9 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Self efficacy karir
2.1.1 Pengertian Self efficacy karir
Bandura (1997) menyatakan bahwa self efficacy merupakan salah satu potensi yang ada pada faktor kognitif manusia, self efficacy ini berpengaruh besar terhadap perilaku manusia. Masing-masing individu memiliki self efficacy yang berbeda-beda.
Feist & Feist (2009) mendefinisikan bahwaself efficacy sebagai “keyakinan individu bahwa mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan yang akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.”. Menurut Schunk (2008:210) self efficacy sangat terkait dengan keyakinan untuk menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakan.
Self efficacy yang dimiliki individu akan mempengaruhi tindakan apa yang akan dilakukan individu tersebut guna mencapai suatu tujuan. Self efficacy pada individu dapat dilihat dari bagaimana individu tersebut berjuang dengan kegigihan untuk mendapatkan atau mengejar sesuatu yang tentunya baik untuk individu itu sendiri.
Individu dengan self-efficacy tinggi akan berusaha lebih keras dan mempunyai daya yang kuat dalam mengerjakan sesuatu dibandingkan dengan individu yang memiliki self efficacy rendah (Schunk, 2008). Self efficacy cenderung mengarahkan pada penilaian individu untuk melihat kemampuannya. Sebebrapa besar usaha individu dipengaruhi oleh selfefficacy
10 yang nantinya dapat dilihat darihasil akhir kerja. Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi jauh lebih gigih dan tidak mudah menyerah dalam menghadapisituasi di depannya.
Teori self efficacy karir dengan menerapkan konsep self efficacy untuk perilaku yang berhubungan dengan karir dikembangkan oleh Hacket dan Betz (1981) (dalam Bandura, 1997). Karir dapat didefinisikan sebagai kombinasi dan urutan peran pekerjaan yang seseorang alami selama seumur hidup (Super, 1980). Sehingga jika dilihat dari uraian diatas para ahli tidak memiliki makna utuh self efficacy karir.
Dengan demikian penulis merangkum definisi dari self efficacy karir yang merupakan keyakinan individu akan kemampuannya dalam mencapai tugas karir yang mesti dilalui sesuai dengan rentang usia perkembangan karir yang dihadapi. Bertambahnya usia individu berarti tugas perkembangan karir pada setiap rentang usia tertentu akan berubah pula. Melakukan perubahan dengan mengembangkan beragam kemampuan dalam diri merupakan hal yang dilakukan oleh individu yang memiliki self efficacy karir tinggi, misalnya mengembangkan pola baru dalam berinteraksi dan berperilaku.Usaha yang dilakukan individu dengan self efficacy karir tinggi tak kenal lelah, namun individu dengan self efficacy karir rendah cenderung menghindari usaha sehingga hal tersebut akan menghambat dan memperlambat pengembangan kemampuan diri mereka.
2.1.2 Dimensi Self Efficacy Karir
Taylor and Betz (1983) (dalam Bandura 1997) membuat skala yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan individu berkenaan dengan lima
11 dimensi karir pengambilan keputusan, dimana skala tersebut diberi nama Career Decision Making Sef-Efficacy Scale (CDMSE). Jiang and Park (2012) mengatakan Skala CDMSE dibagi menjadi 5 dimensi. Kelima dimensi self efficacy karir antara lain:
a. Dimensi self-appraisal (penilaian diri)
Dimensi ini menjelaskan bagaimana self efficacy peserta didik melalui penilaian terhadap diri sendiri. Artinya penilaian individu terhadap dirinya sendiri ditentukan dari apakah self efficacy individu tinggi atau rendah.
b. Dimensi gathering occupational information (pengumpulan informasi bidang karir)
Dimensi kedua self efficacy disini menggambarkan tinggi rendahnya self efficay pesera didik dilihat dari usaha mencari informasi tentang bidang karir yang sesuai dengannya. Dimensi ini melihat seberapa jauh peserta didik yakin akan kemampuannya mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk bidang karir tertentu.
c. Dimensi goal selection (seleksi tujuan)
Dimensi ini menjelaskan tinggi rendahnya self efficacy peserta didik diukur dari seberapa yakin individu terhadap tujuan yang akan dicapai pada bidang karir yang diinginkan. Peserta didik yang memiliki self efficacy tinggi memiliki keyakinan bahwa tujuan pada bidang karir tertentu pasti dapat diwujudkannya.
12 d. Dimensi planning for the future (rencana masa depan)
Dimensi ini menggambarkan bagaimana peserta didik memiliki tingkat keyakinan yang kuat terhadap perencanaan pemilihan bidang karir tertentu untuk masa depan. Peserta didik dengans elf efficacy tinggi mempunyai keyakinan bahawa rencana masa depan yang dibuat mampu untuk diwujudkan.
e. Dimensi problem solving (pemecahan masalah)
Dimensi yang terkahir menjelaskan kepercayaan peserta didik akan mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Peserta didik yang memiliki self efficacy tinggi merasa dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang. Sebaliknya peserta didik dengan self efficacy rendah merasa kurang mampu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2.2 Bimbingan Kelompok
2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Winkel & Sri Hastuti, (2004) bimbingan kelompok dilakukan apabila peserta didik yang dilayani lebih dari satu orang. Layanan bimbingan kelompok diberikan untuk memberikan fasilitas berupa sarana informasi dan wadah untuk saling bertukar ide atau gagasan oleh anggota kelompok.
Menurut Prayitno (1995), bimbingan kelmpok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan upaya bimbingan yang diberikan kepada kelompok.
13 Sedangkan menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam situasi kelompok. Untuk mengembangkan potensi dan mencegah timbulnya masalah pada peserta didik maka dilakukanlah bimbingan kelompok.
2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok mempunyai tujuan. Adapun tujuan bimbingan kelompok menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar hal-hal yang penting dan dapat berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial. b. Memberikan layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok. c. Pencapaian tujuan secara ekonomis dan efektif daripada melalui
kegiatan bimbingan individual.
d. Untuk melaksanakan layanan bimbingan secara efektif. Yaitu dengan mempelajari masalah-masalah umum yang dialami oleh individu dengan merendahkan hambatan emosisonal melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap individu akan lebih mudah.
Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) ialah:
a. Melatih supaya peserata didik yang dilayani mampu mengatur kehidupannya sendiri.
b. Mempunyai prinsip dan tidak mudah terhasut orang lain c. Berani bertanggung jawab atas apa yang dilakukan d. Belajar untuk menghargai pendapat orang lain
14 e. Mampu kontrol diri dan tidak mudah emosi
f. Mampu menjalin hubungan yang baik antar anggota kelompok
g. Dapat berpartisipasi dalam dalam kelompok sehingga pembahasan terasa menjadi sebuah kepentingan bersama. Dari pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memahami individu atas potensi yang ada dalam dirinya, agar individu itu mampu mengembangkannya secara optimal serta membangun pribadi menjadi lebih efektif.
2.2.2 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dibagi menjadi empat tahapan. Menurut Prayitno (1995), tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan
Tahap ini disebut juga sebagai tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan dir dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Fasilitator menjelaskan kepada anggota tentang teknik dan hal apa saja yang perlu dilakukan ketika bimbingan berlangsung. Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok kepada anggota agar kegiatan berjalan dengan sesuai. Tidak lupa fasilitator menjelaskan kepada anggota makan atau arti dari bimbingan kelompok itu sendiri. b. Tahap peralihan
15 Langkah berikutnya adalah tahap untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan inti yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Tahap ini fasilitator menjelaskan bahwa kelompok akan segera masuk ke tahap berikutnya dan meminta agar anggota mempersiapkan diri dengan baik. Apabila ada anggota kelompok yang masih memerlukan penjelasan aspek pada tahap sebelumnya maka fasilitator kelompok akan mengulangi penjelasan dan “membawa” kembali anggota ke tahap selanjutnya.
c. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kegiatan inti untuk membahas topik-topik tertentu yang sedang hangat dibicarakan atau apabila ada anggota yang mengalami permasalahan maka kegiatan ini digunakan untuk membantu anggota kelompok untuk mengentaskan masalah pribadinya. Keberhasilan tahap ini bergantung pada duatahap sebelumnya, apabila tahap-tahap sebelumnya berjalan dengan baik maka pada tahap ini akan berjalan dengan baik pula. Fasilitator harus dapat mengontrol arus kegiatan dengan sabar dan terbuka akan tetapi tidak banyak bicara karena tugas fasilitator adalah sebagai moderator anggota kelompok. Anggota bebas mengekspresikan apa yang ingin disampaikan dengan santun dan dipersilahkan untuk saling menanggapi satu dengan yang lainnya.
d. Tahap pengakhiran
Tahap ini dilakukan untuk mengealuasi jalanannya kegiatan, melihat apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok serta
16 merencanakan kegiatan selanjutnya. Waktu kegiatan selanjutnya anggota kelompok sendiri yang menentukan untuk mendorong rasa tanggung jawab ketika jadwal yang ditentukan datang. Yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1) Fasilitator menyampaikan bahwa kegiatan bimbingan kelompok telah berakhir
2) Ungkapan kesan dan pesan oleh fasilitator dan juga anggota kelompok
3) Membahas kegiatan lanjutan 4) Penutup
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Hilda Mardiati Rahmah Sari (2014) dengan judul Efektivitas Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Self Efficacy Karir Siswa membuktikan bahwa bimbingan kelompok teknik modeling dapat meningkatkan self efficacy karir siswa.
Selain itu penelitian dari Darkonah (2015) dengan judul Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Self Efficacy Diri Siswa SMPN 5 Satu Atap Tanjung Brebes membuktikan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan self efficacy diri siswa.
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Dari uraian diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
17 Adanya peningkatan signifikan self efficacy karir pada siswa kelas X MIPA.2di SMA Negeri 1 Kertek Kabupaten Wonosobo melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.