i
PENGARUH CAR, NPF, BOPO, FDR DAN INFLASI
TERHADAP
RETURN ON ASSET
(ROA) PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE
2012-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
USWATUN KHASANAH
NIM 21313065
PRODI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi MOTTO
“
Jangan Menaruh Harapan Pada Makhluk, Berharaplah Kepada Allah SWT” Setiap Kemajuan Dimulai Saat Kita Berani Untuk Meninggalakan Zona Nyaman“Terus Berjuang, Bergerak, Belajar, Dan Bekerja, Maka Kesuksesan Dan Kemenangan Sejati Akan Kita Dapatkan”
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada ALLah SWT dan atas doa dan dukungan dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan rasa syukur dan terima kasih saya kepada:
ALLAH SWT, karena dengan hanya atas izin dan karunia-Nyalah skripsi ini dapat dibuat dan terselesaikan dengan baik. Puji syukur yang tak tehingga pada tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala doa
Bapak, ibu saya (Khamadi dan Muslikhah), dan (alm) Bpk. Kyai Zoemri RWS dan ibu Nyai Hj. Lathifah Zoemri, yang telah memberikan dukungan moril maupun material serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan doa, dan tiada doa yang paling khusuk selain doa yang terucap dari orang tua. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.
Bapak dan ibu dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terima kasih banyak bapak dan ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.
Kakak saya Subkhi Munir, Khoirul Farida, Azizatul Mukaromah, Laili Astuti, M Jalali, Anwar dan keponakan saya Arju Hudaya Fatchi, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum, dan doanya untuk keberhasilan ini, cinta kalian memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayangku untuk kalian.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah membimbing umatnya menuju
jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, perhatian, semangat, serta doa, baik
secara langsung mau pun tidak langsung pada penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam
IAIN Salatiga dan pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan
dan motivasi untuk menjadi yang terbaik
3. Ibu Fetria Eka Yudiana M.Si, selaku Ketua Prodi Perbankan Syariah S1.
4. Bapak Dr. Ahmad Mifdlol M, Lc., M.Si selaku pembimbing skripsi yang
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberi bekal
ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
x ABSTRAK
Khasanah, Uswatun. 2017. Pengaruh CAR, NPF, BOPO, FDR dan Inflasi Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Inonesia Periode (2012-2016). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Perbankan Syariah S1. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar Lc., M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah di Indonesia.
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan populasi bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling sehingga diperoleh 55 sampel dari 11 bank umum syariah pada periode pengamatan (2012-2016). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap, variabel NPF tidak berpengaruh terhadap ROA, variabel BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, variabel FDR tidak berpengaruh terhadap ROA, variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA, dan secara simultan variabel CAR, NPF, BOPO, FDR, dan Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap ROA pada bank umum syariah di Indonesia.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 16
A. Telaah Pustaka ... 16
xii
1. Teori Profitabilitas ... 21
2. Perbankkan Di Indonesia ... 22
3. Profitabilitas ... 28
4. Capital Adequacy Ratio ... 30
5. Non Performing Financing ... 34
6. Biaya Operasional Dan Pendapatan Operasional ... 36
7. Financing To Deposit Ratio ... 37
8. Inflasi ... 49
C. KERANGKA PENELITIAN ... 44
D. HIPOTESIS PENELITIAN ... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
A. Jenis Penelitian ... 52
B. Populasi Dan Sampel ... 53
C. Teknik Pengumpulan Data ... 56
D. Jenis Dan Sumber Data ... 57
E. Skala Pengukuran Dan Definisi Operasional ... 58
F. Teknik Analisis Data ... 63
G. Alat Analisis ... 70
BAB IV ANALISIS DATA ... 71
A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 71
B. Analisis Data ... 73
xiii
b) Uji Autokorelasi ... 80
c) Uji Heterokedastisitas ... 81
d) Uji Normalitas ... 82
C. Pembahasan Hasil Analisis penelitian ... 84
BAB V PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Keterbatasan Penelitian ... 90
C. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ... 1
Tabel 1.2 Rata-Rata Rasio Keuangan BUS ... 8
Tabel 1. Penelitian Terdahulu ... 9
Tabel 2.1 Penelitain Terdahulu ... 18
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 62
Tabel 4.1 Data Penelitian ... 71
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas ... 73
Tabel 4.3 Hasil Uji Unit Root Ist Difference ... 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi ... 75
Tabel 4.5 Kesimpulan Hasil Hipotesis ... 79
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas ... 80
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 81
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ... 45
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 83
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kegiatan perbankan saat ini tidak hanya didominasi oleh
bank-bank konvensional yang lebih dulu dan eksis di Indonesia, bank dalam
sektor syariahpun saat ini mulai berkembang dan mulai diterima di
masyarakat. Perbankan Syariah seperti halnya perbankan pada umunnya
merupakan lembaga intermediasi keuangan yakni lembaga yang melakukan
kegiatan menghimpun dana dari masyarkat dan menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan
(Maradita, 2014).
Pasca disahkannya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, industriPerbankan Syariah telah mengalami kemajuan
yang cukup pesat (Maradita, 2014). Pada tahun 2008 jumlah Bank Umum
Syariah sebanyak 5 dan sekarang telah berkembang menjadi 13 bank, artinya
jumlah Bank Umum Syariah telah mengalami peningkatan.
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Individual Perbankkan Syariah – SPS Mei 2017
Kelompok bank KPO/KC KCP/UPS KK
HOO/BO SBO/SSU CO
NO. Bank umum syaraih 472 1.188 190
1 PT. Bank Aceh Syariah 26 86 18
2 PT. Bank Muamalat
Indonesia
83 172 78
3 PT. Victoria Syariah 9 5 -
2
Sumber: Statistik Perbankan Syariah data diolah
Pengoperasian Bank Syariah ini tidak terlepas dengan tuntutan
pelaksanaa tata kelola perusahaan yang baik dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjenag sosial sesuai PBI No. 11/33/PBI/2009
tentang pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah (Maradita, 2014)
Pengertian Good Corporate Governance (GCG) sendiri menurut PBI
No. 11/ 33/ PBI/ 2009 Pasal 1 Ayat 10 disebutkan bahwa Good Corporate
Governanceadalah tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan(transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness). Penerapan prinsip-prinsip GCG menjadi suatu keharusan
bagi seluruh insitusi, termasuk di dalamnya institusi bank syariah.Hal ini lebih
ditujukan kepada tanggung jawab publik(public accountability) berkaitan
dengan kegiatan operasional bank yang diharapkan benar-benar mematuhi
3
itu juga berkaitan dengan kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip
syariah sebagaimana telah digariskan dalam al-Quran, hadis, dan ijmak para
ulama (Maradita, 2014).
Penerapan GCG dilakukan untuk tercapainya pengelolaan perusahaan
yang lebih tranparansi bagi semua pengguna laporan keuangan, sehingga
meningkatkan keberhasilan usaha, meningkatkan profit, meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan investor.Kinerja keuangan merupakan hal yang
harus dicapai oleh Bank Syariah. Kinerja keuangan merupakan cerminan dari
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dana
yang dimiliki,artinya bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya lebih baik
lagi.
Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November tentang
perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan
kegiatan pokok perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank
lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas (Kasmir,
2014: 13).
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual
kepercayaan dan jasa, setiap bank berusaha sebanyak mungkin menarik
nasabah baru ataupun investor, untuk memperbesar dana dan juga
4
strategis.Namun, kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang
sangat vital.Dimana bank yang sehat, baik secara individu, maupun secara
keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan kebutuhan suatu perekonomian
yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik (Defri, 2012).
Sebagaimana layaknya manusia, dimana kesehatan merupakan hal yang
paling penting di dalam kehidupannya, tubuh yang sehat akan meningkatkan
kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan
harus selalu menilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para
nasabahnya. Untuk melihat suatu kinerja dan kesehatan bank dapat dilihat dari
beberapa segi (Kasmir: 2009:49)
Menurut Brigham dan Huston(2010: 146) untuk mengukur kinerja
suatu bank biasanya menggunakan rasio profitabilitas, karena rasio
profitabilitas sudah mencakup rasio utang, rasio aktivitas maupun rasio
likuiditas yang terdiri dari Return On Equity (ROE) yaitu rasio yang
menggambarkan besarnya kembalian atas modal untuk menghasilkan
keuntungan, dan Return On Asset yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
dari keseluruhan aset yang ada dan digunakan untuk menghasilkan
keuntungan.
Menurut Athanasoglou et al. (2006) dalam Dwijayanthi dan Naomi
(2009), menyatakan bahwa profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor
internal dan eksternal.Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor
spesifik bank yang menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal
5
manajemen bank, akan tetapi faktor tesebut secara tidak langsung memberikan
efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja
lembaga keuangan. Faktor eksternal bank yang perlu diperhatikan adalah
inflasi, suku bunga dan siklus output, serta variabel yang memprestasikan
karakteristk pasar.
Ukuran profitabilitas yang sering digunakan adalah Return On Asset
(ROA).Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas
bank, karena Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang di ukur dengan aset yang
dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarkat (Suryani: 2012).
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 56) ROA adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan menghasilakn laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu.Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kemampuan labadalam operasi
perusahaan.Pada dasarnya ROA merupakan rasio antara laba setelah pajak
terhadap total aset.Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yanga
semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.Apabila
ROA meningkat, artinya profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga
dampak akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan yang dinikmati oleh
6
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang
diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan
semakin baik posisi modal. CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman (hutang), dan lain-lain. Dengan kata lain, CAR adalah
rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), misalnya kredit
yang diberikan (Dendawijaya, 2005: 121).
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang
menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat pemberian
pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Risiko
pembiayaan ini terjadi akibat kegagalan atau ketidak mampuan nasabah dalam
mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bagi
hasilnya sesuai dengan jangka waktu yang telah di jadwalkan (Mudrajad, 2002
dalam Lemiyana dan Litriani: 2016).Menurut Lemiyana dan Litriani (2016)
mengatakan bahwa Kredit bermasalah atau kredit dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh
7
Kinerja operasional merupakan kemampuan bank dalam mengatur
biaya dan pendapatan operasional yang dimilikinya.Rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja operasional suatu bank adalah rasio
perbandingan antara Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO).BOPO merupakan rasio biaya operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya (Dendawijaya, 2009: 118).
Financing to Deposit Ratio (FDR) yang analog dengan Loan to Deposit
Ratio (LDR) pada Bank Konvensional adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun oleh bank. Semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya
efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika FDR atau LDR untuk
kebanyakan Bank Umum Syariah berada pada standar dibawah 100% yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut
akan meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya
dengan efektif (Lemiyana dan Litriani, 2016).
Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa, yang terjadi jika
pembelanjaan bertambah dibandingkan dengan penawaran barang di pasar,
dengan kata lain terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu
sedikit, Downes dan Goodman (1994) dalam Dwijayanti dan Naomi (2009).
Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara
umum.Kecenderungan yang dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan
8
atau hari libur lainnya, cenderung naik. Namun, setelah perayaan usai
masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi
semula (Djohanputro, 2006). Singkatnya inflasi adalah gejala kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.
Tabel 1.2
Rata-Rata Rasio Keuangan Pada Bank Umum Syariah Periode 2012-1026
Sumber: Statistik Perbankan Syariah data diolah, 2017
Tabel 1.2 diataas adalah rata-rata rasio variabel penelitian pada bank
umum syariah periode 2012-2016. Dari tabel tersebut terdapat beberapa
informasi mengenai adanaya fenomena business gap, antara lain:
1. Secara teori hubungan antara CAR dengan ROA adalah positif. Akan
tetapi dari tabel 1.2 terdapat perbedaan dimana pada tahun 2012-2013,
2013-2014 CAR mengalami peningkatan ROA mengalami penurunan.
Sedangkan ditahun 2014-2015 CAR mengalami penurunan dan ROA
justru mengalami peningkatan. sehingga perlu dilakukan penelitian dengan
adanya gap tersebut.
2. Hubungan antara NPF dengan ROA adalah Negatif. Pada periode
pengamatan tidak terjadi fenomena business gap karena pada periode
tersebut hubungan NPF dengan ROA menunjukkan pengaruh negatif.
VAEIBEL 2012 2013 2014 2015 2016
ROA 2.14 2 0.41 0.49 0.63
CAR 14.13 14.42 15.74 15.02 15.95
NPF 2.22 2.62 4.95 4.84 4.42
BOPO 74.97 78.21 96.97 97.01 96.23
9
Melalui penelitian ini akan dikuatkan apakah pengaruh NPF adalah negatif
terhadap ROA.
3. Hubungan antara BOPO dengan ROA adalah negatif. Akan tetapi dari
tabel 1.2 terdapat perbedaan dimana pada tahun 2014-2015 BOPO
mengalami peningkatan, dan ROA juga mengalami peningkatan. Sehingga
perlu dilakukan penelitian lanjutan atas perbedaan tersebut.
4. Hubungan antara FDR dengan ROA adalah Positif. Akan tetapi dari tabel
1.2 terdapat perbedaan dimana pada tahun 2012-2013 FDR mengalami
peningkatan ROA mengalami penurunan. Dan pada tahun 2015-2016 FDR
mengalami penurunan dan ROA mengalami peningkatan. sehingga perlu
diadakan penelitian lanjutan terhadap perbedaan tersebut.
Tabel 1.3
Penelitian Terdahulu
Pengaruh Variabel Peneliti Hasil Penlitian
Pengaruh CAR terhadap ROA
Yogianta (2013) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR berpengaruh possitif tidak signifikan terhadap ROA
Mulatsih (2014) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Dewi, dkk (2014) Hasil penelitian ini menunjukkan CAR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA
Putri dan Suhermin
(2015) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA
Bernandin (2016) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA Warsa, Mustanda
(2016)
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA
Harun (2016) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA
BOPO Defri (2012)
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
Fiscal dan Lusiana
10
terhadap ROA Pratiwi dan
Wiagustin ( 2014)
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
Rahman, dkk (2014) Hasil peneliltian ini menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
Adriel (2014) Hasil penelitian ini menemukan bahwa BOPO memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
Dewi, dkk (2015) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA baik secara parsial maupun stimulant
NPF
Sabir, dkk (2012) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
Pratiwi (2012) Hasil penelitian ini menunjukkan bawa NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA
Widyaningrun (2015)
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa NPF berpengaruh positif signifikan terhadap ROA secara simultan, dan secara parsial NPF berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA
Lemiyana dan
Litriani (2016) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap ROA Harianto (2017) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA
FDR
Suryani, (2011) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Sabir, dkk (2012) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Widyaningrum, (2015)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA
Lemiyana dan
Litriani (2016) Hasil penalitian ini menunjukkan bahwa FDR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA
Inflasi
Wibowo dan Syaichu (2013)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa INFLASI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Sodiq, (2014) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial INFLASI berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA
Hidayati, (2014) Hasil peneliltian ini menunjukkan bahwa INFLASI berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Suryati (2015) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
Lindayani dan Dewi (2016)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa INFLASI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
11
Dari latar belakang di atas dan dengan adanya fenomena business gap
dan reasearch gap dari peneliti sebelumnya, maka perlu dilakukan penellitian
lanjutan mengenai pengaruh CAR, NPF, BOPO, FDR, Inflasi terhadap ROA.
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-1016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uaraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. ApakahCapital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return On
Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. ApakahNon Perfoming Financing (NPF) berpengaruh terhadap Return
On Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
3. Apakah Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional berpengaruh
terhadap Return On Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
4. ApakahFinancing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Return
On Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
5. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap Return On Asset pada Bank Umum
12 C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Captial Adequacy Ratio (CAR) terhadap
Return On Aseeet (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap
Return On Asste (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank
Umum Syariah di Indonesia
4. Untuk mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR)
terhadap Retun On Asset(ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia
5. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA)
pada Bank Umum Syaraih di Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang
keilmuan maupun pengembangan ilmiah bagi penulis maupun
pembaca terkait pengaruh tentang rasio keuangan khususnya
13
Financing(NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Rasional
(BOPO), Finanacing to Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi terhadap
Return On Asset (ROA).
b. Penelitian ini diharpakan dapat menambah khasanah temuan
penelitian khusunya pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
tentang kinerja kenerja keuangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi praktisi
Dapat dijadikan masukan untuk membantu pihak manajemen
terutama untuk melihat pengaruh Capital Adequcy Ratio (CAR),
Non Perfoming Ratio (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan
Rasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi
terhadap Return On Asset (ROA). Serta menambah informasi bagi
peneliti atau pihak yang membutuhkan.
b. Bagi pihak akademik
Sebagai referensi penelitian berikutnya terkait Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Perfoming Financing (NPF), Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio
(FDR), dan Inflasi terhadap Return On Asset (ROA), serta
dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kegiatan akademik
14 c. Bagi penelilti yang akan datang
Dapat memberikan tambahan pengetahuan, umumnya mengenai
dunia perbankkan dan khususnya mengenai rasio keuangan seperti
Capital Adqequacy ratio (CAR), NonPerfoming Financing (NPF),
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi pengaruhnya
terhadp Return On Asset (ROA). Serta sebagai bahan referensi
dalam bidang yang sama.
d. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan agar dapat
meningkatkan kinerja keuangannya dan juga sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistem penulisan skripsi merupakan garisbesar penyusunan skripsi
untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi
skripsi.Dalam penelitian ini, sistematika penulisan terdiri darilima bab.
Masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan sebagai titik tolak dan menjadi acuan dalam proses
penelitian yang akan dilakukan. Bab ini terdiri dari lima sub bab yaitu; latar
bekang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
15 BAB II Landasan Teori
Membahas tentang landasan teori yang berhubungan dengan
variabel-variabel penelitian. Bab ini dimulai dengan sub bab telaah pustaka untuk
memaparkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan guna mengetahui posisi
penelelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan kerangka teori, kerangka
penelitian dan hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan pendekatan
dan jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, teknik
pengumpulan data, sumber data, variabel dan skala pengukuran, definisi
operasional variabel, analisis data yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV Analisis Data
Menyajikan tentang analisa penelitian yang akan menguraikan tentang
deskripsi data dan analisis data yang telah ditemukan pada bab sebelumnya
sebagai interprestasi hasil analisis.
BAB V Penutup
Menyajikan tentang simpulan dari penelitian yang dilakukan,
keterbatasan penulisan, serta saran-saran yang dapat diberikan kepada bank
dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Daftar Pustaka
16 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penilitian yang dilakukan oleh Bernandin (2016) yang berjudul
“Pengaruh CAR dan LDR terhadap Return On Asset (ROA)”, hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA. Dan penelitian ini didukung oleh Mulatsih (2014) yang
berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Tingkat Kinerja pada Bank
Pembangunan Daerah”, hasil penelitian menunjukan bahwa CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2017) yang berjudul Rasio
“Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Profitabilitas pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia”, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia. Penelitian ini didukung oleh Pratiwi (2012)
berjudul “Pengaruh CAR, BOPO, NPF, FDR, terhadap Return On
Asset(ROA)”, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPF berpengaruh
17
Penelitian yang dilakukan oleh Fiscal dan Lusiana (2014) yang berjudul
“Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Profitabilitas BPR (studi kasus pada BPR di Provinsi Lampung tahun
2010-2012)”, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel BOPO berpengaruh
negatif dan Signifikan terhadap ROA BPR provinsi Lampung. Penelitian ini
didukung oleh Defri (2012) berjudul “Pengaruh Capital adequacy Ratio
(CAR)”, Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitablitas
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
Perbankan yang terdaftar di BEI.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2011) berjudul “Analisis
Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah di Indonesia”, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel FDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah di
Indonesia. Penelitian ini didukung oleh Sabir, dkk (2012) berjudul “Pengaruh
Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan
Bank Konvensional di Indonesia”, hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Bank Umum
18
Penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2015) yang berjudul “Pengaruh
Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai tukar Rupiah /US Dolar terhadap
profitabilitas dan retrun Saham Properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian ini didukung oleh Lindayani
dan Dewi (2016) yang berjudul “Dampak Struktur Modal dan Inflasi terhadap
Profitabilitas dan Return Saham perusahaan Keuangan Sektor Perbankan”,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Variabel Peneliti Judul Penelitian Hasil Penlitian
19
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia
20
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitain yang telah
dilakukan sebelumnya, beda penelitian ini dengan penelitian sebelumya
terletak pada obyek, varibel yang digunakan serta periode yang diteliti.
Yogianta (2013) melakukan penelitian terhadap Bank Umum Go Publik di
Bursa Efek Indonesia. Fiscal dan Lusiana (2014) melakukan penelitian
terhadap BPR di Provinsi Lampung. Dan Dewi, dkk (2014) melakukan
penelitian terhadap Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan penelitian ini melakukan penelitian terhadap Bank Umum Syariah
di Indonesia.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini berbeda
dengan variabel yang digunakan oleh penelitian-penelitian sebelumnya,
Yogianta (2013) menggunkan variabel independen berupa CAR, NIM, LDR,
NPL, BOPO. Fiscal dan Lusiana (2014) menggunakan variabel independen
berupa CAR, LDR, BOPO. Dewi, dkk (2014) menggunakan variabel
independen berupa CAR, BOPO, LDR.Sedangkan variabel independen dalam
penelitian ini adalah CAR, NPF, BOPO, FDR, dan Inflasi.Variabel
independen yang masih jarang digunakan oleh penelitian sebelumnya namun
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Inflasi.
Periode yang diteliti dalam penelitian ini juga berbeda dengan
penelitian sebelumnya. Periode yang diteliti oleh Yogianta (2013) mulai tahun
2002-2010. Periode yang diteliti oleh Fiscal dan Lusiana (2014) mulai tahun
2010-2012. Periode yang diteliti oleh Dewi, dkk (2013) mulai tahun
21 B. Landasan Teori
1. Teori Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2010: 146) untuk mengukur
profitabilitas bank, biasanya menggunakan rasio profitabilitas, karena rasio
profitabilitas sudah mencakup rasio utang, rasio aktivitas, maupun rasio
likuiditas yang terdiri dari Return On Equity (ROE), yaitu rasio yang
menggambarkan besarnya kembalian atas modal untuk menghasilkan
keuntungan. Dan Return On Asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan
kemampuan dari keseluruhan aset yang ada dan digunakan untuk
menghasilkan keuntungan. Selain itu, dalam penentuan kesehatan bank,
Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA dari pada ROE karena
Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank diukur
dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan
masyarkat sehingga ROA lebih mewakili dalam tingkat profitabilitas
perbankan.
Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik
bank yang menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal
merupakan variabel-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung
dengan manajemen bank, akan tetapi faktor tesebut secara tidak langsung
memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak
pada kinerja lembaga keungan. Faktor eksternal bank yang perlu
22
yang memprestasikan karakteristik pasarAthanasoglou et al. (2006) dalam
Dwijayanthi dan Naomi (2009).
2. Perbankan di Indonesia
a. Pengertian Bank
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank adalah
badan uasaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Martono, 2004: 20)
Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakt dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan
menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya
hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas (Kasmir,
2014: 13).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan
perushaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha
perbankan selalu berkaitan dengan masalah keuangan.Dan tugas pokok
perbakkan adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat,
sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya merupakan
23
Pengertaian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau
mencari dana dengan cara membeli dari masyarkat luas dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pembelian dana dari
masyarakat ini dilakukan oleh bank melalui berbagai strategi agar
masyarakat tertarik dan mahu menginvestasikan dananya melalui
lembaga keuangan bank (Martono, 2002: 24)
Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan
memberikan rangsangan berupa imbalan yang menarik dan
menguntungkan. Imbalan jasa tersebut dapat berupa perhitungan bunga
bagi Bank Konvensional atau berdasarkan prinsip jual beli dan bagi
hasil untuk Bank Syariah.Rangsangan lainnya yang dapat diberikan
berupa hadiah, pelayanan yang menarik atau balas jasa
lainnya.Semakin menarik dan menguntungkan imbalan yang diberikan,
semakin menambah minat masyarakat untuk menyimpan dananya di
Bank (Martono, 2002: 24).
Menyalurkan dana berarti melemparkan kembali dana yang telah
dihimpun melalui simpanan giro, tabungan dan deposito kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman bagi bank konvensional atau
pembiayaan bagi bank syariah. Bagi bank konvensional dalam
memberikan pinjaman disamping dikenakan bunga, juga dikenakan
jasa pinjaman bagi penerima pinjaman (debitur) dalam bentuk biaya
administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi Bank
24
Tinggi rendahnya tingkat bunga pinjaman tergantung oleh tinggi
rendahnya tingkat bunga simpanan.Semakin tinggi bunga simpanan,
maka semakin tinggi pula tingkat bunga pinjaman dan sebaliknya.Di
samping tingkat bunga simpanan, pengaruh tinggi rendahnya tingkat
bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya
oprasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta
pengaruh lainnya (Martono, 2002:25).
Baik bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan
utama diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada
penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang
diberikan.Keuntungan dari selisih bunga ini di bank dikenal dengan
istilah Spread Based.Jika suatu bank mengalami suatu kerugian dari
selisih bunga, dimana tingkat bunga simpanan lebih besar dari tingkat
bunga kredit yang diberikan, maka terjadilah Negatif Spread (Martono,
2002: 25).
Menurut Martono (2004: 25-26), jasa-jasa bank lainnya
merupakan jasa pendukung kegiatan bank. Jasa-jasa ini diberikan
terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung terhadap kegiatan penyimpanan dana dan penyaluran kredit.
Produk jasa-jasa perbankkan lainnya adalah sebagai berikut:
1) Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah
25 3) Jasa pengiriman uang (transfer)
4) Jasa penagihan (inkaso)
5) Jasa kliring (clearing)
6) Jasa penjualan mata uang asing (valuta asing)
7) Jasa penyimpanan dokumen (safe deposit box)
8) Jasa cek wisata (travelers cheuque)
9) Jasa kartu kredit (bank card)
10)Jasa letter of creadit (L/C)
11)Jasa bank garansi dan referensi bank.
Banyaknya produk jasa yang ditawarkan sangat tergantung
pada kemampuan masing-masing bank.Semakin mampu bank tersebut,
maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan.Kemampuan
bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen, serta fasilitas
sarana dan prasarana yang dumilikinya. (Martono, 2002: 26).
b. Perbankan syariah
Bank Syariah atau bank bagi hasil merupakan bank yang
beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah Islam.Di dalam operasinya
bank syariah mengikuti aturan Al-Quran, Hadist dan regulasi dari
pemerintah. Sesuai perintah dan larangan syariah maka praktik-praktik
yang mengandung unsur riba dihindari, sedangkan yang dilakukan
adalah praktik-praktik bisnis yang dilakukan di zaman Rasulullah
26
Perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensional
adalah adanya larangan riba (bunga) bagi bank syariah.Riba dilarang
sedangkan jual beli (al bai’) dihalalkan. Ini berarti, membayar dan
menerima bunga atas uang yang dipinjam atau dipinjamkan adalah
dilarang dalam operasionalnya., baik dalam kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat maupun dalam penyaluran dana kepada
masyarakat, bank syariah tidak memperhitungkan bunga tapi
berdasarkan prinsip bagi hasil dan jual beli (Martono, 2002: 94)
Bank syariah berkembang secara pesat didunia sejak
didirikannya Islamic Devalopment Bank (IDB) pada tahun 1975.Bank
syariah dewasa ini telah dapat mengembangkan dananya seperti
bank-bank konvensional umumnya. Bank syariah sudah menjadi
penghimpun dan penyalur dana umat islam untuk kepentingan yang
berkaitan dengan ibadah seperti; simpanan al-wadiah dan
mudhorobah.
Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam sistem perbankan
nasional memiliki dasar yang kuat yaituderegulasi sektor perbankan
sejak tahun 1983.Dalam deregulasi sektor perbankan tersebut, lembaga
keuangan bank diberikan kebebasan, termasuk dalam hal penentuan
tingkat suku bunga hingga nol persen. Pada tanggal 1 November 1991
di dirikanlah Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Syariah pertama
27
Pada pasal 13 ayat (c) UU No. 10 Tahun 1998 dinyatakan bahwa
salah satu usaha dari Bank Perkreditan Rakyat adalah menyediakan
pembiayaaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentua yang di tetapkan dalam peraturan pemerintah.
Sedangakan untuk ketentuan pelaksanaannya maka pada tanggal 30
Oktober 1992 pemerintah mengeluarkan PP No. 72 Tahun 1992
tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan pada
tanggal 30 Oktober 1992 dalam lembaran Negara RI Nomor 119
Tahun 1992 (Martono, 2004: 95)
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut secara tegas dinyatakan
bahwa bank dengan prinsip bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan
usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (memakai sistem
bunga).Sebaliknya, bank yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan
prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal itu dinyatakan secara tegas dalam
ketenteuan pasal 6 PP No. 72 Tahun 1992 yang berbunyi:
1) Bank Umum ata Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya
semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usahan yang tidak berdasarkan prinsip bagi
hasil .
2) Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan
usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan
28
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 merupakan landasan hukum untuk
mengembankkan perbakkan syariah di Indonesia. Pengembangan bank
syariah di Indonesia dipandang penting untuk:
1) Memnuhi kebutuhan masyarakatyang menghendaki layanan jasa
perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
2) Meningkatkan mobilisdasi dana masyarakat yang belum terserap
sistem perbankan yang ada
3) Meningkatakan ketahanan sistem perbankan nasional
4) Menyediakan sarana bagi investor internasional untuk
melaksanakan pembiayaan dan transaksi keuangan yang sesuai
dengan prinsip syariah (Martono, 2004: 95)
3. Profitabilitas (Return On Asset)
Menurut Iskandar(2008) profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan didalam usahanya memperoleh keuntungan
dengan menggunakan aktiva yang dimiliki dan profitabilitas merupakan
hasil yang dicapai manajemen dari setiap kebijaksanaan dan keputusan.
Menurut Warsa dan Mustanda (2016) profitabilitas merupakan
kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara
efektif dan efisien, dan secara garis besar laba yang dihasilakn perusahaan
berasal dari penjualan dan pendapatan investasi yang dilakukan oleh
29
Menurut Brigham dan Huston (2010: 146) untuk mengukur kinerja
suatu bank biasanya menggunakan rasio profitabilitas, karena rasio
profitabilitas sudah mencakup rasio utang, rasio aktivitas maupun rasio
likuiditas yang terdiri dari Return On Equity (ROE) yaitu rasio yang
menggambarkan besarnya kembalian atas modal untuk menghasilkan
keuntungan, dan Return On Asset yaitu rasio yang menunjukkan
kemampuan dari keseluruhan asset yang ada dan digunakan untuk
menghasilkan keuntungan.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas bank adalah Return On Asset (ROA). ROA penting bagi bank
karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Dan Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang di ukur dengan aset
yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarkat (Suryani,
2012).
Menurut Sodiq (2004) Return On Asset (ROA) merupakan salah satu
rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang
dimiliknya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA
yang baik adalah sekitar 1,5%. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
30
Menurut Dendawijaya (2009: 118) Return On Asset (ROA) adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuantungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebutdari segi
penggunaan aset.
Menurut Prihadi (2008: 68)dan menurut Dendawijaya (2009: 118)
Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara Laba Bersih
dengan Total Aset dengan total aktiva
ROA= 100%
4. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Permodalan bank berfungsi sebagai sumber utama untuk pembiayaan
kegiatan operasionalnya dan juga berperan sebagai penyangga
kemungkinan munculnya kerugian. Bank harus mampu memenuhi
kecukupan permodalan guna menutupi seluruh risiko usaha yang akan
dihadapi oleh bank di masa mendatang. Kemampuan bank dalam menjaga
modalnya untuk menutupi kerugiannya menunjukkan bahwa bank mampu
untuk menjaga kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya pada
bank tersebut (Warsa dan Mustanda, 2016).
Menurut Martono (2004: 37-38) menyatakan bahwa Badan usaha
bank sebagai lembaga intermediasi keuangan atau lembaga perantara
31
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat,
serta memberikan jasa bank lainnya. Dana bank dapat bersumber dari:
a. Dana yang bersumber dari modal sendiri
Sebagai modal utama dari badan usaha bank adalah dana dari bank
bersangkutan yang disebut modal sendiri (ekuitas) dalam pengertian
dana yang diperoleh dari dalam bank tersebut. Penghimpunan dana
yang bersumber dari bank itu sendiri adalah sebagai berikut:
1) Setoran modal dari pemegang saham, yaitu dana dari pemegang
saham (sebagai pemilik perusahaan), baik pemegang saham lama
maupun pemegang saham baru.
2) Cadangan, yaitu bagian laba yang setiap tahun disisihkan oleh bank
untuk tujuan tertentu.
3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahunan lalu
mauapun tahun berjalan tetapi belum dibagikan kepada para
pemegang saham.
b. Dana yang berasal dari masyarakat
Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber
dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan
ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari
sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatan
relatif mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya.
Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan secara efektif
32
fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah, dan pelayanan yang
memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari
masyarakat adalah jumlahnya tidak terbatas baik berasal dari
perorangan (rumah tangga), perusahaan, maupun lembaga masyarakat
lainnya.
c. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana dari lemlbaga lain (dana pihak kedua) merupakan
tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencairan sumber dana
pertama dan ketiga. Pencairan dari sumber dana ini relatif lebih mahal
dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Sumber dana dari lembaga
lain diantaranya berasal dari:
1) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) merupakan kredit yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami
kesulitan likuiditasnya.
2) Pinjaman anatar bank (Call Money) biasanya pinjaman ini
diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di
dalam lembaga kliringa dan tidak mampu membayar
kekelahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga
yang relative tinggai jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya.
3) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU yang kemudian yang diperjual belikan kepada
pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non
33
4) Pinjaman dari bank-bank luar negeri, pinjaman ini merupakan
pinjaman yang diperoleh dari pihak luar negeri.
Menurut Martono (2004: 84) CAR adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan
surat berharga.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang
diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan
semakin baik posisi modal. CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank,
seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dan lain-lain. Dengan kata
lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR), misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005: 121).
Menurut Yogianta (2013) CAR mencerminkan modal bank, semakin
besar CAR maka semakin besar ROA, karena dengan modal yang besar,
manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya kedalam
34
Menurut Defri (2012) Rasio CAR digunakan untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan.Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif
yang berisiko.
Menurut Bernandin (2016) Peraturan Bank Indonesia No.
10/15/PBI/2008 menjelaskan bahwa bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari Asset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2014 CAR dirumuskan sebagai berikut:
CAR= 100%
5. Non Performing Financing (NPF)
Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan erat dengan aktiva
produktif yang dimilikinya, oleh karena itu manajemen bank dituntut
untuk senantiasa dapat memantau dan menganalisis kualitas aktiva
produktif yang dimiliki. Kualitas aktiva produktif menunjukkan kualitas
aset sehubungan dengan risiko yang dihadpi oleh bank akibat pemberian
kredit dan investasi bank (Nurantara, 2009).
Menurut Dendawijaya (2009: 81-82) Perkembangan pemberian
kredit yang tidak menggembirakan bagi bank adalah apabila kredit yang
35
oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar
angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua
pihak dalam perjanjian kredit. Ada beberapa kategori kolektibilitas kredit
berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia, sebagai berikut:
a. Kredit lancar, adalah kredit yang tidak mengalami penundaan
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.
b. Kredit kurang lancar, adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayan bunganya telah mengalami penundaan selama
3 bulan dari waktu yang diperjanjikan.
c. Kredit dengan perhatian khusus, adalah apabila terdapat tunggakan
pembayaran angsuran pokok dan margin sampai 90 hari.
d. Kredit diragukan, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan
atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.
e. Kredit macet, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu
tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.
Non Financing Ratio (NPF) berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 9/29/DPBS Tanggal 7 Desember 2007, dihitung dengan
membandingkan jumlah pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan
yang dimiliki oleh bank (Widyaningrum, 2014).
Menurut Lemiyana dan Litriani(2016)Non Perfoming Financing
36
yang dihadapi bank akibat pemberian pembiayaan dan investasi dana bank
pada portofolio yang berbeda. Semakin kecil NPF maka semakinkecil
pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Dengan demikian apabila
suatu bank mempunyai NPF yang tinggi, menunjukkan bahwa bank
tersebut tidak professional dalam mengelola kreditnya, sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atau pemberian kredit pada bak
tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPF yang dihadapi bank.
Menurut Yogianta (2013) NPF mencerminkan risiko kredit, semakin
kecil NPF semakin kecil pula risiko kredit yang di tanggung pihak
bank.Agar nilai bank terhadap rasio ini baik Bank Indonesia menetapkan
kreteria rasio NPF net di bawah 5%, Semakin tinggi NPF maka ROA akan
semakin kecil. Menurut menurut Kuncoro (2002) rasio NPF dapat
dirumuskan sebagai berikut:
NPF= 100%
6. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Kinerja operasional merupakan kemampuan bank dalam mengatur
biaya dan pendapatan operasional yang dimilikinya.Rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja operasional suatu bank adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO).Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank
dalam rangka menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga,
37
kecil rasio ioni berarti semakin efisien biaya biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan (Harun, 2016).
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia menetapkan angka terbaik
untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi
90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat di
kategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya (Pratiwi dan
Wiragustin, 2015).
Menurut Dendawijaya (2009: 119) BOPO adalah rasio perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. BOPO
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya.Semakin kecil rasio BOPO berarti
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang
bersangkutan, dan setiap peningkatan pendapatan operasiakan berakibat
pada berkurangnya laba sebelulm pajak yang pada akhirnya akan
menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. Rasio
BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
BOPO= 100%
7. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dangan dana pihak ke tiga yang
berhasil dikerahkan (Rivai dan Arifin, 2010: 748). Dalam perbankan
38
yang disalurkan. Sehingga apabila FDR meningkat, maka laba bank juga
akan meningkat dengan asumsi jika bank dapat menyalurkan pembiayaan
secara efektif (Widyaningrum, 2015).
Menurut Lemiyana dan Litriani (2016) FDR digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo. Rasio ini menyatakan seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar pembiayaan maka
pendapatan yang diperoleh juga naik, kareana pendapatan naik, secara
otomatis laba akan mengalami kenaikan. Dengan kata lain seberapa jauh
pemberian pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban
bank untuk segera memenuhi deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan.
Menurut Mokoagow(2015) Dalam perbankan syariah tidak dikenal
dengan istilah kredit namun pembiayaan. Pada umumnya konsep yang
sama ditujukan pada bank syariah dalam mengatur likuiditas dengan
menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR). Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 12/PBI/2010, batas LDR/FDR suatu bank secara umum
sekitar 78-92%. Selain itu menurut Asosiasi Perbakkan Syariah Indonesia
(ASBSINDO), bank syariah idealnya memiliki FDR 80-90%. Batas
toleransi FDR perbankan syariah adalah 100%, hal ini dimaksudkan agar
39
(diatas 100%) akan menjadi ancaman serius bagi likuiditas bank itu
sendiri.
Besar kecilnya rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi
profitabilitas bank tersebut. Semakin besar jumlah dan yang disalurkan
kepada nasabah dalam bentuk kredit, maka jumlah dana yang menganggur
berkurang dan penghasilan yang diperoleh akan meningkat. Hal ini
tentunya akan meningkatkan FDR sehingga profitabilitas bank juga
meningkat.
Menururt Dendawijaya (2009: 116) FDR adalah rasio antara sleuruh
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat
dirumuskan sebagi berikut:
FDR= 100%
8. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga
secara umum.Kecenderungan yang dimaksud disini adalah bahwa
kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat.Misalnya, harga-harga
menjelang lebaran, atau hari libur lainnya cenderung naik. Namun,
setelah perayaan usai, masyarakat kembali hidup seperti semula, dan
40
Inflasi juga didefinisikan dengan kenaikan harga-harga barang
umum secara terus menurus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga
berbagai macam barang itu naik dengan presentse yang sama. Mungin
dapat terjadi karena kenaikan tersebut tidaklah bersamaan.Yang
penting terjadi kenaikan harga umum barang-barang secara
terus-menerus selama periode tertentu (Nopirin, 2000: 174).Singkatnya
inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus (Rahardja dan Manurung, 2004).
Dibidang moneter laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali
dapat mengganggu upaya perbankan dalam mengerahkan dana
masyarakat. Hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi
menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta
demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung
sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dar masyarkat
akan menurun (Pohan, 2008).
Menurut Ravell (1979) dalam Dwijayanthi dan Naomi (2009),
adanya hubungan antara profitabilitas bank dengan inflasi. Serta
dampak dari inflasi tergantung pada bunga bank serta biaya
operasional lain yang menjadi lebih tinggi.
Menurut Boediono (1998: 161) ada tiga syarat untuk dapat
dikatakan telah terjadi inflasi.
1) Adanya kenaikan harga. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika
41
2) Kenaikan tersebut terjadi terhadap harga-harga barang secara
umum. Contohnya adalah kenaikan harga BBM, karena BBM
merupakan suatu komoditas berharga yang sangat dibutuhkan
masyarakat maka kenaikan harga BBM akan berdampak pada
kenaikan komoditas lainnya.
3) Kenaikan tersebut berlangsung cukup lama.
Dengan demikian harga yang terjadi hanya pada satu jenis
barang, ata kenaikan yang terjadi hanya sementara waktu tidak
dapat disebut inflasi.Indikator yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK).Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat.Menurut (Sodiq, 2014) perhitungan inflasi dapat
dilakukan dengan menghitung nilai indeks harga konsumen yaitu
dengan rumus:
Inflasi
=
100%
b. Dampak Inflasi
Menurut (Sodiq, 2014) inflasi umumnya memberikan dapak
yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi
sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka
pendek ada trade off antar inflasi dan pengangguran menunjukkan
42
dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian
negar,dan lain sebagainya. Diantara dampak negatif yang timbul oleh
inflasi adalah :
1) Bila harga secara umum naiak terusmenerus maka masyarakat akan
panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu
sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara
yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara
rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2) Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung
untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang
akibatnya banyak bank kekurangan dana sehingga berdapampak
pada kebangkrutan atau rendahnya dana isvestasi yang tersedia.
3) Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga
untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan
harga dipasaran.
4) Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan
sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang
5) Bila inflasi berkenpanjangan produsen banyak yang bangkrut
karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada
43
6) Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata
yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang
dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
c. Tingkatan Inflasi
Menurut (Paul A. Samuelson, 1992: 529 dalam Hidayati, 2014) inflasi
dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai
berikut:
1) Moderat Inflation:karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga
yang lambat. Umumnya disebut sebagai “inflasi satu digit”. Pada
tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang
uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang dari pada
dalam bentuk asset riil.
2) Galloping Inflation: inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan
20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingakatan inflasi
seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja,
sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk asset-aset riil. Orang
akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar
uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan
dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang
tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga
yang amat tinggi. Perekonomian seperti ini cenderung
mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada