• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PMRI DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PMRI DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD KANISIUS KALASAN TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PMRI

DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PESERTA DIDIK

KELAS V SD KANISIUS KALASAN

TAHUN PELAJARAN 2010 /2011

Disusun Oleh :

AGUSTINA RISMAWATI 081134226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PMRI

DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PESERTA DIDIK

KELAS V SD KANISIUS KALASAN

TAHUN PELAJARAN 2010 /2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Nama : AGUSTINA RISMAWATI

NIM : 081134226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

W

Kegagalan dan keberhasilan bukanlah takdir namun sebuah pilihan

W

Kehidupan akan terasa nikmat manakala kita selalu berfikir cerdas.

(6)

v

PERSEMBAHAN

Dengan rendah hati makalah sederhana ini kupersembahkan utuk :

W

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku dengan Roh

Kudus-Nya dalam setiap perjalanan hidupku dan membuat segala sesuatu

menjadi indah dalam setiap perjalanan ini.

W

Orang tuaku tercinta Damianus Suwandi dan Christina Maria Jumiati,

terima kasih atas kerja keras, doa, dorongan, nasehat dan pengorbananmu

selama ini. Sehingga skripsi ini dapat selesai.

W

Masku tersayang Nirmawan Triyono Pamungkas, yang telah memberikan

semangat, dorongan dan cintanya kepadaku.

W

Teman-temanku terkasih Isnu, Nugroho, dan Miss Shinta, serta semua

teman-teman PGSD terkhusus bagi teman-temanku di kelas A. Terima kasih

telah membantuku menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vi

PERNYATAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang sudah saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Agustus 2011

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Agustina Rismawati

Nomor Mahasiswa : 081134226

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan PMRI Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Peserta Didik Kelas V SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2010 /2011”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Agustus 2011 Yang menyatakan

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga kami panjatkan kepada Tuhan yang

Maha Esa atas kesempatan, karunia, dan pengalaman yang dilimpahkan yang

boleh peneliti alami khususnya dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

Limpahan karunia yang tak henti-hentinya penulis syukuri ini tak lepas dari

bantuan beberapa pihak baik dalam materi, dukungan masukan dan doa. Oleh

karena itu penulis dengan tulus menghaturkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D, Dekan FKIP USD yang telah bersedia mengesahkan skripsi

ini.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., Kaprodi PGSD USD yang telah memberikan

masukan, saran, pandangan dan dukungan sejak awal sampai skripsi ini

terselesaikan.

3. Drs. A. Sardjana, M.Pd., dosen pembimbing pertama yang telah memberikan

dukungan dan semangat serta bimbingan dengan baik dari awal sampai akhir

penulisan skripsi ini.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan dukungan dan semangat serta bimbingan dengan baik dari awal

sampai akhir penulisan skripsi ini.

5. Drs. YB. Adimassana, M.A., dosen penguji ketiga yang telah memberikan

saran perbaikan sehingga skripsi ini bisa selesai.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

telah membekali penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan selalu

(10)

ix

7. Ibu P. Agustin Ria Dewi, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kalasan yang

telah bersedia memberikan ijin untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di

kelas V SD Kanisius Kalasan.

8. Bapak dan Ibu guru SD Kanisius Kalasan yang telah memberikan motivasi

dan arahan hingga penelitian ini terselesaikan.

9. Bapak Suwandi, Bu Jumiati, Mas Wawan dan Mbak Suci selaku keluarga

yang telah memberikan dukungan baik materi, dukungan dan doa hingga

dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

10. Teman-teman seperjuangan atas segala proses yang telah kita lalui bersama

dalam menggapai setiap harapan.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang dapat

memberikan manfaat bagi penulis dan demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga

karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakartam, 16 Agustus 2011 Penulis,

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Batasan Pengertian ... 3

E. Pemecahan Masalah ... 3

F. Tujuan Penelitian ... 4

(12)

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Hakekat Matematika ... 6

B. Kemampuan ... 7

C. Tujuan Matematika dan Pengajaran Matematika ... 7

1. Tujuan Matematika ... 7

2. Pengertian Matematika ... 8

3. Kesulitan Belajar Matematika ... 9

4. Soal Cerita ... 11

D. Tinjauan Belajar ... 13

1. Pengertian Belajar ... 13

2. Jenis Belajar ... 13

3. Tujuan Belajar ... 14

4. Pengertian Prestasi ... 15

5. Pengertian Prestasi Belajar ... 16

E. Metode Mengajar ... 16

1. Pengertian Metode Mengajar ... 16

2. Macam-macam Metode ... 17

3. Tujuan Penggunaan Metode Mengajar ... 18

F. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 19

1. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) .... 19

(13)

xii

Pendekatan PMRI ... 27

G. Keterkaitan Pendekatan PMRI dengan Peningkatan Prestasi Belajar dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Peserta Didik Kelas V SD Kanisius Kalasan Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 28

H. Hipotesa Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Setting Penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian ... 31

2. Subyek Penelitian ... 31

3. Obyek Penelitian ... 31

4. Waktu Penelitian ... 31

5. Desain Penelitian ... 31

B. Rencana Tindakan ... 32

C. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 37

D. Analisis Data ... 38

BAB IV TABULASI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 52

1. Siklus I ... 52

(14)

xiii

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 37

Tabel 2 Analisis Data ... 38

Tabel 3 Hasil Kerja Kelompok Siklus I ... 41

Tabel 4 Format Lembar Observasi untuk Peserta Didik ... 42

Tabel 5 Format Lembar Observasi Untuk Guru Siklus I ... 44

Tabel 6 Hasil Evaluasi Siklus II ... 47

Tabel 7 Format Lembar Observasi untuk Peserta Didik ... 49

Tabel 8 Format Lembar Observasi untuk Guru ... 50

Tabel 9 Hasil Evaluasi Siklus I ... 53

Tabel 10 Nilai Hasil Evaluasi Siklus II ... 56

Tabel 11 Nilai Peserta Didik Sebelum Siklus dan Sesudah Siklus ... 58

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Silabus ... 66

RPP Siklus I ... 67

RPP Siklus II ... 69

RPP Siklus III ... 71

Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I, II dan III ... 73

Lembar Observasi Guru ... 74

Lembar Kegiatan Siswa Kelompok Siklus I ... 76

Kunci Jawaban LKS Kelompok Siklus I ... 78

Soal Evaluasi I ... 81

Kunci Jawaban Soal Evaluasi I ... 85

Lembar Kegiatan Siswa Kelompok Siklus II ... 88

Kunci Jawaban LKS Kelompok Siklus II ... 90

Soal Evaluasi II ... 92

Kunci Jawaban Soal Evaluasi II ... 96

Foto Pembelajaran di Kelas Pada Siklus I ... 99

Foto Pembelajaran di kelas Pada Siklus II ... 100

Surat Ijin Penelitian ... 101

(17)

xvi

ABSTRAK

Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan PMRI

Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Peserta Didik

Kelas V SD Kanisius Kalasan

Tahun Pelajaran 2010 /2011

Agustina Rismawati Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V SD Kalasan tahun pelajaran 2010/2011 dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc. Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian kelas ini adalah peserta didik kelas V SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 35 orang anak. Penelitian dilakukan pada semester satu tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian menggunakan PMRI. Pada setiap pelaksanaan siklus peserta didik dibagi dalam kelompok untuk menyelesaikan soal cerita dan secara individu menyelesaikan soal evaluasi. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis yang terdiri dari 15 soal pilihan dan 5 butir soal uraian dalam bentuk soal cerita.

(18)

xvii

ABSTRACT

The increase of learning achievement by using PMRI in completing word problems

grade 5 SD Kalasan academic year 2010/2011

Agustina Rismawati Sanata Dharma University

2011

This classroom action research aims to determine whether PMRI can improve learning achievement in solving word problems.

In this study, the writer a classroom action research model Kemmis and McTaggart that was conducted in two cycles. The research subject was 35 fifth-grade students of SD Kanisius Kalasan academic year 2010/2011. The time of the study was in first semester academic year 2010/2011. This action research used PMRI on each cycle, the learners were divided in groups to solve word problems and solve problems individually. Instrumen used was a written test consist of fifteen numbers of multiple choice and five numbers of answering questions.

The results of this study at the preliminary was there were 28.57% students whose score above KKM. On the first cycle reached 58.82% students and in the second cycle reached 79.41% students. From the research results, it can be concluded that the PMRI approach gave a drastic impact on the learners activities especially it produced conductive learning atmosphere so that learners are motivated and interested in following the learning process, and can improve learning achievement of fifth-grade students of SD Kanisius Kalasan.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika di jenjang sekolah dasar mempunyai

peranan yang sangat penting, sebab jenjang ini merupakan pondasi yang

menentukan bagi jenjang pendidikan berikutnya. Pemahaman peserta didik

dalam pembelajaran matematika di jenjang sekolah dasar diharapkan dapat

digunakan dalam kehidupan peserta didik selanjutnya. Namun kenyataan yang

terjadi menunjukkan hal yang berbeda. Banyak peserta didik mengeluh

matematika sulit, tidak menarik, membosankan, bahkan menakutkan. Keluhan

ini tentu akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

matematika.

Salah satu materi dalam pembelajaran matematika yang dianggap sulit

bagi peserta didik sekolah dasar adalah menyelesaikan soal cerita. Ini

disebabkan peserta didik sekolah dasar masih belum dapat berpikir secara

abstrak dalam memahami soal cerita. Oleh karena itu, pembelajaran

matematika dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan jarak, waktu

dan kecepatan harus diberikan secara bermakna kepada peserta didik sekolah

dasar. Selama ini peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita belum

memahami maknanya. Menurut pendapat guru matematika kelas V di SD

(20)

dilupakan peserta didik, sehingga guru sering harus mengulangi kembali apa

yang sudah dipelajari peserta didik sebelumnya.

Di kelas V SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2010/2011, kesulitan

memahami soal cerita menyebabkan rendahnya hasil prestasi belajar mereka

khususnya soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan.

Enampuluh persen (60%) peserta didik belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) 6,5. Kemungkinan penyebab rendahnya prestasi belajar

dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan jarak,

waktu dan kecepatan adalah proses penyajian pembelajarannya tidak mudah

ditangkap mereka. Jika hanya menggunakan metode dalam menjelaskan

pengerjaan soal cerita seperti yang terdapat di buku paket, dan tidak

menggunakan alat peraga; maka tak dimengerti peserta didik. Hal ini terlihat

bahwa peserta didik mengalami kesulitan saat mengerjakan soal-soal cerita

sebab semua materi yang dipelajari bersifat abstrak. Karena jauh dari konteks

kehidupan mereka sehari-hari.

Pendekatan PMRI adalah pembelajaran matematika yang selalu

menyajikan masalah secara kontekstual/realistik, melibatkan peserta didik

secara aktif, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan

masalah dengan cara sendiri, bekerja sama dalam kelompok untuk

menyelesaikan masalah, menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan, dan peserta didik tidak dimarahi apabila membuat kesalahan

dalam penyelesaian masalah. Dengan demikian untuk mengatasi itu, peneliti

(21)

Kanisius Kalasan dalam matematika caranya dengan menggunakan

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah “Menyelesaikan soal cerita yang

berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan dengan Pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”

C. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam

menyelesaikan soal cerita pada peserta didik kelas V SD Kanisius Kalasan

semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.

D. Batasan Pengertian

1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau kemampuan

menguasai pelajaran yang diterima (KBBI:2002)

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pembelajaran

matematika yang menyajikan selalu masalah secara kontekstual/realistik,

melibatkan peserta didik secara aktif, memberi kesempatan pada peserta

didik untuk memecahkan masalah dengan cara sendiri, bekerja sama

dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan, dan peserta didik tidak dimarahi

(22)

3. Soal cerita

Soal yang biasanya disajikan dalam bentuk kalimat (cerita). Dalam hal ini

yang dimaksud soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan

kecepatan.

E. Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya prestasi belajar peserta didik kelas V SD Kanisius

Kalasan Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita akan diatasi dengan

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Pembelajaran matematika dengan Pendekatan PMRI diharapkan dapat

ditangkap, dimengerti, dan dikerjakan peserta didik dalam menyelesaikan soal

cerita demi meningkatkan hasil belajar mereka.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah

penggunaan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

dapat meningkatkan prestasi belajar dalam menyelesaikan soal cerita peserta

didik kelas V SD Kanisius Kalasan semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang cara menerapkan

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam

(23)

2. Bagi peserta didik, dapat menangkap, mengerti dan mengerjakan sehingga

peserta didik dapat meningkat prestasinya.

3. Bagi guru matematika, Pendekatan PMRI dapat digunakan untuk

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Matematika

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan

dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran

manusia itu merupakan sistem-sistem yang bersifat umum menggambarkan

konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif

sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Sehubungan dengan

hal di atas (Hudoyo, 1988:3) menyatakan matematika berkenaan dengan

ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur

secara logis sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.

Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logis

yang menggunakan pembuktian deduktif.

Schaaf mendefinisikan matematika sebagai alfabetnya ilmu

pengetahuan (Schaaf, 1966, h.15 dalam Sardjana, A); Bertrand Russell

mendefinisikam matematika sebagai klas proposisi yang bertipe “apabila P

maka Q” (Schaaf, 1996, h.72 dalam Sardjana, A). Kalau dilihat dari segi

ontologis keilmuan, yaitu bidang jelajah suatu ilmu, maka matematika

mempunyai bidang jelajah dan obyek peninjauan yang berupa benda-benda

“alam pikir” seperti dikatakan oleh Meschkowski: “Mathematics is a idea of

(25)

B. Kemampuan

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan seseorang

dalam melakukan segala hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Poerwadarminta, 1989:923) kemampuan adalah suatu kesanggupan atau

kekuatan untuk melakukan suatu tindakan. Jadi kemampuan peserta didik

dapat diartikan sebagai suatu kecakapan peserta didik yang digunakan untuk

mengerjakan sesuatu hal.

C. Tujuan Matematika dan Pengajaran Matematika

1. Tujuan Matematika

Tujuan belajar matematika secara umum adalah untuk membentuk pola

pikir kita menjadi logis, kritis, sistematis dan konsisten. Kemudian

diharapkan dengan terbentuknya pola pikir seperti itu akan memudahkan

kita dalam memecahkan masalah-masalah yang sering timbul dalam

kehidupan sehari-hari. Jadi mempelajari matematika secara umum sifatnya

adalah abstrak, tidak bisa dipegang, tidak berwujud akan tetapi bisa

dirasakan akibatnya. Itulah sebabnya, mengapa matematika selalu dipakai

dan dipelajari bahkan di jenjang pendidikan yang tinggi sekalipun.

Sedangkan tujuan matematika secara khusus banyak sekali. Antara lain,

dalam ilmu ekonomi, ada matematika ekonomi, dalam listrik dan

elektronika dibutuhkan aljabar bool salah satu obyek ajar matematika,

dalam penciptaan software computer diperlukan metode numeric (juga

(26)

yang menggunakan aplikasi dari matematika. Demikianlah, pengetahuan

ini disampaikan agar membuat siapa saja yang mempelajari matematika

dapat memahami arah dan tujuan dalam mempelajarinya, karena berjalan

tanpa arah dan tujuan bisa membuat kita tersedat dan kehilangan waktu.

2. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema

yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa

belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan

dengan penalaran (www.arinimath.blogsport.com/2009/01/27). Mata

pelajaran matematika perlu penalaran kepada semua peserta didik mulai

dari sekolah dasar. Hal ini untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analisis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP,

2007:143) “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan tehnologi modern, mempunyai peranan penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Dari uraian di atas

dapa disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran

ilmu pasti yang harus dikuasai atau dipelajari oleh setiap orang yang

berkaitan dengan penalaran yang mendasari perkembangan teknologi

(27)

3. Kesulitan Belajar Matematika

Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,

hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Kedudukan matematika

sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bertujuan untuk

melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis,

kreatif dan konsisten serta menggambarkan sikap gigih dan percaya diri

sesuai dalam menyelesaikan masalah (Depdiknas, 2003:6). Oleh karena itu

guru harus bisa memberi penjelasan kepada peserta didik mengenai

pentingnya kedudukan matematika dan betapa perlunya seseorang

mempelajari matematika. Misalnya melalui contoh-contoh penggunaan

matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat erat kaitannya dengan

matematika.

Belajar matematika tidak senantiasa berhasil, tetapi sering kali ada

hal-hal yang bisa menghambat belajar matematika, faktor-faktor yang

menghambat belajar matematika menurut Omaer Hamalik (1989:112-120)

yaitu:

a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri

Yang dimaksud dengan faktor ini ialah faktor yang timbul dari diri

peserta didik itu sendiri. Faktor ini disebut faktor intern. Faktor ini

sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar matematika

seorang peserta didik. Faktor seperti ini seringkali tidak disadari atau

bahkan dianggap remeh oleh peserta didik.

(28)

1) Peserta didik tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas

2) Kurang minat terhadap belajar matematika

3) Kesehatan yang sering mengganggu

4) Kurang cakap dalam mengikuti pelajaran matematika

5) Kebiasaan belajar matematika yang kurang baik.

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah

Hubungan terhadap kemajuan belajar matematika tidak hanya

bersumber dari diri peserta didik sendiri, akan tetapi kemungkinan

juga bersumber dari sekolah itu sendiri. Sebab-sebab yang bisa

menimbulkan hambatan belajar matematika adalah antara lain sebagai

berikut:

1) Cara memberikan pelajaran matematika yang kurang baik.

2) Kurang buku standar

3) Kurang alat-alat yang menunjang belajar matematika.

4) Materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik.

c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

Sebagian besar waktu belajar peserta didik dilaksanakan di rumah.

Karena itu aspek-aspek kehidupan dalam keluarga dapat

mempengaruhi kemajuan belajarnya, mungkin juga dapat dikatakan

(29)

4. Soal Cerita

Menurut Herman Hudoyo (2003;198) ada 2 hal yang perlu

diperhatikan dalam mengerjakan soal cerita pada peserta didik yaitu

memberikan soal cerita setiap jam pelajaran matematika dengan bentuk

yang berbeda-beda dan memperhatikan peserta didik agar menikmati

dalam penyelesaian soal cerita.

Matematika dapat melatih peserta didik untuk berpikir secara logis,

rasional, operasional dan terukur sesuai dengan karakteristik ilmu ini.

Salah satu materi dalam matematika yang penting dipelajari peserta didik

SD dan perlu ditingkatkan mutu pembelajarannya adalah materi yang

disajikan dalam bentuk cerita (soal cerita). Menurut Sutawidjajan (dalam

Ahmad, 2001:172) soal cerita yang erat kaitannya dengan masalah

kehidupan sehari-hari itu penting sekali diberikan dalam pembelajaran

matematika SD karena pada umumnya soal cerita dapat digunakan

(sebagai cikal bakal) untuk melatih peserta didik dalam menyelesaikan

masalah. Menurut Ahmad (2001:171) soal cerita (word/story problems)

biasanya merupakan soal terapan dari suatu pokok bahasan yang

dihubungkan dengan masalah sehari-hari. Untuk menyelesaikan

matematika umumnya dan terutama soal cerita, Soejadi (1992:65)

mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat.

b. Memisahkan dan mengungkapkan:

(30)

2) Apa yang diminta/ditanyakan dalam soal

3) Operasi/pengerjaan apa yang diperlukan.

c. Membuat model matematika dari soal

d. Menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut.

e. Mengembalikan jawaban kepada soal asal.

Untuk menyelesaikan soal cerita agar aturan-aturan dalam matematika

berlaku, maka dari soal dibuat dalam suatu kalimat matematika atau notasi

yang merupakan terjemahan atau fakta dari soal.

MODEL PENYELESAIAN SOAL CERITA

SC

JS

MM

PM

2 komputasi

3 tafsir 1 abstraksi DUNIA NYATA

(sesuai soal)

DUNIA MODEL

Keterangan :

SC : Soal matematika dalam bentuk soal cerita

MM : Model matematika dalam bentuk kalimat matematika

PM : Penyelesaian model

JS : Jawaban soal (Skemp, 1975, h. 238 dalam Sardjana, A)

(31)

1. Langkah abstraksi, dalam langkah ini terlibat faktor bahasa (pemahaman

bahasa Indonesia).

2. Langkah komputasi, dalam langkah ini terlibat hukum-hukum matematika,

langkah ini juga dikenal sebagai langkah komputasi.

3. Langkah tafsir

Dalam menyelesaikan soal cerita, dalam membaca soal sampai

menemukan jawaban, terlibat beberapa faktor yakni faktor pemahaman

bahasa, faktor komputasi yang dijalankan pada saat melakukan operasi.

D. Tinjauan Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut (Thursan Hakim, 2000:1) mengemukakan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan

tersebut ditampilkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengertian, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir dll. Dalam proses belajar, apabila

seseorang tidak mendapatkan sesuatu peningkatan kuantitas dan kualitas

kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses

belajar.

2. Jenis Belajar

Adapun jenis-jenis belajar yang perlu diperhatikan antara lain sebagai

berikut:

(32)

Jenis belajar ini lebih mengutamakan motoritas atau gerak-gerik

jasmaniah yang diperlukan pada akhirnya berjalan otomatis. Hal ini

sangat memerlukan latihan untuk mengotomatisasi.

b. Problem Solving

Jenis belajar ini memerlukan penyelesaian dengan berfikir dan bukan

dengan cara latihan yang disertai gerak-gerik.

c. Belajar Fakta Pengetahuan

Dengan segi hafalan dan segi pengertian perlu melibatkan fakta secara

keseluruhan dan kemudian merealisasikan yang memerlukan latihan

dan pengertian.

d. Belajar Sikap

Jenis belajar ini dapat terjadi dengan berbagai cara mengetahui sesuatu

dan merealisasikan sikap termasuk cara mengidentifikasi, interaksi,

kelompok secara dinamika untuk berbuat.

e. Belajar Memperoleh minat yang Mendalam

Jenis belajar ini dilakukan dengan konsentrasi yang pada umumnya

untuk berbakti pada masyarakat. Dalam kesempatan itu kita belajar

pula untuk mengatasi halangan yang ada dalam diri.

3. Tujuan Belajar

Belajar memiliki tujuan yang kelak dapat dicapai terutama bagi

peserta didik. Tujuan belajar itu sendiri yaitu apa yang hendak dicapai

peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya. Tujuan belajar peserta

(33)

mendasari perilakunya. Tujuan belajar itu perlu disadari dan dirumuskan

secara tegas. Menurut Wens Tanlain dalam bukunya “Perkembangan dan

Belajar Peserta Didik” adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan menguasai informasi tertentu (pengetahuan)

b. Kemampuan memahami hal tertentu (pemahaman)

c. Kemampuan memecahkan masalah tertentu (pemecahan masalah)

d. Kemampuan mengerjakan sesuatu dengan terampil (ketrampilan)

e. Kemampuan menghayati sesuatu yang berharga (sikap).

4. Pengertian Prestasi

Menurut (Sardiman A.M., 2001:46) “Prestasi adalah kemampuan

nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.

Sedangkan menurut A. Tabrani (1991:22) “Prestasi belajar kemampuan

nyata yang dicapai individu dari suatu pengalaman atau usaha”. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:186) Prestasi adalah “hasil yang

telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Menurut WS.

Winkel (1996:165) “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai”. Dari

beberapa pendapat di atas dapat dituang kesimpulan bahwa prestasi

merupakan suatu hal yang telah dicapai sebagai usaha yang telah

dilakukan.

5. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut (W.J.S. Purwadarminto, 1978:767) bahwa prestasi belajar

(34)

waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan”. Jadi

prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut

kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta

perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar

dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk

nilai dan hasil tes atau ujian.

E. Metode Mengajar

1. Pengertian Metode Mengajar

Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara

atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode

menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang

menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan http://ktiptk.blogspirit.com/

archive/2009/01/26/pengertian-metode.html). Menurut Saiful Bahri

Djamarah, (1991:72) dalam http://mpn 1 banjar-pdg.net/index/php/artikel/

75-metode-mengajar mengemukakan pendapatnya mengenai metode

belajar sebagai berikut: “metode adalah salah satu cara yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa metode mengajar merupakan suatu tehnik atau cara

yang ditempuh guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta

didik yang melibatkan interaksi yang aktif dan dinamis antara guru dan

peserta didik, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai

(35)

2. Macam-macam Metode

Di dalam proses kegiatan belajar mengajar, ada banyak

macam-macam metode yang digunakan untuk mengajar. Di sini akan dijelaskan

sebagian dari beberapa macam metode tersebut antara lain:

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang memberikan uraian atau

penjelasan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu.

Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode mengajar yang

menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada

sejumlah peserta didik yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

b. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan

masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing

mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

c. Metode demonstrasi

Metode ini adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik

secara langsung atau menggunakan media pengajaran yang relevan

dengan pokok bahasan yang disajikan.

d. Metode latihan

Suatu cara mengajar yang digunakan dengan cara memberikan latihan

yang diberikan guru kepada peserta didik agar pengetahuan dan

kecakapan tertentu dapat dikuasai oleh peserta didik.

(36)

Metode ini adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak

peserta didik ke suatu tempat atau obyek yang bersejarah atau

memiliki nilai pengetahuan untuk mempelajari.

f. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah metode penyajian pelajaran dalam bentuk

sejumlah pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada

peserta didik, tetapi ada pula dari peserta didik kepada guru.

3. Tujuan Penggunaan Metode Mengajar

Tujuan penggunaan metode mengajar adalah untuk mempermudah

peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga peserta

didik dalam mencapai tujuan belajar dapat tercapai dengan mudah. Selain

itu penggunaan metode mengajar dapat meningkatkan motivasi, minat dan

gairah belajar peserta didik.

Bagi pendidik penggunaan metode mengajar sangat penting sekali

maka dari itu pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat

diperlukan oleh para pendidik, karena peserta didik belajar sangat

bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan

oleh guru.

F. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

1. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

PMRI adalah suatu gerakan yang berusaha memperbaiki kualitas

pendidikan matematika, teristimewa pendidikan matematika di sekolah.

(37)

dasar, yaitu SD/MI yang merupakan fondasi dari sistem pendidikan

formal, dan secara gradual diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi. PMRI

berusaha mengubah paradigma pembelajaran matematika dari paradigma

mengajar ke paradigma belajar (Marpaung, 2008:3).

Teori yang dikembangkan dalam PMRI sekarang ini merupakan adaptasi

(bukan adopsi) dari RME (Realistic Mathematics Education) yang

dikembangkan di negeri Belanda pada tahun 1970 oleh Institut

Freudenthal (Grave Meijer, 1994).

Indonesia mulai melakukan inovasi pembelajaran matematika di sekolah,

yang dimulai dari tingkat SD/MI, pada tahun 2001 dengan melibatkan

empat Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), yaitu:

Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Negeri Yogyakarta

(UNY), Universitas Parahiyangan Indonesia (UPI) dan Universitas Sanata

Dharma (USD) dengan dukungan Dirjen Dikti dan Depdiknas. Desiminasi

PMRI dilakukan secara bottom up, artinya dimulai dengan uji coba

terbataas dengan bertahap diperluas ke sekolah-sekolah lain yang mau

bergabung dan selalu dimulai dari kelas 1. Bentuk-bentuk desiminasi yang

dilakukan tim PMRI antara lain melalui workshop-workshop dan menjalin

kerjasama dengan LPTK-LPTK lain.

PMRI didasarkan atas prinsip bahwa matematika merupakan kegiatan

manusia (human activity) sehingga setiap kegiatan di dalam pembelajaran

(38)

Tokoh PMRI, Jan de Lange (1998), saat itu mengajukan alasan mengapa

PMRI cukup potensial diterapkan di sekolah-sekolah. Alasannya bahwa

proses pengembangan konsep PMR dari berbagai gagasan matematika

bermula dari dunia nyata dan pada akhirnya perlu merefleksikan

hasil-hasil yang diperoleh dalam matematika tersebut ke dalam bentuk alam

yang nyata.

Pandangan Freudenthal yang dikutip dari Zulkardi (2001, h. 17 dalam

Sardjana, A) antara lain:

a. Matematika harus dikaitkan dengan realita. Artinya, matematika harus

dekat dengan kehidupan anak dan relevan dengan kehidupan

sehari-hari. Istilah realistik tidak hanya berhubungan dengan dunia nyata,

tetapi lebih kepada suatu yang dapat dibayangkan oleh peserta didik.

b. Matematika harus dikaitkan dengan aktivitas manusia. Ide matematika

sebagai human activity dituangkan sebagai proses guided re-invention

(penemuan kembali). Artinya lingkungan pembelajaran diciptakan

sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri

konsep atau prinsip-prinsip matematis maupun menemukan model.

Dalam PMRI peserta didik tidak dipandang sebagai botol kosong tetapi

peserta didik dipandang sebagai human being yang memiliki seperangkat

pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan

lingkungannya. Peserta didik juga memiliki potensi untuk

mengembangkan pengetahuan tersebut bagi dirinya. Di dalam

(39)

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman matematika apabila diberi

ruang dan kesempatan untuk itu. Peserta didik dapat merekonstruksi

kembali temuan-temuan dalam bidang matematika melalui kegiatan dan

eksplorasi berbagai permasalahan, baik permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari maupun permasalahan di dalam matematika itu sendiri.

Menurut Sutarto Hadi (2003), dalam PMRI juga terdapat beberapa

konsepsi tentang peserta didik, guru, dan pengajaran.

a. Konsepsi PMRI tentang peserta didik

1) Peserta didik memiliki seperangkat konsep alteratif tentang ide-ide

matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.

2) Peserta didik memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk

pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.

3) Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang

meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan,

penyusunan kembali dan penolakan.

4) Pengetahuan baru yang dibangun oleh peserta didik untuk dirinya

sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman.

5) Setiap peserta didik tanpa memandang ras, budaya, dan jenis

kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematika.

b. Konsepsi PMRI tentang guru :

1) Guru hanya sebagai fasilitator belajar.

(40)

3) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara

aktif membantu peserta didik dalam menafsirkan persoalan riil.

4) Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam

kurikulum, melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia

riil, baik fisik maupun sosial.

c. Konsepsi PMRI tentang pengajaran

Pengajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik

meliputi aspek-aspek berikut (Jan Pe Lange, 1995, yang dikutip

Sutarto Hadi, 2003) :

1) Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil”

bagi peserta didik sesuai dengan pengalaman dan tingkat

pengetahuannya, sehingga peserta didik segera terlibat dalam

pelajaran secara bermakna.

2) Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.

3) Peserta didik mengembangkan atau menciptakan model-model

simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang

diajukan.

4) Pengajaran berlangsung secara interaktif, peserta didik

menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang

diberikannya, memahami jawaban temannya (peserta didik lain),

(41)

mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi

terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil

pelajaran.

2. Prinsip dan Karakteristik Pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI)

Berkaitan dengan penggunaan masalah kontekstual yang realistik, menurut

De Lange (dalam Suryanto dan Sugiman, 2003:10) ada beberapa prinsip

yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a. Titik awal pembelajaran harus benar-benar hal yang realistik, sesuai

dengan pengalaman peserta didik, termasuk cara matematis yang

sudah dimiliki dalam kegiatan belajar secara bermakna.

b. Di samping harus realistik bagi peserta didik, titik awal itu harus dapat

dipertanggungjawabkan dari segi tujuan pembelajaran dan urutan

belajar.

c. Urutan pembelajaran harus memuat bagian yang melibatkan aktivitas

yang diharapkan memberikan kesempatan bagi peserta didik, untuk

menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis

informalnya.

d. Untuk melaksanakan ketiga prinsip tersebut, peserta didik harus

terlibat secara interaktif, menjelaskan, dan memberikan alasan

pekerjaannya memecahkan masalah kontekstual (solusi yang

diperoleh), memahami pekerjaan (solusi) temannya, menjelaskan

(42)

temannya, menanyakan alternatif pemecahan masalah, dan

merefleksikan solusi-solusi itu.

e. Struktur dan konsep-konsep matematika yang muncul dari pemecahan

masalah realistik itu mengarah ke interviewing (pengaitan) antara

bagian-bagian materi.

Sementara itu, Van den Heuvel - Panhuizen (dalam Marpaung, 2006:2),

merumuskan karakteristik RME sebagai berikut:

a. Prinsip aktivitas, yaitu matematika adalah aktivitas manusia, si

pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran matematika.

b. Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan peserta didik.

c. Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematika pserta didik

melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan

solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui

skematisasi memperoleh insight tentang hal-hal yang mendasar sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.

d. Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah,

tetapi terjalin satu sama lain sehingga peserta didik dapat melihat

hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik.

e. Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagia aktifitas sosial.

(43)

strateginya menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk

ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya.

f. Prinsip bimbingan, yaitu peserta didik perlu diberi kesempatan

terbimbing untuk menemukan (re-invent) pengetahuan matematika.

Menurut Grave Meijer, prinsip RME adalah (a) Reinvensi terbimbing dan

matematisasi progresif, (b) fenomena didaktif, dan (c) dari informal ke

formal, dengan model menjembatani lubang antara pengetahuan informal

dan matematika formal. Ahli lain, yang juga dari Fruedental Institute di

Belanda, merumuskan karakteristik RME secara berbeda (Lih. de Longe,

1987, 1996; Van den Vuivel Panhuizen, 1996, 1999). Pada intinya, hal

yang pokok dalam RME adalah: (1) Matematika sebagai aktivitas

manusia. Peserta didik harus aktif (mental dan fisik) dalam pembelajaran

matematika. (2) Pembelajaran dimulai dari masalah yang realistik bagi

peserta didik (dapat dibayangkan oleh peserta didik). (3) Dalam

menyelesaikan masalah itu peserta didik menemukan sendiri srateginya

(informal atau formal). (4) Peserta didik membangun pemahamannya

melalui interaksi dan lingkungan. (5) Guru bertindak sebagai fasilitator,

motivator dan pembimbing. (6) Keterkaitan antar aspek yang dipelajari.

Karena PMRI merupakan adaptasi dari RME dalam konteks Indonesia,

keenam hal pokok di atas ada dalam PMRI.

Karakteristik PMRI, menurut Marpaung (2008:5) adalah sebagai berikut:

(44)

b. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah

kontekstual/realistik

c. Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk menyelesaikan

masalah dengan cara sendiri.

d. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

e. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil

atau besar).

f. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai,

pergi ke luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data).

g. Guru mendorong terjadinya interaksi, baik antara peserta didik dengan

peserta didik, juga antara peserta didik dengan guru.

h. Peserta didik bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan

struktur kognitifnya sewaktu menyelsaikan suatu masalah.

i. Guru bertindak sebagai fasilitator

j. Kalau peserta didik membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah

jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan dan

usaha mereka hendaknya dihargai.

3. Tahap-tahap Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI

Ada 5 tahap yang perlu dilalui peserta didik dalam pembelajaran

matematika dengan pendekatan PMRI, yaitu: Penyelesaian Masalah,

Penalaran, Komunikasi, Kepercayaan Diri, dan Representasi (Rahayu, 2005).

(45)

Pada tahap ini, peserta didik diajak untuk menyelesaikan

soal-soal dengan menggunakan langkah-langkah sendiri. Langkah yang

dipilih peserta didik tidak harus sama seperti yang ada pada buku atau

yang digunakan oleh guru. peserta didik diberi kebebasan untuk

menggunakan cara/metode yang ditemukan sendiri meskipun cara

tersebut sangat berbeda dengan cara yang ada di buku atau yang

digunakan guru.

b. Tahap Penalaran

Peserta didik dilatih untuk bernalar dalam mengerjakan

soal-soal. Peserta didik harus dapat mempertanggungjawabkan cara/metode

yang dipakai untuk mengerjakan soal-soal tersebut.

c. Tahap Komunikasi

Pada tahap ini, peserta didik diharapkan dapat

mengkomunikasi-kan jawabannya kepada teman-teman di kelas. Peserta didik berhak

untuk menyanggah jawaban teman yang dianggap tidak sesuai dengan

pendapatnya.

d. Tahap Kepercayaan Diri

Peserta didik diharapkan mampu melatih kepercayaan diri

dengan cara mau maju ke depan kelas untuk menyampaikan

jawabannya.

(46)

Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih bentuk

representasi yang dia inginkan untuk menyelesaikan soal-soal dan

menyajikan jawabannya.

G. Keterkaitan Pendekatan PMRI dengan Peningkatan Prestasi Belajar

dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Peserta Didik Kelas V SD

Kanisius Kalasan Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011

Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajar materi soal cerita yang berkaitan dengan jarak,

waktu dan kecepatan karena permasalahan yang diberikan kepada peserta

didik merupakan soal-soal yang real. Peserta didik diberi kesempatan untuk

berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah

tersebut. Kerja sama dalam kelompok ini memberi peluang bagi peserta didik

yang sudah bisa untuk membantu peserta didik yang belum bisa dan peserta

didik yang belum bisa dapat bertanya kepada peserta didik yang sudah bisa.

Kebebasan yang diberikan pada peserta didik untuk memilih sendiri

cara/metode penyelesaian masalah membuat pembelajaran matematika

menjadi lebih menyenangkan. Peserta didik juga diberi kebebasan untuk

mencoba menemukan strategi yang akan digunakan sebagai sarana untuk

menyelesaikan soal-soal tersebut. Apabila peserta didik membuat kesalahan

dalam menyelesaikan soal-soal tersebut, guru berusaha secara empati

membantu peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam membantu itu,

guru harus dapat berkomunikasi sedemikian rupa sehingga, peserta didik

menangkap bahwa dia melakukan kesalahan tetapi tidak merasa disalahkan.

(47)

bermakna kepada peserta didik sehingga peserta didik tidak mudah melupakan

apa yang telah dipelajari. Pembelajaran matematika yang bermakna ini

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam

menyelesaikan masalah soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan

kecepatan.

H. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:

Pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar dalam

menyelesaikan masalah soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan

kecepatan pada peserta didik kelas V SD Kanisius Kalasan semester 1 tahun

(48)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini di SD Kanisius Kalasan yang terletak di Dusun

Kringinan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan supaya penelitian semua peserta didik kelas V

SD Kanisius Kalasan Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011 yang

berjumlah 35 orang peserta didik.

3. Obyek Penelitian

Tingkat belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November Semester 1 Tahun

Pelajaran 2010/2011.

5. Desain Penelitian

Deskripsi model yang dipilih yaitu model Kemmis dan Mc.Taggart

Dalam penelitian ini peneliti memilih model penelitian dari Kemmis dan

(49)

karangan Wiraatmadja (2005;66) seperti yang terlihat dalam gambar di

bawah ini.

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I TINDAKAN

PENGAMATAN

REFLEKSI SIKLUS II TINDAKAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

Dengan rencana tindakan yang dibuat, peneliti akan melakukan

pengamatan pada setiap pelaksanaan tindakan, kemudian akan direfleksikan.

Hasil refleksi tersebut digunakan untuk perencanaan tindakan untuk siklus

berikutnya.

B. Rencana Tindakan

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil tiga siklus dengan

rencana sebagai berikut :

1. Siklus I (2 kali pertemuan)

a. Persiapan Siklus I

− Membuat silabus, menyusun RPP

− Membuat LKS dengan pendekatan PMRI

− Membuat kisi-kisi soal evaluasi

− Membuat soal evaluasi dan kunci jawaban

− Membuat pedoman penskoran untuk pedoman skor penilaian.

(50)

− Membuat lembar observasi peserta didik.

b. Rencana tindakan Siklus I

1) Pertemuan 1 (2 jp)

− Menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai

serta kegiatan yang dilaksanakan.

− Memulai pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang

kontekstual/real dan dekat dengan kehidupan peserta didik

sehari-hari.

− Membagikan LKS yang berkaitan dengan jarak, waktu dan

kecepatan dengan pendekatan PMRI.

− Meminta peserta didik untuk membahas permasalahan tersebut

dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang.

− Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk

menjelaskan jawabannya pada seluruh kelas.

− Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk

menanggapi.

2) Pertemuan 2 (2 jp)

Mengadakan evaluasi pembelajaran dengan pendekatan PMRI.

c. Pengamatan Siklus I

Peneliti melakukan observasi tentang kegiatan peserta didik dalam

mengerjakan LKS dan tentang Kegiatan Belajar Mengajar guru

dengan cara mengisi lembar observasi, serta mencatat hal-hal penting.

(51)

Menganalisis kekuatan dan kelemahan selama pelaksanaan siklus I,

melalui lembar observasi guru, lembar observasi peserta didik, dan

hasil evaluasi peserta didik.

2. Siklus II (2 kali pertemuan)

a. Persiapan Siklus II

− Berdasarkan hasil refleksi Siklus I.

− Menyusun RPP dan menyiapkan LKS dengan pendekatan PMRI

− Membuat kisi-kisi soal evaluasi

− Membuat soal evaluasi dan kunci jawaban

− Membuat pedoman penskoran untuk pedoman skor penilaian.

− Membuat lembar observasi guru

− Membuat lembar observasi peserta didik.

b. Rencana Tindakan Siklus II

1) Pertemuan 1 (2 jp)

− Menyampaikan tujuan, kompetensi dasar yang akan dicapai,

serta kegiatan yang akan dilakukan.

− Memulai pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang

kontekstual/real dan dekat dengan kehidupan peserta didik

sehari-hari.

− Membagikan LKS yang berkaitan dengan jarak waktu dan

kecepatan dengan pendekatan PMRI.

− Meminta peserta didik untuk membahas permasalahan tersebut

(52)

− Meminta peserta didik yang sudah bisa membantu peserta didik

yang belum bisa dan peserta didik yang belum bisa bertanya

kepada peserta didik yang sudah bisa.

− Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk

menjelaskan jawabannya kepada seluruh kelas.

− Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk

menanggapi jawaban tersebut.

2) Pertemuan 2 (2 jp)

Mengadakan evaluasi pembelajaran dengan pendekatan PMRI.

c. Pengamatan Siklus II

Peneliti melakukan pengamatan secara seksama tentang kegiatan

peserta didik dalam mengerjakan LKS dan Kegiatan Belajar Mengajar

guru dengan mengisi lembar observasi, serta mencatat hal-hal penting.

d. Refleksi Siklus II

Menganalisis kekuatan dan kelemahan pelaksanaan pada siklus II

melalui lembar observasi guru, lembar observasi peserta didik dan

hasil evaluasi akhir.

Jika telah memenuhi KKM siklus dihentikan.

3. Siklus III (2 kali pertemuan)

a. Persiapan Siklus III

(53)

− Membuat kisi-kisi soal evaluasi

− Membuat soal evaluasi dan kunci jawaban

− Membuat pedoman penskoran untuk pedoman skor penilaian

− Membuat lembar observasi guru

− Membuat lembar observasi peserta didik

b. Rencana Tindakan Siklus III

1) Pertemuan 1 (2 jp)

− Menyampaikan tujuan, kompetensi dasar yang akan dicapai,

serta kegiatan yang akan dilakukan.

− Memulai pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang

kontekstual/real dan dekat dengan kehidupan peserta didik

sehari-hari.

− Membagikan LKS yang berkaitan dengan jarak waktu dan

kecepatan dengan pendekatan PMRI.

− Meminta peserta didik untuk membahas permasalahan tersebut

dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 - 4 orang.

− Meminta peserta didik yang sudah bisa membantu peserta didik

yang belum bisa dan peserta didik yang belum bisa bertanya

kepada peserta didik yang sudah bisa.

− Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk

menjelaskan jawabannya kepada seluruh kelas.

− Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk

menanggapi jawaban tersebut.

(54)

Mengadakan evaluasi pembelajaran dengan pendekatan PMRI.

c. Pengamatan Siklus III

Peneliti melakukan pengamatan secara seksama tentang kegiatan

peserta didik dalam mengerjakan LKS dan Kegiatan Belajar Mengajar

guru denan mengisi lembar observasi serta mencatat hal-hal penting.

d. Refleksi Siklus III

Menganalisis kekuatan dan kelemahan pelaksanaan pada siklus III

melalui lembar observasi guru, lembar observasi peserta didik dan

hasil evaluasi peserta didik.

C. Pengumpulan Data dan Instrumennya

No. Peubah Indikator Jenis Data Pengumpulan Data

D. Analisis Data

Kondisi awal prestasi belajar peserta didik dan kondisi akhir yang

diharapkan adalah sebagai berikut:

No yang telah memenuhi target KKM

(55)

Dalam pelaksanaan analisis ini kegiatan utamanya adalah mengolah

skor menjadi nilai. Tahap analisisnya adalah sebagai berikut:

1. Mengubah skor menjadi nilai

Pilihan Ganda (PG) = 10 100 3

2 n× × =

Uraian (Ur) = 5 x 10 x 2 = 100

Skor = NA = 100

2 Ur PG+ =

2. Menghitung mean dengan rumus M =

×100% N

s

Keterangan :

M = Nilai rata-rata

∑s = Jumlah nilai seluruh peserta didik

N = Jumlah peserta didik

Kriteria penghentian siklus :

(56)

39

BAB IV

TABULASI DATA, ANALISIS DATA

DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Prestasi

Belajar menggunakan PMRI dalam menyelesaikan soal cerita Kelas V SD

Kanisius Kalasan” dilaksanakan selama dua minggu. Dimulai dari tanggal 10

November 2010 dan selesai pada 20 November 2010.

1. Hasil penelitian terkait dengan usaha peningkatan prestasi belajar dalam

menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan

kecepatan.

a. Perencanaan Siklus I.

Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), soal evaluasi dan lembar

observasi.

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1) Apersepsi: tanya jawab tentang cara peserta didik berangkat ke

sekolah (jalan kaki, menggunakan sepeda, diantar dengan sepeda

(57)

2) Menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu tentang “Mengenal

satuan jarak dan kecepatan”.

3) Peserta didik dibagi dalam 7 kelompok, satu kelompok terdiri dari

5 anak.

4) Guru membagikan soal kepada setiap kelompok dan membagi soal

tersebut kepada setiap anak.

5) Guru membagi LKS dengan pendekatan PMRI pada setiap peserta

didik dan menjelaskan cara kerjanya.

6) Setiap kelompok membuat laporan dari tugas yang telah diberikan

dengan cara mengisi LKS.

7) Guru dan seluruh peserta didik membahas bersama laporan setiap

kelompok.

8) Guru memberikan tes tertulis pada peserta didik.

b. Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I tentang menyelesaikan

soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan yang

dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 November 2010 dengan

jumlah peserta didik 34 anak dari 35 anak (1 anak sakit).

Pembelajaran berlangsung sesuai dengan pedoman perencanaan

pembelajaran yang telah direncanakan dengan pendekatan PMRI. Pada

siklus ini, dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman

peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

(58)

Setelah dilakukan penelitian pada siklus I, dapat diperoleh hasil

penelitian sebagai berikut:

NO NAMA Nilai Ketuntasan

(59)

NO NAMA Nilai Ketuntasan Tabel 4.1 Hasil Kerja Kelompok Siklus I

Berdasarkan hasil dari kerja kelompok siklus I diperoleh

rata-rata nilai mencapai 71,74 dari 34 anak, yang belum mencapai indikator

ada 14 anak dan yang sudah mencapai indikator ada 20 anak. Dimana

nilai yang tidak tuntas adalah dibawah 65. Target ketuntasan yang

ditargetkan adalah 60% tapi hanya tercapai 58,82%.

d. Data hasil observasi kegiatan peserta didik

Data hasil observasi kegiatan peserta didik pada siklus I dapat

dilihat pada tabel berikut:

(60)

Aspek yang diamati

Prosentase 84,31% 69,61% 76,96%

(61)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik dalam

kelompok 84,31%, serta ketepatan dan keruntutan jawaban 69,61%.

e. Hasil observasi guru dapat dilihat pada tabel berikut:

Berilah tanda (√) pada kolom, sesuai dengan kemampuan guru!

No. Aspek Skor Kete-

yang diamati 1 2 3 4 rangan

I. Pra Pembelajaran

1. Memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran

2. Memeriksa kesiapan peserta didik √

II. Membuka Pelajaran

1. Melakukan kegiatan apersepsi √ 2. Menyampaikan tujuan yang akan

dicapai dan rencana kegiatan.

III. Kegiatan Inti Pembelajaran

1. Melaksanakan pembelajaran dengan menghadirkan masalah yang bersifat kontekstual

2. Kualitas komunitas belajar dalam kelas (1= tidak ada komunikasi dari guru, 2 = komunikasi guru ke peserta didik, 3 = komunikasi guru ke peserta didik, peserta didik ke guru, 4 = komunikasi guru ke peserta didik, peserta didik ke guru, dan peserta didik ke peserta didik.

3. Guru tidak banyak memberi tahu hasil kepada peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

4. Menciptakan hubungan komunikasi yang baik antara guru – peserta didik, peserta didik – guru, peserta didik – peserta didik.

5. Memberi kesan menarik pada peserta didik.

6. Melakukan penilaian akhir √

IV Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan peserta didik.

2. Menyusun rangkuman/kesimpulan bersama peserta didik.

Jumlah Skor Ketercapaian 0 0 24 16 Ketercapaian % = 83,3%

(62)

Data hasil observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa

ketercapaian kemampuan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

oleh guru adalah NA 83,3 %.

a. Refleksi

Hal-hal yang selama ini ditemukan dalam pembelajaran

berlangsung adalah:

− Beberapa peserta didik di dalam kelompok masih asyik

bermain sendiri sedangkan teman yang lain mengikuti

pembelajaran.

− Peserta didik aktif dalam pembelajaran sehingga pelajaran

berlangsung dengan menarik dan menyenangkan.

b. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dibuat

kesimpulan: Nilai rata-rata kelas 71,74. Ketuntasan kelas yang

dicapai adalah 58,82%. Yang tidak mencapai ketuntasan atau

indikator yang ditetapkan adalah 41,18%. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa penilaian ini dikatakan belum tuntas karena

target ketuntasannya adalah 60%.

2. Hasil penelitian terkait usaha peningkatan prestasi belajar dalam

menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan jarak waktu dan

kecepatan.

(63)

Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), soal evaluasi dan lembar

observasi. Adapun langkah-langkah yang dibuat oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Apersepsi: menyanyikan lagu “Naik Delman Istimewa”

2. Menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu tentang mengenal

satuan jarak dan kecepatan.

3. Peserta didik dibagi dalam 9 kelompok, 8 kelompok empat anak

dan 1 kelompok yang lain 3 anak.

4. Guru membagi LKS dengan pendekatan PMRI pada setiap peserta

didik dan menjelaskan cara kerjanya.

5. Setiap kelom membuat laporan dari tugas yang telah diberikan

dengan cara mengisi LKS.

6. Guru dan seluruh peserta didik membahas bersama laporan setiap

kelompok.

7. Guru memberi pujian kepada kelompok yang tugasnya bagus dan

memotivasi kelompok yang belum bagus.

8. Guru bersama peserta didik merangkum hasil pembelajaran.

b. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II tentang menyelesaikan soal

cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan yang

dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 November 2010 dengan

(64)

berlangsung sesuai dengan pedoman perencanaan pembelajaran yang

telah direncanakan dengan pendekatan PMRI. Pada siklus ini,

dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik

setelah mengikuti pembelajaran.

c. Hasil Penelitian Siklus II

Setelah dilakukan penelitian pada siklus II, dapat diperoleh hasil

penelitian sebagai berikut:

NO NAMA Nilai Ketuntasan

(65)

NO NAMA Nilai Ketuntasan

Ya Tidak

23. Kvn 75 √

24. Yla 90 √

25. Krsn 80 √

26. Jhn 87 √

27. Bgs 72 √

28. Rc 60 √

29. Dsk 100 √

30. Ryd 97 √

31. Dd 60 √

32. Vr 97 √

33. Vvn 83 √

34. Sil 70 √

35. Shls 73 √

Rata-rata 81,41

Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Siklus II

Berdasarkan hasil dari evaluasi siklus II diperoleh rata-rata nilai

mencapai 81,41 dari 34 anak yang belum mencapai indikator ada 7

anak dan yang sudah mencapai indikator ada 27 anak. Target

ketuntasan yang ditargetkan ada 65%. Jadi, peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa peningkatan prestasi belajar dalam menyelesaikan

soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan, siklus II

telah tercapai.

d. Data hasil observasi kegiatan peserta didik

Data hasil observasi kegiatan peserta didik pada siklus II dapat

(66)

Aspek yang diamati

Persentase 97,9% 82,3% 90,1%

(67)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik dalam

kelompok 97,9% serta ketepatan dan keruntutan jawaban 82,3%.

e. Hasil Observasi guru dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Aspek Skor Kete-

yang diamati 1 2 3 4 rangan

I. Pra Pembelajaran

1. Memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran

2. Memeriksa kesiapan peserta didik √

II. Membuka Pelajaran

1. Melakukan kegiatan apersepsi √ 2. Menyampaikan tujuan yang akan

dicapai dan rencana kegiatan.

III. Kegiatan Inti Pembelajaran

1. Melaksanakan pembelajaran dengan menghadirkan masalah yang bersifat kontekstual

2. Kualitas komunitas belajar dalam kelas (1= tidak ada komunikasi dari guru, 2 = komunikasi guru ke peserta didik, 3 = komunikasi guru ke peserta didik, peserta didik ke guru, 4 = komunikasi guru ke peserta didik, peserta didik ke guru, dan peserta didik ke peserta didik.

3. Guru tidak banyak memberi tahu hasil kepada peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

4. Menciptakan hubungan komunikasi yang baik antara guru – peserta didik, peserta didik – guru, peserta didik – peserta didik.

5. Memberi kesan menarik pada peserta didik.

6. Melakukan penilaian akhir √

IV Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan peserta didik.

2. Menyusun rangkuman/kesimpulan bersama peserta didik.

Jumlah Skor Ketercapaian 0 0 18 24 Ketercapaian % 100%

48 42

× = 87,5%

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Kerja Kelompok Siklus I
Tabel 4.2 Format lembar observasi untuk peserta didik.
Tabel 4.3 Format lembar observasi untuk guru, siklus I.
Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

propagation of callus used lhe leaf explant of binahong wilh Completely Randomized Design (CRD). rne resutr showeo tnat

Hipotesis yang terjawab yaitu H1 (Individual yang memiliki regulasi diri yang tinggi akan mengurangi perilaku cyberloafing dibandingkan dengan individual yang

A1at atau mesin semprot tekanan-rendah yang dipakai untuk menyemprotkan mortar berserat pada aplikasi perbaikan retak beton hams memiliki spesjftkasi teknik

(v) Perempuan dan anak dengan disabilitas serta penyandang disabilitas yang tinggal di daerah bencana menjadi kelompok disabilitas yang lebih rentan yang belum cukup terlindungi,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD dan mempelajari

Bentuk pergerakan robot dengan posisi wajah di tengah window, robot bergerak lurus dengan dengan kecepatan Roda motor A dan roda motor B sama, sedangkan posisi

Dengan dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP),