PUTUSAN
NOMOR : /Pdt.G/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasir Pengaraian yang mengadili perkara Cerai Talak pada tingkat pertama, dalam persidangan Majelis Hakim telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara antara :
PEMOHON, Umur 41 tahun, Agama Islam, Pendidikan SMP, Pekerjaan Wiraswasta (elektronik), Tempat tinggal di *****, *****, Desa *****, Kecamatan *****, Kabupaten Rokan Hulu, sebagai Pemohon;
MELAWAN
TERMOHON, Umur 36 tahun, Agama Islam, Pendidikan SD, Pekerjaan Mengurus rumah tangga, Tempat tinggal di *****, *****, Desa *****, Kecamatan *****, Kabupaten Rokan Hulu, sebagai Termohon;
Pengadilan Agama tersebut;
Telah membaca dan mempelajari berkas perkara dan semua surat yang berhubungan dengan perkara ini;
Telah mendengar keterangan pihak berperkara serta saksi-saksinya;
TENTANG DUDUKPERKARANYA
Menimbang bahwa Pemohon telah mengajukan permohonannya tertanggal 06 Januari 2014 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Pasir Pengaraian dengan Register Nomor: /Pdt.G/2014/PA.Ppg tanggal 06 Januari 2014 dengan dalil-dalil sebagai berikut :
1. Bahwa Pemohon dan Termohon telah melaksanakan pernikahan pada tanggal 09 April 1993 di Kecamatan *****, yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama *****, Kabupaten Kampar, sebagaimana tertera dari Kutipan Akta Nikah Nomor: *****, tanggal 03 Mei 1993;
2. Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon kumpul baik dan tinggal di rumah orngtua Pemohon di Desa ***** selama 1 bulan, terakhir Pemohon dan Termohon tinggal di Desa *****, dan telah berhubungan layaknya suami isteri dan telah dikaruniai empat orang anak yaitu:
1. ANAK I(laki-laki) umurnya 19 tahun; 2. ANAK II(perempuan) umurnya 16 tahun; 3. ANAK III(laki-laki) umurnya 14 tahun; 4. ANAK IV (perempuan) umurnya 5 tahun;
3. Bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon pada awalnya berjalan baik-baik dan rukun saja selama 2 bulan;
4. Bahwa sejak tahun 2008 rumah tangga Pemohon dan Termohon mulai tidak harmonis karena adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dan sulit untuk dirukunkan lagi yang disebabkan;
1. Termohon kurang menghargai keluarga Pemohon ; 2. Termohon kurang melayani nafkah bathin;
3. Termohon selalu mendengar nasehat dari keluarga Termohon di bading nasehat dari Pemohon sebagai suaminya;
5. Bahwa puncak dari perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi pada tanggal 22 Juli 2013, yang akhirnya menyebabkan antara Pemohon dan Termohon telah pisah rumah dan yang pergi meninggalkan kediaman bersama adalah Pemohon;
6. Bahwa antara Pemohon dan Termohon sudah pernah didamaikan oleh pihak keluarga namun tidak berhasil;
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, antara Pemohon dan Termohon, sudah tidak mungkin lagi ada harapan hidup rukun dalam rumah tangga, oleh karena itu Pemohon mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Pasir Pengaraian Cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk memberi izin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak terhadap Termohon berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku dengan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
PRIMER:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya;
2. Memberi izin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap diri Termohon (TERMOHON) di depan sidang Pengadilan Agama Pasir Pengaraian;
3. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar semua biaya yang timbul dalam perkara ini;
SUBSIDER:
Menimbang bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon dan Termohon datang menghadap di persidangan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Ketua Majelis menanyakan tentang kebenaran identitas Pemohon dan Termohon. Pemohon dan Termohon membenarkan identitas yang tertera dalam surat permohonan tersebut;
Menimbang bahwa Majelis Hakim telah melakukan upaya damai dengan memberi nasihat kepada Pemohon dan Termohon supaya rukun kembali, akan tetapi tidak berhasil dan sesuai dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Majelis Hakim juga telah memerintahkan para pihak untuk melakukan mediasi dengan Hakim Mediator Ramsyah Sihombing, S.H, M.H, Hakim Pengadilan Agama Pasir Pengaraian, namun mediasi tersebut gagal;
Menimbang bahwa kemudian dibacakanlah permohonan Pemohon yang mana Pemohon tetap mempertahankan isi permohonan Pemohon;
Menimbang bahwa terhadap permohonan yang diajukan oleh Pemohon, Termohon didepan sidang telah memberikan jawabannya secara lisan sebagai berikut :
DALAM KONVENSI
- Bahwa benar Termohon dan Pemohon telah menikah pada tanggal 09 April 1993; - Bahwa benar setelah menikah Termohon dan Pemohon tinggal di rumah orang tua
Pemohon di Desa ***** dan terakhir tinggal di Desa ***** dan telah dikaruniai empat orang anak;
- Bahwa tidak benar rumah tangga Termohon dengan Pemohon yang rukun selama 2 bulan, rumah tangga Termohon dan Pemohon mulai tidak rukun lagi sejak tahun 2007, antara Termohon dengan Pemohon sering terjadi perselisihan dan pertengkaran;
- Bahwa tidak benar penyebab pertengkaran karena Termohon kurang menghargai keluarga Pemohon, Termohon ada menghargai keluarga Pemohon seperti keluarga Termohon sendiri;
- Bahwa tidak benar Termohon kurang melayani nafkah batin Pemohon, Termohon tetap melayani Pemohon;
- Bahwa tidak benar Termohon selalu mendengar nasehat keluarga Termohon, Termohon selalu mendengarkan nasehat dari Pemohon;
- Bahwa sebenarnya penyebab pertengkaran antara Termohon dan Pemohon karena Pemohon telah menikah lagi dengan perempuan lain, akan tetapi Termohon tetap sabar dan menerima Pemohon kembali dan tetap melayani Pemohon serta
menghargai keluarga Pemohon dan Pemohon juga berjanji akan meninggalkan perempuan tersebut;
- Bahwa benar puncak pertengkaran terjadi pada tanggal 22 Juli 2013 yang lalu, yang disebabkan Pemohon menikah lagi dengan perempuan lain untuk kedua kalinya. Sejak itu Termohon tidak mau menerima Pemohon lagi dan benar Pemohon pergi dari kediaman bersama;
- Bahwa setelah pergi dari kediaman bersama Pemohon pernah datang lagi ke kediaman Termohon akan tetapi sering mengancam Termohon sehingga Termohon mengadu kepada keluarga Termohon sehingga abang Termohon pernah memukul Pemohon;
- Bahwa benar sejak tanggal 22 Juli 2013 Termohon dan Pemohon pisah rumah sampai sekarang;
- Bahwa benar rumah tangga Termohon dengan Pemohon sudah didamaikan, akan tetapi tidak berhasil;
- Bahwa Termohon tidak mau lagi membina rumah tangga dengan Pemohon dan tidak keberatan untuk dicerai ;
- Bahwa jika terjadi perceraian antara Pemohon dengan Termohon, Termohon akan terima perceraian tersebut akan tetapi Termohon menuntut hak-hak Termohon;
DALAM REKONVENSI
- Bahwa Termohon dalam konvensi disebut sebagai Penggugat dalam rekonvensi dan Pemohon dalam konvensi disebut Tergugat dalam rekonvensi;
- Bahwa jika permohonan cerai Tergugat dikabulkan, mohon Penggugat mengajukan gugatan balik (rekonvensi) dengan dalil sebagai berikut :
1. Bahwa Penggugat dan Tergugat mempunyai 2 (dua) orang anak yang masih di bawah umur yang masih membutuhkan biaya yang cukup besar, untuk itu Penggugat menuntut nafkah untuk anak tersebut sebesar Rp. 800.000,-(delapan ratus ribu rupiah)/bulan sampai anak tersebut dewasa menurut hukum;
2. Bahwa Tergugat telah meninggalkan Penggugat sejak bulan Juli 2013 yang lalu tanpa memberikan nafkah untuk Penggugat,untuk itu Penggugat menuntut nafkah yang lampau ( madhiyah ) selama 7 bulan sebesar Rp. 5.600.000,- (lima juta enam ratus ribu rupiah);
3. Bahwa setelah perceraian nanti Penggugat akan menjalani masa iddah selama 3 bulan, Penggugat menuntut Tergugat untuk membayar nafkah iddah tersebut sebesar Rp.2.400.000,-(dua juta empat ratus ribu rupiah);
4. Bahwa Penggugat menuntut mut’ah kepada Tergugat berupa cincin emas seberat 2.5 gram;
Bahwa berdasarkan dalil tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Majelis Hakim untuk menjatuhkan Putusan sebagai berikut :
Primer :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menetapkan nafkah dua orang anak Penggugat dan Tergugat minimal sebesar Rp. 800.000,-(delapan ratus ribu rupiah)/bulan sampai dewasa menurut hukum; 3. Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat berupa :
3.1 Nafkah lampau ( madhiyah) sebesar Rp. 5.600.000,- (lima juta enam ratus ribu rupiah)
3.2 Nafkah iddah Penggugat sebesar Rp. 2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah);
3.3 Mut’ah berupa cincin emas seberat 2.5 gram;
Subsider : Jika Majelis berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya;
DALAM KONVENSI
Menimbang bahwa atas jawaban Termohon, Pemohon menyampaikan replik secara lisan sebagai berikut :
- Bahwa benar Pemohon menikah lagi sebanyak dua kali, akan tetapi pertengkaran dan perselisihan yang terjadi antara Pemohon dan Termohon terjadi jauh sebelum Pemohon menikah lagi, dan karena sering bertengkar itu makanya Pemohon menikah lagi;
- Bahwa terhadap yang selebihnya Pemohon tetap dengan permohonannya;
DALAM REKONVENSI
Menimbang bahwa atas rekonvensi Penggugat, Tergugat memberikan jawaban secara lisan sebagai berikut :
1. Bahwa Tergugat sanggup membayar nafkah anak Penggugat dan Tergugat sebesar Rp. 800.000,-(delapan ratus ribu rupiah)/bulan sampai dewasa menurut hukum; 2. Bahwa Tergugat tidak sanggup membayar nafkah lampau (madhiyah) sebesar
Rp. 5.600.000,- (lima juta enam ratus ribu rupiah), Tergugat hanya sanggup sebesar Rp. 3.000.000,-(tiga juta rupiah);
3. Bahwa Tergugat sanggup membayar nafkah iddah Penggugat sebesar Rp. 2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah);
4. Bahwa Tergugat sanggup membayar mut’ah berupa cincin emas seberat 2.5 gram;
5. Bahwa Tergugat bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan bersih sebesar Rp. 2.000.000,-(dua juta rupiah)/bulan;
DALAM KONVENSI
Menimbang bahwa atas replik Pemohon tersebut Termohon mengajukan dupliknya secara lisan bahwa Termohon tetap dengan jawaban semula dan tidak keberatan bercerai dengan Pemohon;
DALAM REKONVENSI
Menimbang bahwa atas jawaban Tergugat tersebut, Penggugat mengajukan repliknya secara lisan bahwa Penggugat bersedia menerima kesanggupan Tergugat;
Menimbang bahwa Pemohon Konvensi/ Tergugat Rekonvensi dan Termohon Konvensi/ Penggugat Rekonvensi tidak mengajukan tanggapan lagi ;
Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon di persidangan telah mengajukan alat bukti tertulis berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah No : *****, tanggal 03 Mei 1993 yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan *****, Kabupaten Rokan Hulu. Fotokopi Kutipan Akta Nikah tersebut telah dinazegelen dan telah dilegalisasi oleh Panitera dan oleh Majelis Hakim selanjutnya telah dicocokkan dengan aslinya, ternyata cocok dan bukti surat tersebut oleh Ketua Majelis diparaf serta diberi tanda P.1;
Menimbang bahwa di samping bukti tertulis, Pemohon juga telah menghadirkan saksi-saksi sebagai berikut:
1. SAKSI I, umur 50 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Tani, tempat tinggal di *****, Desa *****, Kecamatan *****, Kabupaten Rokan Hulu. Saksi tersebut menerangkan di bawah sumpahnya yang pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa saksi adalah tetangga Pemohon, kenal dengan Termohon dan sudah dikaruniai empat orang anak;
- Bahwa setahu saksi Pemohon dan Termohon membina rumah tangga terakhir di Desa *****;
- Bahwa setahu saksi rumah tangga Pemohon dengan Termohon sudah tidak harmonis lagi sejak tahun 2007. Antara Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan dan pertengkaran;
- Bahwa saksi pernah melihat dan mendengar Pemohon dan Termohon bertengkar, dan setiap selesai bertengkar Pemohon dan Termohon pernah mengadu kepada saksi;
- Bahwa setahu saksi penyebab Pemohon dan Termohon bertengkar karena Pemohon telah menikah lagi dengan perempuan lain sebanyak dua kali;
- Bahwa setahu saksi Pemohon dan Termohon telah pisah rumah sejak bulan Juli 2013 yang lalu karena Pemohon ketahuan menikah lagi dan setelah itu Pemohon pergi dari kediaman bersama;
- Bahwa keluarga kedua pihak sudah berusaha untuk mendamaikan Pemohon dan Termohon, akan tetapi tidak berhasil;
2. SAKSI II, umur 27 tahun, agama Islam, pendidikan SLTP, pekerjaan Tani, tempat tinggal di *****, Desa ***** Barat, Kecamatan *****, Kabupaten Rokan Hulu. Saksi tersebut menerangkan di bawah sumpahnya yang pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa saksi adalah adik kandung Pemohon, kenal dengan Termohon dan sudah dikaruniai empat orang anak;
- Bahwa setahu saksi Pemohon dan Termohon membina rumah tangga terakhir di Desa *****;
- Bahwa setahu saksi rumah tangga Pemohon dengan Termohon sudah tidak harmonis lagi sejak tahun 2007. Antara Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan dan pertengkaran;
- Bahwa saksi pernah melihat dan mendengar Pemohon dan Termohon bertengkar, dan setiap selesai bertengkar Pemohon dan Termohon pernah mengadu kepada saksi;
- Bahwa setahu saksi penyebab Pemohon dan Termohon bertengkar karena Pemohon telah menikah lagi dengan perempuan lain sebanyak dua kali;
- Bahwa setahu saksi Pemohon dan Termohon telah pisah rumah sejak bulan Juli 2013 yang lalu karena Pemohon ketahuan menikah lagi dan setelah itu Pemohon pergi dari kediaman bersama;
- Bahwa keluarga kedua pihak sudah berusaha untuk mendamaikan Pemohon dan Termohon, akan tetapi tidak berhasil;
Menimbang bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut Pemohon mencukupkan keterangan serta buktinya, sedangkan Termohon menyatakan tidak akan mengajukan bukti dan mencukupkan bukti yang diajukan Pemohon;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pemohon menyampaikan kesimpulan akhirnya tetap dengan permohonan semula dan mohon putusan, sedangkan Termohon dalam kesimpulan akhirnya menyatakan bersedia cerai dengan Pemohon dan tetap dengan tuntutannya;
Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini menunjuk kepada segala sesuatu sebagaimana termuat dalam Berita Acara Sidang perkara ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari putusan ini ;
TENTANG HUKUMNYA DALAM KONVENSI
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas ;
Menimbang, bahwa pada hari-hari sidang yang telah ditetapkan Majelis Hakim, Pemohon dan Termohon datang menghadap sendiri-sendiri ke persidangan;
Menimbang, bahwa sesuai dengan dimaksud pasal 31 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 82 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon agar dapat rukun dan membina rumah tangga kembali dan juga berdasarkan PERMA Nomor 01 Tahun 2008 usaha damai melalui mediasi sudah dilaksanakan melalui mediator akan tetapi tidak berhasil;
Menimbang, bahwa Pemohon mengajukan cerai talak dengan alasan tidak ada lagi keharmonisan dalam rumah tangga. Antara Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan dan pertengkaran dan telah pisah rumah sejak tanggal 22 Juli 2013 sebagaimana tersebut dalam permohonannya, dalam halmana, alasan seperti itu diperkenankan oleh pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Dengan demikian, permohonan Pemohon dengan alasan seperti itu dapat dipertimbangkan;
Menimbang, bahwa setiap orang yang menyatakan mempunyai hak atas sesuatu harus dibuktikan;
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan dalil-dalil permohonan Pemohon, Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan status pernikahan Pemohon dan Termohon dikarenakan hal itu merupakan dasar adanya perceraian ;
Menimbang, bahwa dari bukti P.1 yang diajukan Pemohon di persidangan, harus dinyatakan bahwa Pemohon telah berhasil membuktikan adanya hubungan hukum antara Pemohon dengan Termohon dan Pemohon patut dianggap sebagai pihak yang berkepentingan dalam perkara ini (persona standi in justicio);
Menimbang, bahwa dalil-dalil yang dikemukakan oleh Pemohon untuk menceraikan Termohon pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa rumah tangga Pemohon dengan Termohon tidak harmonis lagi sejak dua bulan setelah menikah dan pada tahun 2008 terjadi lagi masalah, disebabkan Termohon kurang menghargai keluarga Pemohon, Termohon tidak melayani nafkah batin Pemohon dan Termohon selalu mendengarkan nasehat keluarga Termohon; - Bahwa Pemohon dan Termohon telah pisah rumah sejak tanggal 22 Juli 2013 sampai
sekarang;
- Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah diusahakan upaya damai oleh pihak keluarga, akan tetapi tidak berhasil;
Menimbang, bahwa Termohon dalam jawabannya membenarkan bahwa dalam rumah tangga Pemohon dengan Termohon sudah terjadi perselisihan dan pertengkaran akan tetapi bukan dengan sebab sebagaimana yang didalilkan Pemohon, rumah tangga Termohon dan Pemohon tidak harmonis lagi sejak tahun 2007 yang disebabkan karena Pemohon menikah lagi dengan perempuan lain dan benar sudah pisah sejak tanggal 22 Juli 2013 karena Pemohon ketahuan menikah lagi untuk yang kedua kalinya, setelah itu Pemohon pergi dari kediaman bersama dan atas permohonan Pemohon untuk menceraikan Termohon, Termohon tidak keberatan untuk cerai dengan Pemohon dan mengajukan tuntutan rekonvensi;
Menimbang, bahwa atas jawaban Termohon, Pemohon menyampaikan repliknya bahwa benar Pemohon menikah lagi dengan perempuan lain, akan tetapi perselisihan dan pertengkaran yang terjadi antara Pemohon dan Termohon terjadi jauh sebelum Pemohon menikah lagi dan karena sering bertengkar makanya Pemohon menikah lagi;
Menimbang, bahwa atas replik Pemohon tersebut, Termohon menyampaikan dupliknya bahwa Termohon tetap dengan jawaban semula dan tidak keberatan cerai dengan Pemohon;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pemohon dan Termohon tidak mengajukan tanggapan apapun lagi;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil permohonannya, Pemohon telah pula mengajukan dua orang saksi yaituSAKSI I dan SAKSI II, sedangkan Termohon tidak mengajukan bukti dan mencukupkan bukti yang diajukan Pemohon. Kedua saksi tersebut dalam perkara perceraian secara formil dinilai telah memenuhi syarat formil dan sejalan dengan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan secara materil, keterangan saksi-saksi saling bertautan satu sama lainnya, menerangkan tidak harmonisnya rumah tangga Pemohon dan Termohon yang mengakibatkan Pemohon dengan Termohon telah pisah rumah sejak bulan Juli 2013 yang lalu sampai sekarang. Dengan demikian keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon dan Termohon di persidangan dapat dipertimbangkan dalam perkara ini, hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 175, 308 ayat (1) dan 309 R.Bg;
Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil Pemohon, jawaban Termohon dan keterangan saksi-saksi di persidangan ditemukan fakta :
- Bahwa rumah tangga Pemohon dengan Termohon tidak harmonis lagi, sudah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa didamaikan lagi, sehingga Pemohon dengan Termohon tidak serumah lagi sudah lebih tujuh bulan lamanya sampai sekarang;
- Bahwa usaha damai tidak berhasil karena Pemohon dan Termohon tidak bersedia rukun dan membina rumah tangga sebagaimana mestinya;
Menimbang, bahwa berdasarkan dari fakta hukum di atas, Majelis Hakim berpendapat, dalil permohonan Pemohon yang menerangkan adanya perselisihan dan pertengkaran terus-menerus antara Pemohon dan Termohon, patut dinyatakan telah terbukti;
Menimbang, bahwa tentang siapa penyebab timbulnya perselisihan dan pertengkaran serta ketidakrukunan antara Pemohon dengan Termohon, hal tersebut tidak perlu dipertimbangkan lagi, karena sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Pemohon dengan Termohon, telah mengakibatkan pecahnya perkawinan dan rumah tangga Pemohon dengan Termohon dan telah pisah rumah sudah lebih tujuh bulan lamanya, sehingga sudah tidak mungkin dapat dirukunkan lagi sebagaimana rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah;
Menimbang, bahwa di setiap persidangan, Majelis Hakim telah berupaya memberi nasihat kepada Pemohon dan Termohon supaya dapat rukun kembali, namun tidak berhasil, bahkan dalam kesimpulan akhirnya, Pemohon menyatakan tetap pada prinsipnya untuk bercerai dengan Termohon, begitu juga dengan Termohon yang
bersedia cerai dengan Pemohon. Dengan demikian, Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon telah pecah dan tidak harmonis lagi (marriage breakdown);
Menimbang, bahwa mempertahankan rumah tangga dalam keadaan seperti itu, tentu akan menimbulkan tekanan batin bagi Pemohon dan Termohon sehingga tujuan dari perkawinan membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah tentu tidak akan pernah tercapai. Satu-satunya jalan kemaslahatan bagi Pemohon dan Termohon, menurut pendapat Majelis Hakim adalah melalui perceraian;
Menimbang, bahwa menghindari Pemohon dan Termohon dari bahaya atau kesulitan yang nyata terus terjadi di antara mereka dengan jalan perceraian lebih baik daripada mengharapkan kebaikan yang belum jelas adanya, dengan tetap mempertahankan ikatan perkawinan antara mereka, halmana sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang berbunyi :
رد أ ﺢﻟﺎﺼﻤﻟا ﺐﻠﺟ ﻰﻠﻋ مﺪﻘﻣ ﺪﺳﺎﻔﻤﻟا
Artinya : “Menolak kerusakan lebih utama daripada mengupayakan kemaslahatan”
Menimbang, bahwa Pemohon tetap ingin menceraikan Termohon, maka keinginan Pemohon tersebut telah sesuai pula dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 227 yang berbunyi :
ﻣﺰﻋ ناو ﻢﯿﻠﻋ ﻊﯿﻤﺳ ﷲ نﺎﻓ قﻼﻄﻟا اﻮ
Artinya: “Dan jika suami telah berketetapan hati untuk menceraikan isterinya, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, dalam halmana telah dinyatakan, dalil permohonan Pemohon telah terbukti dan alasan yang diajukan oleh Pemohon telah memenuhi maksud pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam serta dalil permohonan Pemohon tidak bertentangan dengan hukum, maka permohonan Pemohon patut dikabulkan dengan memberi izin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon;
DALAM REKONVENSI
Menimbang, bahwa karena permohonan konvensi tentang perceraian telah dikabulkan, maka gugatan rekonvensi beralasan untuk dipertimbangkan;
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan rekonvensi adalah sebagaimana tersebut di atas ;
Menimbang, bahwa apa-apa yang termuat dalam konvensi mutatis mutandis dianggap telah dipertimbangkan pula dalam bagian rekonvensi ;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim meneliti gugatan Penggugat rekonvensi ternyata telah diajukan sesuai ketentuan pasal 66 ayat (5) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, oleh karenanya gugatan Penggugat rekonvensi dapat diterima untuk diadili;
Menimbang, bahwa Penggugat rekonvensi menuntut kepada Tergugat rekonvensi yaitu :
1.Menetapkan nafkah dua orang anak Penggugat dan Tergugat minimal sebesar Rp. 800.000,-(delapan ratus ribu rupiah)/bulan sampai dewasa menurut hukum;
2.Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat berupa :
2.1 Nafkah lampau ( madhiyah) sebesar Rp. 5.600.000,- (lima juta enam ratus ribu rupiah);
2.2 Nafkah iddah Penggugat sebesar Rp. 2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah);
3.Mut’ah berupa cincin emas seberat 2.5 gram;
Menimbang, bahwa dalam jawabannya Tergugat rekonvensi menyanggupi sesuai dengan kemampuannya sebagai berikut :
1. Bahwa Tergugat sanggup membayar nafkah dua orang anak Penggugat dan Tergugat sebesar Rp. 800.000,-(delapan ratus ribu rupiah)/bulan sampai dewasa menurut hukum;
2. Bahwa Tergugat tidak sanggup membayar nafkah lampau (madhiyah) sebesar Rp.5.600.000,-(lima juta enam ratus ribu rupiah), Tergugat hanya sanggup sebesar Rp. 3.000.000,-(tiga juta rupiah);
3. Bahwa Tergugat sanggup membayar nafkah iddah Penggugat sebesar Rp. 2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah);
4. Bahwa Tergugat sanggup membayar mut’ah berupa cincin emas seberat 2.5 gram;
Menimbang, bahwa Tergugat menyatakan Tergugat bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan bersih sebesar Rp. 2.000.000,-(dua juta rupiah)/bulan;
Menimbang, bahwa dalam repliknya Penggugat rekonvensi menyatakan menerima kesanggupan Tergugat rekonvensi terhadap semua tuntutan Penggugat rekonvensi;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat Rekonvensi sehubungan dengan biaya hadlanah terhadap anak Penggugat Rekonvensi dengan Tergugat Rekonvensi berdasarkan pasal 105 (c) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia sangat beralasan, dan sehubungan dengan besarnya biaya hadhanah terhadap anak tersebut telah terjadi kesepakatan antara Penggugat Rekonvensi dengan Tergugat Rekonvensi, maka Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan kembali tentang besarnya nafkah anak tersebut, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat gugatan Penggugat Rekonvensi tersebut patut dikabulkan dengan menetapkan biaya hadhanah terhadap anak Penggugat Rekonvensi dengan Tergugat Rekonvensi adalah minimal Rp. 800.000,- ( delapan ratus ribu rupiah ) untuk setiap bulan sampai anak tersebut dewasa atau mandiri menurut hukum;
Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat tentang nafkah lampau (madhiyah) telah memenuhi syarat sebagimana diatur dalam pasal 80 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, yang mana suami wajib memberikan nafkah kepada isterinya, kemudian apabila kewajiban itu tidak dilaksanakan oleh seorang suami, padahal ia mempunyai kemampuan untuk itu, maka suami tersebut telah melalaikan kewajibannya dan kelalaian melaksanakan kewajiban adalah dianggap sebagai hutang yang harus dibayar oleh seorang suami kepada isterinya, sebagaimana dijelaskan Syekh Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as Sunnah, juz II, hal. 155, sebagai berikut:
ﺎﮭﺟوز ﻰﻠﻋ ﺔﺒﺟاو ﺔﺟوﺰﻟا ﺔﻘﻔﻧ نا
...
ﮫﺘﻣذ ﻰﻓ ﺎﻨﯾد ﺮﯿﺼﺗ ﺎﮭﺋادأ ﻦﻋ ﻊﻨﺘﻣا ﻢﺛ
Artinya: Sesungguhnya nafkah isteri adalah kewajiban suaminya …., kemudian apabila ia tidak menunaikannya, maka hal tersebut menjadi hutang yang harus ditanggungnya;
Menimbang, bahwa tentang besarnya nafkah lampau (madhiyah) tersebut, Penggugat Rekonvensi dalam repliknya menyetujui kesanggupan Tergugat Rekonvensi atas tuntutan Penggugat Rekonvensi tersebut, maka Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan kembali besaran tentang tuntutan nafkah lampau (madhiyah) Penggugat Rekonvensi, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat gugatan Penggugat Rekonvensi tersebut patut dikabulkan, untuk itu maka Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar nafkah lampau (madhiyah) sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah);
Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat rekonvensi tentang nafkah iddah telah memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam pasal 153 ayat ( 1 dan 2) Kompilasi Hukum Islam dan telah beralasan hukum sesuai ketentuan pasal 149 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam, dan tentang besarnya nafkah iddah tersebut Penggugat Rekonvensi dalam repliknya menyetujui kesanggupan Tergugat Rekonvensi atas tuntutan Penggugat Rekonvensi tersebut, maka Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan kembali besaran tentang tuntutan nafkah iddah Penggugat Rekonvensi, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat gugatan Penggugat Rekonvensi tersebut patut dikabulkan, untuk itu
maka Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar nafkah iddah sebesar Rp. 2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah);
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat rekonvensi sehubungan dengan mut’ah, Majelis Hakim berpendapat berdasarkan pasal 159 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia adalah beralasan, dan tentang besarnya mut’ah tersebut Penggugat Rekonvensi dalam repliknya menyetujui kesanggupan Tergugat Rekonvensi atas tuntutan Penggugat Rekonvensi tersebut, maka Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan kembali besaran tentang tuntutan mut’ah Penggugat Rekonpensi, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat gugatan Penggugat Rekonvensi tersebut patut dikabulkan, untuk itu maka Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar mut’ah berupa cincin emas seberat 2,5 gram;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 89 Undang - Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989, Pemohon dibebankan membayar semua biaya perkara sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini;
Mengingat segala peraturan perundang–undangan yang berlaku dan ketentuan hukum syar’i yang berkaitan dengan perkara ini.
MENGADILI DALAM KONVENSI:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon Konvensi;
2. Memberi izin kepada Pemohon Konvensi (PEMOHON) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon Konvensi (TERMOHON) di depan sidang Pengadilan Agama Pasir Pengaraian;
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi seluruhnya;
2. Menetapkan nafkah dua orang anak sebesar Rp. 800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) setiap bulan sampai anak tersebut dewasa;
3. Menetapkan hak-hak Penggugat Rekonvensi berupa :
3.1 Nafkah lampau (madhiyah) sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah); 3.2 Nafkah iddah sebesar Rp. 2.400.000,-(dua juta empat ratus ribu rupiah); 3.3 Mut’ah berupa cincin emas seberat 2.5 gram;
4. MenghukumTergugat Rekonvensi untuk membayar kewajibannya sebagaimana tersebut pada point 2 dan point 3 diktum putusan ini;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
Membebankan kepada Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.491.000,- ( empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama Pasir Pengaraian pada hari Rabu tanggal 12 Maret 2014 M bertepatan dengan tanggal 10 Jumadil Awal 1435 H oleh kami FITHRIATI AZ, S.Ag., Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Pasir Pengaraian sebagai Ketua Majelis, ZULFIKRI, S.H.I.,M.H. dan RAHMIWATI ANDREAS, S.H.I. , masing-masing sebagai Hakim Anggota dan diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut didampingi para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh SARI, SM.HK., sebagai Panitera Pengganti, dengan dihadiri oleh Pemohon dan Termohon.
KETUA MAJELIS dto
FITHRIATI AZ, S.Ag.
HAKIM ANGGOTA HAKIM ANGGOTA
dto dto ZULFIKRI, S.H.I., M.H. RAHMIWATI ANDREAS, S.H.I.
PANITERA PENGGANTI dto
SARI, SM.HK.
Perincian Biaya Perkara :
1. Biaya Pendaftaran =Rp. 30.000.00 2. Biaya Proses =Rp. 50.000.00 3. Biaya Pemanggilan =Rp. 400.000.00 4. Biaya Redaksi =Rp. 5.000.00 5. Biaya Meterai =Rp. 6.000.00
Jumlah =Rp. 491.000.00 (empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah).
Untuk salinan yang sama bunyinya Pasir Pengaraian, 2014 Panitera Pengadilan Agama Pasir Pengaraian