• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengaruh Co-doping Neodymium (Nd) Terhadap Sifat Fisik Elektrolit Ce 0.9 Gd 1-x Nd x O 2-z dengan Metode Sol-Gel untuk Aplikasi IT-SOFC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Pengaruh Co-doping Neodymium (Nd) Terhadap Sifat Fisik Elektrolit Ce 0.9 Gd 1-x Nd x O 2-z dengan Metode Sol-Gel untuk Aplikasi IT-SOFC"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Pengaruh Co-doping Neodymium (Nd) Terhadap Sifat Fisik Elektrolit

Ce

0.9

Gd

1-x

Nd

x

O

2-z

dengan Metode Sol-Gel untuk Aplikasi IT-SOFC

Jarot Raharjo

1

*, Masmui

2

, dan Wahyudin

3

1,2,3*

Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Gd.224 Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15314, Indonesia

*

E-mail: jarot.raharjo@bppt.go.id, jarotraharjo@gmail.com

Abstract

Neodymium and Gadolinium co-doped ceria (Ce0.9Gd1-xNdxO2-z) is a promising alternative as a solid

electrolyte for intermediate temperature solid oxide fuel cell (IT-SOFC) due to its low operating temperature and its high electrical conductivity. Ce0.9Gd1-xNdxO2-z powders, with x=0.25, 0.50 and 0.75mol% of

neodymium were successfully syhnthesized with a sol-gel method and citric acid as an organic precursor. The samples were calcined at temperature of 750oC for 5 hours. The powders properties were then characterized by X-ray diffraction, scanning electron microscopy, thermal gravimetry analysis, and the sintered pellets were evaluated by Archimedes method for calculate the density. Sintered Ce0.9Gd1-xNdxO2-z

samples exhibited the maximum theorical density of 97% which is suitable for solid electrolytes. The Ce0.9Gd1-xNdxO2-z powders consist of face-centered cubic fluorite ceria structure confirmed with x-ray

diffraction (XRD). methodology investigated showed a better control of stoichiometry, impurities, and low cost.

Keywords: Ce0.9Gd1-xNdxO2-z, sol-gel, IT-SOFC.

Pendahuluan

Pengembangan teknologi fuel cell sebagai energi alternatif ditujukan untuk mengurangi dampak negatif dari efek pembakaran energi fosil yang biasa digunakan sebagai sumber energi listrik. Dampak negatif yang ditimbulkan beragam mulai dari polusi udara, pencemaran lingkungan, pemanasan global dan pemicunya berbagai macam penyakit. Solid oxide fuel cell (SOFC) merupakan salah satu dari beberapa jenis fuel cell. SOFC menggunakan elektrolit dalam bentuk padat dan mampu secara langsung menghasilkan energi listrik dari energi kimia tanpa mengeluarkan emisi yang berbahaya. Sel elektrolit padat pada perangkat SOFC memiliki beberapa kriteria, yaitu stabil terhadap suhu operasi tertentu, densitas elektrolit diatas 95% dan struktur kristal dengan bentuk cubic-fluorite

(Kilner & Burriel, 2014).

Elektrolit yang digunakan pada perangkat SOFC, salah satunya menggunakan bahan gadolinium doped cerium

(GDC). GDC memiliki konduktivitas yang tinggi pada suhu operasi sedang (600-800°C). Namun demikian, GDC mudah mengalami reduksi parsial pada sistem suhu operasi sedang sehingga stabilitasnya berkurang seiring dengan penggunaannya (Steele, 2000; Kharton et al., 2001). Berkurangnya stabilitas GDC dapat diatasi dengan menggunakan co-doping kedalam GDC. Penelitian yang dilakukan oleh Wang et al., (2004) telah membuktikan bahwa co-doping dapat mengurangi reduksi parsial pada bahan dan meningkatkan stabilitas pada operasi suhu sedang sehingga meningkatkan konduktivitas.

Neodymium memiliki radius ionik yang lebih besar dari pada cerium. Menurut Karlin (2005), jika radius ionik pada co-dopant lebih besar dari pada radius ionik host-nya maka dapat memperbesar unit sel host, yang dalam hal ini adalah Cerium. Unit sel yang semakin besar ini, dapat mentransport ion lebih baik. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Faber et al., (1989) menunjukkan bahwa Neodymium memiliki energi aktivasi terendah dalam mentransport ion pada single doped. Sehingga pada penelitian ini, Neodymium dijadikan sebagai co-dopant.

Perangkat SOFC banyak menggunakan logam tanah jarang sebagai bahan utamananya seperti gadolinium (Gd), cerium (Ce), Neodymium (Nd) dan lain sebagainya. Disisi lain, potensi logam tanah jarang banyak terdapat di Indonesia sebagai mineral ikutan, telah diidentifikasi berada pada mineral emas dan timah aluvial termasuk bauksit dan tembaga. Potensi logam tanah jarang yang banyak terdapat di Indonesia adalah Cerium (Ce), Lantanum (La) dan Neodymium (Nd). Potensi logam tanah jarang pada bijih timah diperkirakan dapat dieksploitasi sekurang-kurangnya hingga 20 tahun dengan kapasitas produksi logam timah sebesar 30 ribu ton per tahun Meskipun potensi logam tanah jarang cukup tinggi, namun belum banyak data tentang logam tanah jarang dan pemanfaatannya di Indonesia (Bambang Sunendar, 2014). Oleh karena itu, penelitian tentang aplikasi logam tanah jarang menjadi sangat penting untuk mengetahui peningkatkan nilai tambah dari bahan baku lokal.

(2)

dikalsinasi selama 5 jam pada suhu 700°C Serbuk material elektrolit kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan

X-ray Difraction (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), dan energy dispersive x-ray (EDX) untuk melihat sifat fisis dari serbuk komposit elektrolit. Sedangkan sebagian serbuk dibuat menjadi pelet dengan uni-axial pressed

pada tekanan 2 ton dan kemudian disintering pada suhu 1350oC selama 2 jam dengan heating rate 2 oC/min untuk menghasilkan pelet yang dense. Pelet ini yang nantinya akan dikarakterisasi untuk melihat sifat elektrokimia komposit elektrolit menggunakan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS).

Hasil dan Pembahasan

Sintesis elektrolit GDC Co-doped Neodymium (Ce0.9Gd1-xNdxO2-z) dibuat dengan menggunakan metode sol-gel.

Suhu kalsinasi yang digunakan adalah 700°C karena semua komponen volatil pada bahan gadolinium doped cerium (GDC) sudah hilang ketika dikalsinasi pada suhu 700°C (Steele, 2000). Serbuk hasil kalsinasi dikarakterisasi untuk mengetahui sifat fisis elektrolit pada variabel pengaruh komposisi co-dopant yang berbeda.

Gambar 1. menunjukkan pola difraksi sinar-X pada serbuk sampel Ce0.9Gd1-xNdxO2-z (x = 0.25, 0.50, dan 0.75)

setelah dikalsinasi 700°C selama 5 jam. Pada gambar 1 tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa ketiga pola hasil difraksi sinar-X menunjukkan single phase dengan struktur cubic fluorite. Ketiga pola dengan fasa tunggal ini membuktikan bahwa sintesis Ce0.9Gd1-xNdxO2-z dapat dilakukan dengan metode sol-gel. Radius ionik yang dimiliki

oleh Nd3+ lebih besar dari pada Gd3+ dan radius ionik Gd3+ lebih besar dari pada Ce4+. Dengan demikian, Nd3+

yang mensubstitusi Ce4+ mengalami perbesaran sehingga unit sel CeO2 mengalami pergeseran puncak ke arah 2θ

yang lebih kecil. Pergeseran yang terjadi berbanding lurus dengan konsentrasi dopant dan dalam hal ini pergeseran terjadi ketika konsentrasi Nd3+ meningkat (Karlin, 2005). Puncak Nd3+ tidak terdeteksi, melainkan hanya puncak

GDC. Tidak terdeteksinya Nd3+ mengindikasikan bahwa Nd3+ telah tersubstitusi kedalam GDC dengan mengganti

Ce3+ di dalam kisi kristal.

Gambar 1. Pola difraksi sinar-X Ce0.9Gd1-xNdxO2-z dengan variasi komposisi nilai x

Gambar 2.a-2.c, diperlihatkan karakterisasi sampel serbuk dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Gambar tersebut menunjukkan efek dari variasi komposisi first dopant dengan second dopant.

Semua sampel cenderung mengalami agglomerasi salah satunya karena adanya pengaruh dari dopan Nd3+ yang

memiliki radius ionik yang besar. Komposisi sampel juga di uji dengan menggunakan EDS (Energy Dispersive

(3)

(a)

(4)

(c)

Gambar 2. . Morfologi SEM dan pola EDS (a) Ce0.9Gd0.75Nd0.25 (b) Ce0.9Gd0.50Nd0.50 (c) Ce0.9Gd0.25Nd0.75

Gambar 2.a menunjukkan bentuk partikel yang berupa sponge pada sample Ce0.9Gd0.75Nd0.25. Pengamatan

mikroskopis menunjukkan bahwa sample juga terdiri dari aglomerat berpori. Hasil EDX pada sampel Ce0.9Gd0.75Nd0.25 menunjukan adanya komponen oksigen, cerium dan gadolinium. Neodymium yang tidak terdeteksi

pada EDX bisa dikarenakan limit deteksi ataupun sampel yang tidak homogen serta jumlah Nd yang sedikit. Hal ini dikarenakan bahwa analisis EDX dilakukan hanya pada spot tertentu tidak mewakili semua serbuk yang dianalisis.

Gambar 2.b. menunjukkan bentuk serbuk Ce0.9Gd0.50Nd0.50 yang serupa dengan sampel Ce0.9Gd0.75Nd0.25 yaitu

berbentuk sponge dan membentuk gumpalan berpori. Hasil EDX pada sampel Ce0.9Gd0.50Nd0.50 menunjukan adanya

unsur teridentifikasi adalah oksigen, cerium, gadolinium dan neodymium. Hal ini menunjukan bahwa komposisi hasil analisis telah sesuai dengan formulasi yang dibuat.

Gambar 2.c. menunjukkan morfologi SEM dan pola EDX pada serbuk Ce0.9Gd0.25Nd0.75 dimana terlihat bahwa

ukuran aglomerat ataupun partikelnya semakin kecil. Pada sampel ini, bentuk partikel sama dengan sampel

sebelumnya yaitu berbentuk sponge dan menggumpal namun terlihat ukuran partikelnya dan jumlah aglomerasinya

lebih kecil dibandingkan dengan sampel sebelumnya. Pola EDX yang terindentifikasi unsur pada sampel Ce0.9Gd0.25Nd0.75 yaitu ada oksigen, cerium, gadolinium dan neodymium. Terlihat dalam peak EDX bahwa

komposisi neodymium (Nd) lebih banyak dibandingkan dengan gadolinium (Gd) hal ini sesuai dengan formulasi yang dibuat.

Morfologi GDC tanpa co-dopant seperti serpihan sedangkan GDC dengan co-dopant Nd3+ memiliki bentuk yang berpori atau sponge dengan ukuran partikel yang bervariasi. Bentuk berpori yang dimiliki oleh ketiga sampel ini diduga disebabkan oleh adanya Neodymium yang digunakan sebagai dopan seperti yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya (Raikumar et al. 2015). Ukuran partikel dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu konsentrasi dopan dan perbandingan nitrat - sitrat (Rahaman & Zhou, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Priyasarsini et al., (2016) juga menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi Nd3+ sebagai dopan dapat mereduksi ukuran partikel dan aglomerasi akan semakin berkurang.

Gambar 3. menunjukkan kurva TGA dari serbuk sampel Ce0.9Gd0.1O1.98, Ce0.9Gd0.075Nd0.025O1.98,

Ce0.9Gd0.050Nd0.050O1.98, dan Ce0.9Gd0.025Nd0.075O1.98 yang telah dikalsinasi pada temperatur 700°C selama 5 jam.

Kurva TGA dari semua sampel menunjukan bahwa sampel mengalami sedikit kehilangan massa. Kehilangan massa pada sampel dapat saja terjadi karena adanya terbakarnya bahan sisa atau residu, molekul air yang terserap di permukaan bubuk dan reduksi kation (Dhanalakshmi et al., 2016). Reduksi kation yang terjadi diperkirakan merupakan reduksi Ce4+ menjadi Ce3+ karena Cerium sangat mudah sekali mengalami reduksi parsial pada

temperatur diatas 700°C. TGA juga menjukkan bahwa fraksi yang tereduksi pada ketiga sampel mengalami penurunan, diperkirakan karena meningkatnya konsentrasi co-dopant yang dapat mengurangi reduksi parsial pada sampel (Wang et al., 2004).

(5)

Gambar 3. Pola TGA pada sample GDC10 dan GDC Co-doped Nd.

Gambar 4. Menunjukkan pelet elektrolit Ce0.9Gd1-xNdxO2-z yang telah disintering pada suhu 1350°C selama 2

jam.

Pelet tersebut kemudian diuji densitasnya dengan menggunakan prinsip Archimedes. Hasil pengukuran yang ditunjukkan pada Tabel 1. diperlihatkan bahwa sampel memiliki densitas sekitar 95% ~ 97%. Sel elektrolit perlu memiliki kepadatan diatas 95%, hal ini untuk mencegah porositas terbuka sehingga gas yang digunakan pada reaktan tidak mengalami perpindahan dari anoda ke katoda dan sebaliknya. Besarnya densitas dari suatu material dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu temperatur kalsinasi dan sintering, tekanan dan ukuran kristal, tekanan yang diberikan pada suatu material, dapat menyebabkan berkurangnya volume dan meningkatnya densitas. (Huang et al., 2007).

Gambar 4. Pelet elektrolit Ce0.9Gd1-xNdxO2-z

Green pellet harus disinterring dengan temperatur yang tinggi jika memiliki ukuran partikel yang besar untuk mencapai densitas yang cukup sehingga dapat menghilangkan sebagian pori. Suhu sintering yang lebih tinggi biasanya menghasilkan material densitas tinggi tetapi, hal itu juga dapat menyebabkan reaksi antar muka yang tidak diinginkan selama co-sintering elektrolit dan lapisan katoda atau anoda. Pemberian panas yang berlebih ini juga bisa

Tabel 1. Hasil pengukuran densitas elekt 1

No Komposisi Densitas

1 GDC – Nd 0,025 96.8596

2 GDC – Nd 0,050 95.6633

(6)

menunjukkan bahwa penambahan dopan Nd telah menyebabkan perubahan morfologi dan ukuran partikel. Sel elektrolit dengan konsentrasi dopan Neodymium lebih besar, memiliki material tereduksi lebih sedikit dan ukuran partikel yang lebih kecil. Dari optimasi proses sintering telah dihasilkan pelet elektrolit yang padat (>95%) dan telah memenuhi syarat sebagai elektrolit yang baik.

Untuk mengetahui prestasi elektrokimia sel elektrolit perlu dilakukan pengujian menggunakan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) pada suhu operasi tertentu.

Daftar Pustaka

Kilner, John A. and Burriel, M´onica. Materials for Intermediate-Temperature Solid-Oxide Fuel Cells. Dep. of Materials. 2014; 44: 365-393

Steele, B.C.H. Solid State Ionics. 2000; 129 (1-4): 95-110.

Kharton, V., Figueiredo, F. M., Navarro, L., Naumovich, E. N., Kovalevsky, A. V., Yaremchenko, A. A., Viskup, A. P., Carneiro, A., Marques, F. M. B., Frade, J. R. Ceria-based materials for solid oxide fuel cells. Journal Of Material Science. 2001; 36: 1105– 1117.

Karlin, K.D. Progess In Inorganic Chemistry. 2005; volume 54. John Wiley & Son, inc. ISBN :0-471-72348-7. Faber, J. Geoffroy, G. Roux, A. Abélard, P. A Systematic Investigation of the DC Electrical Conductivity of

Rare-Earth Doped Ceria. Appl. Phys.A. 1989; 49: 225-232.

Sunendar, Bambang. Potensi dan Strategi Pemanfaatan Rare Earth Elements. Dipresentasikan pada acara Focus Group Discussion Kementerian Perindustrian. Bandung. Juni 2014.

Jarot, R., Andanastuti, M., Wan Ramli, W.D., Norhamidi, M., Edy H.M. Physical and Thermal Characterisation of SDC-(Li/Na)2CO3 Electrolyte Ceramic Composite. Sains Malaysiana. 2012; 41(1): 95-102.

Rajkumar, k., Muthukumar, M., Mangalaraja, R. V. Electrochemical degradation of C.I. Reactive Orange 107 using Gadolinium (Gd3+), Neodymium (Nd3+and Samarium (Sm3+) doped cerium oxide nanoparticles. International Journal of Industrial Chemistry. 2015; 6:285–295.

Rahaman, M. N. & Zhou, Y. C. Effect of solid solution additives on the sintering of ultra-fine CeO2 powders.J. Euro. Ceram. Soc. 1995; 15, 939

Dhanalakshmi, B., Pratap, K., Rao, B., Parvatheeswara, R., Subba P. S. V. Effect of Mn Doping on Structural, Dielectric and multiferroic Properties Of BiFeO3 Nanoceramic. Journal Of Alloys and Compound. 2016; 6: 745-752.

Priyasharsini, N., Thamilsevan, S., Sangeetha, S., Vairam, S. Effect of Neodymium Substitution on Structural, Optical, Magnetic and Antibacterial Activity of Zinc Selenide Nanoparticles. Journal of Ovonic Research. 2016; 12(2): 285–295.

Wang, F. Y., Chen, S., and Cheng, S. Gd3+ and Sm3+ co-doped ceria based electrolytes for intermediate temperature solid oxide fuel cell. Electrochemistry Communications. 2004; 6: 743-746.

Huang, B., Wang, S.R., Liu, R.Z., Ye, X.F., Nie, H.W., Sun, X.F. and Wen T.L. Performance of Ni/ScSZ cermet anode modified by coating with Gd0.2Ce0.8O2 for a SOFC. Mater. Res. Bull. 2007; 42(9) : 1705-1714.

(7)

Lembar Tanya Jawab

Moderator: Joni Prasetyo (BPPT, Jakarta)

1. Penanya : Joni Prasetyo (BPPT, Jakarta)

Pertanyaan : Logam yang berasal dari tanah itu jarang. Apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk

IT-SOFC?

Jawaban : 17 unsur logam tanah jarang berpotensi untuk aplikasi solid oxide fuel cell karena

memiliki sifat mempunyai konduktivitas ionik yang tinggi. Sebagai contoh untuk elektrolit, SOFC digunakan Ce, Sm, Gel, La. Kemudian unutk katode dipakai Lantanum Strosium Cobalt Ferro (LSCF), dan sebagainya.

2. Penanya : Joni Prasetyo (BPPT, Jakarta)

Pertanyaan : Logam tanah jarang digunakan di Indonesia, logam tanah yang jarang yaitu dari

sumber monasit. Apa itu monasit?

Jawaban : Monasit adalah “slag” pengolahan timah dari PT. Timah di Bangka. Sumber

Logam tanah jarang yang lain juga sedang dipetakan oleh badan geologi ESDM.

3. Penanya : Misnya (Universitas Paraniyangan Bandung)

Pertanyaan : Jika timah yang ada di bangka terus digali, bagaimana bila kondisi lingkungan

rusak karena eksplorasi untuk penelitian yang berhasil?

Jawaban : Logam tanah jarang yang berasal dari monasit adalah proses pemanfaatan “slag”

Gambar

Gambar 1. menunjukkan pola difraksi sinar-X pada  serbuk sampel Ce 0.9 Gd 1-x Nd x O 2-z  (x = 0.25, 0.50, dan 0.75)  setelah dikalsinasi 700°C selama 5 jam
Gambar 2. . Morfologi SEM dan pola EDS (a) Ce 0.9 Gd 0.75 Nd 0.25  (b) Ce 0.9 Gd 0.50 Nd 0.50  (c) Ce 0.9 Gd 0.25 Nd 0.75  Gambar  2.a  menunjukkan  bentuk  partikel  yang  berupa  sponge  pada  sample  Ce 0.9 Gd 0.75 Nd 0.25
Gambar 3. Pola TGA pada sample GDC10 dan GDC Co-doped Nd.

Referensi

Dokumen terkait

APAC INTI CORPORA Bawen, Semarang berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja dan hubungannya pada perubahan nilai ambang

Pengaruh asset sebagai variabel yang dapat mempengaruhi keluasan pengungkapan informasi intellectual capital ditunjukkan dengan hasil analiasis multiple regression, dan

Berdasarkan Berdasarkan gambar gambar & & wacana wacana di di atas atas diskusikan diskusikan bersama bersama teman kelompokmu dan berikan kesimpulan apakah

Kondisi tutupan karang hidup di stasiun ini tergolong baik namun perlu dijaga, mengingat pada lokasi ini terdapat bekas-bekas penggunaan metode panangkapan ikan yang

Pada penelitian ini kami telah mengusulkan suatu metode untuk mendeteksi kulit manusia menggunakan komponen krominan dari tiga ruang warna, yaitu HSV, YCbCr, dan

Meskipun kecil kemungkinannya bahwa keseluruhan nilai dari sumber daya harus diantisipasi atau bahwa perusahaan akan memiliki efisiensi yang sama dalam mengumpulkan sumber daya,

Soetomo menggunakan instrumen Functional Independence Measure (FIM) pada saat masuk rumah sakit (MRS), keluar rumah sakit (KRS), dan follow-up setelah satu bulan. Metode:

Jadi sebagai guru harus lebih perhatian terhadap hal itu dan mampu membimbingnya.16 Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam menerapkan pendidikan karakter tidak ada kendala