PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA BALAI PENYULUH PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K) TERHADAP
EFEKTIFITAS PENYALURAN BANTUAN KELOMPOK TANI DI DESA BOJONGMENGGER KECAMATAN CIJEUNGJING
KABUPATEN CIAMIS
JURNAL
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP)
Oleh : IDA YULIANI NPM : 3506120149
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BINA PUTERA BANJAR
BANJAR 2016
ABSTRAK
Judul skripsi adalah Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan Dan Kehutanan (BP3K) Terhadap Efektifitas Penyaluran Bantuan Kelompok Tani Di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Masalah yang ditemukan adalah Ketepatan penyaluran bantuan kelompok tani oleh pegawai masih rendah seperti dalam penentuan kelompok tani. Berdasarkan data dari 5 kelompok tani yaitu Saluyu 1, Saluyu 2, Saluyu 3, Mina Karya dan Permata CITA yang baru mendapatkan bantuan tani sebanyak 4 kelompok yaitu Saluyu 1, Saluyu 2, Mina Karya dan Permata CITA.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Eksplanasi (Explanatory Research). Penelitian ini dilaksanakan di Di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data menggunakan angket yang dibagikan kepada 51 masyarakat. Teknik analisa data menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi dan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaya kemimpinan BP3K Kecamatan Cijeungjing termasuk cukup dengan indikator tertinggi adalah direktif otokratif dengan demikian kepala BP3K Kecamatan Cijeungjing mempunyai gaya kepemimpinan direktif otokratif yaitu memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada pemimpin dalam otoritasnya, sedangkan kebebasan bawahan sangat dibatasi. Efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis termasuk cukup dengan indikator tertinggi input (masukan). Hal ini berarti semua sumber daya yang dimiliki, informasi, pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal belum sepenuhnya dioptimalkan.
Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Hal ini berarti kepemimpinan kepala BP3K membawa pengaruh postif bagi efektifitas penyaluran bantuan bagi kelompok tani.
ABSTRACT
Title of thesis research is The Influence on Monitoring Head Against to Effectiveness Distribution of Rice for Poor Households in District Banjar on Banjar City.
Problems found is the number of people who received help rice for poor households to the new 2,138 poor households (73.32%) should have 2,916 poor households. This means that there are 768 poor households (26.68%) who did not receive rice for poor households. Another problem is the poor distribution of rice to people who sometimes late. This distribution is done by calling the poor rice recipient one by one, because there is no definite schedule of the arrival of this poor rice from the National Logistics Agency.
The method used in this research is explanatory research (Explanatory Research). This research was conducted in the District of Banjar Banjar. Collecting data using a questionnaire which was distributed to 97 people. Data analysis technique using correlation analysis, coefficient of determination and hypothesis testing.
Based on the results showed that the surveillance camat in the distribution of rice to poor families in the District of Banjar Banjar in the category enough. The effectiveness of the distribution of rice to poor families in the District of Banjar Banjar, including category enough. There is an influence on the effectiveness of supervision camat distribution of rice to poor families in the District of Banjar Banjar.
The influence influence on the effectiveness of supervision camat distribution of rice to poor families in the District of Banjar Banjar. This means that if camat can impose control well, the service provided will be more effective. For Head may improve supervision of the distribution of rice to poor families in the district of District Banjar on Banjar City, especially in determining the procedure and the relationship of procedure, and always carry out medical examinations of employees, etc.
PENDAHULUAN
Paradigma sistem pemerintahan daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, membawa konsekuensi logis terhadap tugas pokok dan fungsi lembaga-lembaga pemerintahan pusat maupun daerah. Perubahan itu merupakan tumpuan harapan bagi rakyat Indonesia untuk memperbaiki kehidupan dan meningkatkan potensi diri dalam berbagai aspek kehidupan.
Pelayanan publik menjadi suatu tolok ukur kinerja pemerintah yang paling kasat mata. Masyarakat dapat langsung menilai kinerja pemerintah berdasarkan kualitas layanan publik yang diterima, karena kualitas layanan publik dirasakan masyarakat dari semua kalangan, dimana keberhasilan dalam membangun kinerja pelayanan publik secara profesional, efektif, efisien, dan akuntabel akan mengangkat citra positif Pemerintah Kabupaten Ciamis di mata warga masyarakatnya. Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan.
Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang menarik untuk diperbincangkan hingga dewasa ini. Peran kepemimpinan yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia untuk selalu menyelidiki seluk-beluk yang terkait dengan kepemimpinan. Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi. Demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya. Setiap pimpinan dalam memberikan perhatian untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi pegawai di lingkungannya memiliki pola yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan oleh gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula dari setiap pemimpin. Kesesuaian antara gaya kepemimpinan, norma-norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan prestasi tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi pelayanan publik. Dengan demikian, gaya kepemimpinan dapat menjadi pedoman
yang baik dalam peningkatan efektifitas kinerja pegawai. Gaya kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi atau instansi ingin mencapai suatu tujuan yang diinginkan yaitu efektifnya kerja pegawai. Terlebih lagi pegawai-pegawai yang baik, selalu ingin memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi atau instansi tersebut.
Salah satu instansi yang membutuhkan pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan efektifitas pelayanan adalah Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Hal ini dikarenakan Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) banyak bersentuhan dengan petani yang perlu dibantu untuk meningkatkan perekonomian di daerahnya. Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan ditingkat Kecamatan.
Salah satu program yang sedang dijalankan Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) adalah pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan yang bertujuan untuk pengurangan penduduk miskin. Melalui Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) menetapkan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang bertujuan untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran kemiskinan dan pengangguran pedesaan. Kelompok tani (Poktan) merupakan kelembagaan tani, pelaksanaan PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota.
Hasil pengamatan awal di lapangan, ada beberapa indikator masalah yang berkaitan dengan efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis diantaranya sebagai berikut:
1. Ketepatan penyaluran bantuan kelompok tani oleh pegawai masih rendah seperti dalam penentuan kelompok tani. Berdasarkan data dari 5 kelompok tani yaitu Saluyu 1, Saluyu 2, Saluyu 3, Mina Karya dan Permata CITA yang baru mendapatkan bantuan tani sebanyak 4 kelompok yaitu Saluyu 1, Saluyu 2, Mina Karya dan Permata CITA.
2. Waktu dalam penyaluran bantuan kelompok tani tidak sesuai jadwal dan umumnya selalu mulur dari waktu yang telah ditentukan. Hal ini terlihat dari Jadwal penyaluran Bulan April 2015 tetapi baru terealisasi Bulan Agustus 2015
3. Kurang tanggapnya penyaluran bantuan kelompok tani yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertanian. Hal ini terlihat dari pengajuan bibit ayam Sentul namun Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) memberikan bantuan untuk bibit palawija seperti jagung.
TINJAUAN PUSTAKA Gaya Kepemimpinan
Pengertian yang diungkap oleh Gibson dan Donally Jr (2006: 225) “Kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan atau concersive untuk memotivasi orang-orang dalam mencapai tujuan tertentu”. Menurut Martoyo (2006: 146) gaya kepemimpinan terbagi beberapa gaya, diantaranya:
1. Gaya Kepemimpinan Direktif Otokratif
Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada pemimpin dalam otoritasnya, sedangkan kebebasan bawahan sangat dibatasi. Pemimpin merupakan pusat komando dan perintah terhadap bawahan/karyawan.
2. Gaya Kepemimpinan Persuasif
Pemimpin melaksanakan kekuasaanya terutama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Masukan-masukan dari bawahan ditampung, bawahan mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Bawahan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dalam diskusi walaupun suaranya sangat minim.
3. Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Dalam gaya ini bawahan diberi kebebasan yang luas dalam mengemukakan pendapatnya. Pemimpin hanya mengemukakan rancangan yang bersifat sementara, dan kemudian ditawarkan kepada bawahan, yang memungkinkan adanya perubahan sesuai dengan usulan bawahan. Melalui cara ini pemimpin bisa menilai keefektifan bawahan dalam memberikan ide-ide/gagasannya yang nantinya akan dijadikan sebagai sebuah keputusan manajemen perusahaan.
4. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan ini bawahan diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini pemimpin dan bawahan merupakan sebuah team yang harus bekerjasama. Pemimpin tidak turun langsung tapi mendelegasikan kepada staff seniornya. Pemimpin memberikan kebebasan bertindak tetapi dalam batas tertentu, meski bawahan sangat dominan tapi tanggung jawab tetap berada ditangan pemimpin.
5. Gaya Kepemimpinan Musyawarah
Gaya kepemimpinan ini berdasarkan kebersamaan yang diwujudkan dalam bentuk kekeluargaan dan gotong royong. Kegiatan pemimpin didasari rasa tolong menolong dan saling membantu serta tetap berpegang teguh pada efesiensi dan efektif. Pengambilan keputusan oleh pemimpin berdasarkan prosedur penentuan masalah, pengumpulan data, penganalisisan, dan mengambil kesimpulan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas memiliki kesamaan bahwa gaya kepemimpinan terdiri dari kepemimpinan direktif yaitu segala sesuatunya hanya diputuskan oleh pimpinan. Kemudian gaya konsultatif yaitu pimpinan melakukan tindakan setelah mendapat masukan dari bawahan. Selanjutnya gaya partisipatif yaitu setiap kegiatan dilakukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Sedangkan gaya delegatif yaitu kegiatan yang akan dilakukan lebih diserahkan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan musyawarah yakni pengambilan keputusan oleh pemimpin berdasarkan prosedur penentuan masalah, pengumpulan data, penganalisisan, dan mengambil kesimpulan. Gaya Laissezfaire dapat dilihat dari segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian Efektifitas
Setiap perbuatan yang efisien mungkin juga berarti efektif karena dilihat dari segi hasil, tujuan, atau akibat yang dikehendaki dengan perbuatan itu telah tercapai, sebaliknya dari segi usaha, efek yang diharapkan juga telah tercapai dan bahkan dengan penggunaan lima unsur usaha yang maksimal. Setiap pekerjaan yang efektif belum tentu efisien, karena hasil dapat tercapai tetapi dengan pemborosan pikiran, waktu, ruang atau benda. Pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung kepada kerangka acuan yang dipakainya. Seorang ahli ekonomi mempunyai persepsi bahwa efektifitas organisasi akan semakna dengan keuntungan atau laba.
Anoraga (2000: 178) menyatakan bahwa: “Efektifitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja”. Kata kunci efektifitas adalah efektif, karena pada akhirnya keberhasilan perusahaan diukur dengan konsep efektifitas. Kurniawan, (2006: 109) menyebutkan bahwa:
“Efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”.
Efektifitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektifitas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektifitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektifitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.
Menurut Moenir, dkk (2004: 34), unsur-unsur efektifitas meliputi:
1. Input (masukan), yang meliputi semua sumber daya yang dimiliki, informasi, pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal.
2. Conversion (perubahan), yaitu tahap yang ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai.
3. Output (keluaran) yaitu: pelayanan yang diberikan yang merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian sumber daya manusia.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petani yang tergabung kedalam kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis yaitu 103 orang yang terdiri dari kelompok tani Saluyu 1 Jumlah anggota 14 penggarap, Saluyu 2 Jumlah anggota 9 penggarap, Saluyu 3 Jumlah anggota 10 orang, Mina Karya Jumlah anggota 35 penggarap dan Permata CITA Jumlah anggota 35 penggarap. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara acak sederhana. Arikunto (2009: 85) mendefinisikan bahwa: "Teknik acak sederhana (simple random sampling) artinya setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai
sampel".
Berdasarkan pendapat di atas maka dalam menentukan anggota kelompok tani yang menjadi sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak. Artinya dari 103 anggota kelompok tani hanya diambil 51 orang sebagai sampel penelitian.
Untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel, maka digunakan uji statistik parametrik dengan mempergunakan rumus koefisien korelasi product. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani dapat dicari dengan menggunakan perhitungan koefisien determinasi. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan rumus uji t.
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1. Variabel Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang peneliti lakukan mengenai gaya kepemimpinan (X) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
REKAPITULASI VARIABEL GAYA KEPEMIMPINAN (n = 51)
N Uraian Pernyataan Skor yang Skor yang % Kriteria
O Ditargetkan Dicapai (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Kepala BP3K menjalankan tugas 51 x 5 = 255 374 75% Cukup sesuai dengan wewenangnya 2. Kebebasan bawahan
dibatasi oelh Kepala 51 x 5 = 255 369 74% Cukup BP3K. 3. Kepala BP3K sebagai pemberi 51 x 5 = 255 339 68% Cukup perintah pada bawahan 4. Pengambilan
kepala BP3K 5. Kepala BP3K
membantu dalam 51 x 5 = 255 318 64% Cukup pemecahan masalah
6. Kepala BP3K
menerima masukan 51 x 5 = 255 328 66% Cukup dari bawah
7. Masyarakat mempunyai
kebebasan untuk 51 x 5 = 255 333 67% Cukup mengemukakan pendapat. 8. Masyarakat diikutsertakan dalam 51 x 5 = 255 337 67% Cukup pengambilan keputusan 9. Masyarakat diberi hak untuk 51 x 5 = 255 284 57% Cukup menyatakan pendapat 10. Kepala BP3K hanya mengemukakan 51 x 5 = 255 337 67% Cukup rancangan sementara 11. Program yang ditawarkan Kepala BP3K demi 51 x 5 = 255 284 57% Cukup kepentingan masyarakat 12. Kepala BP3K
menilai keefektifan 51 x 5 = 255 284 57% Cukup program bagi masyarakat 13. Masyarakat diberi kesempatan untuk 51 x 5 = 255 337 67% Cukup menyampaikan idenya 14. Kepala BP3K dan masyarakat 51 x 5 = 255 284 57% Cukup bekerjasama. 15. Kepala BP3K tidak turun langsung tapi
kepada staff seniornya. 16. Kepala BP3K memberikan 51 x 5 = 255 284 57% Cukup kebebasan bertindak kepada masyarakat 17. Tanggung jawab tetap berada 51 x 5 = 255 284 57% Cukup ditangan Kepala BP3K 18. Semua kegiatan
dilakukan secara 51 x 5 = 255 337 67% Cukup kekeluargaan. 19. Program pertanian diwujudkan dalam 51 x 5 = 255 284 57% Cukup bentuk gotong royong 20. Kegiatan Kepala
BP3K didasari rasa 51 x 5 = 255 284 57% Cukup tolong menolong.
21. Kegiatan Kepala
BP3K didasari rasa 51 x 5 = 255 337 67% Cukup saling membantu
22. Kegiatan Kepala
BP3K berpegang 51 x 5 = 255 284 57% Cukup teguh pada efisiensi
23. Kegiatan Kepala BP3K berpegang 51 x 5 = 255 284 57% Cukup teguh pada efektifitas 24. Pengambilan keputusan oleh Kepala BP3K 51 x 5 = 255 337 67% Cukup berdasarkan prosedur penentuan masalah 25. Pengambilan keputusan oleh Kepala BP3K 51 x 5 = 255 284 57% Cukup berdasarkan pengumpulan data
26. Pengambilan keputusan oleh Kepala BP3K 51 x 5 = 255 284 57% Cukup berdasarkan penganalisisan 27. Pengambilan keputusan oleh Kepala BP3K 51 x 5 = 255 337 67% Cukup berdasarkan prosedur Jumlah 3628 Rata-rata 329 66% Cukup
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.1 di atas didapat skor rata-rata secara keseluruhan sebesar 172 atau dengan persentase 67% yang berada pada kategori cukup, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kemimpinan BP3K Kecamatan Cijeungjing termasuk cukup dengan indikator tertinggi adalah direktif otokratif dengan demikian kepala BP3K Kecamatan Cijeungjing mempunyai gaya kepemimpinan direktif otokratif.
4.2.2. Variabel Efektivitas
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan- tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Hasil penyebaran kuesioner yang peneliti lakukan mengenai efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis (Y) dapat dijelaskan sebagai berikut :
TABEL 4.2
REKAPITULASI VARIABEL EFEKTIFITAS PENYALURAN BANTUAN KELOMPOK TANI DESA BOJONGMENGGER
KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS
Skor
Rata-
Indikator NO Pertanyaan % Kategori rata
Kumulatif
Indikator
Input Dalam penyaluran 191 75
ada
yang khusus menanganinya
Masyarakat diberi 194 76
2 informasi tentang Baik
bantuan untuk petani
Masyarakat diberi 179 70 3 penyuluhan tentang cara Cukup 71%
menggunakan bantuan (Cukup)
tani
Masyarakat diberi 167 65
4 kemudahan dalam Cukup
menerima bantuan tani
Masyarakat 170 67
5
mendapatkan bantuan
Cukup tani sesuai yang
diajukan
Throughput Masyarakat patuh 170 67 (perubahan)
6
terhadap ketentuan cara
Cukup menggunakan bantuan
tani
Tatacara pengajuan 175 69 68% 7 bantuan tani mudah Cukup (Cukup)
dipahami
Dalam penyaluran 176 69
8 bantuan tani sudah Cukup menggunakan
komputer
Petugas dengan cepat 170 67
9 memberikan pelayanan Cukup bantuan
tani
Output
Petugas profesional 175 69
10 dalam menangani Cukup 68%
(keluaran) penyaluran bantuan
tani (Cukup) Petugas kompeten 176 69 11 dalam menangani Cukup penyaluran bantuan
tani
kompeten
Jumlah 1943
Rata-Rata 177 69 Cukup
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.2 di atas didapat skor rata-rata secara keseluruhan sebesar 177 atau dengan persentase 69% yang berada pada kategori cukup, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis termasuk cukup dengan indikator tertinggi input (masukan). 4.2.3. Pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian
Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis
Untuk mengetahui dan membuktikan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada hasil perhitungan sebagai berikut :
0,63 rxy 1024,01 641,08 rxy 1048600 641,08 rxy 604,08 173,63 641,08 rxy 604,08 y 173,63 x 641,08 xy y x xy rxy 2 2 2 2
Dari perhitungan di atas diperoleh nilai korelasi sebesar 0,63 termasuk pada kategori kuat. Jadi terdapat pengaruh kuat gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis dapat dihitung seringnya koefesien determinan dengan cara sebagai berikut :
Kd = (r2) x 100% = 0,632 x 100% = 0,3969 x 100% = 39, 69%
Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil perhitungan maka pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis sebesar 39,69%, sisanya sebanyak 60,31% yaitu situasi atau keadaan yang berada di luar cakupan penelitian seperti motivasi, pelayanan, dan disiplin.
Untuk menjawab hipotesis yang peneliti ajukan, maka peneliti menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
5,68 t 0,3969 -1 49 0,63 t 0,63 -1 2 -51 0,63 t r -1 2 -n r t 2 2
Untuk mencari t tabel dengan tinggi keyakinan 95% dengan α = 0,05 dan n 51 maka diperoleh t tabel sebesar 1.66 karena t hitung sebesar 5.68> t tabel sebesar 1,66. Maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain hipotesis yang diajukan yaitu “Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
KESIMPULAN DAN SARAN
tentang pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gaya kemimpinan BP3K Kecamatan Cijeungjing termasuk cukup dengan indikator tertinggi adalah direktif otokratif dengan demikian kepala BP3K Kecamatan Cijeungjing mempunyai gaya kepemimpinan direktif otokratif yaitu memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada pemimpin dalam otoritasnya, sedangkan kebebasan bawahan sangat dibatasi.
2. Efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis termasuk cukup dengan indikator tertinggi input (masukan). Hal ini berarti semua sumber daya yang dimiliki, informasi, pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal belum sepenuhnya dioptimalkan
3. Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) terhadap efektifitas penyaluran bantuan kelompok tani di Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Hal ini berarti kepemimpinan kepala BP3K membawa pengaruh postif bagi efektifitas penyaluran bantuan bagi kelompok tani.
Saran
1. Masyarakat diberi hak untuk menyatakan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan oleh masyarakat.
2. Program yang ditawarkan Kepala BP3K demi kepentingan masyarakat, Kegiatan Kepala BP3K didasari rasa tolong menolong, kegiatan Kepala BP3K berpegang teguh pada efisiensi. Para pengurus Gapoktan penerima Bantuan hendaknya senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan usaha kelompoknya terutama dalam hal teknis dan manajemen usaha yang baik, melalui kegiatan temu usaha, temu taknis, maupun studi banding ke Gapoktan-gapoktan yang sudah maju atau sekses dalam menjalankan usaha kelompoknya.
3. Masyarakat diberi kemudahan dalam menerima bantuan tani sehingga apa yang dibutuhkan masyarakat dapat dipenuhi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan-pelatihan, meningkatkan pengetahuan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai peluang-peluang usaha serta melatih keberanian dalam pengambilan resiko dan keputusan tang tepat bagi kemajuan usaha kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Maman. Muhidin, Sambas Ali. Somantri, Ating. 2007 Dasar-.
Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. PT. Bumi Aksara Bandung,
Akdon, dan Ridwan. 2011. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk.
Administrasi dan Manajemen. PT. Bumi Aksara Bandung
Anoraga, Panji. 2000. Manajemen Bisnis. Semarang: PT. Rineka Cipta Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2009, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Penerbit Adi Margasatwa Jakarta
George R. Terry ,2008. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). PT. Bumi Aksara: Bandung
Gibson, Ivansevich, and Donelly, 2006, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.
Handoko, T Hani. 2013. Manajemen Peronalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Binarupa Aksara, Jakarta
Kartono, Kartini, 1992, “Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin
Abnormal Itu?”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kurniawan, Agung 2006. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan.
Malayu S. P Hasibuan, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi Bumi Aksara, Jakarta
Martani dan Lubis. 2006. Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Pusat Antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta.
Martoyo, Susilo. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia ( edisi 4 ), dicetak dan diterbitkan BPFE Yogjakarta.
Moenir, dkk 2004. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.
Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Purwodarmino, 2008. Ensiklopedia Administrasi, PT. Rineka Cipta Jakarta Siagian, Sondang P, 2003, “Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku
Administrasi”, PT. Gunung Agung, Jakarta.
Steers, Richard. M. 2006. Efektifitas Organisasi. (Terjemahan). Jakarta: Erlangga Sugiyono. 2009, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta Bandung Sumodiningrat, Gunawan. 2000 Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring.
Pengaman Sosial, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Thoha, Miftah. 2004, Kepemimpinan Dalam Manajemen Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Tjiptono, Fandy 2009, Manajemen Jasa, Penerbit Andi Yogyakarta
Veithzal, Rivai. 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari
Teori ke Praktek. Jakarta : PT. Grafindo Persada
Undang-undang
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 273 /Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/Permentan/OT.140/ 2/2015 tentang Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Jurnal Penelitian
Fauzan, 2012, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan inerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening, Skripsi FISIP Undip
Kartika. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektifitas Kinerja Pegawai Di Kantor Desa Batujajar Barat Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat. FISIP Universitas Riau
Samsuri, 2014, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur Banjarmasin
Siti, Madiana. 2013, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektifitas Kerja Karyawan PT. Indomental Megajaya Prawara Tesis (2013) FISIP USU Medan