1 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
5.1 POTENSI PENDANAAN ABPD
Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tercermin dalam
pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat
pemerintahan, seperti yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004. Dengan demikian
prinsip yang digunakan adalah money follows functions, artinya bahwa besarnya
distribusi keuangan Didasarkan oleh distribusi kewenangan, tugas, dan tanggung
jawab yang telah ditentukan terlebih dahulu. Sehingga secara umum, hubungan
antara pusat dan daerah tercermin dalam aspek perencanaan (planning) dan
penganggaran (budgeting) untuk semua aktivitas di setiap level pemerintahan
sesuai dengan kewenangan, tugas, dan tanggung jawabnya masing -masing.
Pengaturan hubungan keuangan pusat dan daerah berdasarkan UU No. 33 Tahun
2004 didasarkan atas 4 (empat) prinsip, yaitu:
a. Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat di daerah dalam rangka
dekonsentrasi dibiayai dari dan atas beban APBN;
b. Urusan yang merupakan tugas Pemda sendiri dalam rangka desentralisasi
dibiayai dari dan atas beban APBD;
c. Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka Tugas Pembantuan,
dibiayai oleh Pemerintah Pusat atas beban APBN atau oleh Pemerintah
Daerah tingkat atasnya atas beban APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan; dan
d. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, Pemerintah Pusat memberikan sejumlah bantuan.
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahanantara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan PemerintahanDaerah
Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenanganpembangunan bidang Cipta
Karya merupakan tanggung jawabPemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,
Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja
pembangunanprasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di
daerahmeningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah
daerahperlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untukpengoperasian,
2 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintahdaerah cenderung
meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat,namun perlu dipahami bahwa
pembangunan yang dilaksanakan DitjenCipta Karya dilakukan sebagai stimulan
dan pemenuhan standarpelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan
darimasyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk
mendukungpembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah
daerah.Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkandapat
disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunanbidang Cipta Karya
di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karyapada dasarnya
bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalammelaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat
dan sektor swasta untuk mendukung pembangunanbidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang CiptaKarya.
ARAHAN KEBIJAKKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan
dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerin tahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter
dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi
daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta
3 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan da n Belanja
Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan
lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan criteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26
urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah
disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sar ana dan prasarana, serta
kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan
APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjamanyang bersumber dari
4 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres
13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur
permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur
air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU
menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun
ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan
air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan
pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development
Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
5 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:
kerawanan sanitasi;
cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang
dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker
Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal
Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan
Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah
disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam
rangkaketerpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkanbahwa lingkup
sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karyayang dibahas dalam RPI2
-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karyakepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah)serta Dana Alokasi Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama(DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsiuntuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skalaprovinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusanbersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintahkabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman denganskala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasamapemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate SocialResponsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan,pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun,serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Olehkarena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secaraterpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang
7 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
SEKTOR
TAHUN -5
TAHUN -4
TAHUN 3
TAHUN -2
TAHUN -1
TAHUN 1
TAHUN 2
TAHUN 3
TAHUN 4
TAHUN 5
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11
Pengembangan
Kawasan Permukiman
3,328,356,500 1,229,148,000 - - - 15,000,000,000 11,000,000,000 9,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
0
0 191,400,000
0
0 2,000,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000
Pengembangan SPAM 3,303,726,000 139,275,000 2,661,764,000 2,830,276,964 3,627,801,700 12,000,000,000 10,000,000,000 7,000,000.00 4,000,000,000 4,000,000,000
Pengembangan PLP
6,297,245,949 4,316,051,649 10,573,300,200 10,749,632,450 10,577,847,252 16,050,000,000 15,000,000,000 13,000,000,000 12,000,000,000 11,000,000,000
Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
12,929,328,449 5,684,474,649 13,426,464,200 13,579,909,414 14,185,648,952 45,050,000,000 37,500,000,000 23,507,000,000 22,500,000,000 21,500,000,000
23,507,000,000 22,500,000,000 21,500,000,000
REALISASI
PROYEKSI
12,929,328,449 5,684,474,649 13,426,464,200 13,579,909,414 14,185,648,952 45,050,000,000 37,500,000,000
8 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kota
Kotamobagu
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah.
Adapun perkembangan penerimaan dan prosentase penerimaan Pemerintah
Daerah untuk membiayai Pembangunan sebagian besar dari Pendapatan yang
berasal dari Pemberian Pemerintah, Namun kontribusi penerimaan yang berasal
dari PAD menunjukan adanya peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan.
Sedangkan terkait dengan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Berlanja Kota
Kotamobagu Tahun 2011 - 2014 dapat disajikan sebagaimana data pada Tabel 5.2
Tabel 5. 2 Gambaran APBD Kota Kotamobagu Tahun 2011 – 2014 a.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya 1,796,000,000 B. Belanja (b.1 + b.2) 380,534,780,183 427,033,631,028 493,637,273,134 561,726,908,336 b.1.7 Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa,
9 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
1 PENDAPATAN 134.589.898.082 0 308.388.576.5
53 129,13 1.1. Pendapatan Asli Daerah 1.370.864.926 0 6.142.246.220 348,06 8.957.373.862 45,8
3 1.1.1. Pajak daerah 155.435.925 0 1.710.205.729 1000,2
6 2.112.469.416 1.1.2. Retribusi daerah 901.727.935 0 1.945.334.250 115,73 2.206.448.879 13,4
2
1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 313.701.066 0 2.486.706.241 692,70 4.638.455.567 86,5 3
4.511.497.12
1 -2,74 4.872.830.239 8,01 196,13 41,39 1.2. Dana Perimbangan 103.213.138.473 0 270.608.683.8
73 162,18 1.2.1. Dana bagi hasil pajak
/bagi hasil bukan pajak 11.994.975.473 0
14.681.830.87 1.2.2. Dana alokasi umum 79.200.163.000 0 192.532.853.0
00 143,10 1.2.3. Dana alokasi khusus 12.018.000.000 0 63.394.000.00
0 427,49
Daerah yang Sah 30.005.894.683 0
31.637.646.46
10 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
4.516.061.025 0 7.463.087.460 65,26 7.376.791.077 -1,16 9.179.875.15 7
otonomi khusus***) 6.382.690.800 0
19.617.409.00
1.3.5 Pendapatan Lainnya 6.500.000.000 0 4.557.150.000 -29,89 19.860.188.00 0
11 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Berdasarkan tabel rata-rata realisasi pertumbuhan dan kontribusi rata-rata selama 5 tahun terakhir (2008-2013) sebesar 37,26 % per tahun. Perkembangan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (tahun 2008 – 2013) sebesar 104,48% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan daerah telah berhasil melampaui target yang direncanakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kotamobagu tahun 2008 – 2013 yang ditargetkan pada tahun 2013 sebesar 7,84% . Pencapaian target tersebut merupakan wujud keseriusan Pemerintah Ko ta Kotamobagu dalam menggali dan mengoptimalkan sumber -sumber pendapatan asli daerah (PAD). Kebijakan pemerintah Kota Kotamobagu dalam upaya meningkatkan PAD dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber -sumber PAD yaitu dengan melakukan langkah-langkah identifikasi - sumber-sumber pendapatan potensial maupun penyesuaian tarif retribusi/ pajak daerah yang sudah tidak relevan dengan perkembangan kondisi dengan tidak membebani masyarakat.
Namun demikian jika dilihat dari kontribusi PAD terhadap penerimaan pendapatan daerah masih relatif kecil, ketergantungan Pemerintah Kota Kotamobagu terhadap Pemerintah Pusat dan Provinsi masih cukup tinggi. Kontribusi penerimaan yang berasal dari dana perimbangan sebesar 77,48%, PAD sebesar 2,16%, dan lain-lain penerimaan pendapatan daerah yang sah sebesar 20,36%, hal tersebut dapat diartikan bahwa kemandirian Keuangan Daerah Kota Kotamobagu dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih bergantung pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.
Perkembangan realisasi Penerimaan Daerah dari Dana Perimbangan rata-rata sebesar 44,35% per tahun, dengan kontribusi terbesar pada pos Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 44,90% per tahun. Kenaikan Penerimaan Dana Perimbangan tersebut menggambarkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Kotamobagu dalam menggali potensi pada pos-pos Dana Perimbangan belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Trend Pendapatan Daerah
12 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
dilaksanakan; dan (5) Penyesuaian pendapatan baik mengenai tarif maupun materinya. Sedangkan asumsi target penerimaan pendapatan daerah ada lah sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli daerah (PAD).
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada RPJMD Kota Kotamobagu Tahun 2013-2018 diproyeksikan sebesar 5% per tahun, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 104,48%;
b. Kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pusat tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang diserahkan Pemerintah daerah pada tahun 2011 dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang direncanakan akan diserahkan ke Pemerintah Daerah pada tahun 2013; serta
c. Upaya serius dari pemerintah Kota Kotamobagu dalam menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD.
2. Dana Perimbangan
Proyeksi penerimaan dari Dana Perimbangan pada RPJMD Kota Kotamobagu Tahun 2013-2018 sebesar 5%, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Realisasi penerimaan Dana Perimbangan selama kurun waktu lima tahun terakhir yang mengalami kenaikan rata-rata pertumbuhan sebesar 44,35%. b. Bekurangnya penerimaan Dana Perimbangan yang berasal dari Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
c. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan pos yang memiliki Kontribusi terbesar dalam menyokong penerimaan Dana Perimbangan yakni sebesar 77,48%. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, DAU diberikan berdasarkan celah fiskal/keuangan dan alokasi dasar. Celah fiskal/keuangan merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan kapasitas fiskal/keuangan daerah. Kebutuhan daerah merupakan variable-variable yang ditetapkan undang-undang antara lain penduduk, luas wilayah,penduduk miskin dan indeks harga, perhitungan kapasitas keuangan didasarkan atas PAD dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah, sedangkan alokasi dasar merupakan pemenuhan gaji PNS.
d. Kebutuhan fiskal Kota Kotamobagu ditahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan seiring dengan Penduduk Kota Kotamobagu mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,14% per tahun, luas wilayah daratan akan mengalami peningkatan dengan pengembangan wilayah, penduduk miskin sebesar 7,24.% dan pengadaan CPNS Kota Kotamobagu dengan pemenuhan akan gaji PNS daerah.
13 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
menggali potensi penerimaan Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi maupun pemerintah daerah lainnya.
14 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Tabel 5.4
Proyeksi Perkiraan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014-2018 Kota Kotamobagu
No. Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 PENDAPATAN 468.664.690.760 492.097.925.298 516.702.821.563 542.537.962.641 569.664.860.773
1.1. Pendapatan Asli Daerah 18.502.340.505 21.183.700.285 23.302.070.314 25.632.277.453 28.195.505.197
1.1.1. Pajak daerah 7.555.688.469 9.142.383.046 10.056.621.352 11.062.283.595 12.168.511.954
1.1.2. Retribusi daerah 6.416.100.000 7.057.710.000 7.763.481.000 8.539.829.100 9.393.812.010
1.1.3. Pendapatan Hasil Pengolahan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan 0 0 0 0 0
1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 4.530.552.036 4.983.607.239 5.481.967.962 6.030.164.758 6.633.181.233
1.2. Dana Perimbangan 392.702.353.155 431.973.588.468 475.170.405.598 522.687.446.158 574.956.145.774
1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil
bukan pajak 15.192.310.155 16.711.541.168 18.382.695.285 20.220.964.814 22.243.061.296
1.2.2. Dana alokasi umum 340.081.903.000 374.090.093.300 411.499.102.630 452.649.012.893 497.913.914.182
1.2.3. Dana alokasi khusus 37.428.140.000 41.171.954.000 45.288.607.683 49.817.468.451 54.799.215.296
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah 90.019.564.518 99.021.520.971 108.923.673.068 119.816.040.374 131.795.644.411
1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi
dan Pemerintah Daerah lainnya **) 25.640.098.518 28..204.108.371 31.024.519.208 34.126.971.128 37.537.668.240
1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi
khusus***) 64.379.466.000 70.817.412.600 77.899.153.860 85.689.069.246 94.257.976.171
1.3.5 Pendapatan Lainnya
1.3.6
Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal Percepatan Pembangunan Daerah (DPDFPPD)
15 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Penerimaan/Pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah (LPS). Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan oleh kepala/ pimpinan satuan kerja pengelola keuangan daerah
selaku pejabat pengelola APBD dan kepala/pimpinan SKPD selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
Pengelolaan pendapatan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan daerah dari berbagai sumber pendapatan menurut
yang berlaku, dengan tetap menciptakan kondisi yang kondusif bagi peningkatan
investasi dan usaha swasta. Sasaran adalah meningkatnya PAD, Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang sah untuk itu, pengelolaannya
diarahkan pada:
a. Secara bertahap meningkatkan kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah.
b. Mengupayakan dasar hukum berbagai sumber PAD.
c. Memacu peningkatan PAD dari berbagai Dinas/Instansi melalui intensifikasi
dan ekstensifikasi.
d. Mengupayakan peningkatan Dana Perimbangan dan sumber pendapatan lainnya.
e. Mengkaji potensi PAD dan kelayakan sumber-sumber penerimaan PAD untuk
upaya peningkatannya
Arah pengelolaan pendapatan daerah ini diharapkan akan mendorong kenaikan
pendapatan daerah untuk membiayai kebutuhan belanja dalam rangka
16 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam pembiayaan program
pembangunan di Kota Kotamobagu sangatlah penting. Hal itu sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah. Dalam rangka peningkatan PAD, Pemerintah Kota
Kotamobagu telah secara maksimal berupaya melalui serangkaian kegiatan
intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak dan Retribusi, eksplorasi Sumber daya, serta
upaya investasi swasta. Untuk penyelenggaraan otonomi Daerah yang luas, nyata
dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan untuk
menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Pemerintah Provinsi dan Kota yang
merupakan prasyarat dalam system pemerintahan daerah. Dengan itu maka
daerah hendaknya memiliki kewenangan yang luas dan kemampuan yang
optimal untuk menggali dan mengembangkan keuangan sendiri.
Trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan realisasi anggaran APBD Kota Kotamobagu tahun 2010 hingga
tahun 2015, terlihat PAD Kota Kotamobagu menyumbangkan antara 1.21%
hingga lebih 3.37 % dengan rata-rata proporsi PAD sebesar 2,23% terhadap to tal
penerimaan Kota Kotamobagu. Dengan jumlah penerimaan PAD tersebut, maka
kebutuhan pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kota Kotamobagu
tidak dapat sepenuhnya mengandalkan PAD. Oleh karena itu perlu disusun
strategi untuk menetapkan program-program pembangunan dan pengembangan
infrastruktur yang dapat dibiayai melalui komponen anggaran PAD ini. Dengan
kata lain dari komponen PAD akan dapat dihitung kekuatan pendanaan internal
Kota Kotamobagu, sehingga dapat dengan jelas dan obyektif program apa saja
yang dapat didanai serta besarna bantuan pendanaan ya ng dibutuhkan (baik
melalui dana perimbangan ataupun melalui mekanisme penyaluran pendanaan
lainnya).
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Sumber internal dari pemerintah daerah sendiri (public saving) Kurang optimal
tersedia dengan pengelolaan anggaran yang ada. dengan adanya tendensi belanja
barang dan jasa keciptakaryaan yang besar dalam RPIJM ini, maka sangat
dibutuhkan sumber-sumber lain sebagai pendukung yakni cost-sharing
17 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Sumber eksternal dari luar pemerintah daerah (pemerintah pusat, pemerintah
propinsi, pinjaman, partisipasi swasta (KPS), dan swadaya masyarakat) menjadi
bagian yang penting bagi belanja tersebut diatas sehingga kesemuanya menja di
bagian integral dalam aspek rencana pembiayaan.
Dengan Pertimbangkan kecenderungan yang terjadi dimasa lalu Perkembangan
penerimaan Pajak Daerah periode 2011-2015 diperkirakan tumbuh seimbang
dengan kecenderungan meningkat dan disisi retribusi daerah juga diperkiraan
tumbuh dengan kecenderungan maningkat.
Selanjutnya perkembangan penerimaan PAD periode 2011-2015 diperkirakan
tumbuh dengan 7,00% per tahun dengan kontribusi terhadap penerimaan rata
-rata 3,37% dari total pendapatan daerah. Dimana diperkir akan ketergantungan
terhadap dana perimbangan masih sangat tinggi.
Indikator yang menentukan layak tidaknya program
a. Internal Rate of Return (IRR)
b. Financial Internal Rate of Return (FIRR) yang dilihat dari penghasilan dan biaya Dimana:
IRR > SOCC maka layak
SOCC = discount rate yang berlaku
c. Economic Internal Rate of Return (EIRR) yang dilihat dari benefit yang tidak bias dinyatakan dalam bentuk financial, terutama terkait
prasarana
publik IRR >
10%
d. Net Present Value
(NPV) NPV > 0 maka
layak
18 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
5.2 POTENSI PENDANAAN APBN
Tabel 5.4 Potensi Pendanaan Bersumber APBN
SEKTOR
REALISASI (X 1000)
TAHUN -5 TAHUN -4 TAHUN 3 TAHUN -2 TAHUN -1
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PengembanganKawas anPermukiman N/A N/A 14.242.850 19.220.950 19.212.000
Pengembangan SPAM 7.049.977 5.235.960 7.590.540 5.346.970 6.693.200
Pengembangan PLP N/A N/A 1.413.500 4.481.000 21.948.000
Total Alokasi APBN 7.049.977 5.235.960 23.246.890 29.048.920 47.853.200
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab
Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur
sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang
ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan
Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No .
14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu
dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan
realisasinya di daerah tersebut.
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah,
untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana
APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas
nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum
dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak
skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK
ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
19 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN
Tabel. 5.4 Alternatif Sumber Pendanaan
NAMA
KEGIATAN
DESKRIPSI
KEGIATAN
BIAYA
KEGIATAN (RP)
KELAYAKAN
FINANSIAL
KETERANGAN
(1) (2) (3) (4) (5)
N/A N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A N/A
N/A N/A N/A N/A N/A
Sampai saat ini belum ada potensi pendanaan alternatif pembiayaan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya antara lain dari KPS, CSR belum
terealisasi.
Tetapi idealnya perlu ada bantuan dari KPS, CSR atau sumber lainnya karena
terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, untuk itu dunia
usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya
melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang
berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah
Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan B adan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang
Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR
tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU
No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Peningkatan Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Peningkatan lain-lain pendapatan yang sah pada dasarnya yang perlu dikuatkan
adalah sumbangan pihak ke tiga oleh masyarakat dan usahawan/ swasta kepada
daerah. Pembangunan sarana perekonomian seperti pasar ternyata secara
signifikan mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi peningkatan
20 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
sumbangan pihak ke tiga pada bidang ekonomi unggulan di masyarakat. Sehingga
dengan memperkuat potensi–potensi yang ada dapat mendukung pembangunan
yang lebih maju.
Peningkatan dana Perimbangan
Sebagai porsi terbesar strukturnya dalam pendapatan daerah maka kebijakan untuk memperbesar Dana Perimbangan ini dilakukan upaya:
a. Menyelaraskan Program Pembangunan dengan Pemerintah Propinsi
Sulawesi Utara dan Pemerintah Pusat (Departemen dan Lembaga Non
Departemen).
b. Mensinergikan pelaksanaan pembangunan dengan shar ing pembiayaan
baik dengan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat (departemen dan
Lembaga Non Departemen) dan kerjasama Pemerintah dan Swasta
c. Menyelaraskan program Dana Perimbangan dengan kebutuhan masyarakat
yang mempunyai daya ungkit ekonomi yang memadai sehingga akan
didapat efek yang dapat mengangkat kesejahteraan ekonomi masyarakat
yang selanjutnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah
dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:
Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah, dan untuk
memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada
dalam RPIJM, Pemerintah Daerah Kota Kotamobagu telah menyusun strategi
untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.
Yang meliputi beberapa aspek antara lain :
5.4.1 Strategi peningkatan DDUB
Sebagai porsi terbesar strukturnya dalam pendapatan daerah maka
kebijakkan untuk memperbesar dana perimbangan ini dilakukan upaya :
Menyelaraskan program pembangunan dengan pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara dan Pemerintah Pusat
Mensinerginakan pelaksanaan pembangunan dengan sharing pembiayaan
baik dengan pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat serta kerjasama
antara Swasta
Menyelaraskan program Dana Perimbangan dengan kebutuhan masyarakat
21 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman didaerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi
belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3 -5
tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
Infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah
ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor -sektor Cipta Karya
yang sudah ada. Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk
mengalokasikan Dana Daerah untuk urusan bersama (DDUB) sebagai
pendamping kegiatan APBN di Kabupaten/Kota. DDUB ini menunjukkan
besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan
bidang Cipta Karya.
5.4.2 Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial
sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai
sumber pendapatan pemerintah daerah. Ada beberapa perusahaan daerah
yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di
sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan
investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan
perusahaan daerah dalam meningakatkan cakupan dan kualitas pelayanan
secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi
salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di
bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek
operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, inidkator
tersebut telah ditetapkan BPPSPAM untuk diketahui apakah perusahaan
daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit. 180 disamping itu,
pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan,
operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh
perusahaan daerah yang ada di Kabupaten/Kota dalam 3-5 tahun terkahir.
5.4.3 Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan bidang Cipta Karya
Kebijakkan peningkatan peran masyarakat dan duniat usaha untuk
22 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, optimalisasi aset dan
kekayaan pemerintah Kota dengan menganut prinsip:
Potensial artinya lebih menitik beratkan pada potensinya daripada
jumlah atau jenis pungutan yang banyak;
Tidak memberatkan masyarakat;
Tidak merusak lingkungan;
Mudah diterapkan/diaplikasikan, mudah dilaksanakan;
Penyesuaian pendapatan baik mengenai tarip dan materinya.
Melakukan investasi pemerintah daerah pada sektor -sektor ekonomi
unggulan atau ekonomi masyarakat yang mempunyai daya ungkit ekonomi
besar, sehingga memberikan dampat positif terhadap peningkatan
pendapatan Daerah pada satu sisi dan kesejahteraan masyarakat pada sisi
lainnya. Investasi dilakukan dengan sistem bagi hasil.
5.4.4 Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi
infrastruktur permukiman yang sudah ada
a. Membuat perencanaan yang terukur untuk biaya operasi, pemeliharaan
infrastruktur permukiman
b. Memasukkan dalam PAD setiap tahun dana operasi, pemeliharaan dan
rehabilitasi
c. Melibatkan perusahaan swasta dalam pemeliharaan dan rehabilitasi
terutama pada fasilitas-fasilitas umum
5.4.5 Strategi pengembangan infrastruktur skala regional
Tahap ini mementingkan interkonektifitas antar wilayah, skala ini terkait
dengan penyusunan rencana pembangunan zonasi yang komprehensif
untuk lingkup wilayah. Sampai saat ini pengembangan inftrastruktur
regional bidang Cipta Karya belum di Kota Kotamobagu belum pada skala