• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUN 2011 PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA (MANGGIS) DI KABUPATEN TANA TORAJA. Ir. Daniel Pasambe, dkk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TAHUN 2011 PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA (MANGGIS) DI KABUPATEN TANA TORAJA. Ir. Daniel Pasambe, dkk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

1

LAPORAN TAHUN 2011

PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA (MANGGIS) DI KABUPATEN TANA TORAJA

Ir. Daniel Pasambe, dkk

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manggis termasuk kelompok buah yang eksotik yang sedang populer dalam perdagangan dunia. Rasa buahnya enak, manis, dan aromanya khas sehingga digemari oleh masyarakat Indonesia dan luar negeri. Permintaan pasar dari luar negeri akan buah ini terus meningkat, sedangkan negara penghasil buah tersebut sangat terbatas. Pada tahun 1987 ekspor buah manggis sebesar 35,8 t dan meningkat tajam pada tahun 1994, yaitu sebesar 22.235,17 t untuk negara tujuan Arab Saudi, Jepang, Taiwan, Hongkong, Singapura, Belanda, dan Inggeris (Anonim, 1995). Oleh karena itu, Indonesia memiliki peluang untuk merebut pasar tersebut dengan syarat mutu produk ditingkatkan dan kontinuitas pasokan pasar dapat dijamin. Untuk mengantisipasi peluang pasar, pemerintah Indonesia telah menetapkan manggis sebagai komoditas unggulan (Anonim, 2007).

Salah satu faktor yang sering manjadi faktor pembatas dalam meraih peluang pasar adalah kualitas hasil yang rendah disebabkan adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT pada tanaman manggis tidak terlalu banyak jenisnya apabila dibandingkan dengan OPT pada buah-buahan lainnya. Hal ini diduga karena masih jarangnya penanaman manggis secara monokultur.

Untuk Tahun 2011, BPTP Sulawesi Selatan melaksanakan pendampingan kawasan agribisnis hortikultura di Kabupaten Tana Toraja.

1.2. Tujuan

1.

Mempercepat capaian keberhasilan dan keberlanjutan Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kawasan Agribisnis Hortikultura (Manggis) di Kabupaten Tana Toraja.

(2)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

2

2.

Mengoptimalkan peran BPTP dalam mengintervensi dan menginfiltrasi muatan inovasi pertanian pada Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kawasan Agribisnis Hortikultura (Manggis) di Kabupaten Tana Toraja.

3.

Mendapatkan umpan balik dan pelaku utama dan pelaku usaha Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kawasan Agribisnis Hortikultura (Manggis) di Kabupaten Tana Toraja sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan Strategis Deptan ke depan.

1.3. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari pendampingan BPTP di Kabupaten Tana Toraja adalah

1. Percepatan capaian keberhasilan dan keberlanjutan Program Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kawasan Agribisnis Hortikultura (Manggis) di Kabupaten Tana Toraja.

2. Digunakannya seoptimal mungkin inovasi teknologi pertanian hasil Litbang Pertanian dalam Implementasi Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kawasan Agribisnis Hortikultura (Manggis) di Kabupaten Tana Toraja.

3. Umpan balik dari pelaku utama dan pelaku usaha Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kawasan Agribisnis Hortikultura (Manggis) di Kabupaten Tana Toraja sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan Program Strategis Deptan ke depan.

1.4. Perkiraan manfaat dan dampak

1. Peningkatan adopsi teknologi hasil pengkajian akan bermanfaat pada perbaikan teknologi produksi dan berdampak pada peningkatan produktivitas dan daya saing hasil usahatani lebih meningkat dan berkelanjutan.

2. Peningkatan inovasi teknologi dalam sistem usahatani akan bermanfaat pada hasil usahatani dan berdampak pada perbaikan usaha agribisnis serta efisiensi sistem produksi.

(3)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertanaman manggis di Indonesia sangat luas mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, hingga saat ini sekitar 25 kabupaten tercatat sebagai penghasil dan penyumbang buah manggis untuk eksport dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, dan ada beberapa daerah telah mengembangkan manggis meskipun belum tercatat sebagai penghasil buah manggis. Hal ini menggambarkan bahwa potensi lahan dan areal masih sangat besar dan dapat dikembangkan sebagai wilayah atau pusat pengembangan manggis di Indonesia. Saat ini Pemerintah pusat melalui Direktorat jenderal Hortikultura Departemen Pertanian telah bertekat menjadikan buah manggis sebagai komoditas unggulan tropis, hal ini harus difollow-up oleh pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan ditingkat daerah. Tekat pemerintah pusat tercermin pada telah ditetapkan road map pengembangan tanaman manggis yang jelas didukung oleh pembinaan sumberdaya manusia baik petani sebagai pelaku utama maupun aparat sebagai penunjang ( Sinar Tani Edisi 1 – 7 April 2009 No. 3297).

Di Sulawesi Selatan, tanaman manggis sudah dikembangkan dibeberapa kabupaten yaitu Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Tator, Palopo dan Luwu Timur. Total luas tanam dan luas panen manggis di daerah tersebut berturut-turut tercatat 1.620 ha dan 874,47 ha dengan produksi 1.083,1 t atau produktivitas 6,14 t/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulsel, 2007). Produktivitas tersebut sudah setara dengan produktivitas yang dicapai di negara penghasil manggis lainnya seperti Malaysia dan Thailand. Dengan demikian, Sulawesi Selatan memiliki peluang sebagai pemasok kebutuhan akan buah manggis.

Populasi pertanaman Manggis di Kabupaten Tana Toraja dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Tanaman Manggis Di Tana Toraja

Lokasi JmlhTan aman akhir tahun Tanaman dibongka r/ ditebang Tanam an baru Tanaman belum Menghasil kan

Tanaman produktip Tanman Tua/rus ak Jmlh tana man Meng hasilk an Tidak menghasil kan Makale - - - 0 Makale Selatan 4.432 - - 4.310 - 122 - 4.432 Makale 476 - - 125 300 151 - 576

(4)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

4

Utara Mengkend ek 14.535 - 1900 3.998 237 12.200 - 16,435 Gandasil 2.500 2.500 - - - 2500 Sangalla 32 - 200 217 15 - - 232 Sang. Utara 920 - - 470 - 450 - 920 Sang Selatan 4.482 - 250 4.732 1.340 778 87 6937 Saluputti 100 150 200 300 100 450 Rembon 1.289 - - 1.275 - 14 - 1289 Rantetayo 1.200 5 115 658 489 163 - 1320 Kurra - - - 1.000 - - - 1000 Malimbon g 2.710 - - 2342 160 180 23 2705 Masanda 1.500 - - 1.500 - - - 1500 Bituang 2.000 - - 2.000 - - - 2000 Bonggaka radeng 1.202 2 4 324 16 862 2 1.204 Rano - - - 0 Simbuang - - - 0 Mappa 100 - - 10 86 4 - 100

Kabupaten Tana Toraja dengan ibukota Makale, terletak 312 km sebelah utara kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini merupakan salah satu tujuan wisata di Sulawesi Selatan, dengan luas wilayah 3.205,77 Km2 dan terdiri dari tempat pemukiman, padang rumput/pengembalaan, gunung, sungai dan lembah (53,81%), persawahan (5,73%),perkebunan atau ladang (4,20%) dan kawasan hutan (36,18%), sumber mata pencaharian penduduk adalah petani/peternak, buruh, pegawai, tukang, pedagang dll. Secara geografis terletak pada posisi 2° - 3° LS dan 199° - 120° BT, beriklim tropis dengan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15° C - 28° C dengan kelembaban udara antara 82-86%, dan jika ditinjau dari segi tingginya dari permukaan laut, daerah ini mempunyai ketinggian 700 – 2889 meter berarti daerah ini mempunyai hawa yang dingin. Rata-rata curah hujan antara 1500 mm/tahun sampai dengan lebih dari 3500 mm/tahun. Musim kemarau berlangsung antara bulan Agustus sampai Oktober, sedang musim hujan anatar bulan Nopember samapai bulan Juli adalah musim peralihan antara hujan dan musim kemarau.

Kabupaten Tana Toraja adalah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makale, sebelum pemekaran kabupaten Tanah Toraja memiliki luas wilayah 1.990 km2 dan berpenduduk 248.607 jiwa ( Tana Toraja, 2007)

(5)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

5

Panorama indah gunung-gunung, hutan dan sungai yang bersumber dari mata air pegunungan membasahi persawahan menandakan Kabupaten Tana Toraja merupakan daerah agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencarian di sektor Perkebunan dan Pertanian, yang didukung oleh kondisi tanah yang subur untuk tanaman musiman seperti buah-buahan dan sayur-mayur serta jenis tanaman keras seperti cengkeh, coklat, vanili, lada dan kopi.

III. METODOLOGI

3.1. Ruang lingkup kegiatan  Lokasi dan waktu pelaksanaan

Lokasi kegiatan pendampingan di Kabupaten Tana Toraja dilakukan pada wilayah Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura yang telah ditentukan berdasarkan CPCL (calon petani calon lahan). Waktu pelaksanaan kegiatan pendampingan mulai April s/d Desember 2011.

 Identifikasi dan orientasi lapang

Kegiatan ini mengidentifikasi kondisi lapang serta mengumpulkan data primer dan data sekunder secara personal maupun mengambil dari instansi terkait utamanya dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Tana Toraja serta lembaga swasta lainnya yang ada di lokasi kegiatan.

 Sosialiasi

Sosialisasi kegiatan untuk memperkenalkan teknologi pertanian yang akan diterapkan kepada petani yang meliputi latar belakang, tujuan, keluaran, perkiraan manfaat dan dampak serta pelaksanaannya. Pendekatan partisipatif antara petani dengan peneliti dan penyuluh serta dukungan pemerintah daerah setempat dalam pelaksanaan kegiatan.

 Penerapan komponen teknologi : Komponen teknologi yang akan diterapkan adalah komponen teknologi Pembuatan pupuk organik, Pemupukan berimbang , Pemangkasan , Pengendalian hama penyakit dengan pendekatan PHT, sesuai

(6)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

6

dengan Pedoman Umum yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Metode penerapan komponen teknologi melalui pendekatan yang sesuai berdasarkan kondisi agroekosistem daerah setempat.  Pengamatan

Pengamatan kegiatan di lapang dilakukan secara berkala untuk mendapatkan data berdasarkan hasil pengukuran parameter produktivitas tanaman.

 Pelaporan

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan maka disusun laporan hasil kegiatan pendampingan.

 Seminar

Seminar dilakukan diakhir kegiatan untuk menyampaikan hasil kegiatan dan diharapkan tanggapan guna perbaikan dimasa mendatang.

3.2 . Pelaksanaan Kegiatan

Diseminasi dan percepatan alih teknologi melalui Demonstrasi Plot (Demplot) dan pendampingan dan pengawalan teknologi pada lokasi kegiatan. Pelatihan-pelatihan teknologi kepada kelompok tani, Koordinasi dan monitoring pendampingan/pengawalan kegiatan dengan pemerintah daerah setempat. Tujuan pendampingan adalah untuk mendukung pelaksanaan pengembangan agribisnis hortikultura melalui pengawalan teknologi sehingga didapatkan berkualitas serta mendorong pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produktivitas hortikultura dengan target peningkatan produksi dan pendapatan petani.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan ditargetkan melakukan pendampingan melalui :

 Implementasi teknologi di demplot dan laboratorium lapangan

- Pemupukan : Umur 1 tahun ( Urea : SP36 : KCl = 3 : 2 : 1) 0,25 kg/kg + pupuk organik 10 kg

- Pemupukan : Umur 3 tahun (Urea : SP 36 : KCl = 3 : 2 : 1 ) 1 kg/pohon + pupuk organik 20 kg

(7)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

7

- Pemupukan : Umur 6 tahun (Urea : SP36 : KCl = 1 4 : 3) 2 kg/pohon + Pupuk organik 40 kg

 Perbanyakan dan distribusi materi diseminasi

 Pendampingan melalui kegiatan demplot di lapang dan narasumber  Pelaksanaan pelatihan bersama dengan pemerintah daerah

 Monitoring dan evaluasi  Pelaporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sebaran Lokasi Pendampingan

Pada tahun 2011 di Kabupaten Tana Toraja telah dilaksanakan pendampingan Program Stategis Kawasan Agribisnis Hortikultura. Adapun Luas pertanaman manggis tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Pertanaman Manggis di Kabupaten Tana Toraja

No. Nama Kecamatan/lokasi Luas Pertanaman (ha)

1 Makale 57 2 Makale Utara 7 3 Makale Selatan 49 4 Mengkendek 156 5 Gandasil 86 6 Sangalla 8 7 Sangalla Utara 7 8 Sangalla Selatan 26 9 Saluputti 14 10 Rembon 16 11 Rantetayo 64,5 12 Kurra 12 13 Malimbong Baleppe 26

(8)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

8

14 Masanda 15

15 Bonggakaradeng 42

16 Mappa 1

Jumlah 542

4.2 Koordinasi di Tingkat Internal Pemda

Koordinasi ditingkat internal Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja dilakukan dengan pihak/instasi yang terlibat yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulturan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan , Kantor Penyuluh Pertanian Kecamatan, dan Kelompok Tani. Pada kegiatan koordinasi ini masih didapatkan kendala, utamanya tentang mekanisme operasional kegiatan pendampingan, namun dapat diatasi secara bersama dengan dasar saling pengertian terhadap peran dan fungsi masing-masing.

Tabel 3. Kinerja Koordinasi Pendampingan

No Instansi Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1-3)*

A** B** C**

1 Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura 2 2 2

2 Badan Ketahanan Pangan

dan Penyuluhan 2 2 2

3 Badan Penyuluhan Pertanian 2 2 2

Keterangan:

*) Skor penilaian 1=kurang, 2=baik, 3=sangat baik **) A = Kelengkapan legalitas ketersediaan institusi

B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama C = Sinergi pelaksanaan di lapangan

(9)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

9

Kegiatan Demplot dilaksanakan di Kecamatan Sangalla dan Mengkendek telah dikonsultasikan dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tana Toraja dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. Penempatan demplot pada lokasi yang cukup strategis dan dapat terjangkau oleh pengunjung dimana akses jalanan tidak terlalu jauh dari lokasi demplot. Kelompok tani yang terlibat dalam pelaksanaan demplot adalah anggota yang memiliki motivasi untuk mengadopsi teknologi pada usahatani Manggis, sedangkan anggota yang masih mau belajar dan melihat teknologi tersebut dapat mengunjungi demplot setiap saat. Petani lain diluar anggota kelompok sudah ada yang berkunjung ke lokasi demplot.

Tabel 4. Keragaan Pelaksanaan Demplot pada Tanaman Manggis

Hasil pertemuan dan koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tana Toraja serta Badan Ketahanan Pangan tentang lokasi pengembangan Hortikultura, serta beberapa lokasi disurvey pada Kawasan pengembangan Hortikultura di Tana Toraja, maka terplih Kecamatan Mengkendek dan Sangalla. Sebagai lokasi yang rencana di tempatkan Demplot. Berdarkan wawancara beberapa petani Kelompok tani/ petani bahwa pertanaman manggis di Tana Toraja : Implementasi inovasi teknologi di laksanakan pada lokasi pengembangan manggis di Kabupaten Tana Toraja yang dilakukan pada kebun milik petani dengan umur bervariasi 1 tahun – 6 tahun. Inovasi teknologi yang diterapkan berupa Pemupukan diberikan dua kali setahun yaitu pada musim hujan. Pupuk yang diberikan umur 1 tahun tahun berupa pemupukan : Umur 1 tahun ( Urea : SP36 : KCl = 3 : 2 : 1) 0,25 kg/pohon + pupuk organik 10 kg, Umur 3 tahun (Urea : SP 36 : KCl = 3 : 2 : 1 ) 1 kg/pohon + pupuk organik 20 kg, dan Umur 6 tahun (Urea : SP36 : KCl = 1 : 4 : 3) 2 kg/pohon + Pupuk organik 40 kg. Pupuk ditaburkan No. Nama Lokasi Jenis inovasi teknologi yang diintroduksi Luas Demplot

1 Kec.Sangalla Pemupukan, PHT, Pemangkasan, Penyiangan, pupuk organik

1 ha

2 Kec.

Mengkendek

Pemupukan, PHT, Pemangkasan, Penyiangan pupuk organic

(10)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

10

di dalam larikan di dalam lubang-lubang di sekeliling batang dengan diameter sejauh ukuran tajuk pohon. Dalam larikan dan lubang sekitar 10 – 20 cm. Mulsa diharapkan setebal 3 - 5 cm menutupi tanah di sekeliling batang yang masih kecil untuk menekan gulma, menjaga kelembaban dan aerasi dan mengurangi penguapan air.

Masalah hama dan penyakit yang sering menyerang pertanaman manggis di Tana Toraja adalah: Penyakit Getah Kuning, Penyakit ini kerap muncul pada buah manggis. Menurut informasi penyebabnya adalah Fusarium sp. Tetapi berdasarkan penelitian Balitbu Solok, patogen penyebabnya belum diketahui secara pasti. Berdasarkan pengalaman, penyakit getah kuning cenderung berkaitan dengan pengairan. Pada tanaman yang dekat dengan sungai penyakit tersebut tidak muncul, bila muncul jumlahnya sedikit sekali. Pengendalian: Penyakit getah kuning dapat dicegah dengan mengairi kebun terutama pada musim kemarau serta membungkus buah.

Penyakit jamur upas banyak terjadi pada musim hujan. Cabang atau ranting mati akibat jaringan kulit yang mengering sehingga sering disebut penyakit mati cabang atau mati ranting. Pada awalnya cabag atau ranting yang terinfeksi berwarna mengkilat seperti perak, kemudian berubah warna menjadi merah jambu. Kerak tersebut merupakan massa miselium cendawan yang kemudia menyerang masuk ke dalam jaringan kulit dan menyebabkan matinya cabang. Pengamatan dilakukan secara rutin terutama terutama pada musim hujan di daerah yang beriklim kering. Sedangkan di daerah iklim basah , pengamatan mungkin dilakukan sepanjang tahun. Pengamatan difokuskan pada pangkal cabang dan ranting bagian bawah, dimana air biasanya mengumpul dan tidak cepat mengering. Pengendalian Mengurangi tingkat kelembaban kebun dengan mengurangi/memangkas tanaman pelindung dan bagian tanaman manggis yang sudah mati.

Pengorok Daun (Phyllocnistis citrella): Hama ini menyerang daun muda yang helaiannya baru membuka. Pada helaian daun muda yang terserang terdapat korokan kecil sebesar jarum dengan arah korokan berliku-liku. Bekas korokan berwarna putih kekuningan. Daun yang terserang terhambat pertumbuhannya sehingga ukurannya kecil dan agak keriting. Serangan berat menyebabkan daun-daun muda yang baru tidak

(11)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

11

berkembang, sehingga tanaman tumbuh merana karena daun tidak bisa menjalankan proses fotosintesa dengan sempurna.

4.4 Efektivitas Pelatihan Teknis

Pelatihan teknis yang dilakukan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan penyuluh dalam hal menerapkan teknologi budidaya manggis masing-masing sesuai dengan kondisi agroekosistem wilayah setempat. Teknologi yang tepat guna akan sangat bermanfaat dan akan terus digunakan petani karena mereka akan merasakan manfaatnya. Peltahian ini telah dihadiri sebanyak 25 orang petani dengan membahas materi tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Efektivitas Pelatihan Teknis pada kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura di Kabupaten Tana Toraja, 2011

No Topik/materi Pelatihan

Sasaran Peserta Pelatihan Jumlah Peserta yang jadi narasumber diwilayah kerjanya Asal Institusi Jumlah

Peserta (Org) 1 Teknologi Budidaya

Tanaman Manggisi, Penyuluh, Kelompok tani,

petani,

25 orang 4 orang 2 Sistem integrasi Ternak-

Manggis,

4.5 Produktivitas Tanaman Manggis Pada Demplot

Produktivitas manggis pada demplot dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 6. Penampilan Tanaman Manggis

N0. Umur Uraian Awal Akhir Pertumbuhan

1 1 tahun Tinggi tanaman (cm) 29,63 31,3 1,67

Jumlah Daun (bh) 12,1 13,4 1,3

Lebar knopi (cm) 18,13 20,2 2,07

2 3 tahun Tinggi tanaman (cm) 145,3 155,2 9,9 Jumlah tangkai Daun (bh) 12 12,6 0,6

(12)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

12

Lebar knopi (cm) 48 56 8

Diameter batang (cm) 2,77 3,21 0,44

3 6 tahun Tinggi tanaman (cm) 218 230 12

Jumlah tangkai Daun (bh) 24 24,7 0,7

Lebar knopi (cm) 91,33 102,8 11,5

Diameter batang (cm) 3,95 4,66 0,71 Keterangan:

*) Pengukuran selang waktu 4 bulan

Penampilan tanaman menggis berdasarkan pertumbuhan selama 4 bulan dengan perlakuan pemupukan pada umur 1 tahun ( Urea : SP36 : KCl = 3 : 2 : 1) 0,25 kg/kg + pupuk organik 10 kg, memberikan rataan pertumbuhan yakni Tinggi tanaman 1,67 cm, jumlah daun 1,3 bh dan lebar knopi 2,07 cm pada umur 3 tahun (Urea : SP 36 : KCl = 3 : 2 : 1 ) 1 kg/pohon + pupuk organik 20 kg memperlihatkan pertumbuhan , tinggi tanaman 9,9 cm, jumlah tangkai daun 0,6 buah, lebar knopi 8 cm, diameter batang 0,44 cm. Sedangkan pada umur 6 tahun dengan pemupukan (Urea : SP36 : KCl = 1 4 : 3) 2 kg/pohon + Pupuk organik 40 kg memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman 12 cm, jumlah tangkai daun 0,7 buah, lebar knopi 11,5 cm dan diameter batang 0,71 cm.

4.6 Efektivitas Penyebar Luasan Inovasi Melalui Media Cetak Dan Elektronik

Media cetak dan elektronik yang disebarluaskan akan membantu petani dalam hal menyerap teknologi yang disampaikan oleh berbagai nara sumber. Media cetak berupa Leaflet dan Booklet.

Tabel 7. Efektivitas penyebarluasan inovasi (Leaflet)

No Judul Materi Leaflet Jumlah eksampler

Jumlah inovasi yg dimuat

Target penerima Media informasi

1 Pemanfaatan limbah organik pertanian

(13)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

13

Tabel 8. Efektivitas penyebarluasan inovasi (Booklet)

No. Judul Materi Booklet Jumlah eksampler/ halaman Jumlah inovasi yang dimuat Target penerima Media informasi 1 Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah

2 eks/16 hal. 1 Kelompok tani

2 Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)

2 eks/39 hal. 1 Kelompok tani

V. KESIMPULAN

1. Penampilan tanaman menggis berdasarkan pertumbuhan selama 4 bulan dengan perlakuan pemupukan pada umur 1 tahun ( Urea : SP36 : KCl = 3 : 2 : 1) 0,25 kg/kg + pupuk organik 10 kg, Tinggi tanaman 1,67 cm, jumlah daun 1,3 bh dan lebar knopi 2,07 cm pada umur 3 tahun (Urea : SP 36 : KCl = 3 : 2 : 1 ) 1 kg/pohon + pupuk organik 20 kg memperlihatkan pertumbuhan , tinggi tanaman 9,9 cm, jumlah tangkai daun 0,6 buah, lebar knopi 8 cm, diameter batang 0,44 cm. Sedangkan pada umur 6 tahun dengan pemupukan (Urea : SP36 : KCl = 1 4 : 3) 2 kg/pohon + Pupuk organik 40 kg memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman 12 cm, jumlah tangkai daun 0,7 buah, lebar knopi 11,5 cm dan diameter batang 0,71 cm.

2. Masalah hama dan penyakit yang sering menyerang pertanaman manggis di Tana Toraja adalah: Penyakit Getah Kuning, Penyakit jamur upas banyak terjadi pada musim hujan. Cabang atau ranting mati akibat jaringan kulit yang mengering sehingga sering disebut penyakit mati cabang atau mati ranting. Pengorok Daun (Phyllocnistis citrella): Hama ini menyerang daun muda yang helaiannya baru membuka. Pada helaian daun muda yang terserang terdapat korokan kecil sebesar jarum dengan arah korokan berliku-liku.

(14)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Vademekum Buah-buahan Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Jakarta.

Anonim, 2007. Pedoman Pengenalan dan Pengendalian OPT Manggis. 11 hlm.

Balitbu, 2006. Hama dan Penyakit Pada Buah manggis. Warta Penelitian dan Pengmbangan Pertanian Vol. 28 . 2006. (http//www, agromaret. Com.)

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan. 2007. Review Data Potensial Komoditas hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan.

Gambar

Tabel  2. Luas Pertanaman Manggis di Kabupaten Tana Toraja
Tabel 3. Kinerja Koordinasi Pendampingan
Tabel 4.  Keragaan Pelaksanaan Demplot pada Tanaman Manggis
Tabel 5.  Efektivitas Pelatihan Teknis pada kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis      Hortikultura di Kabupaten Tana Toraja, 2011
+2

Referensi

Dokumen terkait

(Plutella xylostella) dapat disimpulkan bahwa: 1) Pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) berpengaruh positif terhadap mortalitas ulat daun (Plutella xylostella);

Keberadaan madrasah berbasis tahfidz yang dikelola oleh yayasan Islam Taqwiyatul Wathon diharapkan menjadi potret implementasi tugas lembaga pendidikan Islam pada intinya

Pengertian moral dalam pendidikan moral di sini hampir sama saja dengan rasional di mana penalaran moral dipersiapkan sebagai prinsip berfikir kritis untuk sampai

Hasil jawaban dari angket dianalisis untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa semester 4 Pendidikan Fisika Universitas Jember mengenai pembangkit listrik tenaga

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model keberhasilan fast food atau restoran cepat saji Burger King dengan memeriksa faktor penentu utama kualitas

Gambar rumah kualitas menunjukkan bahwa kriteria kualitas sayuran PT X bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya sudah memiliki rasio satu yang berarti kriteria

dengan Uji Kesesuaian Sistem terhadap instrumen KCKT yang digunakan, dengan parameter pengujian terhadap SBR, faktor asimetri dan baseline pada hasil kromatogram

Penelitian ini bertujuan untuk menilai skala skor FOUR CT Marshall pada penderita cedera otak akibat trauma, dan menilai hubungan antara skala skor FOUR dan CT