• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci : Konsep diri, Lansia. Arif Rahman*), Eko Susilo**), Fitria Primi Astuti***)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci : Konsep diri, Lansia. Arif Rahman*), Eko Susilo**), Fitria Primi Astuti***)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT KRONIS DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA “WENING WARDOYO” UNGARAN BALAI REHABILITASI SOSIAL ANAK

“WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

Arif Rahman*), Eko Susilo**), Fitria Primi Astuti***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Gangguan konsep diri pada lansia cenderung akibat penurunan kondisi fisik berhubungan dengan penyakit kronis yang diderita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri lansia yang mengalami penyakit kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel penelitian ini menggunakan metode Total Sampling, dimana jumlah sampel sama dengan populasi yaitu sebanyak 70 orang.

Hasil penelitian dari 70 responden sebagian besar berada pada konsep diri baik atau positif dan sebagian kecil berada pada konsep diri kurang atau negatif dengan rincian sebagai berikut: konsep diri baik atau positif 38 responden (54%) dan konsep diri kurang atau negatif 2 responden (3%) , citra tubuh baik atau positif 37 responden (53%) dan citra tubuh kurang atau negatif 4 responden (6%), identitas diri baik atau positif 51 responden (73%), peran diri positif 46 responden (66%), ideal diri baik atau positif 40 responden (57%) dan ideal diri kurang atau negatif 4 responden (6%), harga diri baik atau positif 35 responden (50%) dan harga diri kurang atau negatif 3 responden (6%).

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi lansia yang memiliki citra tubuh, ideal diri, dan harga diri yang kurang untuk dapat lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan di panti yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri lansia dan meningkatkan kemampuan lansia dalam berhubungan dengan orang lain.

Kata kunci : Konsep diri, Lansia

(2)

ABSTRACT

Self-concept disorder in elderly tends to occur as impact of decreased physical condition associated with chronic disease. The purpose of this study is to find the description of self-concept in elderly with chronic diseases at Wening Wardoyo Social Services Unit for Elderly of Wira Adhi Karya Social Rehabilitation Center for Children Ungaran. This was a descriptive study with cross sectional approach. The data sampling in this study used total sampling method, and the samples were equal to the population as many as 70 respondents.

The results of this study in 70 respondents indicate that most of respondents have good or positive self-concept and less of respondents have poor or negative self-concept as follows: there are 38 respondents (54%) have good or positive self-concept and 2 respondents (3 %) have less or negative self-concept, 37 respondents (53%) have good or positive body image and 4 respondents (6%) have less or negative body image, 51 respondents (73%) have good or positive self-identity, 46 respondents (66%) have a positive self-role, 40 respondents (57%) have good or positive self-ideal and 4 respondents (6%) have poor or negative self-ideal, 35 respondents (50%) have good or positive self-esteem and 3 respondents (6%) have poor or negative self-esteem.

Based on the results of research is expected for elderly having the body image, ideal self, and self-esteem that not enough to be more longer active in following activities in an aimed at increasing confidence senior people and improve the ability elderly with a new relationship with others.

Keywords : Self-concept, Elderly

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. (Padila, 2013). Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan mencapai angka 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Padila, 2013).

Peningkatan jumlah lansia berdampak pada munculnya masalah kesehatan, yang terjadi pada lansia berupa masalah fisik, biologi, mental, maupun sosial ekonomi. Lansia yang mengalami proses manua cenderung untuk menderita penyakit kronis dan sekitar 40% lansia di dunia

menderita sedikitnya satu jenis penyakit kronis seperti Artrithis 44%, hipertensi 39% berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, penyakit jantung 27%, dan lain-lain. (Padila, 2013).

Tingginya angka penyakit kronis tersebut, merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Depkes, 2008). Dari 40% lansia yang menderita sedikitnya satu jenis penyakit kronis dilaporkan adanya nyeri dan ketidakmampuan, merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi, atau hilang kemapuan seksualitas. Hal ini sangat mempengaruhi cara pandang lansia terhadap diri dan lingkungannya yang disebut dengan gangguan konsep diri. (Padila, 2103).

Gangguan konsep diri yang terjadi pada lansia cenderung akibat penurunan kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology) dan keterbatasan dukungan sosial khususnya dari pihak keluarga (Padila, 2013). Keluarga merupakan support system utama

(3)

bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya (baik fisik, psikologik maupun sosial). Untuk itu, dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan psikologik maupun sosial dengan cara melakukan kontrol secara rutin ditempat pelayanan kesehatan dan juga harus dapat menghindari makanan dan aktifitas-aktifitas yang dapat memperberat masalah kesehatan yang diderita oleh lansia. Dalam upaya peningkatan derajat kesehatannya lansia harus mampu untuk berinteraksi sosial secara baik dengan orang lain khususnya tenaga kesehatana ketika menyampaikan keluhan apa saja yang dirasakannya.

Dari survei awal yang dilakukan calon peneliti mengenai jumlah lansia di Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran pada bulan September 2015. Terdapat 84 lansia yang berada di Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran. Dari 84 lansia tersebut terdapat 75lansia yang mengalami penyakit kronis. Jumlah penyakit kronis yang diderita oleh lansia di Unit Pelayanan Sosial Wening Wardoyo Ungaran yaitu : Rheumatik (22 orang), penyakit kulit (3 orang), hipertensi (21 orang), asam urat (5 orang), PPOK (13 orang), ISPA (9 orang), Diabetes Mellitus (2 orang).

Rumusan Masalah

“Bagaimanakah gambaran konsep diri pada lansia yang mengalami penyakit kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran”?

Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran konsep diri lansia yang mengalami penyakit kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran”

Manfaat Penelitian

Petugas kesehatan dapat membantu mengevaluasi tentang perubahan knsep diri dan interaksi sosial yang terjadi pada lansia yang mengalami penyakit kronis.

Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan dasar dalam merencanakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian dibidang keperawatan dan profesi yang bersifat ilmiah.

METODOLOGI Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yakni hanya mendeskripsikan/menggambarkan data yang disurvei tanpa atau belum melakukan generalisasi ke populasi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran pada tanggal 21 Desember 2015–2 Januari 2016.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaranyang berjumlah 75 orang.

Sampel

Sampel pada penelitian adalah lansia yang mengalami penyakit kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran jumlahnya sebanyak 70 orang.

Pengumpulan data Data Primer

Data primer ini mencakup karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis penyakit kronis, data tentang citra tubuh,

(4)

identitas diri, peran diri, ideal diri, dan harga diri.

Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum lokasi penelitian yaitu Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Wening Wardoyo” Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.

Instrument penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner.

Analisa Data Analisa Univariat

Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variabel penelitian yaitu: citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri, identitas diri, dan konsep diri.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Konsep Diri Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis

Konsep Diri

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Konsep Diri Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Tahun 2015

No Konsep Diri Frekuensi Persentase

(%) 1 2 3 Baik Cukup Kurang 38 30 2 54 43 3 Jumlah 70 100 Citra Tubuh Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Citra Tubuh Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Tahun 2015

No Citra Tubuh Frekuensi Presentase

(%) 1 2 3 Baik Cukup Kurang 37 29 4 53 41 6 Jumlah 70 100 Identitas Diri Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Identitas Diri Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Tahun 2015

No Identitas Diri Frekuensi Persentase

(%) 1 2 3 Baik Cukup Kurang 51 19 0 73 27 0 Jumlah 70 100 Peran Diri Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Peran Diri Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Tahun 2015

No Peran Diri Frekuensi Presentase

(%) 1 2 3 Baik Cukup Kurang 46 24 0 66 34 0 Jumlah 70 100 Ideal Diri Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Ideal Diri Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Tahun 2015

No Ideal Diri Frekuensi Presentase

(%) 1 2 3 Baik Cukup Kurang 40 26 4 57 37 6 Jumlah 70 100 Harga Diri Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Harga Diri Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Tahun 2015

No Harga Diri Frekuensi Persentase

(%) 1 2 3 Tinggi Sedang Rendah 35 32 3 50 46 4 Jumlah 70 100

(5)

PEMBAHASAN Konsep Diri

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 2009). Pada lansia dengan penyakit kronis yang memiliki konsep diri baik atau positif mempunyai mekanisme koping yang baik. Sehingga lansia dengan penyakit kronis dapat menerima keadaan yang dialaminya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping yaitu kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi (Maramis, 2006). Faktor mekanisme koping yang sangat berpengaruh dalam konsep diri lansia yang mengalami penyakit kronis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran yaitu keyakinan atau pandangan positif dan dukungan sosial. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Reni Zulfitri pada tahun 2009 tentang hubungan konsep diri dan gaya hidup lansia yang mengalami penyakit kronis di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram yang mengatakan bahwa sebagian besar lansia memiliki konsep diri positif. Hasil tersebut disebabkan karena lansia memiliki keyakinan atau pandangan yang positif dan mendapatkan dukungan sosial dari petugas panti dan keluarga.

Penyakit kronis akan menyebabkan perubahan bentuk tubuh pada lansia dan keterbataan lansia dalam memenuhi aktivitasnya sehari-hari, sehingga lansia dengan penyakit kronis kurang menerima dirinya sendiri karena perubahan bentuk dan fungsi tubuh. Perubahan dalam penampilan dan fungsi tubuh adalah stresor yang sangat jelas mempengaruhi

konsep diri. Karena perubahan tubuh dan fungsi tubuh terebut akan menyebabkan lansia dengan penyakit kronis mengingkari keadaan yang sebenarnya sehingga lansia dengan penyakit kronis memiliki ideal diri yang tinggi. Sedangkan ideal diri yang tinggi justru dapat menyebabkan harga diri rendah (Sulistiwati, 2005).

Citra Tubuh

Responden dikatakan memiliki citra tubuh dengan kategori baik atau positif, jika distribusi jawaban responden terdiri jawaban sering dan jarang. Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban sering terletak pada pertanyaan 1, 2, 3 dan 5 yaitu lansia merasa puas dengan perubahan tubuhnya, merasa penampilan fisiknya sesuai yang diharapkan, mempedulikan kerapihan penampilan, tidak menolak menyentuh bagian tubuh yang berubah dengan distribusi frekuensi responden secara berurutan sebanyak 34 responden (48,6%), 34 responden (48,6%), 29 responden (41,4%), dan 36 responden (51,4%). Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban jarang terletak pada pertanyaan 4 yaitu lansia tidak merasa malu karena tidak bisa melakukan aktifitas seperti saat muda dan sehat dengan distribusi frekuensi responden sebanyak 44 responden (62,9%).

Keterbatasan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dikarenakan pada usia tuanya telah terjadi perubahan fisik. Perubahan fisik pada lansia disebabkan oleh penuaan yang dialami oleh setiap orang pada usia tuanya. Proses penuaan ini ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaik diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta merperbaiki kerusakan yang diderita dan terjadilah penurunan kondisi fisik pada lansia.

(6)

Responden dikatakan memiliki identitas diri dengan kategori baik atau positif, jika distribusi jawaban responden terdiri jawaban sering dan jarang. Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban sering terletak pada pertanyaan 1, 3, dan 5 yaitu lansia berpakaian sesuai dengan jenis kelamin dan menilai dirinya berbeda dengan orang lain, bertutur kata yang sopan terhadap teman sesama lansia di panti, lebih taat beribadah kepada Allah SWT dengan distribusi frekuensi responden secara berurutan sebanyak 52 responden (74,3%), 38 responden (54,3%), dan 44 responden (62,9%). Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban jarang terletak pada pertanyaan 2, dan 4 yaitu lansia dapat bertutur kata yang sopan terhadap teman sesama lansia di panti dan mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh panti dengan distribusi frekuensi reponden secara berurutan sebanyak 51 responden (72,9%) dan 52 responden (74,3%).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan, dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Hal ini didukung oleh teori dari Muhith (2015), mengungkapkan terdapat beberapa ciri-ciri seseorang dengan identitas diri yang baik atau positif adalah kesadaran tentang diri sendiri yang didapat individu dari observasi terhadap dirinya sehingga dapat menerima dirinya secara utuh.

Peran Diri

Responden dikatakan memiliki peran diri dengan kategori baik atau positif, jika distribusi jawaban responden terdiri jawaban sering dan jarang. Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban sering terletak pada pertanyaan 3 dan 5 yaitu lansia dapat bersikap sopan terhadap orang lain dan

mengikuti setiap kali ada kerja bakti di panti dengan distribusi frekuensi responden secara berurutan sebanyak 39 responden (55,7%) dan 42 responden (60%). Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban jarang terletak pada pertanyaan 1, 2, dan 4 yaitu lansia merasa puas terhadap hubungan sosialnya dengan teman sesama lansia di panti, dipercayai dalam mengerjakan tugas di panti, merasa tidak egois ingin selalu menang sendiri jika berhadapan dengan orang lain dengan distribusi frekuensi responden secara berurutan sebanyak 35 responden (50%), 43 responden (61,4%), dan 52 responden (74,3%).

Tarwoto & Wartonah (2010), mengungkapkan individu yang memiliki kepuasan dalam penampilan peran adalah seseorang yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen. Individu dikatakan mempunyai peran yang baik atau positif adalah adanya kemampuan untuk berperan aktif dalam lingkungan, sekaligus menunjukkan bahwa keberadaannya sangat diperlukan oleh lingkungan.

Ideal Diri

Responden dikatakan memiliki ideal diri dengan kategori baik atau positif, jika distribusi jawaban responden terdiri jawaban sering dan jarang. Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban sering terletak pada pertanyaan nomor 5 yaitu lansia dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan sebaik-baiknya dengan distribusi frekuensi responden sebanyak 38 lansia (54,3%). Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban jarang terletak pada pertanyaan 1, 2, 3, dan 4 yaitu lansia tidak berharap untuk dapat segera sembuh total dari penyakitnya, berubah jika menyadari apa yang

(7)

dilakukannya salah, mampu mengendalikan dirinya, mampu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, merapikan tempat tidur dengan distribusi frekuensi responden secara berurutan sebanyak 46 responden (65,7%), 38 responden (54,3%), 62 responden (88,6%), dan 37 responden (52,9%).

Suliswati (2005) mengatakan individu yang mempunyai ideal diri negatif adalah seseorang yang ideal dirinya terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut. Dari hasil penelitian bahwa terdapat lansia yang memiliki ideal diri yang kurang atau negatif sebanyak 4 responden (6%). %). Reponden dikatakan memiliki ideal diri yang kurang atau negatif, jika distribusi jawaban responden terdiri dari jawaban tidak pernah. Pada masing-masing poin pertanyaan terdapat responden yang memberikan jawaban tidak pernah. Pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban tidak pernah terletak pada pertanyaan nomor 1 yaitu lansia berharap dapat segera sembuh total dari penyakit kronis yang diderita dengan distribusi frekuensi responden sebanyak 12 responden (17,1%).

Harga Diri

Responden dikatakan memiliki harga diri dengan kategori tinggi, jika distribusi jawaban responden terdiri jawaban sering dan jarang. Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban sering terletak pada pertanyaan nomor 4 yaitu lansia tidak merasa malu pada diri nya sendiri terkait dengan penyakit kronis yang diderita dengan distribusi frekuensi responden sebanyak 35 responden (50%). Adapun pertanyaan yang paling mendominasi dengan pilihan jawaban jarang terletak pada pertanyaan 1, 2, 3, dan 5 yaitu lansia percaya diri terhadap kemampuannya, bisa hidup mandiri, bisa menolong sesama lansia yang membutuhkan bantuan dalam beraktivitas, dan selalu menyendiri dengan

distribusi frekuensi responden secara berurutan sebnayak 33 responden (47,1%), 46 responden (65,7%), 54 responden (77,1%), dan 43 responden (61,4%).

Lansia dengan penyakit kronis sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Lansia yang berjenis kelamin perempuan ada yang mengalami harga diri rendah yaitu sebanyak 2 orang. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki perasaan malu yang berlebih terhadap orang lain dibandingkan laki-laki, sehingga lansia yang berjenis kelamin perempuan cenderung untuk menyendiri dan jarang mau berinteraksi dengan orang lain. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Sil Sanjaya tentang hubungan antara konsep diri dengan kecemasan pada wanita premenopause di desa Lerep, Ungaran Barat, Kab Semarang yang menyebutkan bahwa sebagian besar wanita pre-menopause mengalami harga diri rendah.

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan penelitian yang tidak spesifik dalam mengkaji terlalu mendalam efek dari pada penyakit pemberat lainnya yang diderita oleh lansia yang dapat mempengaruhi konsep diri. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti bahwa lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran menderita lebih dari satu jenis penyakit kronis. Bisa saja konsep diri yang dialami oleh lansia juga dipengaruhi oleh penyakit kronis lainnya.

KESIMPULAN

Sebagian besar konsep diri responden berada pada kategori baik/positif yaitu sebanyak 38 responden (54%), sedangkan untuk citra tubuh responden berada pada kategori baik/positif yaitu sebanyak 37 responden (53%).

Sebagian besar identitas diri responden berada pada kategori baik/positif yaitu sebanyak 51 responden (73%) dan untuk peran diri sebagian besar responden berada pada kategori

(8)

baik/positif yaitu sebanyak 46 responden (66%).

Sebagian besar ideal diri responden berada pada kategori baik/positif yaitu sebanyak 40 responden (57%), untuk harga diri responden berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 35 responden (50%).

SARAN

Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran untuk lebih memperhatikan kebutuhan jasmani dan rohani para lansia dengan meningkatkan pelayanan kesehatan dan menerapkan komunikasi terapeutik yang baik.

Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian khusus yang menyangkut tentang faktor yang belum diteliti yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri lansia yang mengalami penyakit kronis diantaranya tingkat perkembangan dan kematangan, budaya, sumber ekdternal dan internal, pengalaman sukses dan gagal, stresor, usia dan trauma, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu : Yogyakarta [2] Brunner & Suddarth. 2002.

Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. EGC: Jakarta.

[3] Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Trans Info Media : Jakarta

[4] Hidayat. 2004. Model Konsep dan Teori Keperawatan. EGC: Jakarta. [5] Kristanti, H. 2013. Mencegah &

Mengobati 11 Penyakit Kronis.Citra Pustaka: Jakarta.

[6] Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Andi : Yogyakarta.

[7] Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

[8] Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.

[9] Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika: Jakarta. [10] Potter & Perry. 2005. Fundamental

Keperawatan Volume 1 Edisi 4. EGC: Jakarta

[11] Proverawati, A. 2012. Perilaku Hidup Bersih & Sehat. Nuha Medika: Jakarta.

[12] Purwaningsih, W., dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika. Yogyakarta

[13] Riyadi, S. 2009, dkk. Asuhan Keperawatan Jiwa. Graha Ilmu: Yogyakarta

[14] Sanjaya, Sil. 2015. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecemasan pada Wanita Premenopause di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran: Semarang

[15] Stuart, Gail. W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC : Jakarta.

[16] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif. Alfabeta : Bandung.

[17] Sujarweni, V.Wiratna. 2014.

Metodologi Penelitian Keperawatan.

Gava Media: Yogyakarta.

[18] Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

[19] Wartonah & Tarwoto. 2010.

Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta.

[20] Zulfitri, Reni. 2009. Hubungan Konsep Diri dan Gaya Hidup Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Stikes Mataram: Mataram

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Alasan yang mendasari penelitian ini dikenakan pada kelas tersebut adalah dari data hasil tes yang dilakukan sebelum tindakan menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara

 Personal hygiene dilaksanakan dengan menjaga kebersihan tubuh, yang dapat dilakukan dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih) Kebersihan

Telp Rumah Hand Phone Alamat Perusahaan Email Nama Lengkap (sesuai KTP/SIM/Paspor) Jenis Identitas Pekerjaan/ Nama Perusahaan Jabatan Uraian Pekerjaan Alamat Penagihan/

Sosialisasi terhadap pemilih komunitas Gerakan Rakyat Berdaulat Sumatera Utara mampu meningkatkan kesadaran politik akan pentingnya memahami hak dan kewajiban warga

Proses tersebut dilakukan secara berurutan mulai dari elemen pertama sampai ketemu, atau sampai kepada elemen terakhir atau sampai dengan harga X yang beinilai

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Urusan Ketahanan Pangan dan Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 disusun sebagai salah satu bentuk

Hasil penelitian organoleptis terhadap bau yaitu bau apel marshmallow kurang diterima oleh sebagian besar responden dimana penilaian responden yaitu untuk pernyataan sangat

Berdasarkan Tabel diatas nilai Adjusted R Squre adalah 0,092 atau sebesar 9,2% artinya bahwa kemampuan variabel dependen kepuasan konsumen (Y) dapat dijelaskan