• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPOK. berdasarkan GOLD Maya Puspita 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPOK. berdasarkan GOLD Maya Puspita 2021"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PPOK

berdasarkan GOLD 2021

(2)

Apa itu PPOK

Penyakit yang umum, dapat dicegah, dan diobati yang dikarakteristikkan dengan gejala respiratori persisten dan batasan aliran udara

dikarenakan adanya abnormalitas aliran udara

dan/atau abnormalitas pada alveolar,

disebabkan oleh paparan signifikan dari partikel – partikel atau gas berbahaya dan dipengaruhi oleh faktor host termasuk abnormalitas perkembangan paru.

(3)

ETIOLOGI

• Rokok dan polutan • Faktor Host

PATHOBIOLOGY

• Gangguan pertumbuhan paru • Injuri pada paru

• Inflamasi pada paru / sistemik

PATHOLOGY

• Kelainan aliran udara yang kecil

• Emfisema

• Pengaruh sistemik

BATASAN ALIRAN UDARA

Batasan aliran udara persisten

MANIFESTASI KLINIS

• Gejala • Eksaserbasi • Komorbiditas

(4)

Apa penyebab PPOK ?

‒ Merokok ‒ Polusi udara dalam ruang ‒ Paparan okupasional ‒ Polusi udara di luar ruang ‒ Faktor genetic

‒ Usia dan jenis

kelamin – Perkembangan dan pertumbuhan paru – Faktor sosioekonomi – Astma dan hipersensitivita s aliran udara – Bronkitis kronik – Infeksi © Maya Puspita 2021

(5)
(6)

DIAGNOSIS

PPOK

Dipikirkan suatu kondisi PPOK apabila pasien mengalami sesak, batuk kronik atau produksi

sputum kronik, riwayat infeksi saluran nafas bagian bawah berulang dan/atau riwayat

paparan faktor risiko penyakit

Spirometri diperlukan untuk menegakkan diagnosis; adanya FEV1/FVC post

bronkodilator ialah <0,70  ada batasan aliran

udara persisten

(7)

ALUR DIAGNOSIS PPOK

GEJALA • Sesak • Batuk kronis • Produksi sputum FAKTOR RISIKO • Faktor host • Rokok • Pekerjaan

• Polusi indoor / outdoor

SPIROMETRI

Diperlukan untuk menegakkan diagnosis

(8)

Indikator diagnosis

Sesak

Batuk kronis

Produksi sputum kronik

Infeksi saluran nafas bagian bawah berulang

Riwayat dari faktor risiko

Riwayat keluarga dengan PPOK dan/atau

faktor masa kecil

• Progressive sejalan dengan waktu • Memburuk dengan aktifitas

• Persistent

• Intermiten dan bisa unproduktif • Wheezing berulang

• Bentuk apapun dari sputum kronik mengindikasikan PPOK

• Faktor host (genetic,abnormalitas kongenital dll)

• Rokok

• Paparan okupasional

• Berat badan lahir rendah, infeksi respirasi saat kecil

(9)

GEJALA NYA

APA SAJA

• Sesak yang progressive & kronik  karakteristik dari gejala – gejala PPOK.

• Sesak  gejala cardinal. Tipikal : meningkatnya upaya bernafas, berat di dada ,

gasping.

• Batuk  Batuk kronik, dapat intermittent. Dapat produktif / tidak produktif.

• Produksi sputum  Adanya purulent sputum mengindikasikan peningkatan mediator inflamasi, identifikasi untuk onset eksaserbasi bakterial.

• Wheezing  Wheezing inspiratori luas atau wheezing ekspirasi dapat didengar dari auskultasi.

(10)

SPIROMETRI

• Alat objektif untuk mengukur suatu batasan aliran udara

• Mengukur volume udara paksa dikeluarkan dari inspirasi maksimal (FVC) dan volume udara dikeluarkan saat detik pertama serta rasio (FEV1/FCV) juga dihitung

• Pengukuran spirometry dievaluasi dengan membandingkan nilai berdasarkan usia, tinggi, jenis kelamin dan ras.

(11)

Spirometri

(12)

assessmen

• Tujuan assessmen PPOK  menentukan derajat batasan aliran udara, pengaruh terhadap kesehatan pasien, risiko atau prognosis.

PERLU MEMPERHATIKAN ASPEK BERIKUT : 1. Adanya dan keparahan dari abnormalitas

spirometry

2. Gejala yang dialami pasien

3. Riwayat eksaserbasi sedang dan berat serta risiko kedepannya

4. Adanya komorbid

(13)

Klasifikasi derajat batasan aliran udara

(14)

Assessmen

gejala

(15)

Assessmen

risiko

eksaserbasi

(16)
(17)

Pemeriksaan penunjang

IMAGING DLCO (Diffusing

Capacity) OKSIMETRI & AGD

(18)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(19)

Diagnosis

banding

(20)

PENCEGAHAN

• BERHENTI MEROKOK

• VAKSINASI  vaksin influenza , vaksin pneumococcus

Mengurangi kesakitan dan

kematian pada pasien PPOK polysaccharide vaccine (PPSV23) 23-valent pneumococcal

(21)
(22)

TERAPI RUMATAN

• Bronkodilator  meningkatkan FEV1 dan/atau merubah variable spirometry

lainnya. Bekerja dengan merubah aliran udara tonus otot polos dan meningkatkan refleksi aliran udara keluar dengan melebarkan aliran udara daripada merubah

elastisitas paru untuk “recoil”.

• Beta agonist  aktivitas beta 2 agonis ialah untuk merelaksasi otot polos aliran udara dengan menstimulasi beta2 adrenergic receptor yang meningkatkan cyclic AMP dan memproduksi antagonis fungsional ke bronkokonstriksi.

– SABA  efektifitas obat 4-6 jam

– LABA  durasi berlangsung lebih dari 12 jam.

(23)

TERAPI RUMATAN

• Antimuskarinik  menghambat pengaruh bronkokonstriksi dari asetilkoline terhadap reseptor M3 muskarinik yang diekspresikan pada otot polos.

– Short-acting antimuscarinics (SAMAs) contohnya ipratropium dan oxitropium menghambat inhibisi reseptor neural M2 yang berpotensi mengakibatkan bronkokonstriksi vagal

– Long-acting muscarinic antagonis (LAMAs) seperti tiotropium

(24)

TERAPI RUMATAN

• Methylxanthines  Theofilin (methylxanthine yang umum digunakan) dimetabolisme oleh cytochrome P450 dikombinasikan dengan teofilin metabolism yang dimodifikasi. Meningkatkan fungsi otot pernafasan dilaporkan pada pasien yang ditatalaksana dengan methylxanthines, tetapi tidak merefleksikan pengurangan terjebaknya udara atau pengaruh utama pada otot skeletal respirasi.

(25)
(26)

TERAPI RUMATAN

• Bronkodilator kombinasi  mempunyai mekanisme berbeda dan durasi kerja yang dapat meningkatkkan derajat bronkodilator dengan risiko efek samping obat lebih rendah dibandingkan dengan meningkatkan dosis bronkodilator tunggal.

• Kombinasi SABA dan SAMA lebih baik dibandingkan pengobatan tunggal.

• Pengobatan dengan formoterol dan tiotropium dalam inhaler yang berbeda mempunyai dampak yang lebih besar pada FEV1 dibandingkan dengan pemberian tunggal.

• Pemberian kombinasi LABA dan LAMA juga banyak tersedia. Pada satu uji klinis kombinasi ini mempunyai pengaruh yang lebih besar pada laporan akhir pasien diabndingkan dengan monoterapi. Pemberian kombinasi ini disarankanpada pasien dengan risiko rendah eksaserbasinya.

(27)

TERAPI RUMATAN

Anti inflamasi

• ICS (Inhaled Corticosteroid)  Banyak penelitian menemukan pengobatan regular dengan ICS tunggal tidak hanya memodifikasi paru maupun mortalitas pasien demgan PPOK. Penggunaan ICS kombinasi dengan LABA lebih efektif dibandingkan dengan pemberian tunggal.

• Glukokortikoid oral  penggunaan lama glukokortikoid tunggal mempunyai efek samping yang besar.

• PDE4 inhibitor  prinsip kerja nya ialah mengurangi inflamasi dengan menghambat pecahnya cyclic AMP intraseluler. Meningkatkan fungsi paru dan mengurangi eksaserbasi sedang dan berat.

(28)

TERAPI RUMATAN

Anti inflamasi

• Antibiotik  penggunaan azitromisin (250mg/hari atau 500mg 3x/minggu) dan eritromisin (500mg 2x/hari) jangka Panjang tidak terbukti mengurangi eksaserbasi dalam 1 tahun. Penggunaan azitromisin berhubungan dengan peningkatan insidiensi resisten bakteri dan berkurangnya fungsi pendengaran.

• Agen mucoregulator dan antioksidan  Pengobatan regular dengan mukolitic seperti erdostein, karbostein dan n-acetisistein mengurangi risiko eksaserbasi.

(29)
(30)

Terapi pada

PPOK stabil

• Berdasarkan pada assessmen keparahan obstruksi jalan nafas, gejala, riwayat

eksaserbasi, paparan pada faktor risiko dan komorbiditas.

• Dapat menggunakan CAT atau mMRC score)

(31)
(32)
(33)
(34)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(35)
(36)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(37)

Terapi

eksaserbasi

• Didefisiniskan sebagai perburukan gejala respiratorik.

• Dicetuskan oleh beberapa faktor, yang paling sering ialah infeksi tractus respiratorius.

• Tujuan terapi eksaserbasi PPOK ialah meminimalisir pengaruh negative dari eksaserbasi yang ada dan mencegah pengulangan.

(38)
(39)

eksaserbasi

Ringan  diterapi dengan SABA

Sedang  diterapi SABD ditambah

antibiotik dan/atau kortikosteroid oral

Berat  memerlukan perawatan

intensif.

(40)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(41)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(42)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(43)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

(Part I)

(44)
(45)
(46)
(47)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(48)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(49)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(50)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(51)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(52)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(53)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(54)

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease © Maya Puspita 2021

(55)

1. Seorang laki-laki, 60 tahun , perokok datang kepuskesmas karena sesak yang semakin memberat. Batuk berdahak sejak 6 th yang lalu. 1 minggu ini batuk bertambah banyak dg dahak kental. Pernah berobat ke RS dan didiagnosis sebagai penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Pada kasus tersebut obstruksi disebabkan karena kelainan pada :

a. hipertropi mukkosa, bronkokonstriksi , fibrotisasi dinding bronkus, sumbatan mukus pada lumen bronkus

b. hiperreaktifitas bronkur

c. pendesakan dari luar lumen bronkus d. hambatan pengembangan paru

e. hilangnya surfaktan pada alveolus

(56)

1. Seorang laki-laki, 60 tahun , perokok datang kepuskesmas karena sesak yang semakin memberat. Batuk berdahak sejak 6 th yang lalu. 1 minggu ini batuk bertambah banyak dg dahak kental. Pernah berobat ke RS dan didiagnosis sebagai penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Pada kasus tersebut obstruksi disebabkan karena kelainan pada :

a. hipertropi mukosa, bronkokonstriksi , fibrotisasi dinding bronkus, sumbatan mukus pada lumen bronkus

b. hiperreaktifitas bronkur

c. pendesakan dari luar lumen bronkus d. hambatan pengembangan paru

e. hilangnya surfaktan pada alveolus

(57)

2.Manakah di bawah ini penyebab intrathoracic terjadinya batuk kronik?

a. Chronic Allergic Rhinitis

b. Post Nasal Drip Syndrome

c. Upper Airway Cough Syndrome

d. Medication

(58)

2.Manakah di bawah ini penyebab intrathoracic terjadinya batuk kronik?

a. Chronic Allergic Rhinitis

b. Post Nasal Drip Syndrome

c. Upper Airway Cough Syndrome

d. Medication

(59)

3.Seorang laki laki 48 tahun datang dengan keluhan sesak dirasakan terus menerus sejak 3 hari SMRS, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan cuaca atau emosi, batuk ada

berdahah terutama saat pagi hari, demam tidak ada.Pasien mempunyai riwayat merokok sejak 10 tahun dengan 1 bungkus per hari. Pemeriksaan fisik TD 130/80 mmhg, N 84 x/m, S 36,7, RR 24 x/m. Spirometri FEV1/FVC pasca bronkodilator 65%, FEV1

predicted 50%. Pasien pernah dirawat sebelumnya karena gejala yang sama 1 bulan yang lalu, mMRC 1. Pasien diketahui menderita PPOK daan rutin mendapatkan obat sejak 1 bulan terakhir.

Apakah derajad PPOK dari pasien diatas dan bagaimana tatalaksananya? a.GOLD 1, Bronkodilator

b.GOLD 2, LAMA

c.GOLD 2, LAMA + LABA d.GOLD 3, LAMA atau LABA

(60)

3.Seorang laki laki 48 tahun datang dengan keluhan sesak dirasakan terus menerus sejak 3 hari SMRS, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan cuaca atau emosi, batuk ada

berdahah terutama saat pagi hari, demam tidak ada.Pasien mempunyai riwayat merokok sejak 10 tahun dengan 1 bungkus per hari. Pemeriksaan fisik TD 130/80 mmhg, N 84 x/m, S 36,7, RR 24 x/m. Spirometri FEV1/FVC pasca bronkodilator 65%, FEV1

predicted 50%. Pasien pernah dirawat sebelumnya karena gejala yang sama 1 bulan yang lalu, mMRC 1. Pasien diketahui menderita PPOK daan rutin mendapatkan obat sejak 1 bulan terakhir.

Apakah derajad PPOK dari pasien diatas dan bagaimana tatalaksananya? a.GOLD 1, Bronkodilator

b.GOLD 2, LAMA

c.GOLD 2, LAMA + LABA d.GOLD 3, LAMA atau LABA

(61)

4 Vaksin yang disarankan pada pasien dengan PPOK sesuai dengan standart GOLD 2021 adalah? a. Vaksin COVID-19 b. Vaksin BCG c. Vaksin Pneumococcus d. Vaksin Hep-B 0 e. Vaksin Difteri

(62)

4 Vaksin yang disarankan pada pasien dengan PPOK sesuai dengan standart GOLD 2021 adalah? a. Vaksin COVID-19 b. Vaksin BCG c. Vaksin Pneumococcus d. Vaksin Hep-B 0 e. Vaksin Difteri

(63)

5.Seorang pasien 61 thn, datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 3 hari.sesak dirasakan terus menerus. Tidak hilang dengan istirahat. setiap jalan 100m pasien

mengeluhkan sesak. 3 bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan sesak yang sama. pasien memiliki Riwayat merokok sejak 20 tahun terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD : 130/90 mmhg, RR: 28x/m N: 95x/m T :37,5 C. dari pemeriksaan penunjang

didapatkan spirometri FEV1 <30%. manakah tatalaksana yang paling tepat untuk pasien ini ? a.LAMA b.LABA c.LABA + ICS d.Bronkodilator e.ICS

(64)

5.Seorang pasien 61 thn, datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 3 hari.sesak dirasakan terus menerus. Tidak hilang dengan istirahat. setiap jalan 100m pasien

mengeluhkan sesak. 3 bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan sesak yang sama. pasien memiliki Riwayat merokok sejak 20 tahun terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD : 130/90 mmhg, RR: 28x/m N: 95x/m T :37,5 C. dari pemeriksaan penunjang

didapatkan spirometri FEV1 <30%. manakah tatalaksana yang paling tepat untuk pasien ini ? a.LAMA b.LABA c.LABA + ICS d.Bronkodilator e.ICS

(65)
(66)

Referensi

Dokumen terkait