• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan dan Regulasi Pengelolaan Sampa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan dan Regulasi Pengelolaan Sampa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan dan Regulasi Pengelolaan Sampah dalam

Penerapan Teknologi Sumber Energi Alternatif Terbarukan

di Kota Palembang

Normaliaty Fithri

Program Studi Teknik Elektro Universitas Bina Darma Email : normaliaty@binadarma.ac.id

Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

Intisari—Pengembangan energi baru terbarukan agar sesegera mungkin direalisasikan dengan penjadwalan/ skenario yang jelas agar sektor industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya. Adanya Kebijakan Nasional yang menetapkan bahwa pada seluruh

wilayah berkatagori “Lumbung Energi” agar segera dibangun pusat-pusat pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya, sehingga Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri melalui pembangunan kawasan industri dapat segera dilaksanakan. Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Palembang merupakan bantuan pemerintah pusat dan diharapkan mampu dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan 500 ton di antaranya masuk ke TPA Sukawinatan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota Palembang. Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai 500 kWH .

Kata kunci—Energi Terbarukan, Sampah, Listrik, PLTSa.

Abstract— The development of renewable energy to be realized as soon as possible by scheduling / scenarios clear that the industrial sector can adjust in technology. The existence of the National Policy specifies that the entire territory Uncategorised "Lumbung Energi" to immediately built centers of power plants and other infrastructure, so that the Regional Development Center Industry Growth through the development of industrial estates can be immediately implemented. The construction of power plants waste (PPW) in Palembang is a central government aid and is expected to be utilized optimally. Production of waste in the city of Palembang reach 800 tonnes per day, and 500 tons of which go into landfill Sukawinatan. Ministry of Energy and Mineral Resources through the Directorate General of New and Renewable Energy Conservation (EBTKE) has built power plants in landfill sites Sukawinatan Palembang. Garbage power plant capable of producing up to 500 kWh of energy.

Keywords Renewable Energy, Waste, Electricity, PPW.

I. PENDAHULUAN

Pengembangan energi alternatif terbarukan terutama dari hasil pengolahan sampah perkotaan memerlukan program yang tepat dan pendanaan yang jelas. Energi alternatif terbarukan masih bersifat komplementer, ke depan harus lebih diarahkan dapat menjadi pengganti energi yang bersumber dari fosil. Perlu dikembangkan teknologi Bio-Drying yang mudah dan murah untuk diaplikasikan di Kabupaten/Kota.

Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) agar sesegera mungkin direalisasikan dengan penjadwalan/skenario yang jelas agar sektor industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya.

Adanya Kebijakan Nasional yang menetapkan bahwa pada seluruh wilayah

berkatagori “Lumbung Energi” agar segera

dibangun pusat-pusat pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya, sehingga Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri melalui

pembangunan kawasan industri dapat segera dilaksanakan. Langkah-langkah Grand Strategi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO 2 di sektor industri (2010-2020).

Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Palembang merupakan bantuan pemerintah pusat dan diharapkan mampu dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan 500 ton di antaranya masuk ke TPA Sukawinatan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota Palembang. Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai 500 kWH .

(2)

dikomisioning tahun 2016. Ini merupakan kewajiban Walikota Palembang untuk menunjuk BUMD pengolahan PLTSa Sukawinatan sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM nomor 10 tahun 2012. Prosedurnya walikota harus menetapkan BUMD selaku pengelola PLTSa saat ini.

BUMD yang ditunjuk untuk pengelolaan PLTSa Sukawinatan adalah PT. SP2J. Terkati hal PT. SP2J harus segera melengkapi administrasi sesuai dengan Permen ESDM nomor 44 tahun 2015 terkait pembelian fitinventarif PLTSa.

PT. SP2J akan melakukan perjanjian jual beli listrik (PJBL) dengan pihak PLN. Dari hasil rapat sudah disepakati bahwa PT. SP2J akan melengkapi apa saja yang kurang dari komponen pembangunannya dan PT. SP2J sudah menyatakan siap untuk memelihara dan mengelolanya.

Diharapkan PLTSa di Palembang akan berkembang sesuai dengan Perpres 18 nomor 2016. Sukawinatan adalah projek pertama pembangunan PLTSa yang mengunakan teknologi pengolahan sanitari renvile (methan capture).

Kementerian ESDM melalui Pemerintah Kota Palembang (25 Mei 2016) dalam pengelolaan PLTSa sukawinatan bukan berarti PLTSa tersebut langsung bisa beroperasi dan membagikan energi listrik yang dihasilkannya kepada masyarakat kota Palembang. Masih terdapat beberapa item yang harus ditambah, seperti Blackstart untuk menghidupkan cubical meeting dan study interkoneksi.

Dasar Teori

Pentingnya pengembangan energi terbarukan Konsumsi energi akhir di Indonesia didominasi oleh minyak, diikuti oleh gas, batubara dan energi hidro, dan sepertinya impor minyak dan produk petroleum akan meningkat untuk memenuhi meningkatnya permintaan domestik. Dengan pertumbuhan konsumsi yang cepat, diperkirakan bahwa tanpa sumber daya energi yang baru dan upaya efisiensi energi, Indonesia dapat menjadi importir minyak murni dalam waktu dekat. Untuk mengurangi pangsa bahan bakar fosil, terutama untuk pembangkit listrik, pemerintah

telah berinisiatif untuk meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan.

Tabel 1. menunjukkan status potensial dari energi fosil di Indonesia.

Penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi pedesaan di Indonesia berpotensi, karena ribuan pulau dari kepulauan membuatnya sulit untuk membangun sistim distribusi listrik yang saling terhubung, baik secara fisik maupun secara finansial. Oleh karena itu, desentralisasi listrik pedesaan dapat menjadi pilihan terbaik.

Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia

Potensi sumber energi terbarukan di Indonesia meliputi 4,8 KWh/m2/hari energi surya, 458 MW energi mini/mikro hidro, 49.81 GW Biomassa, 3-6 M/detik tenaga angin, dan 3 GW nuklir (cadangan uranium). Indonesia juga memiliki sumber energi hidro yang besar dengan total potensial diperkirakan 75.67 GW (Tabel 2). Walaupun potensi dari energi terbarukan seperti biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan energi lautan relatif tinggi, namun tidak digunakan secara signifikan, yakni kurang dari 4% pada tahun 2007.

Tabel 2. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia

(3)

dengan meningkatkan pangsa dari sumber energi yang lain seperti energi terbarukan. Indonesia telah menargetkan untuk memenuhi pangsa dari energi terbarukan sampai dengan 17% pada tahun 2025, seperti yang dinyatakan dalam Cetak Biru Program Penerapan Energi Nasional 2007-2025 (ESDM, 2007).

Pengembangan Teknologi Energi terbarukan Teknologi energi terbarukan yang telah dikembangkan secara signifikan ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah teknologi yang memasuki pasar komersial. Beberapa teknologi energi yang menggunakan biomassa, panas bumi, dan energi hidro telah mencapai tahap komersial, dimana mereka dapat digunakan untuk elektrifikasi pedesaan. Komponen mikro hidro seperti turbin, alat pengatur, dan peralatan listrik sekarang ini telah dibuat dengan kandungan lokal yang tinggi. Walaupun tidak semuanya diproduksi secara lokal, modul photovoltaic telah dirakit secara lokal. Pemanas air dengan panas surya dan pengering tenaga surya juga dibuat secara lokal. Perlengkapan pengering tenaga surya untuk produk pertanian telah berada dalam tahap fabrikasi. Penghasil gas biomassa telah diproduksi secara komersial di Indonesia. Komponen Sistem Konversi Energi Angin Skala Kecil kecuali generator sekarang dapat diproduksi secara lokal. Tetapi, keandalan dan efisiensi teknologi tersebut perlu ditingkatkan (Pratomo,2004).

Kendala Dalam Pemanfaatan Energi Terbarukan

Pengembangan dari penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi pedesaan mengalami sejumlah hambatan dikarenakan : (1) Kebijakan Pemerintah terhadap bahan bakar fosil.

(2) Energi terbarukan pada umumnya membutuhkan investasi awal yang tinggi.

(3) Tidak ada pinjaman lunak jangka panjang dari Bank / Lembaga keuangan lokal.

(4) Kurangnya data dan infrastruktur penunjang.

(5) Sumber daya energi terbarukan pada umumnya bersifat intermittent (PLN, 2009). Dari aspek teknis, makin banyak komponen dari teknologi energi terbarukan yang kini dapat diproduksi secara lokal di Indonesia, seperti pembangkit tenaga mikro hidro dan biomassa skala kecil. Akan tetapi, pemakaian energi surya (contoh modul PV) dan sistem energi angin masih membawa kandungan import yang tinggi.

Beberapa kendala dalam pemanfaatan ET adalah:

a. Dari aspek teknologi, hambatan utama adalah sering ditemukan rendahnya kualitas teknologi ET sehingga banyak menimbulkan kegagalan. Selain itu, masih ditemukan ketidaksesuaian antara teknologi ET dengan kondisi sosial, geografi dan ekonomi masyarakat.

b. Harga teknologi ET yang belum kompetitif dibanding energi konvensional juga menghambat laju perkembangan pemanfaatan ET.

c. Terbatasnya informasi mengenai teknologi ET yang dimiliki masyarakat perdesaan juga menghambat pertumbuhan teknologi ET.

d. Kurangnya tenaga teknis di lapangan sehingga menyulitkan perawatan setelah pemasangan (layanan purna jual)

Kebijakan dan peraturan terkait dengan pengembangan energi terbarukan

Dasar dari pengembangan energi terbarukan seperti yang dinyatakan dalam Blue Print Pengelolaan Energi Nasional adalah target Pemerintah untuk meningkatkan peranan energi terbarukan dalam total bauran energi nasional dari kurang dari 4% pada tahun 2006 menjadi 17% pada tahun 2025. Dalam mencapai target, Pemerintah telah memberlakukan peraturan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan di Indonesia dan beberapa peraturan lainnya yang sedang diformulasikan.

(4)

1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2006 mengenai kebijakan energi nasional.

2. Instruksi Presiden No.1/2006 dan No.2/2006 pada penyediaan dan implementasi bahan bakar bio dan batubara cair.

3. Kebijakan Hijau Energi (Keputusan Menteri No.2/2004).

4. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 mengenai Energi.

5. Undang-undang Nomor 15 tahun 1985 mengenai Ketenagalistrikan

6. Peraturan mengenai Penyediaan dan Pemanfaatan Listrik (Peraturan Pemerintah No.26/2006). Sebagai revisi dari Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1989 untuk mengamankan listrik nasional.

7. Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2009 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Listrik Peraturan Pemerintah mengenai penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik Peraturan Pemerintah No.10/1989 direvisi ke Peraturan Pemerintah No.03/2005 dan No.26/2006 mengenai penyediaan dan pemanfaatan listrik diterbitkan untuk melaksanakan diversikasi sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik, khususnya beralih dari bahan bakar minyak ke bahan bakar non-minyak, termasuk pemanfaatan energi terbarukan.

Dalam hubungannya dengan pengembangan energi terbarukan, peraturan tersebut mengharuskan Pemerintah untuk memprioritaskan pemakaian sumber daya energi terbarukan yang ada secara lokal untuk penghasil listrik; dan proses pembelian diterapkan melalui pemilihan langsung (tanpa tender).

Undang-undang No.30/2007 Tentang Energi Menurut Undang-undang No.30/2007, energi akan dikelola di bawah prinsip penggunaan yang menguntungkan, rasionalitas, efisiensi yang adil,peningkatan nilai tambah, keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pengawetan fungsi lingkungan, ketahanan nasional, dan integritas dengan memprioritaskan kemampuan nasional.

Penetapan dan penggunaan energi menurut Undang-undang ini diatur sebagai berikut :

1. Energi akan dibuat tersedia melalui : inventarisasi sumber daya energi; meningkatkan cadangan energi;

mengembangkan keseimbangan energi; membuat variasi, melestarikan, dan mengintensifkan sumber daya energi dan energi; dan menjamin bahwa sumber daya energi dan energi didistribusikan, dihantarkan, dan disimpan dengan baik.

Gambar 1.Target Energi Mix Nasional 2025 (Peraturan Pemerintah No.5/2006 Terhadap Kebijakan Energi Nasional)

2. Prioritas untuk penyediaan energi oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah akan diberikan pada daerah yang dalam pengembangan, daerah terpencil, dan daerah pedesaan dengan memakai sumber daya energi lokal, khususnya sumber daya energi terbarukan. 3. Daerah yang memproduksi sumber daya energi akan diprioritaskan untuk memperoleh energi dari sumber energi lokal.

(5)

Pasal 20 ayat (5) menyebutkan:

Penyediaan energi dari sumber energi baru dan sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh badan usaha, bentuk usaha tetap, dan perseorangan dapat memperoleh kemudahan dan/atau insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu tertentu. Jenis Teknologi Energi Terbarukan PLTSa

Definisi Sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Dampak Negatif Keberadaan Sampah

Pengelolaan sampah yang tidak dilakukan secara sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan akan dapat menimbulkan berbagai dampak yang negatif. Menurut Gelbert dkk (dalam Faizah, 2008) dampak tersebut yang akan ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Dampak terhadap kesehatan adalah merupakan tempat berkembang biaknya organisme yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan dan tumbuhan yang akan dikonsumsi oleh manusia.

b. Dampak terhadap lingkungan yaitu, mati atau punahnya flora dan fauna serta menyebabkan kerusakan pada unsur-unsur alam seperti terumbu karang, tanah, perairan hingga lapizan ozon.

c. Dampak terhadap sosial ekonomi, bisa menyebabkan bau busuk (polusi udara), pemandangan buruk yang sekaligus berdampak negatif terhadap pariwisata serta bencana seperti banjir.

Manfaat Gas Yang Dihasilkan Dari Sampah Pemanfaatan gas yang dihasilkan sampah yang diperoleh dari tempat pembuangan akhir (TPA) untuk energi menawarkan beberapa keuntungan secara signifikan pada lingkungan, ekonomi dan energi. Keuntungan ini memberikan nilai tambah pada pemilik landfill, pembeli dan pengguna energi serta masyarakat disekeliling TPA.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Kajian Kebijakan dan Regulasi Metode Analisis Data

Data yang sudah didapat selanjutnya dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data tersebut. Data kebijakan yang akan dianalisis adalah :

Kebijakan Energi Menurut UU No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi Pasal 20 ayat (5) menyebutkan:

Penyediaan energi dari sumber energi baru dan

sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh

badan usaha, bentuk usaha tetap, dan

perseorangan dapat memperoleh kemudahan

dan/atau insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu tertentu hingga tercapai nilai

keekonorniannya.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Diagram Blok

(6)

Kebijakan Energi Nasional terdiri dari: 1. Kebijakan utama meliputi:

 Ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional;

 Prioritas pengembangan energi;

 Pemanfaatan sumber daya energi nasional;

 Cadangan energi nasional.

2. Kebijakan pendukung meliputi:

 Konservasi dan diversifikasi energi;

 Lingkungan dan keselamatan;

 Harga, subsidi dan insentif energi;

 Infrastruktur, akses masyarakat dan industri energi;

 Penelitian dan pengembangan energi; dan

 Kelembagaan dan pendanaan.

Kebijakan energi nasional adalah kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan

lingkungan guna terciptanya kemandirian dan

ketahanan energi nasional .

Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.

Gambar 3. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia

STRATEGI Penanganan Sampah :

1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan pengelolaan sampah.

2. Pengembangan dan optimalisasi kegiatan pengolahan sampah.

3. Pengembangan dan optimalisasi industri daur ulang dan industri kompos.

4. Pengembangan TPA yang berwawasan lingkungan.

5. Pengembangan ilmu dan teknologi pengolahan sampah

6. tepat guna yang berwawasan lingkungan (environmentally sound technology/EST). 7. Pengembangan TPA Regional.

8. Pengembangan kemitraan dengan sektor bisnis.

Pemanfaatan Sampah :

- Optimalisasi pemanfaatan kompos.

- Optimalisasi pemanfaatan produk daur ulang. - Pengembangan pemanfaatan sampah untuk

energi alternative (waste to energy).

- Pengembangan kemitraan dengan sektor bisnis. - Pengembangan teknologi pemanfaatan sampah

yang berwawasan lingkungan

Gambar 4. Target Bauran Energi Tahun 2025

Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) TPA Sukawinatan di Palembang

Pengembangan energi baru terbarukan agar sesegera mungkin direalisasikan dengan penjadwalan/ skenario yang jelas agar sektor industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya. Adanya Kebijakan Nasional yang menetapkan

bahwa pada seluruh wilayah berkatagori “Lumbung

(7)

pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya, sehingga Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri melalui pembangunan kawasan industri dapat segera dilaksanakan. Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Palembang merupakan bantuan pemerintah pusat dan diharapkan mampu dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan 500 ton di antaranya masuk ke TPA Sukawinatan.

Gambar 5. PLTSa Sukawinatan Palembang

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota Palembang. Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai 500 kWH .

Diprediksi sampah Sukawinatan bisa menghasilkan 12 nmh3/h di setiap sumurnya, dengan kalkulasi 50 sumur dapat menghasilkan 600 nmh3/h. Pemanfaatan sampah menjadi energi listrik ini pertama kali di Indonesia. Sudah 50 sumur bor yang terpasang pipa ke mesin engine, sehingga diperkirakan mampu menghasilkan gas metan 600nmh3/h.

Trois Dilisusendi, Kasi Analisa dan Evaluasi Program Bioenergi Dirjen MPTKI mengungkapkan PLTSa Sukawinatan ini dibangun pada 2014 dan dikomisioning tahun 2016. Ini merupakan kewajiban Walikota Palembang untuk menunjuk BUMD pengolahan PLTSa Sukawinatan

sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM nomor 10 tahun 2012. Walikota Palembang sendiri telah mengusulkan untuk segera mengoperasikan

dan memelihara PLTSa. “Prosedurnya walikota

harus menetapkan BUMD selaku pengelola PLTSa saat ini.

BUMD yang ditunjuk untuk pengelolaan PLTSa Sukawinatan adalah PT. SP2J. Terkati hal ini. PT. SP2J harus segera melengkapi administrasi sesuai dengan Permen ESDM nomor 44 tahun 2015 terkait pembelian fitinventarif PLTSa. PLTSa dapat menambah daya ke PLN sebesar 500kw dialirkan dari PLTSa ke gardu induk PLN.

Gambar 6. Skema PLTSa Sukawinatan Palembang

Proses Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Proses Kerja PLTsa terdapat dua macam yaitu: Proses pembakaran (the rmal) dan proses teknologi fermentasi metana (gasifikasi).

a. Proses pembakaran

PLTSa dengan proses pembakaran menggunakan proses konversi thermal dalam mengolah sampah menjadi energi

b. Teknologi fermentasi metana

(8)

Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan dari proses dekomposisi dari timbunan sampah yang terdiri dari unsur 50% metan (CH 4 ), 50% karbon dioksida (CO 2 ) dan <1% non-methane organic compound (NMOCs). LFG harus dikontrol dan dikelola dengan baik karena, jika hal tersebut tidak dilakukan dapat menimbulkan smog (kabut gas beracun), pemanasan global dan kemungkinan terjadi ledakan gas, sistem sanitary landfill dilakukan dengan cara memasukkan sampah kedalam lubang selanjutnya diratakan dan dipadatkan kemudian ditutup dengan tanah yang gembur demikian seterusnya hingga menbentuk lapisan- lapisan.

IV.ANALISA

Peraturan Presiden No.18 Tahun 2016 tentang percepatan Pembangkit Listrik Berbasis sampah. ( Mengatur mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sampah menjadi energi melalui pembangunan PLTSa.

Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Besaran Tipping Fee yang akan diberikan Pemerintah Daerah ke Pengembang (Perusahaan yang membangun PLTSa) melalui Skema Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik yang akan diberikan oleh Pemerintah Pusat.

Dalam Perpres No.18 Tahun 2016 ditetapkan bahwa kota yang membuat PLTSa harus memenuhi beberapa persayaratan teknis seperti jumlah sampah yang masuk ke TPA sebesar 1.000 ton/hari, lahan harus tersedia, studi kelayakan dan Dokumen Lingkungan (UKL/UOL atau AMDAL).

Potensi listrik (Energi) yang dapat dihasilkan dari 1.000 ton/hari adalah 10-15 MW/Hari.

Teknologi Pengelolahan Sampah menjadi Energi antara lain sebagai berikut :

1. Insinerator 2. Plasmolisis 3. Gasifikasi

4. Plasma gasifikasi 5. Pirolisis

6. Refuse Derivied Fuel (RDF)

V. KESIMPULAN

 Target penuruan emisi sebesar 29% pada tahun 2030 melalui BAU dan 41 % dengan bantuan internasional, dari segi energi mengkodisikan bauran energi dalam upaya penurunan emisi dengan memanfaatkan Energi baru terbarukan sebesar 23 % pada tahun 2025 yang didalamnya juga termasuk sampah menjadi energi atay PLTSa (Pembangkit Listik Tenaga Sampah).

 Regulasi agar pemanfaatan sampah menjadi energi sudah dilakukan antara lain :

- Peraturan Presiden No.18 Tahun 2016 tentang percepatan Pembangkit Listrik Berbasis sampah. ( Mengatur mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sampah menjadi energi melalui pembangunan PLTSa.

- Peraturan Presiden No.38 Tahun 2015 Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. (Melaui Skema Kerjasama ini akan Tipping Fee dapat dilaksanakan san AVS (Avaubality Paymeny Schemes) Berbasis Sampah Kota (mengatur mengenai harga pembelian listrik (Feed in tariff) PLT berbasis sampah kota.

 Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Besaran Tipping Fee yang akan diberikan Pemerintah Daerah ke Pengembang (Perusahaan yang membangun PLTSa) melalui Skema Dana Pengelolaan Sampah Dalam Penerapan Teknologi Sumber Energi Alternatif Terbarukan, Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

[3] Nofri Dod dan Syafii, 2015, Studi Kajian Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (Pltsa) Kota Padang, Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 4, No. 2; Juli 2015.

[4] Raden mohd. Solehin, Rmol sumsel.com, jum'at, 07 oktober 2016 , [5] Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008,

Gambar

Gambar 1.Target Energi Mix Nasional 2025 (Peraturan Pemerintah No.5/2006 Terhadap Kebijakan Energi Nasional)
Gambar 2. Blok Diagram Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
Gambar 4. Target Bauran Energi Tahun 2025
Gambar 5. PLTSa Sukawinatan Palembang

Referensi

Dokumen terkait

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI.. JALAN JENDERAL GATOT

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI.. JALAN JENDERAL GATOT

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.. Prosedur Pengajuan Izin Usaha

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.. Laporan Standar Nasional Indonesia

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.. Laporan Penggunaan Energi untuk Industri dan Bangunan Yang

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL.

Sehubungan dengan hal tersebut Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (Ditjen EBTKE KESDM)