• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

1

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama September 2014 sebesar 102,26

persen, turun 0,44 persen dibandingkan NTP bulan lalu. Hal ini disebabkan oleh menurunnya

NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat

masing-masing 0,04 persen dan 2,14 persen. Sebaliknya, terjadi peningkatan NTP pada tiga

subsektor lainnya yakni Subsektor Hortikultura 1,82 persen, Subsektor Peternakan 0,23

persen, dan Subsektor Perikanan 0,31 persen.

Indeks harga yang diterima petani (It) turun 0,05 persen, sedangkan indeks harga yang

dibayar petani (Ib) naik 0,38 persen.

NTP tertinggi terjadi pada subsektor peternakan sebesar 109,39 persen, sedangkan NTP

terendah terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 93,00 persen.

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sebesar 107,15 persen, turun 0,12 persen dibandingkan

Agustus 2014.

Di tingkat nasional, NTP dan NTUP masing-masing sebesar 103,73 persen dan 108,06

persen.

No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Selama September 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 102,26 Persen

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan persentase yang diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP berperan sebagai indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan, yang menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa baik yang dikonsumsi oleh rumahtangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Sehingga, semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga. Dengan demikian, NTUP diharapkan lebih mencerminkan kemampuan daya tukar hasil produksi rumahtangga petani terhadap pengeluaran biaya selama proses produksi.

(2)

Berita Resmi Statistik No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

2

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya, Agustus - September 2014

Subsektor Agustus September Perubahan

(%)

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 93,04 93,00 -0,04

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 104,92 105,44 0,50

- Padi 104,04 104,04 0,00

- Palawija 107,63 109,79 2,00

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 112,77 113,39 0,54

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,96 114,68 0,63

- Indeks BPPBM 108,62 108,84 0,21

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 107,66 109,63 1,82

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 121,44 124,16 2,23

- Sayur-sayuran 123,47 125,84 1,91

- Buah-buahan 119,93 122,93 2,50

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 112,80 113,25 0,40

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,01 114,52 0,45

- Indeks BPPBM 109,05 109,33 0,25

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 103,14 100,93 -2,14

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 115,45 113,45 -1,74

- Tanaman Perkebunan Rakyat 115,45 113,45 -1,74

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 111,94 112,41 0,42

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,48 114,08 0,53

- Indeks BPPBM 106,29 106,29 0,00

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 109,15 109,39 0,23

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 118,61 119,11 0,42

- Ternak Besar 118,21 118,79 0,49

- Ternak Kecil 117,61 119,49 1,60

- Unggas 116,55 115,75 -0,69

- Hasil Ternak 128,66 128,24 -0,33

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 108,67 108,88 0,19

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,25 113,91 0,58

- Indeks BPPBM 104,50 104,31 -0,18

5. Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 102,55 102,86 0,31

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 114,06 114,57 0,45

- Penangkapan 115,04 115,73 0,60

- Budidaya 111,44 111,49 0,04

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 111,23 111,38 0,14

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,73 114,88 0,13

- Indeks BPPBM 105,43 105,58 0,14

5. 1. Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 103,76 104,23 0,46

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 115,04 115,73 0,60

- Penangkapan 115,04 115,73 0,60

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 110,88 111,03 0,14

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,77 114,92 0,13

(3)

Berita Resmi Statistik No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

3

Subsektor Agustus September Perubahan

(%)

5. 2. Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Petani Budidaya Ikan (NTPi) 99,34 99,25 -0,09

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 111,44 111,49 0,04

- Budidaya Air Tawar 104,79 104,09 -0,67

- Budidaya Air Laut 110,79 110,79 0,00

- Budidaya Air Payau 123,61 124,89 1,03

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 112,18 112,33 0,14

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,61 114,77 0,14

- Indeks BPPBM 107,48 107,62 0,13

NTP Gabungan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 102,71 102,26 -0,44

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 114,62 114,56 -0,05

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 111,60 112,03 0,38

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,71 114,30 0,52

- Indeks BPPBM 106,85 106,92 0,06

NTP Gabungan tanpa Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 102,72 102,22 -0,49

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 114,66 114,56 -0,09

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 111,63 112,08 0,40

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,64 114,26 0,55

- Indeks BPPBM 106,95 107,01 0,06

BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

Dari hasil pemantauan harga di tingkat pedesaan selama September 2014, NTP Provinsi Sulawesi Tengah turun 0,44 persen, yakni dari 102,71 pada Agustus 2014 menjadi 102,26 pada September 2014. Hal ini disebabkan oleh menurunnya NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat masing-masing sebesar 0,04 persen dan 2,14 persen. Sebaliknya, terjadi peningkatan NTP pada tiga subsektor lainnya yakni Subsektor Hortikultura sebesar 1,82 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,23 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,31 persen.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Selama September 2014, indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,05 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 114,62 menjadi 114,56. Penurunan ini disebabkan oleh merosotnya It pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,74 persen. Sementara itu, peningkatan It terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,50 persen, hortikultura sebesar 2,23 persen, peternakan sebesar 0,42 persen dan perikanan sebesar 0,45 persen.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh komponen pengeluaran baik untuk konsumsi rumah tangga maupun fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani selama September 2014 meningkat 0,38 persen dibandingkan bulan lalu, yaitu dari 111,60 pada Agustus 2014 menjadi 112,03 pada September 2014. Keseluruhan subsektor mengalami peningkatan Ib meliputi tanaman pangan sebesar 0,54 persen, hortikultura sebesar 0,40 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,42 persen, peternakan sebesar 0,19 persen, dan perikanan sebesar 0,14 persen.

(4)

Berita Resmi Statistik No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

4

Grafik 1

Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Januari - September 2014

Selama tiga bulan terakhir, NTP cenderung mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Selama Juli 2014, NTP tercatat sebesar 102,87 diikuti Agustus 2014 sebesar 102,71 dan September 2014 sebesar 102,26. Pola yang sama juga terjadi pada indeks harga yang diterima petani (It), yakni sebesar 114,63 pada Juli 2014 menurun menjadi 114,62 pada Agustus 2014 dan 114,56 pada September 2014. Sebaliknya, indeks harga yang dibayar petani (Ib) relatif meningkat setiap bulan yakni dari 111,43 pada Juli 2014 menjadi 111,60 pada Agustus 2014 dan 112,03 pada September 2014.

4. NTP Menurut Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP Subsektor Tanaman Pangan menurun 0,04 persen yakni dari 93,04 pada Agustus 2014 menjadi 93,00 pada September 2014. Penurunan tersebut disebabkan kenaikan It sebesar 0,50 persen, lebih rendah dari kenaikan Ib sebesar 0,54 persen. Kenaikan It dipengaruhi oleh indeks harga pada kelompok palawija yang meningkat sebesar 2,00 persen sedangkan pada kelompok padi relatif konstan.

Peningkatan Ib sebesar 0,54 persen yakni dari 112,77 pada Agustus 2014 menjadi 113,39 pada September 2014, disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumahtangga sebesar 0,63 persen dan pengeluaran untuk keperluan produksi sebesar 0,21 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Subsektor hortikultura mengalami peningkatan NTP dari 107,66 pada Agustus 2014 menjadi 109,63 pada September 2014 atau meningkat sebesar 1,82 persen. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya It sebesar 2,23 persen, berasal dari peningkatan indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 2,50 persen dan sayur-sayuran sebesar 1,91 persen. Meskipun beberapa jenis buah dan

(5)

Berita Resmi Statistik No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

5

sayuran produk impor mulai mengalir dari wilayah provinsi lain, namun tidak mempengaruhi tingkat harga pada produk lokal.

Dibandingkan bulan sebelumnya, Ib meningkat sebesar 0,40 persen yang dipengaruhi oleh meningkatnya pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga sebesar 0,45 persen dan keperluan produksi sebesar 0,25 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Selama September 2014, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan indeks sebesar 2,14 persen yakni dari 103,14 pada Agustus 2014 menjadi 100,93 pada September 2014. Sementara itu, It kelompok tanaman perkebunan rakyat tercatat 115,45 pada Agustus 2014 menjadi 113,45 pada September 2014 atau turun sebesar 1,74 persen.

Pada bulan yang sama, Ib tercatat dari 111,94 pada Agustus 2014 menjadi 112,41 pada September 2014 atau meningkat 0,42 persen. Peningkatan terutama berasal dari pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga sebesar 0,53 persen sedangkan indeks harga pengeluaran untuk keperluan produksi relatif stabil.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Subsektor peternakan mengalami peningkatan NTP sebesar 0,23 persen yakni dari 109,15 pada Agustus 2014 menjadi 109,39 pada September 2014. Hal ini disebabkan peningkatan It sebesar 0,42 persen, lebih besar dari peningkatan Ib sebesar 0,19 persen. It hasil ternak dan unggas menurun masing-masing 0,33 persen dan 0,69 persen. Sementara itu, indeks harga pada ternak besar dan ternak kecil meningkat masing-masing sebesar 0,49 persen dan 1,60 persen.

Peningkatan Ib sebesar 0,19 persen yang dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pengeluaran konsumsi rumahtangga sebesar 0,58 persen. Namun demikian, indeks harga keperluan produksi mengalami penurunan sebesar 0,18 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Subsektor perikanan mengalami peningkatan indeks harga sebesar 0,31 persen, yakni dari 102,55 pada Agustus 2014 menjadi 102,86 pada September 2014. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya It sebesar 0,45 persen, lebih tinggi dibandingkan peningkatan Ib sebesar 0,14 persen. Peningkatan It terutama berasal dari meningkatnya indeks harga kelompok perikanan tangkap sebesar 0,60 persen dan perikanan budidaya sebesar 0,04 persen.

Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi peningkatan indeks harga sebesar 0,46 persen yakni dari 103,76 pada Agustus 2014 menjadi 104,23 pada September 2014. Pada bulan yang sama, It meningkat 0,60 persen namun diikuti oleh meningkatnya Ib sebesar 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), terjadi penurunan indeks harga sebesar 0,09 persen yakni dari 99,34 pada Agustus 2014 menjadi 99,25 pada September 2014. Kenaikan It sebesar 0,04 persen terutama berasal dari meningkatnya indeks harga perikanan budidaya air payau sebesar 1,03 persen sedangkan indeks harga perikanan budidaya air laut menurun sebesar 0,67 persen. Sementara itu, indeks harga perikanan budidaya air payau relatif stabil.

(6)

Berita Resmi Statistik No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

6

Secara keseluruhan, Ib subsektor perikanan meningkat 0,14 persen terutama berasal dari peningkatan indeks harga pada kebutuhan konsumsi rumahtangga sebesar 0,13 persen dan keperluan produksi sebesar 0,14 persen. Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi peningkatan Ib sebesar 0,14 persen terutama berasal dari meningkatnya indeks harga kebutuhan konsumsi rumah tangga sebesar 0,13 persen dan untuk proses produksi 0,15 persen. Pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), peningkatan Ib sebesar 0,14 persen berasal dari meningkatnya indeks harga kebutuhan konsumsi rumah tangga sebesar 0,14 persen dan keperluan produksi sebesar 0,13 persen.

Nilai tukar pada subsektor perikanan tangkap relatif lebih tinggi dibandingkan perikanan budidaya. Hal ini mengindikasikan bahwa nelayan masih mengandalkan hasil produksi perikanan secara musiman. Sementara itu, masih rendahnya nilai tukar pada subsektor perikanan budidaya berarti masih terdapat potensi yang cukup besar untuk mendongkrak kinerja produk perikanan secara kelembagaan guna meningkatkan daya saing di masa mendatang.

5. Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap pengeluaran petani selama September 2014, dapat dirinci menurut indeks harga yang dibayar petani baik untuk keperluan rumahtangga maupun keperluan proses produksi sektor pertanian termasuk perikanan. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga sebesar 0,52 persen, dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pada seluruh subkelompok pengeluaran meliputi bahan makanan (0,62 persen), makanan jadi (0,44 persen), perumahan (0,38 persen), sandang (0,12 persen), kesehatan (0,56 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,11 persen), serta transportasi dan komunikasi (0,72 persen).

Tabel 2

Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran Agustus - September 2014

Kelompok pengeluaran Agustus September Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi rumah tangga 113,71 114,30 0,52

1.Bahan makanan 115,71 116,44 0,62

2. Makanan jadi 112,26 112,76 0,44

3. Perumahan 110,57 110,99 0,38

4. Sandang 110,58 110,71 0,12

5. Kesehatan 111,67 112,30 0,56

6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 109,03 109,15 0,11

7. Transportasi dan komunikasi 116,05 116,88 0,72

Biaya Produksi dan Penanaman Barang Modal (BPPBM) 106,85 106,92 0,06

1. Bibit 108,72 108,92 0,19

2. Obat-obatan dan pupuk 104,82 104,83 0,01

3. Sewa lahan, pajak, dan lainnya 107,25 107,26 0,01

4. Transportasi 115,51 116,02 0,44

5. Penambahan barang modal 106,85 107,01 0,15

6. Upah buruh tani 104,67 104,67 0,00

(7)

Berita Resmi Statistik No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014

7

Indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan produksi pertanian meningkat sebesar 0,06 persen. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya indeks harga untuk komponen biaya produksi meliputi bibit (0,19 persen), obat-obatan dan pupuk (0,01 persen), serta sewa lahan, pajak, dan lainnya (0,01 persen), transportasi (0,44 persen), dan penambahan barang modal (0,15 persen). Sementara itu, indeks harga pengeluaran untuk upah buruh tani relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan bulan sebelumnya.

6. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) sebesar 107,15, relatif lebih tinggi dibandingkan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 102,26. Hal ini mengindikasikan bahwa indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga memiliki peran cukup signifikan dalam mempengaruhi merosotnya tingkat nilai tukar. Penurunan NTP pada bulan September 2014 diikuti oleh penurunan NTUP sebesar 0,12 persen. Berdasarkan NTUP subsektor, tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 1,73 persen. Sedangkan empat subsektor lainnya mengalami kenaikan meliputi tanaman pangan (0,29 persen), hortikultura (1,98 persen), peternakan (0,61 persen), dan perikanan (0,30 persen). Disisi lain, NTUP tanpa perikanan yang relatif lebih rendah yakni sebesar 107,05, memberikan indikasi bahwa kontribusi subsektor perikanan terhadap nilai tukar dianggap masih cukup potensial.

Tabel 3

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya Agustus - September 2014

Kelompok pengeluaran Agustus September Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 96,60 96,88 0,29

2. Hortikultura 111,36 113,56 1,98

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 108,62 106,74 -1,73

4. Peternakan 113,50 114,19 0,61

5. Perikanan 108,19 108,52 0,30

a. Tangkap 109,92 110,41 0,45

b. Budidaya 103,68 103,59 -0,09

NTUP 107,27 107,15 -0,12

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul : PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, SEMANGAT KERJA DAN KARAKTERISTIK

Kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama telah diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah

Pada hari ini, Jum’at tanggal Sembilan Belas Bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan, dimulai jam Sepuluh lewat Lima menit wita sampai dengan selesai bertempat di portal Pengadaan

PAL Indonesia dengan Tipe kapal SSV, saat ini diperoleh nilai MCE proses produksi dalam pembuatan block kapal sebesar 85 persen, artinya menyerap 15 persen aktivitas JO yang

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1