. Humas PP)

BENDAHARA :

Zulhadin, SH

KOORDINATOR LIPUTAN

Drs Abdul Khalik, MAP

SEKRETARIS REDAKSI

Dian Astuti

REDAKSI

Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda, Ulfa Andriani,S.Sos

LAYOUT DESAIN GRAFIS

Aswin Nasution, ST

FOTOGRAFER :

Sulaiman Tejo, Agung Purnomo

KOORDINATOR DISTRIBUSI

Edi Suardi, S.Sos Ridwan

Tomy Erlangga

LIPUTAN DAN REPORTER

Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan

sepan-jang tidak mengubah isi dan maknanya.

Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Eimail :

sinergi@tebingtinggikota.go.id

Facebook :

majalah_sinergi@tebingtinggikota.go.id

TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI NO.480.05/ 286 TAHUN 2002

SINERGI

Wakil Pimpinan Redaksi MASLINA DALIMUNTHE,SE

ESA HILANG DUA TERBILANG

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

D A F T A R I S I

E D I S I 1 5 0 | J U N I 2 0 1 5

(4)

SINERGI

M o m e n t u m

(5)

SINERGI

(6)

SINERGI

Sinergitas

B

erbicara tentang puasa, rupanya puasa bukan hanya dilakukan oleh manusia saja. Ayam, ketika sedang mengerami tel-urya, ia harus berpuasa untuk sekian lama. Ular, ketika akan berganti kulit juga melaksanakan puasa. Begitu juga dengan burung Merak, karena berpuasalah bulu-bulunya terlihat indah.

Di bulan Ramadhan, puasa menjadi substansi yang tak ter-pisahkan dari bulan yang penuh dengan keberkahan. Di bulan ini umat Islam diwajibkan berpuasa. Bagi orang tertentu, dengan melaksanakan puasa tentu saja berhadapan dengan keadaan berat dan kepayahan. Sedang bagi yang lain, mengerjakan puasa adalah suatu kemudahan. Tetapi dalam keadaan apa pun ada sesuatu ra-hasia yang akan didapat. Bulan ini mendidik kita untuk menjadi umat berakhlak.

Menjadi berakhlak berarti harus mau berkorban dan mem-beri. Berkorban untuk menahan diri dari lapar dan dahaga. Berkor-ban untuk menahan hawa nafsu yang mengungkung kehidupan

kita. Memberi berarti, kita harus menyerahkan semua waktu dan kesempatan dan apa pun yang kita miliki hanya untuk Allah. Di sinilah barangkali letak akhlak tersebut hadir dalam diri manu-sia. Meski harus membebani dan menyulitkan diri kita sendiri, kita tetap saja berkorban dan selalu memberi.

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah memberi nasihat, bahwa rasa sakit yang ditimbulkan dalam mengi-kuti hawa nafsu lebih dahsyat daripada kelezatan yang dirasakan seseorang karena memperturut-kan hawa nafsu. Mengutamamemperturut-kan kelezatan iffah (menjaga diri dari

perbuatan durhaka), lebih lezat

daripada kelezatan mengerjakan maksiat. Pada bagian lain Syaikh Ahmad Muhammad Rasyid men-gatakan: “Berusaha sekuat tenaga menekan hawa nafsu itu ada-lah kelezatan. Kelezatan di atas kelezatan.”

Dari semua itu ada satu kata sederhana yang menjadi energi untuk melampaui kebai-kan apa pun. Keikhlasan. Itulah puncak dari semua pekerjaan yang telah dan akan dilakukan. Keikhlasan membawa orang

hina kepada titik yang berharga. Keikhlasan membuat orang tak melihat kondisi dan situasi apa pun untuk beramal. Keikhlasan juga yang membuat orang tak memandang resiko apa pun dalam menyampaikan kebenaran. Itulah rahasia di balik keikhalasan. Ka-rena itu puasa juga membutuhkan keikhlasan.

Menurut Hasan Al-Banna, seorang tokoh Ikhwanul Muslim-in, bahwa keikhlasan adalah kunci keberhasilan. Lebih lajut Al-Banna menuturkan, para salafus-saleh tidak akan menang kecualai dengan tiga hal. Pertama, kekua-tan iman; kedua, kebersihan hati; dan ketiga, keikhlasan. Al-Banna menutup penjelasannya dengan kata yang perlu untuk direnung-kan: “Hanya orang yang tidak ikhlaslah yang akan tergelincir.”

Kita saat ini merindukan pemimpin yang berkerja dengan penuh keikhlasan. Ikhlas dalam memimpin rakyatnya. Ikhlas berk-erja untuk rakyatnya. Dan iklhas dalam menggunakan anggaran yang telah diperuntukkan bagi rakyatnya.

(7)

SINERGI

Utama

G e l o m b a n g

krisis ekonomi yang melanda seluruh sektor kehidupan, ternyata tidak berpengaruh terhadap ‘hobi’ umat Islam setiap kali menjelang bulan Ramadhan. Tengoklah super-market dan mal-mal di perkotaan, menjelang waktu berbuka hingga malam di bulan penuh rahmat itu, penuh sesak oleh umat Islam yang mencari dan menyiapkan menu berbuka, dilanjutkan dengan kebi-asaan berleha-leha selepas berbuka. Di bulan suci itu, kesenjan-gan makin dikuakkan. Tak sedikit kaum muslim meramaikannya den-gan “pengalaman shalih bergeng-si”. Seperti puasa sambil umrah di tanah suci, atau menggelar pa-ket buka bersama di hotel-hotel berbintang. Sungguh bertolak

belakang dengan “keprihatinan” pelaku ibadah puasa sejati yang berbuka puasa bersama di surau-surau kecil di pojok kampung. Perilaku ini justru mendis-torsi ajaran agama. Karena di saat Ramadhan, tak sedikit kalangan mustadh’afîn berharap ingin men-dapat nikmat dan bahagia Rama-dhan. Sakralitas Ramadhan pupus oleh sifat materialistik-komsumtif. Tradisi masif yang membudaya di mana-mana, dengan makan yang lezat, baju baru, mengecat rumah, dan pengalokasian anggaran belanja yang berlipat dari hari biasa.

Dampak puasa sebagai ibadah sosial pun belum tum-buh konkrit dalam kehidupan masyarakat. Berbagai bentuk

kezhaliman terus merajalela, ke-jahatan kian mengalami eskalasi yang luar biasa, kekerasan tetap marak di mana-mana, proses dehu-manisasi terus berlangsung dalam kehidupan. Atau dengan kata lain, ibadah puasa umat Islam masih bersifat individu-vertikal, belum mencapai tingkat sosial-horizontal.

Fenomena ini menurut Umar Shihab, Ketua Majelis

Ula-ma Indonesia (MUI), setidaknya

dilatarbelakangi dua hal. Per-tama, Islam masih dipahami

se-cara fikih oriented. Paradigma ini

memandang ibadah hanya secara hitam-putih, halal-haram.

“Jeba-kan-jebakan” fikih yang parsial,

(8)

SINERGI

Utama

“Fikih belum mampu membangkitkan spiritual umat menghadapi kondisi ril masyarakat yang tengah dilanda demoral-isasi individual dan sosial. Maka tak salah kalau puasa hanya dili-hat sekedar memenuhi perintah syariat belaka,” katanya kepada Majalah Qalam beberapa waktu lalu di kantor MUI, Jakarta Pusat.

Puasa yang berdasarkan

pemahaman agama yang fikih ori -ented ini, seakan belum menyen-tuh dimensi kemanusiaan. Padahal dalam al-Qur’an dindikasikan bah-wa puasa adalah untuk memantap-kan ketakwaan. “Ketakwaan mer-upakan something spiritual yang akan membentuk pribadi manusia yang total dan integral. Karena dalam diri orang yang bertakwa, tak akan muncul krisis percaya diri dan moral, juga tak pula tim-bul image yang memancing kedua krisis tersebut,” kata Umar Shihab.

Krisis yang timbul di kalangan elite dan masyarakat

kita sekarang ini, karena mereka melepas baju ketakwaan yang manusiawi. Bahkan di zaman modern ini, manusia sudah ke-hilangan rasa kebersamaan dan solidaritas sosial. Maka tak salah kalau banyak manusia yang ke-laparan, di saat kita semua men-jalanakan ibadah puasa. Itu karena puasa hanya sekedar kewajiban.

Kedua, lanjut Umar Shi-hab, Ramadhan telah dijadikan komoditas yang kapitalistik. Ber-bagai industri, media massa, khu-susnya stasiun televisi, berpacu memanfaatkan Ramadhan untuk menayangkan program-program dakwah. Semua artis manggung di TV dengan pakaian islami, na-mun tak sadar kita disuguhi iklan-iklan yang menyuntikmindset kita.

Mereka, menurut Umar Shihab, memanfaatkan momen-tum Ramadhan. Padahal, produk mereka sama sekali tidak terkait dengan ibadah puasa. “Saat ini Ramadhan nampaknya malah menjadi bulan para produsen

dan artis, bukan milik kita lagi,” tandas Umar Shihab prihatin.

Prinsip Konsumsi Islami

Kegiatan berkonsumsi, menurut Umar Shihab, dalam hal ini adalah makan dan minum, telah sangat diperhatikan oleh Islam. Segala makanan dan minu-man yang masuk ke dalam tubuh seorang muslim, harus memenuhi

kriteria halal dan thayyib (baik).

“Wahai sekalian manusia, makan-lah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan jangan-lah kamu mengikuti langkah-lang-kah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.” (Qs. al-Baqarah [2]: 168)

Jadi, sebagai seorang mus-lim, apalagi kepala keluarga, sudah seharusnya menyediakan makanan yang halal untuk dikonsumsi seha-ri-hari. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga, (siapa

saja yang) daging dan darahnya

tumbuh dari yang haram. Neraka

(9)

SINERGI

Utama

Artinya, makanan yang memang secara zat sudah halal, seperti nasi, daging ayam, dan tempe. Yang kedua, halâl ghairihi, yaitu halal disebabkan cara memperolehnya. Misalkan, daging ayam yang se-cara zat adalah halal, tetapi jika didapat dari hasil mencuri atau disembelih tidak dengan nama Allah, maka ia menjadi haram.

Selanjutnya, jelas Umar Shihab, dalam kegiatan makan dan minum, seorang muslim dilarang untuk berlebih-lebihan dari kadar kewajaran. Karena Allah SWT telah memperingatkan, “Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu

yang indah di setiap (memasuki)

masjid. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak meny-ukai orang-orang yang

berlebih-lebihan.” (Qs. al-A’râf [7]: 31)

Buah Kapitalisme

Konsumerisme merupakan fenomena yang sejak lama populer di Barat. Dalam sistem Kapitalisme Barat, konsumsi tanpa mengontrol produk dan tidak menggunakan barang yang baru dibeli, merupa-kan tindamerupa-kan wajar. Dalam sistem ini, nilai-nilai agung telah diambil alih oleh kecenderungan terhadap materi dan hal-hal tidak bernilai. Dalam sistem ini, masyarakat akan langsung terjun mencari uang dan kekayaan lebih dan lebih, demi membiayai keleza-tan materi yang segera berlalu. Tanpa gaya hidup konsumerisme berlebihan, siklus produksi dalam sistem Kapitalisme tidak akan laju. Dan para pemodal pun tak ?dapat menumpuk kekayaannya.

Hujjatul Islam Reza Ghola-mi, Ketua sebuah lembaga riset di Iran menandaskan, ”Gaya konsum-si bangsa-bangsa di dunia sangat dipengaruhi oleh pandangan dunia mereka. Dengan kata lain, cara pan-dang manusia menentukan

kehidu-pan individual dan sosial. Begitu pula keinginan atau tidak dalam model konsumsi sebuah masyarakat.”

Terkait pola konsumsi masyarkat Barat, Reza menambah-kan, “Sistem Kapitalisme sangat memanfaatkan pemisahan akhlak dan ekonomi liberal. Sistem ini me-nyebut pondasi kemajuan sebagai kekuatan yang berdasar kekayaan dan peningkatan produksi seban-yak-banyaknya. Tujuan ini hanya dapat terealisasi dengan mendorong masyarakat meningkatkan pola konsumsi mereka tanpa kontrol.”

Meski upaya menjadikan masyarakat Barat sebagai masyarakat konsumtif secara bertahap di mu-lai sejak zaman Renaissance, na-mun hingga awal abad ke-20, may-oritas orang-orang kaya di mereka telah menjadi konsumen utama.

Menurut Anna Clark, Dosen Psikologi Universitas Iowa Ameri-ka, masalah ini sangat mencen-gangkan sekaligus menyedihkan. Khususnya ketika dalam sebuah masyarakat telah tumbuh kebiasaan untuk membuang sebuah produk menjadi nilai, ketimbang mem-perbaiki atau mendaur ulangnya. “Umur sebuah barang seperti harus berdasarkan strategi keuntungan yang ditentukan perusahaan-pe-rusahaan besar, bukan oleh moral dan lingkungan,” tegas Anna.

Dalam fenomena kecender-ungan masyarakat untuk mengkon-sumsi lebih banyak, para produsen yang hanya mencari untung pun akhirnya memproduksi barang-barang mewah dan baru, tapi tidak dapat bertahan lama. Perhatikan misalnya, kebanyakan perangkat elektronik mutakhir, praktis tidak dapat diperbaiki lagi. Atau, bila in-gin diperbaiki, butuh biaya besar. Dalam kondisi demikian, para konsumen dalam beberapa waktu secara berkala, akan menemukan produk-produk baru hanya seba-gai mode. Menariknya, menurut Anna, biasanya barang-barang ini dari sisi penggunaan tak banyak

beda dengan produksi sebelumn-ya. Hanya dengan bantuan iklan, para pembeli dicekoki sedemikian rupa, bahwa barang ini benar-be-nar berbeda dengan sebelumnya. Anna menilai, data kecenderun-gan masyarakat Amerika Serikat

(AS) yang membuang 315 juta

komputer dan 100 juta telepon genggam sangat mengguncang. Karena, perilaku ini berarti me-nyebarkan 50 ribu ton racun ber-bahaya ke alam. Institute World Watch dalam laporannya menye-butkan, bahwa keluarga AS saat ini mengkonsumsi empat kali lebih banyak produk dan jasa keluarga, dibanding keluarga 40 tahun lalu. Di mayoritas negara-negara Barat, jumlah mobil pribadi lebih banyak dari jumlah orang yang memiliki su-rat izin mengemudi. Sementara jum-lah rata-rata keluarga majum-lah menu-run, tapi pembuatan rumah yang lebih besar meningkat 35 persen.

Konsumsi berlebihan ? seperti ini sangat berbahaya. “Bukti-bukti di abad baru ini menunjukkan bahwa ?mening-katnya pola konsumsi membuat kelaparan semakin meluas,” tulis Institute World Watch dalam lapo-ran seperti dilansir Anna Clark. Konsumerisme di Barat membuat kalangan miskin di sana semakin mis-kin. bahkan Institute World Watch-menyatakan, konsumerisme kian menjamurkan munculnya fenome-na kegemukan, dan meningkatnya orang yang berhutang. Konsumsi berlebihan pun akan berujung pada menurunnya kualitas kehidupan.

Ditambahkan Anna Clark, “Meningkatnya konsumsi di du-nia bukan hanya tidak membuat masyarakat semakin bahagia, tapi malah membuat sumber-sumber alam semakin miskin.” Bahkan menurut data penelitian, hanya sepertiga dari rakyat AS yang puas dengan kehidu-pannya. Sofyan Badrie,www.qalam-mag.wordpress.com/22/6/2015.

(10)

SINERGI

Utama

RAMADHAN sangat identik untuk menilai bagaimana orang mis-kin menahan haus dan lapar. Ada keinginan untuk bertenggang rasa. Seperti inilah yang dirasakan kaum miskin. Sehingga Ramadhan men-gajarkan kita untuk tawaduk dan selalu rendah hati. Mau memahami penderitaan sesama, seperti itulah paling tidak hakikat puasa.

Minggu pertama, mushalla penuh dengan jamaah yang mel-aksanakan shalat fardhu terutama sembahyang Isya dan dilanjutkan dengan shalat sunat tarawih dan witir, bahkan sampai luber ke hala-man masjid sehingga tenda untuk jamaah pun menghiasi masjid dan mushalla selama bulan Ramadhan.

Hotel-hotel pun tak keting-galan menyediakan tempat bagi umat Islam yang ingin melak-sanakan berbuka puasa bersama sekaligus shalat tarawih dan witir berjamaah di ruangan yang ‘full air conditioning’, agar ibadah yang dilaksanakan nyaman dan khusuk. Demikian pula lantunan kalam ilahi ayat-ayat suci Al Quranul Karim tak henti-hentinya dikumandangkan dari majelis tadarus yang digelar di masjid dan mushalla usai shalat tarawih dan witir hingga larut malam baru berakhir. Ironisnya justru di bulan Ramadhan ini, pengeluaran masyarakat malah semakin tinggi. Kenapa bisa terjadi?

Pada umumnya masyarakat kita mulai memikirkan banyak hal selama Ramadhan. Pola hidup konsumerisme menjerat kuat.. Di hari-hari awal seperti ini yang di pikirkan adalah makanan berbuka

puasa . Di hari pertama hingga sepekan Ramadhan masyarakat hanya akan sibuk oleh makanan berbuka puasa, buka puasa di-mana, makanannya apa dan sahur bagaimana. Masuk pekan kedua, pikiran sudah mulai terpecah, kebutuhan semakin banyak. Mulai dari renovasi rumah, baju lebaran, kue, biaya pulang kampung dan duit kebutuhan hari raya. Bukan penghematan yang ada tapi pen-ingkatan biaya hidup hingga tiga kali lipat bahkan lebih.

Padahal budaya konsum-erisme di bulan puasa itu TIDAK TERJADI pada hari-hari biasa, mereka hanya menyediakan makanan ala kadarnya berupa nasi dengan lauk pauk apa adanya tidak berlebihan, bahkan untuk kebutuhan minum hanya dengan air putih atau air mineral saja.

(11)

SINERGI

Tidak jarang pula masyarakat berutang ke sana ke mari, bah-kan menggadaibah-kan emas ataupun barang bergerak ke kantor pega-daian hanya untuk kepentingan sesaat demi mengimplementasi-kan konsumerisme tersebut. Inilah sketsa masyarakat menunjukkan konsumerisme pada bulan Ramad-han seperti DIPAKSAKAN diluar kemampuannya . Dalam pepatah Melayu disebutkan : “Besar pasak dari tiang”, suatu budaya yang jelas jelas bertentangan dengan norma agama.

Fenomena Ramadan yang penuh dengan sakralitas seo-lah pupus karena sudah bersifat materialistik-komsumtif. Tradisi massif yang membudaya dimana-mana, dengan makan yang lezat, baju baru, mengecat rumah, telah mengalokasikan anggaran yang berlipat ganda dari hari biasa. Padahal konsumerisme dan sifat mubazir sangat dilarang

dalam agama seperti firman Allah

SWT “ Sesungguhnya mubazir atau perilaku berlebihan adalah saudara setan” (QS: Al Isra’ ayat

28).

Perilaku masayarakat yang demikian justru telah mendistorsi ajaran agama itu sendiri. Karena di saat ramadan seperti ini, rakyat miskin yang terlantar juga ingin mendapatkan nikmat dan baha-gianya bulan ramadan. Tetapi anehnya, para pejabat dan bang-sawan ketika melakukan acara berbuka bersama, yang hadir juga ‘sebangsa’ dan selevel dengan mereka. Tak satu pun kaum mis-kin menikmatinya, paling hanya melihat di layar TV sehingga yang terjadi adalah semakin parahnya kesenjangan sosial dalam masa-yarakat. Karena dalam perasaan kaum miskin tidak ada bedanya antara Ramadan dan selain Rama-dan.

Fenomena ini setidaknya

dilatarbelakangi 2 (dua) hal.

Pertama, Islam masih dipahami

secara fiqh oriented. Paradigma fiqh oriented memandang ibadah

hanya secara hitam-putih,

halal-haram. “Jebakan-jebakan” fiqh

yang parsial telah mendarah dag-ing dan menjadi tradisi yang mas-sif dikalangan umat beragama. Fiqh belum mampu membangkit-kan spiritual umat dalam meng-hadapi kondisi riil masyarakat yang tengah dilanda demoralisasi individual dan sosial ini. Maka tidak salah kalau puasa hanya dilihat sekedar memenuhi perintah syariat belaka.

Puasa yang berdasarkan

pemahaman agama yang fiqh

oriented seakan belum menyentuh dimensi kemanusiaan. Padahal dalam al-Quran diindikasikan bahwa puasa agar memantapkan ketaqwaan. Ketaqwaan merupa-kan something spiritual yang amerupa-kan membentuk pribadi manusia yang total dan integral. Karena dalam diri orang yang taqwa tidak akan muncul krisis percaya diri, krisis moral dan tidak pula timbul image yang memancing krisis percaya diri dan moral.

Krisis yang timbul di kalangan elite dan masyarakat kita sekarang ini karena mereka melepas baju ketaqwaan yang ma-nusiawi. Bahkan di zaman modern sekarang, manusia sudah kehilan-gan rasa kebersamaan dan solidar-itas sosial. Maka tidak salah kalau banyak manusia yang kelaparan di saat kita semua menjalankan ibadah puasa, karena puasa hanya sekedar kewajiban.

Kedua, Ramadan telah dijadikan komoditas yang kapi-talistik. Berbagai industri, media massa, dan stasiun TV berpacu memanfaatkan Ramadan untuk menayangkan program-program dakwah. Semua artis manggung di TV dengan pakaian yang islami, namun secara tidak sadar kita disuguhi iklan-iklan yang me-nyuntik ke dalam mindset kita.

Mereka memanfaatkan momen-tum Ramadan, padahal produk mereka sama sekali tidak terkait dengan ibadah puasa. Di saat ini ramadan nampaknya malah men-jadi bulan para produsen dan para artis, bukan milik kita lagi. Di sisi lain, masyarakat juga adu gengsi dengan berbagai kegiatan di hotel yang mewah dan mengagumkan. Menghadapi maraknya konsumerisme agama di saat Ramadan sekarang ini, maka perlu kiranya kita bangkitkan kembali nilai-nilai substansi agama. Atau dengan kata lain, respiritualisasi agama merupakan jawaban atas krisis keberagamaan kita dewasa ini. Artinya, pelaksanan Ramadan dengan berbagai advertensi dan aktivitas tetaplah berlangsung sepanjang hal itu merupakan

re-fleksi dari kesadaran keberagaman

yang positif. Atau didasarkan pada ketulusan niat untuk meningkat-kan iman dan taqwa sesuai dengan pesan moral yang dibawa oleh puasa Ramadan.

Semua simbol yang ditampilkan apapun bentuknya harus diberengi dengan kesadaran kolektif untuk bersama-sama menghadirkan semangat dan pesan Ramadan dalam mening-ktakan kebersamaan, toleransi, kesetiakawanan [dengan memper-banyak shodaqoh, infak, dan zakat

fitrah untuk kaum miskin, dhu’afa, dan mustadh’afin], dan sifat-sifat

kemanusiaan lainnya.

(12)

SINERGI

Utama

Dalam ketulusan niat, Rasulullah mensinyalir dalam Hadits Qudsi bahwa Allah mengemukakan ke-pada para malaikat dedikasi orang yang puasa, “Wahai malaikat-Ku, lihatlah hambaku yang mening-galkan hawa nafsunya, keinginan-ya, makanannkeinginan-ya, serta minimnya demi Aku.”. Hadits tersebut mengindikasikan bahwa Ramadan harus diniatkan dan dilakukan dengan ibadah, ketimbang

mela-koninya dengan berbagai kegiatan yang gegap gempita namun tidak ada kaitan secara langsung bahkan tidak ada kaitan sama sekali den-gan puasa Ramadan itu sendiri. Karenanya sudah saatnya masyarakat kita menerapkan sungguh-sungguh kultur pola hidup sederhana secara konsekuen dan konsisten. Berkenaan dengan ibadah puasa bukanlah bertujuan

untuk konsumerisme berlebih-leb-ihan dan pemborosan akan tetapi hakikat utama adalah agar kita menjadi INSAN YANG TAQWA

(Al Baqarah, 183). Semoga iba -dah puasa yang kita laksanakan tahun ini diterima Allah SWT. Hilman Muchsin, www.hilman-muchsin.blogspot.com/22/6/2015.

Dikutip A. Khalik untuk Sinergi.

BULAN Ramadhan merupakan moment yang paling strategis bagi umat Is-lam untuk memperbaiki juga sebagai bahan introspeksi diri setelah melihat berbagai kekurangan-kekurangan yang telah dialami di masa lalu. Selama ini kerap timbul kesan bagi sebagian umat Islam bahwa bulan Ramadhan adalah bulan istirahat dan bulan berleha-leha menunggu kumandang adzan Maghrib.

Pemahaman seperti ini timbul dari salah baca terhadap makna Ramadhan yang sebenarnya. Secara etimologi, Ramadhan berasal dari akar kata “ramadl” yang berarti “membakar”. Artinya, Ramadhan adalah momentum umat Islam untuk membakar dosa lebih intensif dibandingkan bulan lain, sehingga usaha dan semangat beribadah pun mesti lebih masif dilakukan. Konon, para sahabat mempersiapkan penyambutan Ramadhan selama enam bulan. Enam bu-lan setelahnya, mereka khusyuk meminta kepada Allah SWT agar ibadah shaum-nya diterima.

Ramadhan adalah bulan suci yang penuh makna, sarat nilai, multi-hikmah dan bermega-pahala. Selain menyehatkan raga dan menenangkan jiwa, berpuasa juga mengajarkan hidup toleran, sederhana, dan bahkan produktif. Tidak hanya itu, Ramad-han turut meletakkan landasan pembangu-nan ekonomi umat.

Setiap kali Ramadhan datang, kita selalu menaruh harapan besar pada bulan suci itu. Harapan untuk kehidupan yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai qur’ani. Tidaklah mengherankan jika tema-tema dakwah Ramadhan selalu mengarah kepada perubahan. Seolah-olah Ramadhan akan merubah segalanya. Kehidupan Politik yang nir etika beru-bah menjadi kehidupan politik yang berbingkai moral dan berpayung kesantunan. Akhlak yang kerap kali absen dalam kehidupan sosial budaya berubah menjadi kehidupan yang berkeadaban. Demikian pula kehidupan ekonomi kita yang

sangat kapitalistik dan abai terhadap dhuafa dan mustadh’afin,

(13)

SINERGI

Utama

Berkah Ekonomi Islam

Yang sangat menarik, karunia di tengah Ramadhan tidak hanya hal-hal yang berdimensi ukhrawi, tapi aspek keduniaan pun cukup terbuka lebar terutama di-mensi ekonomi. Fakta menunjuk-kan, para pelaku ekonomi meraih pendapatan besar atas kehadiran bulan suci Ramadhan. Tak sedikit di antara umat manusia yang ber-puasa ataupun tidak, dari barisan Muslim ataupun umat lainnya merasakan manfaat besar dari kehadiran Ramadhan yang ter-sirkulasi atau terdistribusi secara menyeluruh, mulai dari wilayah perkotaan hingga pedesaan.

Tak dapat disangkal, roda ekonomi benar-benar tampak hidup selama bulan suci ini. Ka-rena itu, tidaklah berlebihan jika sebagian umat manusia menghara-pkan seluruh bulan (sepanjang

tahun) menjadi Ramadhan, meski

hal ini tidaklah mungkin. Keingi-nan ini sebagai implikasi positif atas tingkat pendapatan yang menaik tajam dan hal ini berbeda bila diperbandingkan bulan-bulan lainnya.

Apa hubungannya dengan ekonomi Islam? Menurut Ali Sakti pegiat ekonomi Islam BI (Bank

Indonesia) menuturkan Ramadhan

adalah bulan ekonomi Islam. Per-tama, Ramadhan adalah bulan di

mana manusia bisa jernih berfikir

dan bertindak sehingga dakwah-dakwah tentang manusia yang bersahaja dalam bingkai ekonomi Islam sangat dekat dengan per-ilaku manusia-manusia Ramad-han. Kedua, Ramadhan menjadi bulan di mana manusia berseman-gat menjalankan perintah-perintah Tuhan tanpa banyak bertanya alasan di baliknya. Ketiga, pada Ramadhan manusia tidak atau mungkin kurang mengedepankan

hitungan-hitungan cost-benefit

material. Pada bulan ini manusia mengedepankan hitungan

cost-benefit spiritual, sebagai kompen -sasi dari kerakusan pada bulan di luar Ramadhan atau memang sebuah kesadaran yang tulus. Kita perhatikan, perilaku sedekah, infak dan zakat meningkat cukup dramatis di bulan ini.

Di sinilah, bulan Ramad-han menjadi momentum lahirnya semangat dan kesadaran umat Islam untuk melakukan aktivitas ekonomi sesuai ajaran agamanya:

menanggalkan riba (bunga), men -jauhi gharar, maysir, tadlis, ihtikar dan lain sebagainya. Sebab, imp-likasi puasa tidak saja berdimensi ibadah spiritual an-sich, tetapi juga mengajarkan akhlak

horizon-tal (mu’amalah), khususnya dalam

bidang bisnis. Sungguh aneh apa-bila ada orang berpuasa dengan khusyuk, tetapi melanggar ajaran-ajaran Allah dalam mu’amalah, seperti masih mempraktekkan riba yang diharamkan atau melakukan penipuan harga yang tidak pantas. Implementasi aktivitas ekonomi Islam ini diharapkan dapat mem-perkuat sendi perekonomian umat yang puncaknya akan melahirkan social distributive justice

(keadi-lan distribusi sosial). Harta tidak

hanya berputar pada segelintir orang dengan mengoptimalkan konsep zakat, infak, shadaqah dan wakaf.

Spirit Kebangkitan Ekonomi Islam

Dalam konteks historis, bulan Ramadhan merupakan mo-mentum penting dan monumental dalam kebangkitan dan kejayaan Islam. Telah banyak perubahan besar dalam sejarah dakwah Islam yang terjadi pada bulan ini. Rama-dhan juga telah mengantarkan Islam tersebar ke semenanjung Af-rika dan Eropa. Sementara dalam konteks ibadah, Ramadhan

ada-lah bulan semangat dan motivasi untuk memperbaiki diri dengan sederet ketaatan. Saatnya generasi berikutnya menapaktilasi dan mengukir kembali kemenangan-kemenangan itu, merebut kembali peradaban Islam yang terampas. Maka, meraih peradaban mesti dilakukan dengan memperkuat aspek ekonomi itu. Kebangkitan Islam hanya akan terejawantah dalam wujudnya yang ideal ketika ekonomi Islam dapat membumi dan menjadi landasan aktivitas perekonomian umatnya.

Pesan implisit Ramadhan patut dijadikan masukan dalam membangun perekonomian umat dan bangsa ke depan. Pembangu-nan harus dimulai dengan mem-bangun nilai nilai ekonomi Islam dalam kehidupan. Pemberdayaan sumber daya rakyat berdasarkan nilai-nilai Qurani harus dipriori-taskan.

Gagasan negara se-jahtera dapat terwujud, apabila

pembangunan fisik dan spiritual (ketaqwaan) harus berjalan seim -bang. Inilah model pembangunan ekonomi yang ideal. Selain faktor-faktor produksi, tingkat ketaqwaan juga merupakan “driving force” pembangunan ekonomi umat.

Menurut Ramzan Akhtar (1993)

dalam artikelnya “Modelling the economic growth of an Islamic economy” yang dipublikasikan di “The American Journal of

Islamic Social Science (AJISS)”

menyebutkan bahwa tanpa adanya rahmat Ilahi, maka pembangu-nan ekonomi sangatlah mustahil terjadi. Negara yang dihuni warga muttaqin pasti akan mendatangkan rahmat Ilahi sehingga terwujudlah negara sejahtera. Wallahualam. Lurita Putri Permatasari,www. dakwatuna.com/22/6/2015. Di

(14)

SINERGI

ADA

tiga masalah pokok yang ser-ing dikaji dalam tek-teks wajib ilmu ekonomi, yaitu teori konsumsi, produksi, dan distribusi. Ternyata, obyek puasa Ramadhan itu san-gat erat kaitannya dengan masalah perilaku ekonomi, khususnya masalah konsumsi. Teori konsumsi, berpangkal dari perilaku atau ke-cenderungan konsumen dalam mengkonsumsi. Sepanjang pengetahuan saya, hampir tidak ditemui buku-buku yang mengkaji masalah puasa dari perspektif ekonomi. Padahal, den-gan tegas dan nyata, obyek yang dibicarakan dalam ajaran puasa adalah masalah pengenda-lian nafsu dalam mengkonsumsi tiga

kebutu-han dasar manusia (basic needs), yaitu makan,

minum, dan kebutuhan seksual. Perilaku manu-sia dalam memenuhi ketiga kebutuhan dasar tersebut, dalam realitasnya menjadi masalah besar bagi pembangunan suatu bangsa, ketika perilakunya tak lagi bisa dikendalikan.

Tulisan ini tidak bermaksud melahirkan tafsir baru atas hukum puasa Ramadhan yang sudah baku

menurut fiqh(Islamic Law). Bukan -lah kapasitas saya untuk

memba-hasnya dari sisi fiqh ibadah, karena

sudah ada pihak yang berkompeten dalam masalah ini. Memang benar, bahwa ajaran puasa itu menyangkut masalah ibadah, yaitu soal hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Namun tidak bisa dipungkiri, tern-yata obyek puasa itu berkaitan erat dengan masalah ekonomi, masalah pemenuhan basic needs.

Tujuan berpuasa adalah untuk menghasilkan manusia yang-bertaqwa, cermin manusia yang baik dengan karakteristik tertentu. Uniknya, obyek yang dijadikan latihan untuk dikendalikan selama berpuasa sebulan penuh adalah masalah ekonomi, yaitu makan dan minum serta pengendalian hasrat seksual. Baik buruknya suatu bang-sa, termasuk dalam hal ekonomi, barangkali berpangkal pada tiga

masalah kebutuhan dasar ini: makan, minum, dan pemenuhan seksual. Ketika suatu bangsa mampu mampu mengendalian distribusi beras dan mampu mengalokasikan produk pangan misalnya, maka ada potensi bangsa itu sejahtera.

Demikian halnya ketika budaya mengumbar nafsu seksual dapat dikendalikan, maka perilaku turunannya yang berpotensi meru-sak ekonomi suatu bangsa dapat dicegah. Makan, minum, dan hasrat seksual ketiganya berkaitan dengan pemenuhan keinginan perut dan sekitarnya. Hehe… Sekedar contoh, kasus prostitusi online yang me-nyebut-nyebut RA, AA, dan inisial-inisial lainnya di sejumlah media, adalah bagian dari penyaluran per-ilaku mengkonsumsi yang melebihi kebutuhan, alias demi keinginan yang tak terbatas. Semoga kita dan para pemimpin bangsa diberi kekua-tan dari godaan-godaan kenikmakekua-tan sesaat itu sehingga tidak sampai melupakan rakyat kebanyakan.

Para ulama mendefiniskan

puasa dengan sangat tegas, bahwa puasa adalah “menahan makan, minum, dan berhubungan badan suami isteri dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari”. Bahkan ajaran puasa, juga menjadi tradisi bagi agama-agama selain Is-lam dengan aturannya

masing-mas-ing. Hemat saya, definisi puasa di

atas sudah sangat jelas dan diterima oleh mayoritas komunitas muslim di dunia. Tidak ada yang

kontro-versial mengenai definisi tersebut.

Namun mengenai tata cara berpuasa

(masalah teknis berpuasa), seperti

kapan harus memulai puasa dan kapan harus mengakhirinya, terdapat perbedaan, tetapi hal itu tidaklah

menggugurkan definisi di atas. Jika

makan dan minum merupakan obyek latihan pengendalian diri bagi orang yang berpuasa, demikian halnya ilmu ekonomi menjadikan perilaku konsumsi sebagai salah satu obyek kajiannya.

(15)

SINERGI

Konsumsi, sebagai kata kerja berarti kegiatan menghabis-kan atau mengurangi nilai guna suatu barang. Orangnya atau pelakunya disebut konsumen. Ke-tika seseorang mengkonsumsi ma-kanan misalnya, berarti ia meng-habiskan makanan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Namun ketika mengkonsumsi pakaian, bu-kan berarti ia menghabisbu-kan paka-ian, tetapi mengurangi nilai guna barang sampai pakaian itu tidak pantas lagi digunakan. Sementara mengkonsumsi waktu, berarti ia membelanjakan waktunya (spend

of time) untuk memenuhi kebu -tuhannya seperti bekerja, belajar, menulis artikel di Kompasiana, atau menghadiri suatu undangan.

Ketika kita menginap di suatu hotel, berarti kita mengkon-sumsi jasa. Saat kita membeli jasa penginapan itu, maka kita tidak bisa membawa pulang kamar yang ditempati. Tetapi kita memperoleh kenyaman selama menginap, dan membawa pulang kesan yang menyenangkan karena saat itu pel-anggan dilayani dengan memuas-kan. Karakteristik mengkonsumsi barang tentu berbeda dengan mengkonsumsi jasa. Intinya, tu-juan mengkonsumsi secara ekono-mi adalah untuk memaksimumkan

manfaat atau nilai guna (utility)

suatu barang atau jasa.

Pada galibnya, membaca ilmu ekonomi tidak bisa dilepas-kan dari sang penggagasnya, yaitu Adam Smith. Dialah yang dikenal selama ini sebagai Bapak ilmu ekonomi melalui karyanya Wealth of Nation. Namun mungkin se-bagian orang lupa, bahwa Adams

Smith (1729-1790) juga mela -hirkan karya-karya sebelumnya yang isinya sarat dengan moral

ekonomi yang disesuikan dengan konteks budaya Barat, seperti dibicarakan dalam karyanya Mor-al Sentiment. Saya tidak hendak membahas soal ini secara men-dalam. Kepentingan saya hanya hendak menunjukkan bahwa ilmu ekonomi itu bukan semata-mata

soal meraih profit atau menumpuk

kekayaan .

Dalam beragam literatur mengenai ekonomi non-main-streamatau institutional econom-ics, kemajuan perekonomian suatu bangsa tidak semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, mesin teknologi, dan faktor-faktor

fisik lainnya yang bekerja dalam

pasar, tetapi juga dipengaruhi oleh

institusi-institusi (kelembagaan)

non-pasar yang ikut membentuk perkembangan ekonomi. Throstein

Bunde Veblen (1857-1929)

misalnya, menganggap bahwa perkembangan ekonomi suatu bangsa dipengaruhi oleh kekuatan institusi, dalam arti nilai-nilai atau norma-norma yang sudah membu-daya dalam kegiatan ekonomi.

Dalam aspek konsumsi misalnya, ada perilaku konsumsi yang wajar dan tidak wajar. Per-ilaku mengkonsumsi yang wajar ditujukan untuk memperoleh

man-faat (utilitas) seoptimal mungkin

dari barang yang dikonsumsinya. Namun sebaliknya, ada pula per-ilaku mengkonsumsi yang tidak wajar yang oleh Veblen disebut “conspicuous consumption”, yaitu mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dimaksudkan sekedar untuk membuat kagum orang

lain. Gambaran itu merefleksikan

perilaku kelompok tertentu yang tergolong “leisure class”. Kira-nya, terkuaknya kasus “prostitusi

onlien” yang melibatkan “komuni-tas elit” di berbagai media, meru-pakan gambaran dari masyarakat “leisure class” ini. Hemat saya, inti ilmu ekonomi adalah ilmu

memilih (science of choice) ber -dasarkan kaidah ekonomi, yaitu bagaimana setiap individu me-milih untuk memperoleh manfaat yang paling optimal demi kes-ejahteraan manusia.

So, Apa Hubungannya dengan Puasa?

Kembali ke awal paragraf, obyek yang dibicarakan dalam ajaran puasa adalah pengendalian nafsu dalam memenuhi kebutu-han ekonomi. Makan dan minum misalnya, dalam puasa wajib diperhatikan. Selain barang yang dikonsumsi tidak boleh barang haram atau riba, pola makannya pun mesti dijaga. Selama sebulan penuh (30 hari atau 29 hari dalam

tahun hijriyah), setiap orang yang

berpuasa dilarang untuk makan minum, kecuali pada waktunya berbuka dan bagi orang-orang tert-entu yang dibolehkan tidak ber-puasa, seperti orang yang sedang sakit, orang yang dalam perjalan

jauh (musafir), atau si ibu yang se -dang menyusui bayinya. Dari segi

dzatnya (bendanya), barang yang

dikonsumsi adalah barang halal dan baik atau hygienes (halalan

thayyiban).

Tujuan mengkonsumsi adalah untuk memenuhi

kebu-tuhan (need), bukan keinginan (want). “Kebutuhan” relatif

terbatas, sementara “keinginan” relatif tidak terbatas. Perekono-mian suatu bangsa berpotensi rusak karena tindakan para pelaku ekonomi yang hanya mendasarkan diri pada hasrat untuk memenuhi keinginan.

(16)

SINERGI

Saat individu atau kelompok hen-dak memenuhi keinginannya, lalu bertindak dengan cara-cara terla-rang dengan menjadi penumpang

gelap (free rider), moral hazard, rentenir, mafia migas dan semaca -mnya, maka tindakan sejenis itu boleh dibilang tindakan yang menyakiti perekonomian publik. Segelintir pelaku yang menikmati hasil pembangunan dengan cara mengorbankan kepentingan rakyat banyak, adalah bagian dari per-wujudan pemenuhan “keinginan” tanpa batas itu. Dalam konteks ini, berpuasa berarti menahan diri untuk tidak mengorbankan rakyat kebanyakan, demi meraih keun-tungan pribadi atau kelompoknya. Dengan demikian, berpuasa dalam konteks ekonomi makro, dapat kita artikan sebagai tinda-kan mengubah “budaya ekonomi rakus” menjadi “budaya ekonomi berbagi”.

Sebagaimana diketahui dalam teori perilaku konsumen, bahwa tujuan orang yang meng-konsumsi adalah untuk

mem-peroleh kepuasan (utility) yang

paling optimal. Konsumen di-hadapkan pada banyak pilihan

(preferensi) barang atau jasa yang

akan dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan seseorang (income

disposable), maka semakin tinggi

peluang untuk mengkonsumsi aneka preferensi. Namun apapun barang atau jasa yang akan dip-ilih, dibatasi oleh pendapatannya. Berdasarkan pendapatan yang dimiliki itulah, ia bebas memilih barang atau jasa apa saja yang dis-ukai. Tentu, semua itu dilakukan untuk memaksimumkan manfaat dari barang yang dikonsumsinya. Dalam teori ekonomi mikro, itulah yang dikenal dengan budget line yang kemudian perilakunya dapat digambarkan ke dalam kurva yang disebut dengan indif-ference curve. Intinya, manusia adalah makhluk rasional, yang dari sisi konsumsi ia akan senan-tiasa berperilaku untuk memaksi-mumkan utilitasnya berdasarkan faktor-faktor yang mempen-garuhinya, salah satunya adalah faktor pendapatan. Sudah menjadi hukum ekonomi, bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi pula hasrat seseorang untuk mengkonsumsi.

Demikia pula dalam dunia marketing, tujuan pemasaran tidak lain adalah untuk memenuhi

kepuasan pelanggan

(customer-satisfaction). Ketika pelanggan

merasa puas, konsumen akan loyal. Semakin tinggi loyalitas konsumen, maka semakin tinggi pula peluang produsen untuk

meraih manfaat (benefit). Dalam

perspektif ini, konsumen ditem-patkan sebagai raja, ratu, atau putra mahkota yang mesti dilayani dengan sebaik-baiknya. Sikap demikian, akan berdampak pada pengembalian manfaat kepada orang yang melayani dengan baik. Berpuasa, melatih individu untuk memiliki pribadi yang berinteg-ritas. Karena dinamika waktu, integritas seseorang akan men-galami pasang surut, naik turun sesuai dengan godaan lingkungan sekitar. Karenanya, berpuasa di-lakukan sebulan penuh, di antara dua belas bulan dalam setahun. Harapanya, pribadi berintegritas yang mampu menahan diri dari tindakan mengkonsumsi yang ber-lebihan, dapat menjadi kebiasaan sehari-sehari sepanjang tahun. Se-lamat menjemput datangnya bulan

Ramadhan!. Afifa Hizhan Fathur, www.afifa-hizhan-fathur.

blogspot.com/22/6/2015

Dikutip A. Khalik untuk Sinergi.

(17)

SINERGI

Pendidikan

Oleh :Yusnani

Anakmu bukanlah milikmu.

Mereka adalah putra-putri yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau. Mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu... (Kahlil Gibran)

PADA usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia terse-but otak menerimadan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masadimana perkembangan

fisik, mental maupun spiritual

anak akan mulai terbentuk. Ka-rena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagaimana-masa

keemasan anak (golden age).

Sebuahpenelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengala-man anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.

Karakter berasal dari kata yunani charassein yang berarti mengukir sehingga terbentuk suatu pola artinya memiliki karak-ter yang baik adalah tidak secara otomatis di miliki setiap manusia begitu ia dilahirkan tetapi me-merlukan proses panjang melalui pengasuhan dan pendidikan.

Oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberi-kan pendidimemberi-kan karakter yang baik bagi anak .Sehingga anak bisa me-raih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa

mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuh-kan sianak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan di bawanya sampai dewasa. Ketika dewasa karakte semacam itu akan menjadi peng-hambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya.

.

Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan darilingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembangan mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, di rasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkunganyang positif akan membentuk karakter yang positif pula.

Bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini? Karakter akan terben-tuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle

relation-ship), yaitu hubungan dengan dir isendiri (intrapersonal), dengan

lingkungan (hubungan sosial dan

alam sekitar), dan hubungan den

-ganTuhan YME (spiritual). Setiap

(18)

SINERGI

Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang, penanaman moral mel-alui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama membangun bangsa. Menurut para pakar penelitian anak dalam perkembangan otak

manusia (neouroscience) apabila

pada usia dini anak tidak diberi pendidikan, pengasuhan, stimulasi yang baik maka akan berpengaruh

terhadap struktur perkembanagan otaknya, hal ini terjadi karena perkembangan otak amat pesat terjadi pada usia dibawah 7 tahun dimana 90 persen otak sudah terbentuk pada usia ini. Anak akan umbuh menjadi pribadi yang berkarakter dapat terwujud jika anak tumbuh dilingkungan

yang berkarakter, fitrah anak yang

terlahir suci dapat dikembangkan secara optimal, ini memerlukan

peran serta semua pihak keluarga, sekolahdanseluruhkomponen yang ada dalam masyarakat contoh lembaga keagamaan, perkumpu-lanolah raga, komunitasbisnisdan lain-lain. Oleh karena itu pendidi-kan karakter di sekolah terutama usia TK dan SD juga perlu dilaku-kan tentunya sesuai dengan tahap perkembangan umur anak.

(es)

Pendidikan

DI ZAMAN modernisasi

(zaman serba canggih) banyak

sekali manusia yang hidup di muka bumi ini lupa akan tugas dan fungsinya masing-masing. Keluarga adalah unit sosial

terkecil di dalam masyarakat yang mempunyai peranan sangat besar. Untuk mendidik anak-anak mela-lui kehidupan dan perilaku orang tua. Dimana keberhasilan anak-anak merupakan hasil peranan orang tua berdasarkan aturan dan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah dengan berbagai cara dan upaya agar orang tua selalu memberikan contoh bagi anak-anak mereka agar terhindar dari berbagai macam godaan dunia serta kemajuan zaman, baik mulai dari tingkat TK sampai SLTA ataupun sederajat. Selalu kita melihat berbagi macam tulisan didinding sekolah maupun diru-angan sekolah atau areal sekolah yang tersembunyi “tuntutlah ilmu setinggi langit, akhlakmu menentukan masa depanmu” “tumbuhkan budaya malu” “time

is money(waktu adalah uang)”

dan banyak lagi kata-kata kiasan ataupun kata pepatah yang bertu-juan keseluruhan adalah menuju manusia yang siap mental, siap pikiran, siap menyongsong dan menghadapi hari yang lebih baik.

Untuk itu setiap orang tua harus memperankan seke-cil apapun perbuatan harus ada evaluasi terhadap si anak, agar dia mengerti akan kesalahan ataupun kebenaran yang dia perbuat dan dia kerjakan. Didalam mendidik anak kita juga harus mempunyai psikologi kejiwaan sebab baik bu-ruknya akhlak si anak itu terletak di tangan orang tua. Mengenai masalah anak adalah masalah yang paling penting, ada beberapa tips dan cara untuk mendidik anak (menurut pantauan dilapangan, kisah nyata, serta cerita orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya dan masukan-masukan dari beberapa narasumber dan

pemimpin yang sukses).

Langkah yang pertama yaitu :

• Akhlak (kelakuan) • Watak (sifat)

• Kasih sayang (ciptakan kasih

sayang yang murni) • Kedekatan dengan si anak

(tulus dan ikhlas) • Psikologi (kejiwaan)

• Agama (mulai dari TK hingga

ke perguruan tinggi)

• Pendidikan (untuk kemajuan) • Lingkungan (tempat tinggal) • SDM (sumber daya alam)

Kita akan membahas

men-genai akhlak (kelakuan). Mulai

(19)

me-SINERGI

menanamkan nilai akhlak yang baik berdasarkan agama yang dianut (yang diyakini, nilai-nilai ajaran agama)sehingga si anak dapat melaksanakan tugas dan fungsi so-sialnya yang sesuai dengan norma-norma agama yang dianutnya, maka dia akan mengerti norma hukum, norma kesusilaan dan dengan akhlak yang sangat mulia. Watak (sifat)

Mengenai sifat anak-anak walaupun dalm satu keluarga tidak-lah sama untuk itu peran penting orang tua harus dituntut untuk dapat mengerti sifat diantara anak-anakn-ya, menceritakan kisah-kisah para pahlawan yang mempunyai sifat yang kuat untuk memperjuangkan kemerdekan R.I, memberi contoh sifat para Nabi dan orang yang halal dalam pendiriannya serta tidak mu-dah terombang ambing agar sianak kelak bisa mempunyai watak (sifat) yang baik dan bermutu. Kasih masukan kepada si anak tentang sifat-sifat manusia yang mempun-yai watak yang baik dan tidak baik melalui cerita nyata, dan kehidupan manusia yang tidak mempunyai wa-tak yang tidak sehat sehingga ada perbandingan kepada si anak.

Kasih sayang

Banyak sekali manusia di zaman modernisasi tidak mengerti arti kasih sayang untuk itu dihara-pkan orang tua, memberikan kasih sayang kepada sianak yang tulus dan ikhlas tanpa membeda-bedakan sianak atau pilih kasih. Berikan contoh melalui diri anda dengan istri anda dan sebaliknya ke kha-layak ramai dengan tetap memeg-ang teguh aturan dan peraturan yang telah dijalankan di keluarga masing-masing. Tanpa ada unsur paksaan dengan berbagai cara dan teknik ciptakan kasih sayang yang berkesinambungan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar di keluarga tersebut.

-Kedekatan dengan sianak

Berikan waktu dan kesem-patan orang tua ke anak melalui bertanya, melihat dan bermain ke-pada sianak. Jangan biarkan sianak bersedih dan gundah, tanyakan apa kendala dan ada apa dengannya.

Psikologi (pelajari kejiwaan sianak)

Banyak orang tua tidak mengerti arti psikologi walaupun sudah banyak arahan, ceramah, pe-nataran yang dilakukan oleh pemer-intah melalui tingkat kecamatan hingga kelurahaan sebab psikologi ataupun yang biasa disebut dengan kejiwaan sangat mempengaruhi si anak, untuk itu kasih orang tua harus pro aktif, jangan sampai si anak mengalami depresi, ini akan menimbulkan mental dan kejiwaan yang tidak bagus (tidak stabil). Orang tua dituntut mau tidak mau mengarahkan dan memberi contoh serta ketenangan dalam keluarga. Pendidikan (mulai dari TK hingga keperguruan

tinggi)

Zaman menuntut kita untuk memacu ilmu pengetahuan yang lebih dahsyat. Tetapkan kepada sianak guna dan manfaat pendidi-kan seperti contoh : orang bodoh akan menjadi makanan orang pintar. Yang berarti : orang tua harus ber-juang dan dan terus berupaya agar anak memperoleh pendidikan yang lebih tinggi agar mempunyai masa depan yang lebih baik, arahkan dan fokuskan serta pantau kemampuan sianak didalam mengikuti pelajaran baik disekolah, diluar jam sekolah (seperti kegiatan ekskul dan les keterampilan). Tanyakan dan beri solusi (jalan keluar) guna dan pent -ingnya pendidikan.

Lingkungan (tempat kita

tinggal ) Hindari pergaulan bebas, awasi dan pantau apa yang dikerjakan anak dilingkungan tempat tinggalnya. Dukung dan beri semangat kalau kegiatan itu positif dilingkungan anda tersebut dan tetap waspada ter-hadap pergaulan dilingkungan yang melaksanakan kegiatan sampai larut

malam.

SDM (sumber daya manusia)

Tingkatkan kemampuan sianak melalui keterampilan yang khusus dan keahlian yang berguna buat sianak. Bawa dan beri cara yang bijak dalam mengambil tinda-kan yang bermoral dan bermartabat, ajari serta ajak anak untuk berjalan-jalan kesatu daerah kedaerah yang lain untuk menambah wawasan mengenai kemajuan zaman, baik berupa kemajuan elektronik, daya pikir, dan kecanggihan zaman yang menuntut kita harus mempunyai

SDM yang baik. Apabila orang tua menerapkan dan melaksanakan ini kepada sianak maka akan lahirlah generasi yang siap pakai, berakhlak, bermartabat berwibawa, berpendidikan, jangan ciptakan kekerasan dalam rumah tangga, hindari perkataan yang tidak enak didengar telinga dan dihati sianak, pelajari kejiwaan sianak bantu dan berikan arahan tentang jiwa yang tenang, berpikir yang tenang, ber-sabar, menahan emosi dan hindari dari tekanan-tekanan yang mempunyai psikologi yang kurang baik yang melanggar norma-norma

agama.

Agama (ajarkan yang sesuai dengan yang diyakini)

Hampir seluruh manu-sia yang hidup di muka bumi ini sebagai Nabi atau biasa disebut Dewa penolong. Untuk itu setiap orang harus cekatan memberikan contoh dan kisah nyata apabila dia mempunyai agama yang baik agar sianak tidak tergelincir kejalan yang salah. Sebab fundamental agama sangatlah penting untuk membentuk karakter sianak dan berikan con-toh dari diri anda sendiri melalui anda tekun beribadah, laksanakan tugas dan fungsi anda dalam ajaran agama yang anda yakini, mulai dari sedini mungkin bimbing dan arahkan anak-anak untuk tetap mengenal mana Nabi yang benar dan mana Nabi-nabi palsu penyebar keonaran dan kerusuhan di muka bumi ini. Berikan contoh kepada sianak juga, apabila dia melaksana-kan perintah ajaran agama dia amelaksana-kan sukses baik di dunia dan akhirat serta akan masuk surga. Mempun-yai kondisi yang kokoh dan ajaran agama yang baik, serta tanggung jawab sehingga siap menghadapi zaman modernisasi ini dengan se-nyuman.

Isi tulisan ini adalah ki-sah nyata seerta pantauan penulis dilapangan bagaimana peranan orangtua mengajarkan dan men-ciptakan anak yang mempunyai akhlak, agama, disiplin, pendidi-kan serta masa depan yang siap menghadapi zaman modernisasi dan eraglobalisasi sehingga sianak mempunyai kualitas yang baik dan juga tulisan ini melalui beberapa narasumber serta tokoh masyarakat dan beberapa orang tua yang telah sukses mendidik anak mereka, men-jadi masa depan bangsa dan negara.

(20)

SINERGI

Ekonomi

PASAR MURAH “Puluhan warga kurang mampu terlihat antri menu-kar kupon pembelian sembako pada kegiatan Operasi Pasar MurahBer-subsidi yang digelar Pemko Tebing Tinggi melalui Dinas

Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Tebing Tinggi”.

GUNA meringankan beban masyarakat kurang mampu khususnya menghadapi lonjakan harga kebutuhan pokok selama bulan ramadhan dan menjelang lebaran Idul Fitri, Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Koperasi UMKM Perindustrian

dan Perdagangan (Kouperindag)

menggelar Operasi Pasar Murah

(OPM) Bersubsidi dimulai dari

tanggal 23 Juni hingga 3 Juli 2015 di lima wilayah kecamatan.

Hari pertama penyaluran OPM Bersubsidi ke masyarakat dimulai, Selasa dan Rabu

(23-24/6) di Kantor Kecamatan

Rambutan Jalan Gunung Leuser Kota Tebing Tinggi. Walikota Tebing Tinggi Ir H Umar Zu-naidi Hasibuan melalui Kadis Kouperindag Syahnan Hasibuan SH berharap, penyaluran kupon operasi pasar murah sembilan

bahan pokok bersubsidi kepada masyarakat miskin dan tidak mampu melalui pihak kelurahan harus benar-benar tepat sasaran.

“Tahun 2015 ini, Pemko Tebing Tinggi kembali menggelar OPM bersubsidi kepada lebih kurang 10.000 masyarakat pra sejahtera di kota Tebing Tinggi untuk meringankan beban warga kurang mampu dalam memasuki bulan ramadhan serta menjelang lebaran, diharapkan penerima paket murah tersebut benar-benar tepat sasaran”, jelas Walikota Tebing Tinggi.

Kadis Kouperindag Syahnan Hasibuan melalui Ka-bid Perdagangan Fachri S.Sos disela-sela kegiatan menjelaskan, pembagian paket OPM bersub-sidi dilakukan di lima wilayah kecamatan di Kota Tebing Tinggi.

“Penyaluran paket OPM bersub-sidi dilakukan mulai tanggal 23 Juni hingga 3 Juli di lima wilayah kecamatan masing-masing di Kecamatan Rambutan 23-24 Juni, Padang Hulu 25-26 Juni, Tebing Tinggi Kota 27-29 Juni, Bajenis 30-31 Juni dan Padang Hilir 2-3 Juli 2015”, jelasnya.

Disebutkan bahwa Ope-rasi Pasar Murah Bersubsidi yang diperuntukkan khusus ke-pada warga pra sejahtera di Kota Tebing Tinggi lebih kurang ber-jumlah 10.000 Kepala Keluarga. Sedangkan harga satu paket OPM Bersubsidi dijual Rp 45.000,- ber-isikan 2 kg tepung terigu, 2 kg gula pasir, 1 kg mentega, 1 liter minyak goreng dan 30 butir telur ayam. “Harga satu paket sembako yang disalurkan kepada warga pra sejahtera tersebut dipasaran har-ganya sekitar Rp 135.000”, jelas Fachri.

Ditambahkan, kegiatan operasi pasar murah bersubsidi yang setiap tahun digelar pemer-intah kota itu ditujukan khusus untuk membantu masyarakat kurang mampu yang alokasi dan-anya bersumber dari APBD 2015.

Salah seorang penerima paket OPM Bersubsidi,

Maimu-nah (63) warga Kelurahan Tan -jung Marulak Kecamatan Rambu-tan mengaku dirinya merasa terbantu dengan adanya paket sembako bersubsidi yang digelar pemerintah kota tersebut. Dika-takannya, setiap mau menjelang lebaran semua harga kebutuhan pokok melambung tinggi, ”Den-gan adanya operasi pasar murah sembako bersubsidi dari pemerin-tah kota, kami sekeluarga merasa terbantu, terima kasih Pemko Tebing Tinggi”, ujarnya.

(21)

SINERGI

Kesehatan

DALAM

rangka mengantisipasi peredaran bahan-bahan makanan olahan yang menggunakan ba-han berbahaya untuk dikonsumsi masyarakat khususnya di bulan Ramadhan, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perda-gangan Tebing Tinggi melakukan

monitoring bahan makanan olahan ke sejumlah pasar tradisional

dikota itu, Kamis (18/6).

Sejumlah pasar tradisional yang dikunjungi tim pengawasan barang beredar jenis makanan terdiri dari Dinas Kesehatan, Polres dan Satpol PP yang dip-impin Kadis Kouperindag diwakili Kabid Perdagangan Fachri S.Sos antara lain, Pasar Sakti di Jalan KF. Tandean, Pasar Inpres Jalan Gurami serta Pasar Gambir di

Jalan Iskandar Muda Kota Tebing Tinggi.

“Monitoring pengawasan peredaran bahan makanan olahan di pasar-pasar tradisional kali ini untuk melihat secara langsung apakah ada bahan makanan olahan

yang dijual ke masyarakat men-gandung bahan-bahan berbahaya dan kondisinya tidak layak kon-sumsi, sejauh ini terpantau semua aman-aman saja”, ujar Fachri. Untuk mengantisipasi peredaran bahan makanan olahan yang men-gandung bahan-bahan berbahaya dan tidak layak konsumsi, tim pengawasan barang beredar dari Dinas Kesehatan mengambil

sam-ple (contoh) beberapa jenis ma -kanan olahan seperti tahu, tempe,

mie, bakso, sosis dan lainnya. “Bahan-bahan makanan olahan tersebut masih diambil sample-nya untuk di uji ke labo-ratorium, apakah mengandung bahan-bahan berbahaya dan tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat”, katanya.

Menurut Fachri, kegia-tan pengawasan barang beredar jenis makanan ini sangat penting dilakukan guna mengantisipasi beredarnya makanan olahan men-gandung zat berbahaya yang dijual di pasar yang bisa menyebabkan turunnya kualitas kesehatan dan menimbulkan berbagai macam penyakit dalam tubuh.

Pada kesempatan itu, Kab-id Perdagangan kembali mengim-bau masyarakat yang akan berb-elanja agar memperhatikan empat prinsip konsumen cerdas, “Empat prinsip konsumen cerdas adalah, pertama teliti sebelum membeli, kedua perhatikan tanggal atau label kadaluarsanya, ketiga label SNI-nya dan keempat, belanjalah sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan”, jelasnya.

Salah seorang pedagang bakso di Pasar Gambir, Garto kepada wartawan mengaku bahan makanan olahan jenis bakso mi-liknya tetap terjaga kualitas mau-pun rasanya dan yang terpenting bebas dari bahan-bahan berbahaya untuk dikonsumsi masyarakat. “Kami selalu memperhatikan makanan olahan yang dijual harus aman dikonsumsi masyarakat, karena kami tidak ingin mengece-wakan para pelanggan”, ujarnya.

**.Tim Sinergi

(22)

SINERGI

Lingkungan Hidup

‘Konsumsi Penduduk Global Melebihi Tingkat Pasokan SDA’

WAKIL

Walikota Tebing Tinggi Ir H Oki Doni Siregar secara resmi membuka peringatan Hari Lingkungan Hidup Se Dunia 2015 yang dilaksanakan di atas tanggul bantaran Sungai Padang Kelu-rahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi, Senin

(15/6).

Acara dihadiri Kapolres Tebing Tinggi AKBP Slamet Lousiono SIK beserta para pimpi-nan SKPD, Lurah, Camat dan warga masyarakat ditandai dengan pemukulan gong dan penanaman beberapa jenis pohon.

Wakil Walikota saat mem-bacakan sambutan tertulis Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutan-an RI DR IR Siti Nurbaya MSC menyampaikan, peringatan terse-but bertujuan untuk menegaskan komitmen dan aksi perlindungan lingkungan hidup semua negara

di dunia. “Tema yang mengangkat ‘Mimpi dan Aksi bersama un-tuk Keberlanjutan Kehidupan di Dunia’ merujuk pada aksi sustain-able Consumption and Produk-tion yang telah disepakti dalam Konfrensi Pembangunan 2012”, jelasnya.

“Saat ini tingkat konsumsi penduduk global telah melebihi tingkat pasokan sumber daya alam yang tersedia di bumi diiringi kualitas hidup yang cenderung menurun dibanyak negara termas-uk di Indonesia. Unttermas-uk itu, perlu segera dilakukan perubahan pola kunsumsi dan produksi menuju hemat sumberdaya, kualitas lebih baik dan melindungi lingkungan hidup”, paparnya.

Sebagai langkah konkrit di daerah, sejak 2012 mengajak instansi pemerintah daerah

un-tuk mengembangkan kebijakan serta pelaksanaan yang ramah lingkungan, baik dalam bentuk barang ataupun jasa. Pemerin-tah pusat dan daerah, LSM dan komunitas masyarakat diharapkan dapat meningkatkan edukasi yang

berfokus pada effektifitas dan ef

-fisien dalam pemanfaatan sumber

daya alam kita, pola hidup hemat sumberdaya.

Pada acara tersebut diser-ahkan Piala Adiwiyata Mandiri SMA Negeri I kepada Wakil Wa-likota Tebing Tinggi, dan untuk tahun ini di calonkan 21 Sekolah dari tingkatan SD, SMP,SMA dan 7 Sekolah Pembina pengusulan calon sekolah Adiwiyata Provsu. Acara dilanjutkan dengan penana-man pohon disepanjang tanggul sungai padang dengan beberapa jenis tanaman diantara pohon sen-gon, durian, manggis dan pohon lainnya. **.Tim Sinergi

(23)

SINERGI

Wanita

SERAHKAN “Ketua Darmawanita Persatuan Kota Tebing Tinggi Milda Silvaniati Johan Samose bersama jajarannya menyerahkan bantuan kepada pengelola Pantai Asuhan Amaliyah Tebing Tinggi”.

KETUA

Darmawanita Persatuan Kota Tebing Tinggi Milda Silvaniati Johan Samose bersama jajarannya menyerahkan bantuan kepada pengelola Pantai Asuhan Amaliyah Tebing Tinggi di Jalan Soekarno Hatta Kelurahan Tambangan Kecamatan

Padang Hilir Tebing Tinggi, Jumat (12/6).

Kegiatan ini dalam rangka melaksanakan program kerja Darmawanita Persatuan pada bidang sosial yang salah satunya adalah memberikan ban-tuan kepada Panti Asuhan.

Ketua Darmawanita berharap kepada anak-anak panti asuhan agar belajar lebih giat dan me-matuhi peraturan yang sudah diterapkan di pantai asuhan agar menjadi orang pintar dan berguna buat Bangsa dan Negara. “Sebentar lagi kita akan me-masuki bulan suci Ramadhan, saya berharap kepada anak-anak agar berpuasa dan pada malam harinya setelah berbuka dapat mengikuti sholat tarawih dan mengikuti tadarus di mesjid-mesjid”, pesannya.

Kepada pengelola Panti Asuhan Amaliyah, Ketua Darma Wanita juga menyampaikan terima kasih atas pembinaan yang dilakukan selama ini se-hingga anak-anak di sini bisa hidup layak, cerdas dan punya disiplin yang baik, “Semoga pengasuhan yang pengelola lakukan selama ini menjadi ladang amal di akhirat nanti”, katanya.

Bantuan yang diserahkan berupa sembako, beras, minyak goreng, gula, mie instant, telur, susu, sirup dan uang, bantuan tersebut langsung diberikan kepada anak anak panti asuhan tersebut.

(24)

SINERGI

Lensa Pemko

SAFARI RAMADHAN DI MESJID AL-HASANAH

BATU LIMA KECAMATAN BAJENIS

(25)

SINERGI

Lensa Pemko

KUNJUNGAN TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN BUNGO

PROVINSI JAMBI

(26)

SINERGI

Lensa Pemko

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

(27)

SINERGI

KUNJUNGAN TIM PENILAI WAHANA TATA NUGRAHA

(WTN) KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015

DI KOTA TEBING TINGGI.

JUMLING DI KELURAHAN PASAR GAMBIR

(28)

SINERGI

Lensa Pemko

PERINGATAN ISRA’ MI’RAJ PEMKO TEBING TINGGI

DENGAN MENGHADIRKAN USTAD SUBKI

AL-BUGHURY DARI JAKARTA

(29)

SINERGI

Lensa Pemko

(30)
(31)
(32)

SINERGI

Pemko kita

Tebing Tinggi Terima WTP Laporan

Keuangan Dari BPK

SERAHKAN “Kepala Perwakilan BPK Sumut Erwin SH M.Hum menyerahkan penghargaan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) kepada Walikota Ir.H. Umar Zuanidi Hasibuan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2014”.

Dijelaskan Erwin, khusus Sumatera utara hanya beberapa Ka-bupaten Kota yang sudah menye-lesaikan laporannya kepada pihak BPK, apabila Kabupaten Kota men-galami kesulitan dalam membuat laporan, pihak BPK Perwakilan Sumut tetap melakukan pembimb-ingan dalam melaporkan keuangan dan aset daerah. “Seperti Tebing Tinggi, kita berikan langsung mel-akukan eksen. Bisa saja kita tidak memberi WTP, tetapi ini hak pimpi-nan kepala daerah”, ujar Erwin. Menurut Erwin hendaknya beberapa daerah lain menyele-saikan laporannya, karena apa-bila tuntas maka pemerintah pusat akan memberikan reward senilai Rp 30 miliar, dengan penyelesa-ian itu, Kabupaten Kota yang ada di Sumut bisa menerimanya, tetapi apabila Sumut tidak mampu me-nyelesaikannya, kita malu dengan Provinsi lain yang sudah

menyele-saikan laporan keuangan mereka. “Hari ini kita memberikan WTP kepada Pemerintah Kota Medan bersama Ketua DPRD dan kepada Walikota Tebing Tinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan. Sedangkan untuk Kabupaten Simalungun han-ya menerima WDP”, jelas Erwin. Walikota Tebing Tinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan men-gucapkan terima kasih kepada BPK yang telah memberikan ke-percayaan kepada Tebing Tinggi telah menerima WTP dan melaku-kan supervisi serta pemeriksaan. Umar menyatakan mungkin masih ada kebobolan yang tidak bisa di administrasi dengan baik. Semua unsur pimpinan SKPD melaku-kan perubahan dalam adminis-trasi laporan keuangan, apalagi ke depan sistem laporan secara akrual.

“Kedepan kami berjanji akan terus melakukan

perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Memang masalah aset laporan-nya harus benar-benar diperha-tikan dengan baik. Ini pertama Tebing Tinggi menerima WTP dan ini merupakan kado terindah menyambut HUT Pemko Tebing Tinggi ke 98”, senyum Umar.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Tebing Tinggi Mu-hammad Hazly Azhari Hasibuan didampingi H Chairil Mukmin Tambunan memberikan ucapan terimah kasih kepada BPK yang telah memberikan opini WTP ke-pada Kota Tebing Tinggi. Kita memberikan apresiasi tertinggi kepada Walikota dan Wakil Wa-likota yang mampu memberikan terbaik yaitu WTP. “Ini harus bisa dipertahankan ke depan. Ini berkat kerjasama yang baik antara ekse-kutif dan legislatif serta jajaran SKPD yang ada”, terang Hazly.

**. MD

PEMERINTAH

Kota Tebing Tinggi un-tuk pertama kalinya menerima penilaian

Wa-jar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kantor Perwaki -lan Sumut atas Laporan Keuangan

Pemerin-tah Daerah (LKPD) Pemerin-tahun 2014 sesuai den

-gan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

WTP diberikan langsung oleh Kepa-la PerwakiKepa-lan BPK PerwakiKepa-lan Sumut Erwin SH M.Hum kepada Walikota Tebing Tinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan MM didampin-gi Wakil Walikota Ir. H. Oki Doni Siregar di Gedung Kantor Perwakilan BPK Sumut Ja-lan Imam Bonjol Medan. Demikian siaran pers Kabag Humas Pemko Drs Bambang

Su-daryono kepada wartawan, Selasa (23/6).

Dalam kesempatan itu, Erwin men-gatakan yang menerima WTP selain Kota Tebing Tinggi adalah Kota Medan dan Ka-bupaten Simalungun hanya mendapat

Wa-jar Dengan Pengecualian (WDP) karena

(33)

SINERGI

Pemko kita

Pemko Tebing Tinggi ‘Berbagi Kasih’

Ke Panti Asuhan

Walikota Tebing Tinggi Ir .H. Umar Zunaidi Hasibuan. MM bersama Kapolres AKBP Slamet Lousino SIK menyambut Bulan Suci Ramadhan 1436 H dengan ‘berbagi kasih’ kepada anak-anak Panti Asu-han Amaliyah di Jalan Soekarno Hatta KeluraAsu-han Tam-bangan Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi. Bantuan berupa bahan makanan dan minu-man yang diberikan di awal Bulan Ramadhan itu,

Kamis (18/6), diterima langsung pengasuh Panti

Asuhan Amaliyah H. Burhanuddin Harahap bersama anak-anak yatim piatu yang diasuh panti tersebut.

Walikota mengatakan, bantuan yang di-berikan ini merupakan salah satu kepedulian Pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk berbagi ber-sama dengan anak-anak Panti dalam rangka meny-ambut bulan puasa Ramadhan 1436 H, semua kita harus merasakan kegembiraan, tanpa terkecuali.

“Bulan yang penuh berkah ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, untuk memperban-yak ibadah dan bermohon kepada Allah Swt agar kita tetap diberikan kesehatan dan terus men-dapatkan berkahnya setiap melaksanakan tu-gas dan tanggung jawab kita”, imbuh walikota. Kepada anak-anak panti asuhan diharapkan agar tetap melaksanakan ibadah puasa sebaik-baiknya, lakukan sholat berjemaah dan rajin bertadarus, jangan suka mengganggu teman-temannya yang sedang

ber-puasa, lakukanlah aktifitas seperti biasanya. “Melaku -kan Ibadah puasa melatih keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Allah Swt untuk menjalankan perintahn-ya dan hanperintahn-ya diperuntukkan kepadaNperintahn-ya, merupakan bagian dari melatih kejujuran kita”, ujar walikota.

**AY

Referensi

Dokumen terkait

Namun penggunaan varietas baru pada suatu lahan dihadapkan kepada sejumlah permasalahan, diantaranya adalah kemampuan adaptasi tanaman yang rendah sehingga sering

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang menjadi salah

Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai hak akesibiltas yang merupakan bagian dari hak asasi manusia dan ketersediaan jaminan hukum di Indonesia tentang hak

Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi D3 Analis Kesehatan.. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan

Untuk semua teman Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya angkatan 2009 dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dengan

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan penanaman nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-Islam dalam penelitian ini adalah kegiatan dalam

482/PK/Pdt/2014 yang me- menangkan pihak pembeli sedangkan pemilik tanah sesungguhnya hanya diarahkan untuk menuntut penjual dengan meminta hasil penjualan yang dilakukan