• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan-kemungkinannya (Miller dalam Thalib, 2010). Dembo (2004) mengungkapkan, menjadi peserta didik bukanlah hal yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan-kemungkinannya (Miller dalam Thalib, 2010). Dembo (2004) mengungkapkan, menjadi peserta didik bukanlah hal yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku manusia ke arah yang lebih baik. Proses ini merupakan hal penting karena menjadi cerminan dari kemajuan masyarakatnya (Sanjaya, 2005). Pendidikan memiliki tujuan untuk mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan, serta mencapai perilaku-perilaku yang lebih luas dan lebih banyak kemungkinan-kemungkinannya (Miller dalam Thalib, 2010).

Dembo (2004) mengungkapkan, menjadi peserta didik bukanlah hal yang mudah. Peserta didik yang merupakan siswa dan mahasiswa, harus memiliki keefektifan yang lebih dengan cara menggunakan strategi belajar yang benar serta tekun untuk meningkatkan pengetahuannya, dapat memotivasi dirinya sendiri, memonitori dan mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi. Djamarah (2002) menyatakan bahwa selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, siswa dan mahasiswa tidak akan terlepas dari kewajiban mengerjakan tugas-tugas akademik. Tugas akademik tersebut memiliki batas pengumpulan waktu tertentu. Oleh sebab itu, siswa maupun mahasiswa harus mampu memanfaatkan waktu untuk penyelesaian tugas akademiknya tersebut.

Penyelesaian tugas-tugas akademik secara sempurna membutuhkan proses dan strategi belajar yang terancang baik, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil akhir serta prestasi siswa dan mahasiswa (Santrock, 2009). Kemampuan dalam pengaturan waktu dan strategi belajar tidak dimiliki oleh semua siswa ataupun

(2)

mahasiswa. Ketidakmampuan mengatur waktu serta strategi dalam belajar dapat membuat pengerjaan tugas menjadi tertunda. Kecenderungan untuk tidak segera mulai mengerjakan tugas yang dilakukan oleh siswa dan mahasiswa merupakan indikasi dari prokrastinasi (Knaus, 1986). Gambaran dari prokrastinasi akademik dikalangan akademis tertuang pula pada penelitian Solomon dan Rothblum (dalam Weiten, 2006) pada 379 mahasiswa dari beberapa universitas di Amerika, mengungkapkan bahwa sebanyak 46% mahasiswa melakukan prokrastinasi pada tugas menulis, sebanyak 27,6 % melakukan penundaan pada waktu belajar untuk ujian, dan 30,1 % melakukan penundaan pada tugas membaca mingguan.

Menurut Covington & Dray (dalam Santrock, 2009) individu yang menunda tugas atau belajar ketika ujian hingga di detik terakhir cenderung menyalahkan pengaturan waktu yang buruk sehingga mengalihkan mereka dari penilaian bahwa mereka tidak memiliki kompetensi merupakan indikasi prokrastinasi. Weiten & Lloyd (2006) juga mengungkapkan hal yang serupa mengenai prokrastinasi, yaitu masalah yang berkaitan dengan waktu dimana terjadinya kecenderungan untuk menunda pengerjaan tugas sampai di penghujung waktu dan hampir setiap orang melakukan prokrastinasi di setiap ada kesempatan. Penelitian Knaus (dalam Weiten, 2006) menunjukkan bahwa 70-90 persen mahasiswa melakukan prokrastinasi atau penundaan sebelum memulai tugas akademik. Terjadinya prokrastinasi terlihat dalam penelitian Park & Sperling (2012) yang menunjukkan bahwa prokrastinasi dilakukan beberapa siswa dan mahasiswa karena gagal untuk melakukan regulasi diri dalam proses belajar mereka. Covington (dalam Ferrari, 1995) juga menambahkan bahwa dalam

(3)

pandangannya ia melihat prokrastinasi akademik merupakan salah satu bentuk perilaku coping pada siswa dan mahasiswa untuk mengatur stress akademik pada diri mereka. Tokoh lain juga mengungkapkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu tipe perilaku self-defeating, yaitu melakukan penundaan atau penolakan untuk segera mengerjakan tugas yang tidak disukai, yang pada akhirnya hanya dapat meningkatkan stress dan hambatan pada performa pengerjaan tugas ataupun aktivitas akademik (Baumeister dalam Weiten, 2006)

Santrock (2009) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu indikasi strategi belajar kurang efektif yang digunakan oleh siswa dan mahasiswa. Bentuk dari prokrastinasi secara nyata yang diuraikan University of

Illinois Counseling Center antara lain menghindari dan menyepelekan tugas,

menghabiskan waktu bermain internet, mengganti prioritas tugas penting dengan tugas yang tidak penting, percaya bahwa penundaan tugas sesaat secara berulang tidak akan berpengaruh apa-apa, semangat hanya di awal pengerjaan tugas, dan tidak dapat menyelesaikan satu pun pekerjaan yang ada. Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik menurut Biordy (dalam Larson, 1991) adalah dikarenakan kegiatan dari remaja yang mengikuti organisasi ataupun perkumpulan lain di luar kegiatan akademisnya. Hasil penelitian Ahmaini (2010) yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi secara aktif memiliki kecenderugan prokrastinasi akademik yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak tergabung di dalam organisasi

Remaja merupakan kalangan yang paling sering dilakukan penelitian mengenai prokrastinasi, dan kebanyakan hasilnya menunjukkan mereka

(4)

cenderung melakukan prokrastinasi pada pengerjaan tugas akademiknya. Prokrastinasi itu sendiri merupakan suatu masalah umum yang memberi pengaruh buruk pada perilaku individu (Bliss, Ellis, & Knaus dalam Phye, 1997). Salah satu pengaruh buruk dari prokrastinasi akademik yang diungkapkan Ferrari et al (dalam Weiten, 2006) adalah dampak negatif pada kualitas performa dalam pengerjaan tugas akademis siswa dan mahasiswa.

Schouwenburg (1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik terjadi pada siswa dan mahasiswa, dikarenakan mudahnya mereka terdistraksi oleh aktivitas atau perilaku di luar belajar, seperti kegiatan sosial. Silver dan Sabini (dalam Ferrari, 1995) menambahkan bahwa karakteristik pelaku prokrastinasi akademik ditandai dengan kegiatan ataupun aktivitas yang saling berlawanan. Senecal, Koestner, & Vallerand (1995) juga menambahkan bahwa prokrastinasi akademik terjadi karena buruknya manajemen waktu belajar siswa dan mahasiswa. Prokrastinasi dewasa ini, merupakan sebuah isu yang cukup serius di kalangan siswa dan mahasiswa dikarenakan semakin berkembangnya teknologi, seperti internet, yang dapat mendistraksi konsentrasi para remaja yang merupakan siswa dan mahasiswa (Trezza, 2011).

Internet adalah salah satu produk dari perkembangan teknologi, di Indonesia penggunaan internet sendiri mencapai 55 juta pengakses per Mei 2011, dan sekitar 64% atau sekitar 28 juta pengguna adalah berusia muda (Harijadi dalam EL, 2011). Pengguna internet tersebut diantara lain menggunakan mobile

internet, ataupun komputer. Menurut Sumartini (dalam Amelia, 2012) aktivitas

(5)

transaction atau jual-beli. Statistik dari Yahoo (dalam Ali, 2012) juga menggambarkan bahwa pengguna internet di Indonesia sebagian besar adalah remaja, dengan perincian sekitar 64% dari keseluruhan pengguna internet di Indonesia. Adapun kegiatan yang di lakukan remaja di dunia maya didominasi oleh kegiatan fun activities, yaitu berupa kegiatan menyenangkan seperti jejaring sosial, diskusi forum, blog, serta aktivitas mengunduh lagu ataupun streaming video lewat website Youtube.

Di Indonesia sendiri, menurut salah satu perusahaan informasi internet yaitu alexa, beberapa situs populer yang sering dikunjungi pengguna internet di wilayah Indonesia adalah situs Youtube, blog, mesin pencari (google dan yahoo), dan media sosial. Kebanyakan dari situs tersebut merupakan situs hiburan yang menjadi konsumsi remaja Indonesia. Sesuai data dari alexa, Indonesia termasuk 15 besar untuk negara yang paling banyak mengakses situs Youtube. Remaja yang merupakan pengguna internet terbesar dengan kebanyakan mengakses situs hiburan (fun activities) dijelaskan oleh Juwitasari (2011) yang memberi gambaran bahwa remaja Indonesia pada saat ini sedang dilanda gelombang Korea atau disebut dengan Korean wave yang mulai melanda Indonesia di tahun 2000-an melalui drama dan musik (K-pop). Pada umumnya penggemar adalah para anak muda berusia di bawah 25 tahun yang memiliki semangat luar biasa dalam mendukung idola mereka.

Husamah (2012) menyebutkan bahwa persentase terbesar penerima K-pop atau Korean wave di Indonesia adalah remaja, generasi muda atau siswa/peserta didik. Para penggemar, terutama para remaja dengan segala aktivitas mereka

(6)

untuk idola yang dilakukan di dalam sebuah klub penggemar (fan club) antara lain, menonton video, mencari berita di internet, membaca ataupun menulis cerita fiksi, membuat komunitas pada media sosial, bahkan mengadakan kegiatan

gathering yang cukup rutin. Berbagai kegiatan tersebut tentunya memakan waktu

para siswa dan mahasiswa anggota fan club K-pop.

Fan club K-pop berkembang ditandai dengan meningkatnya website yang

berkaitan dengan K-pop (Jung, 2011). Tahun 2010, sekitar 86 juta kata kunci “ K-pop” menjadi bahan yang paling sering dibahas di internet, dengan Indonesia menjadi peringkat ketiga sebagai bahasa yang paling banyak digunakan dalam pencarian kata kunci “K-pop” di google.com, setelah Thailand dan Vietnam. Berikut dapat terlihat data statistik yang di dapat dari Google dan Youtube

(7)

Gambar 1 merupakan data statistisk pencarian kata kunci yang populer di

google.com (google trend). Dari gambar 1 terlihat penyebaran kata kunci

(keyword) “K-pop” di mesin pencari google dari seluruh dunia sejak tahun 2004

sampai dengan 2013. Indonesia merupakan wilayah dengan skor 100, yang berarti memiliki peminat dengan volume tertinggi dalam pencarian kata kunci K-pop dari map statistik yang tersaji.

Okirianti (dalam Husamah, 2012) melakukan survey sederhana mengenai perkembangan budaya pop Korea di Indonesia dapat dilihat dari munculnya

Asian Fans Club” (AFC), yaitu blog Indonesia yang berisi tentang berita dunia

hiburan Korea. AFC didirikan pada 1 Agustus 2009 oleh seorang remaja perempuan bernama Santi Ela Sari. Berdasarkan data statistik dari situs Pagerank

Alexa, AFC adalah situs ”Korean Intertainment” terbesar di Indonesia dan dari

data asal pengakses, pengunjung situs AFC tersebut hampir seluruhnya dari Indonesia, yang sebagian besar adalah wanita berusia di bawah 25 tahun dengan akses internet rumah maupun sekolah. Terlihat bahwa kemajuan teknologilah yang menjadi pemicu utama berkembangnya fan club K-pop di Indonesia. Media sosial ataupun internet menjadi alat penting sebagai perantara antara fans dengan artisnya (Yoon, 2010). Dari penelitian Jung (2011) terhadap 35 orang remaja fans

K-pop di Indonesia, sebanyak 95% partisipan menggunakan internet untuk

mengonsumsi hal-hal berbau K-pop dan juga sebagai sarana pergaulan bagi sesama anggota fan club dimana mereka bernaung, 50% diantara remaja tersebut menghabiskan waktu lebih dari 12 jam untuk hal yang berbau aktivitas K-pop bahkan beberapa diantaranya menghabiskan waktu mencapai 20 jam.

(8)

Munib (2012) menjabarkan bahwa kepopuleran K-pop di Indonesia benar-benar telah mengubah gaya hidup dan jadwal kegiatan para remaja remaja sehari-hari. Mulai dari bangun tidur dari kamar, mereka sudah mendengarkan lagu K-pop. Kegiatan yang dilakukan remaja penggemar K-pop juga tidak lepas dari

me-request dan mengunduh lagu-lagu K-pop yang hampir setiap harinya bermunculan

dengan lagu baru. Para remaja anggota fan club K-pop yang kebanyakan terdiri dari siswa dan mahasiswa tersebut tidak akan rela ketinggalan berita terbaru mengenai K-pop, aktivitas sehari-hari seperti makan dan belajar, dilakukan di depan komputer atau televisi untuk dapat mengikuti perkembangan berita artis K-pop. Survey yang dilakukan Yoong dari Singapore Chinese Girls’ School (SCGS) tahun 2011 terhadap remaja Singapura tentang aktivitas yang mereka minati, dalam hal ini berkaitan dengan Korean Pop, dimana terdapat hasil bahwa mereka menghabiskan waktu belajar dan waktu istirahat hanya untuk menonton video ataupun aktivitas lain yang berhubungan dengan idola mereka.

Peneliti mencoba melakukan survey terhadap 14 remaja di kota Medan yang merupakan anggota dari beberapa fan club K-pop yang berbeda. Hasil yang didapat dari keempat belas remaja tersebut adalah mayoritas di antara mereka menghabiskan kurang lebih 8 jam bahkan lebih untuk hal yang berbau K-pop setiap harinya, adapun aktivitas tersebut kebanyakan adalah menonton video, mengunduh video ataupun musik, mendengarkan musik, membaca fanfic, dan berlatih untuk menirukan gerakan tari idolanya. Walaupun akhirnya mereka mengakui waktu belajar yang mereka punya menjadi lebih terdesak, namun mereka tidak rela untuk meninggalkan dunia K-pop. Dari keempat belas remaja

(9)

tersebut juga mengungkapkan bahwa mereka cukup aktif mengikuti kegiatan

gathering yang diadakan hampir setiap minggu.

Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club dengan remaja bukan anggota fan club K-pop di kota Medan, hal ini dikarenakan remaja yang juga merupakan bagian dari siswa dan mahasiswa seharusnya dapat menjalankan aktivitas akademisnya dengan baik berkaitan dengan pendidikannya di masa depan kelak. Sesuai dengan Sentosa (2008) yang mengungkapkan bahwa penyebab prokrastinasi akademik adalah keikutsertaan dalam sebuah organisasi ataupun komunitas. Pendidikan yang tidak lepas dari tugas-tugas akademik yang kemungkinan tidak mudah, hendaknya dapat dikerjakan oleh siswa dan mahasiswa secara serius dan tidak melakukan penundaan yang hanya akan menghambat prestasinya.

B. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club K-pop dengan remaja bukan anggota fan clubK-pop.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik antara remaja anggota fan club K-pop dengan remaja bukan anggota fan clubK-pop.

(10)

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang Psikologi khususnya Psikologi Pendidikan yaitu mengenai prokrastinasi akademik pada remaja anggota fan clubK-pop.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi informasi komparatif kepada pembaca mengenai gambaran perbandingan berhubungan dengan prokrastinasi akademik dan fenomena remaja anggota fan club dan bukan anggota fan clubK-pop, khususnya di kota Medan.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam psikologi untuk terciptanya solusi mencegah prokrastinasi akademik yang terjadi dalam dunia pendidikan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

(11)

Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan prokrastinasi dan keanggotaan

fan clubKorean Pop

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel peneltian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda pernyataan dan reliabilitas, serta metode analisis data.

BAB IV : Hasil Analisa Data

Pada bab ini peneliti menjabarkan hasil dari analisis datanya ke dalam bentuk penjelasan yang lebih terperinci dan runtut disertai dengan hasil tambahan lainnya

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Kesimpulan berisi jawaban dari pertanyaan penelitian sebagaimana yang dituangkan dalam perumusan masalah penelitian

Gambar

Gambar 1. Data statistik regional kata kunci “K-pop” pada google trend

Referensi

Dokumen terkait

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-7, 2014 ISPRS Technical Commission VII Symposium, 29 September – 2

As Stephen Brook- field (1986: 150) has noted, most adult learning is not acquired in formal courses but is gained through experience or through participation in an aspect of

ini memperl:ust 1;eberad.aan p~ometri Fano dengan tetap man,qasumsikan rmpat akaioala. parla gwis yang sarna.. Mimekin dalam ha1 ini pembacx dapat memikirkan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH

yang terakhir yaitu tahfidz (hafalan qur’an). Kelima fokus ini menjadi targetan uta ma bagi sekolah dasar Sedunia ini. Diharapkan setelah lulus dari SD ini siswa memiliki kelima

psychological well-being sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada