Aedes aegypti s the main vector of denguea has proven resistant to many insecticides when contacted for a long time. This situation has caused a lot of problems in vector control programs in many countries. The purpose of this study was to determine the susceptibility of Ae. aegypti to malathion (0.8%) in Rurukan, Tomohon City The method used in this . study was an observational descriptive Samples for testing . wereAe. aegypti mosq itou first generation (F ) 1 , from the laboratory Environmental Health Department Poltekkes , Manado, which obtained from egg survey Ae. aegypti. Selection of the house for the installation of ovitrap was based on the village that has the highest number of cases in Tomohon City. Ovitraps were placed inside and outside the house of dengue cases . The results showed that Ae. aegypti mosquito in Rurukan village, Tomohon City are resistant to malathion 0.8%.
A B S T R A C T / A B S T R A K INFO ARTIKEL
Aedes aegypti adalah vektor utama demam berdarah, telah terbukti kebal terhadap
berbagai insektisida ketika dikontakkan dalam waktu yang lama. Situasi ini menyebabkan banyak masalah dalam program pengendalian vektor di banyak negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status resistensi A . aegypti e terhadap
malathion (0,8%) Rurukan Kota Tomohon Metode yang digunakan dalam pdi . enelitian ini adalah deskriptif observasional. Sampel uji adalah nyamuk Ae. aegypti generasi pertama (F ) hasil kolonisasi di aboratorium 1 , L Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado yang diperoleh dari surve telur nyamuk Ae aegypti i .
menggunakan 100 ovitrap. Pemilihan rumah untuk pemasangan ovitrap dilakukan berdasarkan kelurahan dengan jumlah kasus tertinggi di Kota Tomohon, yang diletakkan pada rumah kasus DBD dan sekitar rumah kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Ae. aegypti di Kelurahan Rurukan Kota Tomohon sudah resisten terhadap malathion 0,8%.
© 201 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved7 Kata kunci: esistensi, r Aedes aegypti, , malathion Tomohon Article History: Received: 3 April 2017 Revised: 24 Aug. 2017 Accepted: 26 Sep. 2017
*Alamat Korespondensi : email : steve [email protected] Keywords: resistance, , Aedes aegypti malathion, Tomohon
Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue
Aedes aegypti
terhadap
Malathion
di Kota Tomohon
Steven Jacub Soenjono* Suwarja,
,
dan
Marlyn Magdalena Pandean
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Manado
Jl. Manguni 20, Kelurahan Malendeng, Kecamatan Paal 2, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia
Resistance Status f
o Aedes aegypti
Against Malathion,
in Tomohon City
PENDAHULUAN
emam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit D
tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia, utamanya di daerah perkotaan dengan vektor utamanya nyamuk Aedes aegypti. Terdapat delapan propinsi yang dilaporkan memiliki angka kesakitan (Incidence Rate) di atas target nasional (≤20/100.000 penduduk) yaitu Daerah husus bukotaK I , Bali, Daerah stimewa I Yogyakarta, Kepulauan Riau, Suawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Nangro ceh arusalamA D , demikian juga angka kematian (Case atality F
Rate / CFR) di beberapa propinsi di Indonesia
dilaporkan masih di atas target nasional (≤1%). Sulawesi Utara baik angka kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR) masih di atas target nasional.1
Kota Tomohon adalah salah satu daerah di Sulawesi Utara sebagai daerah endemis DBD, Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Tomohon setiap tahun terjadi kasus DBD, tahun 2015 sebanyak 74 kasus dan satu kasus meninggal. Sampai bulan April 2016 terdapat 15 kasus DBD. Kasus tertinggi terjadi di Kelurahan Rurukan Pengendalian kasus DBD . dengan menggunakan malathion dan abate
sudah lama di lakukan di Kota Tomohon sebagai program dalam menurunkan kasus DBD.2
Pengendalian vektor secara kimiawi, khususnya pengendali n a vektor yang menggunakan insektisida pada nyamuk dewasa akan merangsang terjadinya seleksi pada populasi serangga yang menjadi sasaran. Penggunaan insektisida yang intensif dan tidak terkendali, menyebabkan resistensi serangga terhadap insektisida lebih cepat terjadi. Akibatnya jika serangga telah resisten terhadap insektisida, kegagalan pengendalian akan terjadi.3
Aplikasi insektisida secara terus menerus terhadap serangga khususnya Ae .
aegypti dapat menghasilkan individu-individu
yang toleran bahkan kebal terhadap insektisida tersebut. Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta dan Jawa Tengah memperlihatkan kecenderungan penurunan kerentanan Ae aegypti. terhadap malat ionh di daerah yang sering diaplikasikan dengan
malat ioh n.4
Munculnya sifat serangga resisten dipicu dengan adanya pajanan yang berlangsung lama. Hal ini terjadi karena nyamuk Ae. aegypti mampu mengembangkan sist m kekebalan terhadap insektisida yang e sering dipakai.5
Keberhasilan dalam pengendalian vektor DBD tergantung status resistensi vektor terhadap insektisida yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap
malat ionh di Kelurahan Rurukan Kota
Tomohon.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional . Sampel uji status resistensi terhadap malat ionh adalah nyamuk
Ae. aegypti generasi pertama (F ) hasil 1
kolonisasi di aboratorium L Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado yang diperoleh dari surve telur nyamuk i Ae. aegypti di Kelurahan Rurukan Kota Tomohon
dengan menggunakan 100 ovitrap . Ovitrap
atau perangkap telur nyamuk, terutama untuk
Ae. aegypti sudah umum digunakan karena
relatif aman untuk lingkungan tanpa memakai bahan kimia berbahaya untuk kesehatan, selain mudah dibuat terbukti efektif dalam
menangkap telur nyamuk.
Pemilihan rumah untuk pemasangan
ovitrap dilakukan berdasarkan kelurahan
dengan jumlah kasus tertinggi di Kota Tomohon, yang diletakkan pada rumah kasus DBD dan sekitar rumah kasus (dalam dan luar rumah). Instrumen yang digunakan adalah formulir pengamatan, ovitrap, tabung uji resistensi/susceptibility test.
Ovitrap diletakkan di lokasi penelitian
minimal satu ovitrap di dalam rumah dan satu di luar rumah diletakkan dekat dengan , tempat penampungan air atau vegetasi yang ada di sekitar rumah. Pengambilan telur dilakukan 2-3 hari sekali sekali selama dua minggu. Kertas saring berisi telur yang terpasang di ovitrap diambil dan dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibawa ke laboratorium untuk dikolonisasi.
Kertas saring berisi telur-telur nyamuk dari ovitrap direndam di dalam mangkuk berisi ai r. Larva yang baru muncu l dipindahkan ke dalam nampan plastik, kepadatan larva dalam nampan berkisar antara 0,5-1 larva/cm .2 Pada hari menetas, larva diberi 0,5 gram pakan berupa pelet ikan (halus). Selanjutnya pada hari 1 hingga ke-5 pakan larva yang diberikan adalah hati ayam segar.
Tabung uji resistensi susceptibility test ( ) yang digunakan sebanyak empat buah, yang terdiri dari dua tabung untuk pengujian nyamuk lapangan dan dua tabung untuk nyamuk kontrol. etiap tabung uji yang diberi S tanda merah dipasang kertas berinsektisida (bahan aktif malathion 0,8 % standar World
Health rganization/WHO) secara melingkar. O
Sebanyak 25 nyamuk betina dimasukkan kedalam tabung uji tanda merah dan dipaparkan dengan insektisida malat ionh
selama satu jam. Sebanyak 25 nyamuk betina
Ae. aegypti dimasukkan ke dalam setiap
tabung kontrol berwarna hijau dan dilengkapi dengan kertas tanpa insektisida. Setelah satu jam terpapar dengan insektisida, nyamuk dipindahkan kedalam tabung holding yang diberi tanda hijau, dengan memberikan cairan gula pada kapas, kematian nyamuk diamati atau dihitung setelah 24 jam penyimpanan .Uji dilakukan dua sesi karena pada saat penelitian jumlah nyamuk kurang, sehingga tidak memungkinkan dilakukan langsung empat
tabung uji.
Analisa mengenai kerentanan nyamuk terhadap malat ionh dilakukan dengan menghitung jumlah nyamuk yang mati pada satu jam dan 24 jam sesudah pemaparan dengan kertas berinsektisida bahan aktif
malat ionh 0,8 % (impregnated paper). Bila kematian nyamuk >98% maka nyamuk dinyatakan masih rentan. Kematian 80%-98% maka kondisinya adalah toleran. Sedangkan kematian <80% maka nyamuk dinyatakan sudah resisten.
HASIL
S u r v e i t e l u r n y a m u k A e d e s s p .
dilaksanakan selama dua minggu dengan meletakkan ovitrap pada rumah kasus dan rumah di sekitar rumah kasus. Setiap tiga hari
ovitrap diperiksa apakah terdapat telur
nyamuk atau tidak. Ovitrap yang sudah terdapat telur nyamuk kemudian diangkat, sementara ovitrap yang belum terdapat telur nyamuk dibiarkan tetap terpasang sampai dua minggu kemudian.
Hasil survei telur nyamuk Aedes sp. menunjukkan bahwa terdapat 35% rumah yang didapati positif telur nyamuk pada
ovitrap yang dipasang selama survei dan 65%
rumah yang tidak didapati telur nyamuk, seperti yang ditunjukkan pada ambar G 1.
Berdasarkan lokasi peletakkan ovitrap, didapati sebanyak 63% ovitrap positif telur nyamuk yang diletakkan di dalam rumah (DL) dan sebesar 37% ovitrap positif telur nyamuk yang diletakkan di luar rumah (LR) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Keterangan :
- DL = Dalam Rumah - LR = Luar Rumah
Hasil pengujian resistensi terhadap nyamuk Ae. aegypti menunjukkan bahwa s e m u a s a m p e l n y a m u k y a n g d i u j i menunjukkan telah resisten terhadap
malathion 0,8%. Hasil kematian nyamuk pada
uji ditemukan 0%. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel . 1
Keterangan :
*) P1, P2 : Pengulangan 1 dan 2.
Setiap pengulangan terdiri dari dua tabung (masing masing 25 ekor nyamuk).
**) Kontrol enggunakan kertas tanpa insektisida : M .
PEMBAHASAN
Resistensi terhadap malat ionh sudah banyak dilaporkan di berbagai daerah di Indonesia seperti di Jakarta dan Bogo DKI r,6
Jakarta,7 Jawa Tengah,8 Pekalongan,9
Bandung,10 Sumatera Selatan,11 Kalimantan Selatan,12 Maluku dan Palu Sulawesi 13 , Tengah.14 Hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesia ini membuktikan bahwa sifat resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap
malat ionh bukan hanya di Kota Tomohon saja
tapi sudah meluas hampir di seluruh daerah di Gambar 1. Persentase umah yang itemukan elur R D T
Nyamuk Aedes sp. Menggunakan ovitrap
di Rurukan Kota Tomohon.
Gambar .2 Persentase Hasil Survei Telur Nyamuk
Aedes sp. Berdasarkan Lokasi Peletakkan
Ovitrap Di Rurukan Kota Tomohon.
Jumlah nyamuk uji Perlakuan Malathion 0,8% Status Resistensi P1*) P2*) Jumlah nyamuk mati (%) Rurukan 50 50 0 0 Resisten Kontrol** 50 50 0 0
Tabel 1. Persentase Rerata Kematian nyamuk
Ae. aegypti terhadap Insektisida s etelah Pemaparan Malathion 0,8% Standar WHO.
Indonesia. Demikian juga beberapa sifat resisten nyamuk Ae aegypti . terhadap
malathion sudah dilaporkan dalam beberapa
penelitian di luar negeri seperti di Malaysia15
dan Paksitan.16
Menurunnya status kerentanan populasi nyamuk Ae. aegypti di Kelurahan Rurukan sangat dimungkinkan karena penggunaan insektisida malat ionh dalam pengendalian DBD melalui program fogging baik dari Puskesmas maupun dari Dinas Kesehatan Kota Tomohon sudah berlangsung sejak tahun 2003. Kondisi daerah penelitian yang mengalami pemaparan insektisida malat ionh
untuk program pengendalian DBD telah memicu terjadinya resistensi nyamuk Ae.
aegypti di wilayah tersebut. Penggunaan malathion secara masal dan dalam waktu yang
lama sejak tahun 1970 di Jakarta dan sejak tahun 1975 di Palu oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan dan Puskesmas) dalam program pengendalian kasus demam berdarah telah ikut memicu terjadinya resistensi.7 , 1 4
Penelitian sebelumnya melaporkan nyamuk
Ae. aegypti telah resisten terhadap insektisida malat ioh n.17
Faktor lain yang memungkinkan ikut memicu terjadinya resistensi nyamuk di Kelurahan Rurukan adalah penggunaan insektisida rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Hasil wawancara kepada masyarakat menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat menggunakan insektisida rumah tangga dalam usahanya untuk menghindari gigitan nyamuk. Tekanan selektif dari insektisida rumah tangga (piretroid) ikut meningkatkan enzim esterase non spesifik dari populasi nyamuk, yang pada akhirnya akan mempercepat kekebalan nyamuk dengan insektisida tersebut.18Di samping itu perkebunan sayur di kelurahan Rurukan sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk, yang dalam proses pemeliharaan sayur sering menggunakan pestisida pertanian untuk mengendalikan hama pada sayur. Sangat mungkin vektor demam berdarah ikut terpapar dengan pestisida p e r t a n i a n t e r s e b u t s e h i n g g a a k a n berpengaruh pada proses percepatan terjadinya resistensi. Penelitian di Desa Labuhan Haji Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat
menunjukkan bahwa pestisida di bidang pertanian berpengaruh pada laju kecepatan terjadinya resistensi nyamuk.19
Penggunaan larvasida sebagai usaha pengendalian nyamuk Ae. aegypti pada stadium larva yang dibagikan oleh tenaga Puskesmas mungkin turut memicu terjadinya resistensi pada populasi nyamuk di Kelurahan Rurukan. Hasil penelitian di Jakarta , India ,20 21
Malaysia dan Colombia , menunjukkan 22 23
b a h w a l a r v a A e .
aegypti telah resisten terhadap penggunaan temepho .s
Selain faktor tersebut ada faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan status resistensi suatu populasi nyamuk, yaitu sifat dari nyamuk itu sendiri. Sifat nyamuk yang mendukung adalah populasi nyamuk yang dinamis, kemampuan beradaptasi dan berevolusi yang tinggi. Nyamuk juga mempunyai kecepatan reproduksi yang tinggi dan mempunyai masa generasi yang pendek sehingga nyamuk mudah mengalami mutasi genetik. Semakin banyak jumlah generasi pertahun, kecepatan resistensi akan makin cepa t.3
Hal ini dibuktikan dengan laporan penelitian yang menunjukkan bahwa perubahan tingkat resistensi Ae aegypti.
menjadi 4,25 kali hanya dalam waktu delapan generasi terhadap malathion.24
Selain itu, penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa nyamuk Ae. aegypti yang terpapar dan diseleksi menggunakan malathion sampai generasi ke-45 memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap insektisida tersebut dengan peningkatan resistensi sebesar 3,24 kali dari generasi ke-0.15 Selain ,
malathion
i n s e k t i s i d a l a i n s e p e r t i p e r m e t r i n menunjukkan terjadi peningkatan resistensi terhadap nyamuk Ae. aegypti menjadi 5-18 kali setelah lima generasi.25
Pengujian kerentanan terhadap jenis insektisida tersebut menunjukkan telah terjadi resistensi terhadap golongan insektisida yakni organofosfat (malat ionh ). Implikasi dari kondisi ini, maka dalam program pengendalian selanjutnya perlu d i u p aya k an p e n g g u n a an i n s e k t i s i da p e n g g a n t i , s eb a i k nya m e n g g u n a k a n insektisida dari kelompok yang berbeda, untuk mengendalikan vektor demam berdarah.
Hasil survei di kelurahan Rurukan didapati 35% rumah positif memiliki telur nyamuk Aedes sp, hasil ini menunjukkan bahwa Kelurahan Rurukan memiliki kepadatan telur/jentik yang cukup tinggi (House ndexI dan Angka ebas entikB J ), kondisi kelurahan dengan status nyamuk yang sudah resistensi ditambah dengan kepadatan yang cukup tinggi, maka r siko terjadinya kasus i DBD akan tinggi, jika tidak diikuti dengan pengendalian vektor yang baik.
KESIMPULAN
Nyamuk Ae. aegypti di Kelurahan Rurukan Kota Tomohon, sudah sangat resisten terhadap malat ionh 0,8% standar WHO.
SARAN
Segera melakukan rotasi insektisida
malat ionh dalam pengendalian nyamuk Ae.
aegypti stadium dewasa di Rurukan Kota
Tomohon dengan menggunakan kelompok insektisida yang lain dengan melakukan uji resistens i terlebih dahu lu terhadap insektisida yang akan digunakan. Di samping itu sosialisasi kepada masyarakat tentang Pemberantasan arang S Nyamuk (PSN) p e n t i n g d i l a k u k a n s e b a g a i m e t o d e pengendalian yang paling aman.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes Manado atas ijin dan dukungan dana sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik, demikian juga kepada jajaran pemerintah dan masyarakat Kelurahan Rurukan Kota To m o h o n y a n g s u d a h m e n d u k u n g terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusriastuti R. Kebijakan Nasional Untuk
Pe n g e n d a l i a n D e n g u e Fe v e r / D e n g u e Hemorrhagic Fever (DF/DHF). Jakarta; 2009.
2. Dinas Kesehatan Kota Tomohon. Laporan
Kasus Demam Berdarah Dengue. Tomohon;
2016.
3. Ahmad, I. Adaptasi serangga dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Pidato ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB). 2011.
4. Boewono, D.T., Widiarti. Susceptibility Of Dengue Haemorrhagic Fever Vector (Aedes a e g y p t i ) A g a i n s t O r g a n o p h o s o h a t e Insecticides (malathion and Temephos) In Some Distric of Yogyakarta and Central Java Provinces. Bul Penelit Kesehat. 2007;35(2):49-56.
5. Nusa, R., Ipa, M., Delia, T., Marlia S. Penentuan Status Resistensi Aedes aegypti dari Endemis DBD Di Kota Depok Terhadap Malation. Bul
Penelit Kesehat. 2008;36(1):20-25.
6. Sinta., Sukowati, S., Asri F. Kerentanan Nyamuk Ae.aegypti di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Bogor Terhadap Insektisida Malation dan L a m b d a c yh a l o t h r i n . J E ko l Kes e h a t. 2008;7(1):722-731.
7. Prasetyowati H, Hendri J, Wahono T. Status Resistensi Aedes aegypti ( Linn .) terhadap Organofosfat di Tiga Kotamadya DKI Jakarta The Resistance Status of Aedes aegypti (Linn.) to Organophosphate in Three District Jakarta. BALABA. 2016;23–30.
8. Ikawati B, Widiastuti D. Peta status kerentanan Aedes aegypti ( Linn .) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah. ASPIRATOR. 2015;7(1):23–8. 9. Widiastuti D, Ikawati B. Resistensi Malathion
dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Aedes aegypti di Kabupaten Pekalongan Malathion Resistance And Esterase Enzyme Activity Of Aedes aegypti Po p ul a t io n I n Pe k a l o n ga n. BA L A BA. 2016;61–70.
10. Merty DK, Rusmartini T, Purbaningsih W. Resistensi Malathion 0, % dan Temephos 1% 8 pada Nyamuk Aedes aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung. Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X. 2015. 149–53.
11. Lasbudi P. Ambarita, Yulian Taviv, Anif Budiyanto, Hotnida Sitorus, R. Irpan, Febriyanto. Tingkat Kerentanan Aedes aegypti ( Linn .) terhadap Malation di Provinsi Sumatera Selatan. Bul Penelit Kesehat. 2015;43 2 :97–104.( )
12. Safitri. Pemetaan, Karakteristik Habitat Dan Status resistensi Aedes aegypti Di Kota Banjamasin Kalimantan Selatan. VEKTORA. 2011;III(2):136–48.
13. Tasane I. Uji resistensi malathion 0,8 % terhadap nyamuk Aedes aegypti di wilayah fogging Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, Kesehatan Masyarakat; 2015.
14. Lidia K, Levina E, Setianingrum S. Deteksi Dini Resistensi Nyamuk Aedes albopictus Terhadap Insektisida Organofosfat Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue D i P a l u ( S u l a w e s i Te n g a h ) . M K M . 2008;03(02):105–10.
15. Hidayati H, Nazni WA, Lee HL, Sofian-zirun M. Insecticide resistance development in Aedes aegypti upon selection pressure with malathion.Trop Biomed. 2011;28(2):425–37. 16. Khan NU, Khan SU, Khan A, Rehman I ur, Khan
S, Khan U. Susceptibility status of Dengue vector (Aedes aegypti) against different insecticides in district Mansehra, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. J Entomol Zool Stud. 2016;4(5):1107–12.
17. Soenjono SJ. Status Kerentanan Nyamuk Aedes sp. (Diptera:Culicidae) Terhadap Malation Dan Aktivitas Enzim Esterase Non Spesifik Di Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandar Udara Sam Ratulangi manado. J Kesehat Lingkung. 2011;1(1):1-6. 18. Widiarti., Boewono, D.T., Widyastuti, U.M.,
Mujiono. Uji Biokimia Kerentanan Vektor Malaria Terhadap Insektisida Organofosfat dan Karbamat di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bul Penelit
Kesehat. 2005;33(2):80-88.
19. Widiarti., Suskamdani., Mujiono. Resistensi Vektor Malaria Terhadap Insektisida di Dusun Karyasari Tukatpule Pulau Bali dan Desa Lendang Ree dan Labuhan Haji Pulau Lombok.
Media Penelit dan Pengembang Kesehat.
2009;XIX(3):154-164.
20. Sinta., Sukowati, S. Status Kerentanan Populasi Larva Aedes aegypti Terhadap Temephos Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) Di DKI Jakarta. J Ekol Kesehat. 2007;6(1):540-548.
21. M u t h u s a m y R , S h i va k u m a r M S . Susceptibility status of Aedes aegypti (L.) (Diptera : Culicidae) to temephos from three districts of Tamil Nadu , India. J Vector Borne. 2015;52(June):159–65.
22. Ishak IH, Jaal Z, Ranson H, Wondji CS. Contrasting patterns of insecticide resistance and knockdown resistance (kdr) in the dengue vectors Aedes aegypti and Aedes albopictus f r o m M a l a y s i a . P a r a s i t V e c t o r s . 2015;8(181):1–13.
23. Grisales N, Poupardin R, Gomez S, Fonseca-gonzalez I, Ranson H, Lenhart A. Temephos Resistance in Aedes aegypti in Colombia Compromises Dengue Vector Control. PLoS Negl Trop Dis. 2013;7(9):1–10.
24. Leksono A. Perubahan Tingkat Toleransi Larva Aedes aegypti (L) (Diptera : Culicidae) Terhadap Malation Dengan Seleksi Delapan Generasi. JBPTITBPP, Cent Libr. 2007. http://digilib.itb.ac.id/.
2 . 5 Mantolu Y, Kustiati, Ambarningrum TB, Yu s m a l i n a r S , A hm a d I . St a t u s d a n perkembangan resistensi Aedes aegypti (Linnaeus) (Diptera: Culicidae) strain Bandung, Bogor, Makassar, Palu dan VCRU terhadap insektisida permetrin dengan seleksi lima generasi. J Entomol Indones. 2016;13(1):1–8.