MAKALAH
LABA ATAS TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN- PERSEDIAAN
Disusun Oleh
Kelompok 1
Fandi Baskoro
(1603501033)
Septiana Dwi Kartika
(1603501040)
Tiara aulia Bakti
(1603501003)
Wilian Arya Yoga
(1603501043)
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan
makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai “HUTANG LANCAR,
KONTINJENSI DAN PROVISI”
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Ibu MARIA SURYANINGSIH SE, M.Ak
yang telah membantu dan membimbing dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman - teman yang juga sudah memberi arahan, baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih
memahami lagi tentang hutang lancar, kontijensi, dan provisiuntukmemperlancar proses
pembelajaran.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, mohon maaf
jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Harapan kami semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Jakarta, 25 Januari 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...1
BAB I...3
PENDAHULUAN...3
Latar Belakang
...3
Rumusan Masalah
...3
Tujuan Makalah
...3
BAB II...4
PEMBAHASAN...4
LABA ATAS TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN- PERSEDIAAN
...4
2.1.1 Eliminasi Pembelian dan Penjualan Antar Perusahaan...4
2.1.2 Eliminasi Laba yang Belum Realisasi dalam Persediaan Akhir...5
2.2 Pengakuan Laba yang Belum Direalisasi dalam Persediaan Awal...8
2.3 PENJUALAN DOWN STREAM (ARUS KE BAWAH) DAN UPSTREAM (ARUS KE ATAS)..10
2.4 PENANGGUHAN LABA ANTARPERUSAHAAN DALAM PERIODE PENJUALAN
ANTARPERUSAHAAN...10
2.5 PENGAKUAN LABA ANTARPERUSAHAAN ATAS PENJUALAN KEPADA ENTITAS LUAR.12
2.6 LABA YANG BELUM DIREALISASI DARI PENJUALAN UPSTREAM...14
2.7 Penangguhan Laba Antar Perusahaan Dalam Periode Penjualan Antar Perusahaan14
BAB III...17
PENUTUP...17
DAFTAR PUSTAKA...17
BAB I
Latar Belakang
Laporan keuangan konsolidasi perusahaan induk dan perusahaan anak yang didalamnya
terdapat transaksi persediaan antar perusahaan afiliasi. Laporan konsolidasi dibuat untuk
menunjukkan posisi keuangan dan hasil operasi dari dua atau lebih perusahaan afilasi
seolah-olah perusahaan tersebut merupakan satu perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh transaksi
antar perusahaan afiliasi harus dieliminasi dari laporan keuangan konsolidasi.
Transaksi antar perusahaan mengakibatkan saldo akun resiprokal pada buku perusahaan
afiliasi. Contohnya, transaksi penjualan antar perusahaan menimbulkan saldo resiprokal
penjualan dan pembelian (atau harga pokok penjualan) dan juga piutang dan hutang usaha
resiprokal. Oleh karena transaksi antar perusahaan ini adalah transaksi internal perusahaan
dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, maka pengaruhnya harus dieliminasi dalam
proses konsolidasi. Selain saldo akun resiprokal, keuntungan dan kerugian dari transaksi
antar perusahaan juga harus dieliminasi sampai terjual kepada pihak-pihak di luar entitas
yang dikonsolidasikan. Seperti disebutkan dalam Accounting Research Bulletin (ARB) No.
51, laporan konsolidasi “tidak boleh memasukkan keuntungan atau kerugian transaksi antar
perusahaan didalam grup sehingga laba atau rugi yang terjadi harus dieliminasi; konsep yang
biasanya diterapkan untuk tujuan ini adalah laba atau rugi kotor (bruto)”.
Rumusan Masalah
Transaksi persediaan antar perusahaan
Penjualan arus kebawah dan arus ke atas
Konsep laba yang belum direalisasi persediaan akhir
Konsep realisasi laba persediaan awal
Kertas kerja laporan keuangan konsolidasi
Tujuan Makalah
Menjelaskan transaksi persediaan antar perusahaan
Menjelaskan penjualan arus kebawah dan arus ke atas
Menjelaskan konsep laba yang belum direalisasi persediaan akhir
Menjelaskan konsep realisasi laba persediaan awal
Menjelaskan kertas kerja laporan keuangan konsolidasi
BAB II
LABA ATAS TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN- PERSEDIAAN
2.1 TRANSAKSI PERSEDIAAN ANTAR PERUSAHAAN
Pendapatan diakui ketika pendapatan tersebut direalisasi, yaitu ketika pendapatan tersebut diperoleh. Dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, pendapatan yang diperoleh harus berasal dari penjualan kepada entitas luar (pihak luar). Pendapatan atas penjualan antara perusahaan-perusahaan afiliasi tidak dapat diakui sampai barang tersebut dijual keluar dari entitas yang dikonsolidasikan.
2.1.1 Eliminasi Pembelian dan Penjualan Antar Perusahaan
Penjualan dan pembelian antar perusahaan afiliasi dieliminasi dalam proses konsolidasi untuk melaporkan penjualan dan pembelian (atau harga pokok penjualan) kepada entitas luar. Berikut contoh transaksi eliminasi pembelian dan penjualan antarperusahaan afiliasi.
Contoh Kasus 1,
Fren Corporation mendirikan sebuah anak perusahaan, Smart Company pada tahun 2006 untuk menjual lini produk Fren Corporation. Semua pembelian Smart berasal dari Fren dengan harga 20% di atas harga perolehan Fren. Selama tahun 2003 Fren membeli barang dagang dari entitas lain sebanyak Rp 20.000.000 dan menjual barang dagangan senilai Rp 20.000.000 tersebut kepada Smart dengan harga Rp 24.000.000, dan Smart menjual semua barang dagangannya pada para pelanggannya dengan harga Rp 30.000.000, ayat jurnal yang berhubungan dengan barang dagangan dicatat dengan buku terpisah Fren dan Smart adalah sebagai berikut:
PEMBUKUAN FREN ( dalam ribuan )
Persediaan (+A)
Hutang dagang (+L)
Untuk mencatat pembelian kredit dari entitas lain
Rp 20.000
Rp 20.000
Piutang Usaha – Smart (+A)
Penjualan (R, +SE)
Untuk mencatat penjualan antar perusahaan kepada Smart
Rp 24.000
Rp 24.000
Harga pokok penjualan (E, -SE)
Persediaan (-A)
Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada Smart
Rp 20.000
Rp 20.000
Persediaan (+A)
Pada akhir tahun 2006, penjualan Fren termasuk yang dijual ke Smart, adalah Rp 24.000.000 dan harga pokok penjualannya termasuk harga barang dagangan yang ditransfer ke Smart sebesar Rp 20.000.000. Penjualan Smart termasuk penjualan barang dagang kepada entitas lain, Rp 30.000.000 dan harga pokok penjualannya sebesar Rp 24.000.000. Karena Fren dan Smart dianggap sebagai entitas tunggal untuk tujuan pelaporan, penjualan dan harga pokok penjualan gabungan disajikan terlalu besar sejumlah Rp 24.000.000. Kelebihan tersebut dieliminasi dalam kertas kerja konsolidasi. Eliminasi kertas kerja adalah sebagai berikut: (dalam ribuan)
Fren 100%
Eliminasi kertas kerja tidak mempengaruhi laba bersih konsolidasi karena jumlah eliminasi penjualan dan harga pokok penjualan adalah sama, dan gabungan laba bruto sama dengan laba bruto konsolidasi. Selain eliminasi pos laba untuk perusahaan, eliminasi piutang dan hutang antar perusahaan harus dilakukan dalam proses konsolidasi.
2.1.2 Eliminasi Laba yang Belum Realisasi dalam Persediaan Akhir
Entitas konsolidasi merealisasikan dan mengakui laba atas penjualan antar perusahaan afiliasi pada saat barang dijual kepada entitas luar. Persediaan akhir perusahaan afiliasi pembeli mencerminkan laba dan rugi atas penjualan antar perusahaan karena persediaan tersebut lebih mencerminkan harga transfer perusahaan. Contoh transaksi eliminasi laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir masih melanjutkan kasus 1 diatas.
Contoh Kasus 2,
menjual barang dagangnya sebanyak Rp 30.000.000 kepada para pelanggannya dengan harga Rp 37.500.000. Ayat jurnal yang berhubungan dengan transfer barang dagang antar perusahaan selama tahun 2007 adalah sebagai berikut:
PEMBUKUAN FREN ( dalam ribuan )
Persediaan (+A)
Hutang dagang (+L)
Untuk mencatat pembelian kredit dari entitas lain
Rp 30.000
Rp 30.000
Piutang Usaha – Smart (+A)
Penjualan (R, +SE)
Untuk mencatat penjualan kepada Smart
Rp 36.000
Rp 36.000
Harga pokok penjualan (E, -SE)
Persediaan (-A)
Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada Smart
Rp 30.000
Rp 30.000
PEMBUKUAN SMART ( dalam ribuan )
Persediaan (+A)
Hutang dagang (+L)
Untuk mencatat pembelian antarperusahaan dari Fren
Rp 36.000
Rp 36.000
Piutang Usaha (+A)
Penjualan (R, +SE)
Untuk mencatat penjualan kepada entitas lain
Rp 37.500
Rp 37.500
Harga pokok penjualan (E, -SE)
Persediaan (-A)
Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada entitas lain
Rp 30.000
Rp 30.000
dagangan yang diperoleh Fren. Hal ini sama dengan Rp 30.000.000/Rp 36.000.000 atau 5/6. Sisa barang dagang yang diperoleh dari Fren tahun 2007 tetap ada dalam persediaan Smart pada tanggal 31 Desember 2007 dengan harga transfer Rp 6.000.000, termasuk laba yang belum direalisasi sebesar Rp 1.000.000 ( berasal dari sisa laba 1/6 x Rp 6.000.000).
Jurnal eliminasi dalam kertas kerja oleh Fren Corporation adalah sebagai berikut :
Penjualan resiprokal (dari Fren ke Smart), yaitu penjualan sebesar Rp 36.000.000
Jurnal eliminasi yang dibuat :
Penjualan Rp 36.000.000
Harga pokok penjualan Rp 36.000.000
Laba yang belum direalisasi, pada persediaan akhir tahun masih tersisa sebesar Rp 1.000.000 ( 1/6 dari harga transfer Rp 6.000.000)
Jurnal eliminasi yang dibuat :
Harga pokok penjualan Rp 1.000.000
Persediaan Rp 1.000.000
Kertas kerja eliminasi yang dibuat oleh Fren tahun 2007 sebagai berikut :
(dalam ribuan)
Debit harga pokok penjualan pada jurnal eliminasi diatas mengurangi laba dengan peningkatan harga pokok penjualan konsolidasi, dan kredit mengurangi nilai persediaan dari harga transfer antar perusahaan menjadi harga perolehan. Dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, persediaan akhir Smart disajikan terlalu besar sejumlah laba yang belum direalisasi Rp 1.000.000 Oleh karena persediaan akhir yang disajikan terlalu besar menyebabkan harga pokok penjualan terlalu rendah dan laba bruto menjadi terlalu tinggi, kesalahan tersebut diperbaiki dengan ayat jurnal kertas kerja b, yang menambah (debit) harga pokok penjualan dan mengurangi (kredit) persediaan akhir yang disajikan terlalu besar tersebut. Ayat jurnal eliminasi ini mengurangi laba bruto konsolidasi sebesar Rp 1.000.000 ( pengaruh pada laporan laba rugi) dan persediaan akhir konsolidasi sebesar Rp 1.000.000 (pengaruh pada neraca).
dengan laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir sebesar Rp 1.000.000, karenanya , akun investasi pada Smart juga akan dikurangi sebesar Rp 1.000.000.
2.2 Pengakuan Laba yang Belum Direalisasi dalam Persediaan Awal
Laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir akan direalisasi ketika barang dagang dijual kepada pihak diluar entitas konsolidasi. Realisasi terjadi pada periode fiskal berikutnya, sehingga pengakuan ditunda sampai tahun berikutnya. Pengakuan laba yang belum direalisasi mengharuskan kredit pada harga pokok penjualan pada kertas kerja karena jumlah persediaan tercermin dalam harga pokok penjualan jika sistem perpetual yang digunakan. Berikut ini contoh kasus untuk transaksi pengakuan laba yang belum direalisasi pada persediaan awal. Contoh transaksi masih melanjutkan kasus 1 dan 2 diatas.
Contoh kasus 3,
Selamatahun 2008 Fren Corporation menjualbarangdagangsenilaiRp 40.000.000 kepada Smart Company denganhargaRp 48.000.000 dan Smart menjual 75% daribarangdagangtersebut denganhargaRp 45.000.000, Smart jugamenjualbarangdagangdaripersediaanawalnya (hargaperolehanRp 6.000.000) kepada para pelanggannyadenganhargaRp 7.500.000. ayatjurnal yang berhubungandenganbarangdagang yang ditransfPEMBUKUAN FREN ( dalam ribuan )
Persediaan (+A)
Hutang dagang (+L)
Untuk mencatat pembelian kredit dari entitas lain
Rp 40.000
Rp 40.000
Piutang Usaha – Smart (+A)
Penjualan (R, +SE)
Untuk mencatat penjualan kepada Smart
Rp 48.000
Rp 48.000
Harga pokok penjualan (E, -SE)
Persediaan (-A)
Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada Smart
Rp 40.000
Rp 40.000
PEMBUKUAN SMART ( dalam ribuan )
Persediaan (+A)
Hutang dagang (+L)
Untuk mencatat pembelian antarperusahaan dari Fren
Rp 48.000
Rp 48.000
Piutang Usaha (+A)
Penjualan (R, +SE)
Rp 52.500
Untuk mencatat penjualan kepada entitas lain sebesar Rp 45.000.000 dan 7.500.000
Harga pokok penjualan (E, -SE)
Persediaan (-A)
Untuk m encatat harga pokok penjualan kepada entitas lain (harga transfer Rp 48.000.000 x 75% yang dijual dan Rp 6.000.000 dari persediaan awal)
Rp 42.000
Rp 42.000
a) Transaksi penjualan dan pembelian oleh Fren dan Smart sebagai entitas konsolidasi berakibat pada akhir tahun 2008, Smart masih memiliki persediaan akhir sebesar 25% yaitu sebesar Rp 12.000.000 (Rp 48.000.000 x 25%) karena Smart baru menjual barang dagangan yang dibeli dari Fren sebanyak 75%. Persediaan akhir Smart tahun 2008 termasuk laba yang belum direalisasi sebesar Rp 2.000.000 {Rp 12.000.000 – (Rp 12.000.000/1,2 harga transfer)} atau nilai persediaan akhir harga transfer (fren) Rp 10.000.000.
Ayat jurnal yang dibuat oleh Fren untuk mengeliminasi transaksi resiprokal dan mengakui laba yang sebelumnya ditangguhkan dari persedian awal tahun adalah sebagai berikut :
a. Mengeliminasi transaksi penjualan dan pembelian antarperusahaan
Jurnal yang dibuat :
Penjualan Rp 48.000.000
Harga pokok penjualan Rp 48.000.000
b. Mengakui laba dari persediaan awal yang sebelumnya ditangguhkan
Jurnal yang dibuat :
Investasi dalam Smart Rp 1.000.000
Harga pokok penjualan Rp 1.000.000
c. Mengeliminasi laba antarperusahaan pada persediaan akhir (laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir
Jurnal yang dibuat :
Harga pokok penjualan Rp 2.000.000
Persediaan Rp 2.000.000
(dalam ribuan)
Ayat jurnal kertas kerja a dan c pada dasarnya sama seperti ayat jurnal untuk tahun 2007. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi pembelian dan penjualan antar perusahaan dan menangguhkan laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir. Dari sudut pandang konsolidasi, kelebihan persediaan awal sebesar Rp 1.000.000 menyebabkan harga pokok penjualan dalam tahun 2008 menjadi terlalu besar. Ayat jurnal b mengakui laba yang sebelumnya ditangguhkan (tahun 2007) dengan mengurangi harga pokok penjualan konsolidasi dan karenanya meningkatkan laba bruto konsolidasi. Debit akun investasi dalam Smart merupakan penyesuaian untuk ayat jurnal konsolidasi satu baris yang mengurangi akun investasi pada Smart tahun 2007 untuk menangguhkan laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir tersebut. Contoh tersebut diatas tidak mencakup pengaruh transaksi persediaan antar perusahaan terhadap perhitungan hak minoritas atau terhadap akuntansi perusahaan induk menurut metodee ekuitas.
2.3 PENJUALAN DOWN STREAM (ARUS KE BAWAH) DAN UPSTREAM (ARUS
KE ATAS)
Penjualan oleh perusahaan induk kepada perusahaan anaknya akan meningkatkan penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor perusahaan induk tetapi tidak mempengaruhi laba perusahaan anak sampai barang dagang tersebut dijual kepada entitas luar. Berikut ini akan diilustrasikan penangguhan laba antar perusahaan atau laba yang belum direalisasi atas penjualan downstream.
2.4 PENANGGUHAN LABA ANTARPERUSAHAAN DALAM PERIODE
PENJUALAN ANTARPERUSAHAAN
Park Corporation mempunyai 90% saham berhak suara Sori Corporation. Laporan laba rugi terpisah Park dan Sori untuk tahun 2006, sebelum mempertimbangkan laba yang belum direalisasi, adalah sebagai berikut :
Park Corp Sori Corp
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba Kotor
Rp 100.000
(60.000)
40.000
Rp 50.000
(35.000)
15.000
Beban 15.000 5.000
Laba Operasi 25.000 10.000
Laba dari Sori 9.000
-Laba Bersih 34.000 10.000
Transaksi selama tahun 2006 adalah sebagai berikut :
Penjualan Park kepada Sori sebesar Rp 15.000 dengan laba sebesar Rp 6.250.
Persediaan Sori per 31 Desember 2006, termasuk 40% barang dagang dari transaksi antarperusahaan.
Pada pembukuan yang terpisah Park mengambil bagiannya atas laba Sori dan menangguhkan pengakuan laba yang belum direalisasi dengan membuat ayat jurnal berikut :
Investasi dalam Sori Rp 9.000
Laba dari Sori Rp 9.000
Laba dari Sori Rp 2.500
Investasi dalam Sori Rp 2.500
Ayat jurnal kedua pada pembukuan Park mengurangi laba dari Sori yaitu dari Rp 9.000 menjadi Rp 6.500. Oleh karena bagian Park hanya sebesar Rp 9.000 (kepemilikan 90%) maka beban hak minoritas pada kertas kerja Park dicatat sebesar Rp 1.000.
Jurnal elimasi yang dibuat oleh Park per 31 Desember 2006 untuk mengeliminasi akun resiprokal adalah sebagai berikut :
Jurnal eliminasi :
Mengeliminasi penjualan dan pembelian resiprokal
Jurnal :
Penjualan Rp 15.000
Harga pokok penjualan Rp 15.000
Mengeliminasi laba antarperusahaan dari harga pokok penjualan dan persediaan
Jurnal :
Persediaan Rp 2.500
Mengeliminasi laba investasi dan menyesuaikan akun investasi dalam Sori per 1 Januari 2006 (dalam laporan konsolidasi tidak boleh ada laba atas transaksi antarperusahaan afiliasi)
Jurnal :
Laba dari Sori Rp 6.500
Investasi dalam Sori Rp 6.500
KERTAS KERJA PARK DAN PERUSAHAAN ANAK, SORI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006
Park 90%
2.5 PENGAKUAN LABA ANTARPERUSAHAAN ATAS PENJUALAN KEPADA
ENTITAS LUAR
Contoh Kasus 5,
Barang dagang yang diperoleh dari park selama tahun 2006 dijual oleh Sori pada tahun 2007, asumsi tidak ada transaksi antarperusahaan antara Park dan Sori selama tahun 2007. Laporan laba rugi terpisah tahun 2007 sebelum mempertimbangkan laba yang belum direalisasi dalam persediaan awal Sori sebesar Rp 2.500 adalah sebagai berikut :
Laba Kotor 40.000 20.000
Beban 20.000 5.000
Laba Operasi 20.000 15.000
Laba dari Sori 13.500
-Laba Bersih 33.500 15.000
Laba operasi Park tahun 2007 tidak dipengaruhi oleh laba yang belum direalisasi dalam persediaan Sori per 31 Desember 2006. Namun laba Sori tahun 2007 terpengaruh karena persediaan awal Sori lebih saji Rp 2.500 demikian pula untuk harga pokok penjualan. Dari sudut pandang Park laba investasinya akan dicatat dan disesuaikan sebagai berikut ;
Investasi dalam Sori Rp 13.500
Laba dari Sori Rp 13.500
(Mencatat laba investasi dari Sori )
Investasi dalam Sori Rp 2.500
Laba dari Sori Rp 2.500
( Untuk mencatat realisasi laba dari penjualan antarperusahaan tahun 2006 kepada Sori)
Pada akhir tahun 2007 ayat jurnal diatas akan meningkatkan investasi dalam Sori dari Rp 13.500 menjadi Rp 16.000 dan laba bersih Park dari Rp 33.500 menjadi Rp 36.000.
Berikut ini jurnal eliminasi dan kertas kerja konsolidasi Park dan Sori :
Menyesuaikan atau mengakui laba dari persediaan awal yang sebelumnya ditangguhkan.
Jurnal :
Investasi dalam sori Rp 2.500
Harga pokok penjualan Rp 2.500
Mengeliminasi laba investasi dan menyesuaikan akun investasi ke dalam saldo awal.
Jurnal :
Laba dari Sori Rp 16.000
Investasi dalam Sori Rp 16.000
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
Park Sori Penyesuaian dan eliminasi Laporan Konsolidasi Debet Kredit
Laporan laba rugi
Penjualan Rp 120.000 Rp 60.000 Rp 180.000
Laba dari Sori 16.000 b. 16.000
H.pokok penjualan (80.000) (40.000) a. 2.500 (117.500)
Beban (20.000) ( 5.000) ( 25.000)
Beban hak minoritas (Rp 15.000x10%)
( 1.500)
Laba bersih Rp 36.000 Rp 15.000 Rp 36.000
Neraca
Investasi dlm Sori XXX a. 2.500 b. 16.000
2.6 LABA YANG BELUM DIREALISASI DARI PENJUALAN UPSTREAM
Penjualan oleh anak perusahaan kepada induk perusahaannya akan meningkatkan penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor anak perusahaan, tetapi tidak memengaruhi laba operasi induk sampai barang dagang dijual kembali kepada entitas lain. Laba bersih induk perusahaan dipengaruhi, karena induk perusahaan mengakui bagiannya atas pendapatan anak perusahaan berdasarkan metode ekuitas. Jika anak perusahaan penjual adalah perusahaan afiliasi yang dimiliki 100%, induk perusahaan menangguhkan 100% dari laba yang belum direalisasi pada tahun terjadinya penjualan antar perusahaan. Jika anak perusahaan adalah perusahaan afiliasi yang hanya dimiliki sebagian, induk perusahaan juga hanya menangguhkan sebatas bagiannya atas laba anak perusahaan yang belum direalisasi.
2.7 Penangguhan Laba Antar Perusahaan Dalam Periode Penjualan Antar
Perusahaan
Diasumsikan bahwa Salt Corporation (perusahaan anak) menjual barang dagang, yang dibeli seharga Rp 7.500.000, kepada Park Corporation (perusahaan induk) dengan harga Rp 20.000.000 selama tahun 2006 dan menjual 60% dari barang dagang tersebut kepada pihak luar dengan harga Rp 15.000.000 pada akhir tahun laba persediaan yang belum direalisasi sebesar Rp 5.000.000 (harga perolehan sebesar Rp 3.000.000 tetapi dimasukkan dalam persediaan Park sebesar Rp 8.000.000). Jika Salt melaporkan laba bersih tahun 2006 sebesar Rp 50.000.000, bagian Park diakui seperti dalam Peraga dibawah ini. Peraga tersebut membandingkan konsolidasi satu baris atas kepemilikan 100% dan kepemilikan sebesar 75% pada perusahaan anak.
laba tersebut. Jika Park hanya mencatat 75% dari laba Salt berdasarkan metode ekuitas, Park harus mengeliminasi hanya 75% dari laba yang belum direalisasi yang termasuk dalam laba Salt tersebut. Pada kedua kasus, semua laba yang belum direalisasi yang dicatat oleh Park dieliminasi dari akun laba dan investasi.
(dalam ribuan)
Bagian A
Jika Salt adalah anak perusahaan yang dimiliki 100%
Investasi pada Salt (+A) 50.000
Laba dari SaltR,+SE) 5.000
Untuk mencatat 100% pendapatan Salt yang
dilaporkan sebagai pendapatan dari anak perusahaan.
Laba dari Salt (-R,-SE) 5.000
Investasi pada Salt 5.000
Untuk menangguhkan 100% laba persediaan yang
Belum direalisasi yang dilaporkan Salt sampai direalisasi.
Ayat jurnal tunggal sebesar Rp 45.000
[(50.000 - 5.000) x 100%] dapat juga digunakan.
Bagian B
Jika Salt adalah anak perusahaan yang dimiliki 75%
Investasi pada Salt (+A) 37.500
Laba dari Salt (R,+SE) 37.500
Untuk mencatat 75% pendapatan/laba Salt yang dilaporkan
sebagai pendapatan/laba dari anak perusahaan.
Laba dari Salt (-R,-SE) 37.500
Investasi pada Salt (-A) 37.500
Untuk menangguhkan 75% laba persediaan yang belum
direalisasi yang dilaporkan Salt sampai direalisasi.
[(50.000 - 5.000) x 75%] dapat juga digunakan.
PARK DAN ANAK PERUSAHAAN, SALT (KEPEMILIKAN 75%)
SEBAGIAN KERTAS KERJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006 (DALAM RIBUAN)
Penyusaian dan
Eliminasi Laporan
Park 75% Salt Debit kredit Konsolidasi
Laporan laba rugi
Penjualan Rp250 Rp150 a 20 Rp380
Pendapatan dari Salt 33,75 c 33,5
Harga pokok penjualan (100) (80) b 5 a 20 (165)
Beban-beban (50) (20) (70)
Beban hak minoritas
[($50.000-$5.000)x25%] (11,25)
Laba bersih Rp133,75 Rp 50 Rp 133,75
Neraca Rp10 b 5 Rp 5
Investasi pada Salt XXX c 33,75
a. Mengeliminasi penjualan resiprokal dan harga pokok penjualan
perolehan
c. Mengeliminasi pendapatan investasi dan menyesuaikan akun investasi pada Salt menjadi saldo awal periode.