• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak kekayaan kebudayaan yang tak ternilai harganya. Kebudayaan yang dimaksud dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible culture). Banyak warisan budaya non-benda yang berupa ajaran dan filsafat yang tertulis pada naskah-naskah kuno. Salah satu kekayaan tersebut adalah keanekaragaman budaya tulis yang diwariskan oleh nenek moyang. Sebagai kekayaan yang sangat berharga, kebudayaan ini harus dijaga dan dilestarikan.

Koentjaraningrat (dalam Maran, 2007:31) mengartikan kebudayaan dalam arti sempit sebagai pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang memenuhi hasrat keindahan. Adapun dalam arti luas, kebudayaan diartikan sebagai total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar pada naluri dan dihasilkan melalui proses belajar. Kebudayaan yang sudah ada sejak beberapa abad yang lalu, yang kemudian diwariskan oleh nenek moyang kita tersebut berupa benda dan tulisan, seperti candi, prasasti, dan naskah-naskah.

Naskah-naskah menyimpan banyak informasi tentang pola-pola kehidupan nenek moyang pada masa lampau. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Baried (dalam Hartiningsih 2009) bahwa berbagai macam segi kehidupan masa lampau dengan segala aspeknya dapat diketahui secara eksplisit melalui naskah. Wurianto (2000:11-12) menyebutkan bahwa naskah merupakan bentuk karya tulis yang

(2)

berupa bahan, baik kertas, buku, atau sejenisnya. Dengan kata lain, naskah adalah benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang. Naskah pada umumnya memuat cerita secara lengkap.

Naskah-naskah yang tersebar di Nusantara, seperti di Madura, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau lainnya ditulis dengan berbagai macam huruf, misalnya dengan menggunakan huruf Arab-Pegon atau Jawi. Naskah yang biasanya ditulis dengan Arab-Pegon dan Jawi ini biasanya isinya bernafaskan Islam, seperti tentang akhlak, fiqih, tafsir, dan sebagainya. Dalam Ensiklopedia (2012) disebutkan bahwa huruf Pegon adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa. Kata Pegon berasal dari bahasa Jawa Pégo yang berarti menyimpang. Artinya, bahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab dianggap tidak lazim. Huruf Arab-Pegon di Jawa banyak digunakan oleh umat Muslim, terutama di pesantren-pesantren. Hal ini dikarenakan kebanyakan khazanah Jawa seperti suluk, terjemahan jenggotan atau sastra yang berbentuk syi’ir ditulis dengan menggunakan huruf Arab-Pegon.

Naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa adalah salah salah satu naskah yang menjadi koleksi dan diajarkan pada santri di Pondok Pesantren “Miftahu Nurul Huda” yang berlokasi di desa Turi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Naskah ini ditulis dengan huruf Arab-Pegon yang berbahasa Jawa. Santri yang mengerti dan memahami huruf Arab-Pegon dan bahasa Jawa akan mudah untuk mengerti dan memahami isi yang terkandung di dalamnya dan sebaliknya, apabila mereka tidak mengerti dan paham dengan huruf Arab-Pegon dan bahasa Jawa, mereka akan

(3)

mengalami kesulitan untuk mengerti dan memahami isi yang terkandung dalam naskah tersebut.

Selain alasan tersebut, masyarakat Indonesia sekarang ini hidup dalam era globalisasi yang tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga menyumbang dampak negatif bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Globalisasi juga menyebabkan mudahnya budaya asing masuk ke Indonesia tanpa melalui proses filteralisasi. Akibat dari pengaruh budaya asing tersebut, generasi muda cenderung memilih budaya asing dan meninggalkan budaya asli mereka. Hal ini dapat dilihat dari semakin lunturnya norma atau kaidah yang ada dalam masyarakat, misalnya lunturnya kesopanan dan kesadaran dalam bergotong royong. Oleh karena itu, penelitian atas naskah tunggal yang berjudul “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” perlu dilakukan dengan harapan agar masyarakat dapat mengatahui dan mengerti isi serta dapat mengaplikasikan nilai-nilai budi pekerti yang terdapat di dalam naskah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Romzi (2002) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul “Resepsi Naskah Kitab Adabul Mar’ah Koleksi Pondok Pesantren Tanwirul Hija Sumenep”. Penggarapan atas penelitian ini dimulai dengan transliterasi, kemudian menjelaskan bagaimana resepsi teks kitab Adabul Mar’ah di Pondok Pesantren Tanwirul Hija Sumenep. Selanjutnya, Sarinah (2006) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul “Transliterasi dan Analisis Makna Teks dalam Naskah Mar’atus Solikha (Sebuah

(4)

Tinjauan Filologis)”. Naskah ini ditulis dengan huruf Arab-Pegon, sehingga penggarapannya dimulai dari transliterasi, kemudian menganalisis makna teks, serta mengungkap alasan mengapa teks tersebut digunakan di Pondok Pesantren Darul Ulum Lampung Tengah. Kajian utama dalam naskah ini adalah tentang hukum wanita yang di dalamnya terdapat beberapa tata cara atau tingkah laku yang harus diketahui oleh wanita.

Secara isi dan cara kerja dalam penggarapannya, penelitian sekarang memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian sekarang yang berjudul “Nilai Budi Pekerti pada Naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” Karangan Kyai Bisri Mustofa (Sebuah Telaah Kodikologi), peneliti mengkaji nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam naskah Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti. Penelitian terhadap Kitab Adabul Mar’ah, fokus penelitiannya adalah resepsi teks, sedangkan penelitian terhadap naskah Mar’atus Solikha yang menjadi fokus penelitiannya adalah makna teks.

1.2 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Sebagaimana telah diketahui bahwa setiap ilmu mempunyai objek penelitian, begitu juga dengan Filologi. Filologi mempunyai objek penelitian yang berupa naskah dan teks. Ruang lingkup dalam penelitian ini berkisar pada naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa. Batasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya memfokuskan pada bentuk transliterasi, terjemahan, dan kajian nilai budi pekerti karena naskah tersebut secara keseluruhan berisikan tentang budi pekerti.

(5)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana wujud transliterasi dan terjemahan naskah yang berjudul “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa?

b. Bagaimana nilai budi pekerti yang terkandung dalam teks “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa?

c. Bagaimana resepsi pembaca terhadap naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara garis besar, tujuan penelitian naskah “Mitra Sejati: Nerangeke ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.4.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti”.

1.4.2 Tujuan Khusus

Di samping tujuan umum, penelitian naskah yang berjudul “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa ini terdapat

(6)

beberapa tujuan khusus. Tujuan khusus ini dilakukan untuk menspesifikasikan fokus penelitian. Konsep penelitian yang semula masih bersifat luas akan diklasifikasikan dalam tujuan khusus. Tujuan tersebut antara lain:

a. Menghasilkan transliterasi dan terjemahan naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa.

b. Mendeskripsikan nilai budi pekerti dalam teks “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa.

c. Mendeskripsikan resepsi pembaca terhadap naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupum praktis.

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah bahan rujukan dibidang filologi dalam khazanah keilmuan sastra klasik di Indonesia, yang berupa transliterasi, dan terjemahan naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” karangan Kyai Bisri Mustofa yang di dalamnya mengungkap tentang nilai-nilai budi pekerti.

b. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menyebarluaskan isi naskah kepada masyarakat dan sebagai inspirasi untuk menghasilkan karya sastra.

(7)

1.6 Penegasan istilah

Adapun istilah yang perlu diketahui dalam penelitian naskah “Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti” antara lain:

a. Nilai: sesuatu yang dijunjung tinggi kebenarannya serta memiliki makna dan dijaga keberadaannya (Sugiarti dan Handayani, 1999:60). b. Budi Pekerti: suatu perilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan.

Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa malalui latihan-latihan (Iskandar, 2007).

c. Naskah: sebuah bentuk karya tulis yang berupa bahan, baik berupa buku, kertas atau sejenisnya. Jadi naskah merupakan benda kongkret yang dapat dipegang dan dilihat (Wurianto, 2000:11-12).

d. Teks: kandungan atau substansi naskah. Sebuah naskah apabila dibaca terdapat teks yang dapat dipahami isinya (Wurianto, 2000:13).

e. Mitra Sejati: Nerangake ing Bab Budi Pekerti adalah judul salah satu naskah karangan Kyai Bisri Mustofa yang ditulis dengan huruf Arab Jawa Pegon yang berisi tentang nilai-nilai budi pekerti yang merupakan koleksi dari Pondok Pesantran “Miftahu Nurul Huda” Desa Turi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

f. Syi’ir: tradisi tulis yang berkembang di pondok pesantren yang berisi pesan-pesan moral.

g. Kodikologi: ilmu tentang kodeks. Kodeks adalah bahan tulisan tangan. (Wurianto,2000:14)

Referensi

Dokumen terkait

Muka air banjir yang tinggi pada saat musim hujan menyebabkan banyak daerah yang tergenang banjir Daerah rawan banjir menjadi daerah bebas banjir Normalisasi

Sedangkan sifat entertainment dan relax digunakan untuk mengolah wujud dan suasana ruang dalam dan ruang luar pada bioskop, sehingga redesain bioskop Mataram mampu

Perencanaan stratejik merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara

Institusi perlawanan yang digunakan oleh ulama Minangkabau untuk menentang kebijakan kolonial tentang ordonansi guru (1928) dan sekolah liar (1932) bukanlah dalam bentuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan potensi simpanan karbon pada lamun jenis Cymodocea serrulata di perairan Pantai Prawean, Kabupaten Jepara1. Hasil penelitian

Hasil penelitian ini adalah atribut wisata yang memiliki tingkat kepentingan tinggi akan tetapi kinerjanya masih rendah untuk pariwisata di kota Semarang antara lain:

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, penulis ingin mengetahui seberapa besar Korelasi antara kesejahteraan ini terhadap tanggung jawab guru PAI di Madrasah Aliyah Negeri

Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5 centimeter, bagian depannya bening, serta terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan luar (fibrus) yang merupakan lapisan