• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM 1"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 1

ISSN: 2775-9547

(2)

2 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021

FOKUS

4

Arah Kurikulum MBKM FKIP ULM

5 FKIP Merespons Merdeka Belajar Kampus Merdeka

8 Dekan FKIP ULM: MBKM Tak Bisa Ditolak

11 Jurusan PBS Menyambut MBKM

13 Semangat MBKM di Jurusan P-MIPA

16 MBKM di Jurusan P-IPS: Dari Bina Desa sampai Proyek

Kemanusiaan

DINAMIKA

19 Vaksinasi Covid-19 Pertama di ULM

23 Mahasiswa Berprestasi 2021

PROFIL

25 Chairil Faif Pasani:

Matematika dan Tantangan yang Harus Ditaklukkan

ALUMNI

28 Lulusan Terbaik Yudisium Masa Pandemi

WAWANCARA

29 Prodi IPS Peduli

(3)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 3

Optimis

Menyambut MBKM

ahabat kampus ungu yang kami hormati, edisi perdana Majalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini menyajikan kabar-kabar tentang dinamika kampus sepanjang Januari-Maret 2021. Fokusnya tentang Merdeka Belajar Kurikulum Merdeka yang coba direspons dengan optimis oleh semua program studi (Prodi) di lingkungan FKIP ULM.

Selain itu edisi ini juga menghadirkan berita tentang vaksinasi Covid-19, profil dekan FKIP ULM, mahasiswa berprestasi 2021, peserta yudisium terbaik tahun ini, dan wawancara dengan Koprodi IPS ten-tang Gerakan Prodi IPS Peduli Bencana Banjir.

Sebagai media kehumasan, media ini hadir sebagai media komunikasi publik tentang segala hal yang baik dan inspiratif dari FKIP ULM untuk masyarakat. Oleh karena itu, kami memohon kerja sama yang baik dengan semua program studi

agar bisa mengabarkan kegiatan prodi melalui surel kami.

Profil kali ini kami memperkenalkan sisi lain dekan FKIP ULM yang inspiratif dan belum banyak diketahui sivitas. Edisi selanjutnya, kami pun akan memprofilkan para wakil dosen, kajur, koprodi, dan bahkan tenaga kependidikan.

Redaksi juga menerima catatan reflek-tif dari dosen tentang kebijakan pendi-dikan yang sedang aktual baik dalam lingkungan fakultas, universitas, dan nasional atau tentang pengalaman pembe-lajaran.

Kehadiran majalah ini diharapkan bisa menyemarakkan suasana akademik di kampus ini. Kami juga membuka diri untuk saran dan kritik pembaca untuk peningkatan kualitas edisi selanjutnya. Selamat membaca.

Redaktur Sainul Hermawan

S

MAJALAH FKIP ULM

Penanggung Jawab Umum: Dekan FKIP ULM Chairil Faif Pasani ▪ Penanggung Jawab Bidang Akademik: Wakil Dekan I Atiek Winarti ▪ Penanggung Jawab Bidang Umum dan Keuangan: Wakil

Dekan II Imam Yuwono ▪ Penanggung Jawab Bidang Kemahasiswaan dan Alumni: Wakil Dekan III Dwi Atmono ▪ Tim Redaksi: Sainul Hermawan, Reja Fahlevi, Dewi Alfianti ▪ Desain Sampul: Nauka Nayana Prasadini ▪ Laman: https://majalahfkipulm.com ▪ Email: majalah.fkip@ulm.ac.id ▪ ISSN Cetak: 2775-9547.

Redaksi menerima tulisan berupa esai reflektif tentang pendidikan dan pembelajaran dari pendidik dan tenaga kependidikan serta alumni FKIP ULM. Panjang tulisan maksimal 800 kata.

(4)
(5)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 5

FKIP ULM

Merespons

Merdeka Belajar

Kampus

Merdeka

rogram luncuran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) merupakan program yang

diang-gap terobosan dalam kaitannya dengan usaha meningkatkan

life skill mahasiswa, kualitas

dosen, kualitas kampus, dan kualitas hubungan kampus dan masyarakat. Tak berapa waktu setelah MBKM diwaca-nakan Kemendikbud, sejum-lah pihak mulai kebingungan mengenai implementasinya di lapangan. Kebijakan MB-KM Kemendikbud meliputi, (1) pembukaan program studi baru, (2) sistem

akre-ditasi perguruan tinggi, (3) kebebasan menjadi

PTN-BH (Pergu-ruan Tinggi

P

Atiek Winarti

(6)

6 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 Negeri Berbadan Hukum), dan (4) hak belajar tiga semester di luar program studi.

Kebingungan itu tak berlangsung lama karena Kemendikbud sendiri telah menyusun sejumlah aturan dan pedoman di tingkat kementerian untuk diturunkan dan disesuaikan di tingkat universitas. Salah satu program MBKM yang meru-pakan kebijakan yang harus segera dilak-sanakan di tingkat fakultas adalah hak belajar mahasiswa tiga semester di luar program studi. Program ini cukup kom-pleks karena harus mengakomodasi ber-bagai turunan program lainnya seperti mahasiswa mengambil mata kuliah di luar program studinya sebanyak 20 SKS, maha-siswa mengikuti salah satu atau beberapa program dari delapan program yang dita-warkan Kemendikbud sebanyak 40 SKS. Delapan program tersebut adalah magang, asistensi mengajar di lembaga pendidikan, riset, wirausaha, proyek independen, per-tukaran mahasiswa, KKN bina desa, dan proyek kemanusiaan.

Beberapa lama sebelum program MBKM mulai menjadi pembahasan pen-ting di Universitas Lambung Mangkurat dan menjadi kebijakan yang diturunkan ke fakultas-fakultas yang ada, Fakultas Kegu-ruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM sudah lebih dahulu menjadikan program MBKM sebagai sentral dari kajian dan kebijakan akademik. Hal itu disebabkan MKBM memang menjadi pokok bahasan utama dalam dialog Forum Komunikasi (Forkom) Dekan dan Wakil Dekan FKIP seluruh Indonesia.

Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP ULM Atiek Winarti menyampaikan bahwa respon cepat ini muncul karena intensifnya pembicaraan mengenai itu dan FKIP sendiri berada di atmosfir yang mendu-kung. FKIP sebagai sebuah lembaga

pendidikan tenaga kependidikan memiliki paradigma yang sejalan dengan ruh MB-KM. Respon cepat di tingkat pemimpin fakultas juga diiringi respon yang sama baiknya dari sejumlah program studi yang juga sudah membicarakan secara intensif mengenai MBKM di internal masing-masing.

Hal pertama yang dilakukan dalam merespon program MBKM adalah mem-buat panduan MBKM tingkat fakultas. Proses pembuatan panduan ini melibatkan pemimpin fakultas, ketua jurusan, dan do-sen FKIP yang berada di unit LP3 ULM dan dilakukan selama tiga bulan. Saat itu, panduan program MBKM dianggap seba-gai sebuah cara untuk menata dengan rapi rencana program MBKM di FKIP ke depan. Di kemudian hari terbukti bahwa panduan tersebut memang menjadi salah satu doku-men utama yang diperlukan agar program MBKM dapat dilaksanakan.

Hal tersebut diketahui saat Kemen-dikbud menggulirkan program hibah MBKM. ULM diminta mengirimkan sepu-luh proposal untuk mengikuti hibah ter-sebut, dan karena dari fakultas lain tak ada yang menyanggupi keikutsertaannya, pi-hak Rektorat ULM meminta Dekan me-ngirimkan sepuluh proposal dari sepuluh program studi yang ada di FKIP. Dari sepuluh proposal yang masuk, lima di antaranya lolos seleksi. Lima program stu-di yang lolos seleksi adalah Teknologi Pendidikan, Pendidikan Luar Biasa, Pendi-dikan Fisika, PendiPendi-dikan Matematika, dan Pendidikan Kimia.

Dari lima program studi yang propo-salnya lolos itulah, FKIP belajar mengenai konsep dan teknis pelaksanaan MBKM karena dalam program hibah itu, program studi yang terlibat disupervisi dalam me-nyiapkan dokumen dan perangkat

(7)

pelak-Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 7 sanaan MBKM dengan tetap

mengede-pankan kreativitas dan inovasi masing-masing program studi.

Dalam pelaksanaan program MB-KM, dokumen yang diperlukan adalah panduan dari universitas, panduan aka-demik dari fakultas, Pedoman Opera-sional Standar (POS), dokumen Perjanjian Kerjasama, dan kurikulum. Akhirnya, res-pon pertama program MBKM yang dila-kukan FKIP dengan membuat panduan akademik tingkat fakultas terbukti menja-di keputusan yang tepat. Dengan sudah tersedianya panduan, FKIP tidak lagi kesulitan dalam pelaksanaan teknis. Lebih jauh, pengalaman membuat pan-duan ini akhirnya berguna untuk membantu ULM sendiri dalam membuat panduan tingkat universitas.

MBKM adalah program yang kom-pleks dan beberapa di antaranya benar-benar terasa baru di lingkungan akademik FKIP. Meskipun kendala belum terasa di awal implementasi program ini, namun beberapa hal sudah bisa diprediksi akan menjadi tantangan ke depan. Misalnya persoalan rekognisi (pengakuan) mata kuliah yang sesuai dengan karakteristik dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) program studi. Penentuannya bukanlah hal yang mudah karena karakteristik dan CPL yang biasanya sangat spesifik agak sulit dibawa ke wilayah-wilayah yang ber-sifat lebih umum.

Lebih lanjut, mengenai tantangan yang akan dihadapi FKIP dalam imple-mentasi MBKM, Atiek menyatakan, “Tan-tangan dari program ini adalah bagai-mana agar mahasiswa betul-betul menda-patkan hasil yang setara dengan apa yang mereka lakukan. Jadi, kalau misalnya kewirausahaan, tidak sekadar ikut MBKM kewirausahaan tapi memang betul-betul

menjadikan mereka wirausahawan. Supa-ya MBKM itu berefek sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah. Tidak hanya kita menjalankan program dari pemerin-tah, tapi betul-betul meningkatkan kuali-tas. Peningkatan kualitas itu juga kan bagian dari IKU (Indikator Kinerja Utama) FKIP.”

Tak sedikit rasa pesimis disuarakan mengenai kesinambungan program MB-KM yang diluncurkan Mendikbud Nadiem Makarim. Ide dengan semangat besar, na-mun sulit dalam penerapan, adalah salah satu ungkapan pesimistis yang muncul. Menanggapi hal tersebut, Atiek menyata-kan, “Niat kita tidak sekadar melaksana-kan anjuran menteri, tapi bagaimana membekali mahasiswa kita dengan kete-rampilan yang akan membuat mereka bertahan di masa yang akan datang. Jadi, meskipun nanti tidak ada lagi program seperti ini, kita kan masih punya program PKL. Misalnya, balik lagi ke PKL, program itu akan kita formulasi sehingga nanti tidak hanya jalan-jalan, pulang menghabis-kan uang sekian, menghabis-kan sayang. Apapun nanti bentuk kebijakan menterinya, kita akan tetap mengupayakan agar mahasis-wa kita tetap mendapatkan bekal plus selain ilmu yang mereka dapatkan dalam perkuliahan untuk mendukung life skill mereka.” (alf)

(8)

8 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021

Dekan FKIP ULM:

“MBKM Tak Bisa Ditolak!”

eberhasilan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di FKIP

ULM dalam prosesnya tak dapat dilepaskan dari bagaimana pemimpin fakultas

melaksanakannya. Dalam kesempatan ini redaksi Majalah FKIP ULM ingin

mengajak pembaca memahami bagaimana proses implementasi MBKM di FKIP ULM

langsung dari perspektif Dekan FKIP ULM Chairil Faif Pasani yang kami ajak bincang santai

pada 1 Maret 2021 selama sekitar satu jam di ruang kerjanya.

Redaksi: MBKM sampai saat ini masih

menjadi pro kontra karena kebaruan dan ide-idenya yang terkesan penuh dobrakan. Sementara itu, respon FKIP sendiri dari hasil telusuran kami disebutkan tergolong cepat dibandingkan fakultas lain di lingkungan ULM. Mengapa pilihan untuk merespon dengan cepat itu diambil? Mengapa tidak mengambil opsi menunggu saja?

Dekan FKIP: Sebenarnya program MBKM ini diluncurkan tahun 2019 akhir. Saya waktu itu baru dilantik. Ada beberapa alasan mengapa saya beranggapan MBKM adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak. Pertama, karena berdasarkan pengalaman saya terhadap dua kali penerapan peruba-han kurikulum saat saya masih berakti-vitas di Program Studi (PS) Pendidikan Matematika dan Jurusan Pendidikan MIPA. Saat itu ada perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis isi pindah ke kurikulum berbasis kompetensi yang di-luncurkan Kementerian tahun 2003 awal dan dilaksanakan di sekolah tahun 2004.

Kita juga langsung menanggapinya di Jurusan PMIPA. Hal ini tidak bisa ditolak. Banyak orang bicara, ini ganti menteri ganti kebijakan. Ya responnya tidak bisa begitu. Kembali ke masalah kurikulum. Januari 2012, Presiden menge-luarkan Perpres No 8 tentang KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, red) yang akhirnya menjadi acuan pe-ngembangan kurikulum berbasis kom-petensi lebih lanjut. Kalau dilihat, dari 2003 ke 2012, itu lama lho. Lebih dari lima tahun. Jadi kebijakan perubahan kuriku-lum itu, lima tahun memang sudah harus dievaluasi, jadi wajar. Berdasarkan penga-laman mengelola perubahan kurikulum, ketika muncul ini (MBKM -red), saya bilang, tidak bisa ditolak. Orang banyak menolak, saya katakan tidak bisa ditolak. Dari 2012 ke 2019, wajar bila ada peru-bahan.

Saya memutuskan FKIP harus dulu-an melaksdulu-anakdulu-an ini, karena FKIP selalu

(9)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 9

pioneer sehingga kalau ada fakultas lain

ingin mendapatkan referensi, FKIP sudah siap. Di fakultas kita ada kebijakan sendiri dari senat untuk MBKM yang menguatkan pelaksanaan di FKIP. Demikianlah, peru-bahan ini adalah keniscayaan.

Kedua, MBKM ini, memberikan kemerdekaan kepada mahasiswa untuk bisa berkembang melebihi yang sudah ada. Kalau di kurikulum yang ada, capaian pembelajaran lulusan mahasiswa misalnya A, B, C, dan D, maka dengan MBKM maha-siswa bisa melampaui itu dengan pencapaian E, F, G atau A+, B+, C+. Redaksi: Penyesuaian-penyesuaian apa yang

dilakukan untuk agar MBKM ini bisa terlak-sana?

Dekan FKIP: Di antaranya kita sudah me-lakukan restrukturisasi kurikulum prog-ram studi. Ada 21 progprog-ram studi S1, dan 1 program Pendidikan Profesi Guru. Re-strukturisasi kurikulum ini juga berhu-bungan dengan perubahan kurikulum di pusat. Misalnya, syarat kelulusan maha-siswa S1, TOEFL harus 450. Berat itu. Nah, Rektor mengambil kebijakan untuk menja-dikan mata kuliah bahasa Inggris menjadi 4 SKS untuk 2 semester. Untuk bahasa Inggris kurikulumnya berorientasi pada Cambridge, dan terkait IT pembelajaran dilakukan dengan Novo Learning sehing-ga diharapkan setelah lulus bisa mencapai TOEFL 450 dan mahasiswa kita siap masuk ke pasar global.

Tahun lalu kita sudah melakukan pembenahan kurikulum. Kita berharap tahun lalu sudah selesai untuk MBKM 2020. Bagaimana untuk angkatan 2018, 2019? Kita tetap mendorong mereka untuk mengikuti MKBM. Kita memfasilitasi me-reka kuliah di luar prodi. Karena pem-belajaran setahun ini daring, maka hal ini justru menjadi lebih mudah. Program

kuliah di luar kampus ini misalnya adalah U to U (Kerjasama antaruniversitas, red), dan program Permata.

Tahun lalu juga 29 mahasiswa kita dibiayai untuk mengikuti program asis-tensi mengajar Kemdikbud. Mereka meng-ajar di daerah-daerah terpencil yang guru-nya sulit datang.

Tahun lalu fakultas juga meluncur-kan bantuan hingga 45 juta rupiah per prodi untuk menyiapkan perangkat MB-KM, termasuk Menyusun Prosedur Opera-sional Standar (POS) di antaranya meng-atur konversi program MBKM menjadi SKS mata kuliah pada program studi.

Ini semua menunjukkan usaha kita menyiapkan diri agar memeroleh hasil terbaik.

Redaksi: Bisakah FKIP ULM menjadi role model untuk pelaksanaan MBKM di

Kaliman-tan SelaKaliman-tan?

Dekan FKIP: Kalau se-Kalsel sangat bisa. Program asistensi mengajar sebenarnya kan diperuntukkan untuk semua prodi fakultas apapun, tapi FKIP bisa dikatakan lebih memimpin karena memang mengajar adalah core fakultas kita, kuliah di luar prodi juga bisa dilakukan fakultas atau universitas manapun, tapi kita sendiri pa-ling banyak ikut program ini sejak tahun lalu melalui berbagai program.

Yang akan kita lebih siapkan lagi adalah ikut penelitian di luar misalnya, program magang. Magang kan selama ini di sekolah, tapi memang karena di sekolah konversi mata kuliahnya tidak banyak (PPL). Kita akan melihat prospek magang di sektor-sektor lainnya.

Hal lain yang perlu kita siapkan adalah proyek lain, seperti proyek di desa. Salah satu yang kita gagas adalah

(10)

mem-10 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 bentuk kelompok-kelompok kemu-dian datang ke desa, menginventarisasi lah di sana, merancang penyelesaian masa-lah, kembali ke kampus dan konsultasi ke pembimbing. Lalu membuat proyek bina desa. Saya menyebut ini problem solving

based project.

Kita juga menyiapkan program lain. Saya bertemu dekan Fakultas Pertanian dan Fakultas Perikanan dan Kelautan untuk kegiatan life skill mahasiswa. Kita sepakat untuk melakukan proyek hidroponik, dan usaha budidaya apung yang sesuai dengan visi ULM. Kita juga menyiapkan keterampilan mahasiswa un-tuk bisa mengelola budidaya ikan air tawar. Proyek ini bahkan akan sampai pada pemberian sertifikasi kompetensi pada mahasiswa yang terampil melaku-kannya.

Kita juga mengubah kebijakan peng-gunaan dana PKL untuk program MBKM agar lebih berdaya guna bagi mahasiswa. Kita juga minta bantuan Ikoma untuk pembuatan sarana rumah/instalasi penge-lolaan budidaya ikan ini, dan disetujui. Redaksi: Fasilitas yang akan disiapkan untuk

program-program MBKM apa saja sampai sejauh ini?

Dekan FKIP: Sementara adalah pem-bangunan rumah bioflock, budidaya ikan di sejumlah unit FKIP, baik Banjarmasin maupun Banjarbaru. Fasilitas lain adalah pengadaan studio mini teknologi pembe-lajaran yang nantinya bisa digunakan un-tuk semua. Kita juga minta siapkan ruang microteaching melalui PPG. Kita juga akan bangunkan melalui PPG, studio bagus kedap suara untuk misalnya pertunjukan baca puisi, belajar pewara, dan lain sebagainya.

Redaksi: Bapak memimpin di tengah era

perubahan, MBKM yang banyak mengubah sistem pelaksanaan pendidikan, juga pandemi yang juga mengubah cara kita melaksanakan pendidikan. Lalu ada ekses dari pendemi. Ini adalah masa di mana kita tidak bisa lagi kembali ke belakang, sedangkan maju ke depan kita harus siap dengan perubahan yang relatif jauh berbeda dari sebelumnya. Bagaimana Bapak menjalani situasi semacam ini?

Dekan FKIP: Sebenarnya saya pribadi tipe yang mengalir bersama air, karena sejak kecil saya dibesarkan di tengah budaya sungai. Tapi perubahan sekarang kan tidak seperti air mengalir lagi.

Ketika mengikuti pelatihan manaje-men pendidikan di Amerika Serikat dulu, ada dua hal yang penting dalam menyi-kapi perubahan. Satu, jangan tunjukkan perubahan adalah perubahan, karena orang tidak suka dengan perubahan. Ke-dua, kita tidak bisa melakukan gerakan masif besar. Kenapa? Besar itu kan akan lambat. Padahal kita perlu bergerak cepat. Kecil-kecil tapi cepat. Kita harus segera melakukan inisiatif. Komplikasi yang kita ambil saat melakukan sesuatu lebih dahulu akan lebih kecil daripada yang melakukan-nya kemudian.

Kesulitan dalam melakukan peruba-han adalah penolakan. Maka pendekatan yang dilakukan perlu disesuaikan. Saat terjadi penolakan, kita perlu memperbaiki gaya komunikasi. Mental kita harus disiap-kan saat membawa perubahan. Misalnya, jika ada usulan agar kelulusan mahasiswa tidak hanya ditentukan skripsi, tapi juga bisa dengan jenis tugas akhir yang lain, maka kita perlu menyampaikan itu pelan-pelan. Kalau bertahap, perubahan bisa dilakukan.

(11)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 11

Jurusan PBS

Menyambut MBKM

emberikan tanggapan positif

namun masih ragu-ragu, adalah kesan yang ditang-kap Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (PBS) Jumariati terkait respon tiga program studi yang berada di bawah koordinasinya, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pendidikan Baha-sa Inggris (PBIng), dan Pendidikan Sendratasik (PS). Tanggapan positif lahir dari persetujuan bahwa program MBKM yang diluncurkan pemerintah terutama terkait hak belajar mahasiswa selama tiga semester di luar kampus adalah program yang dapat menguatkan karakter mahasis-wa serta sangat membantu terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan. Di sisi lain, keraguan juga muncul sebagai wujud kekhawatiran melepas mahasiswa keluar program studi.

Meski demikian, seiring berjalannya waktu, proses implementasi MBKM di tiap program studi berjalan dengan cukup baik. Tiap program studi membentuk tim kuri-kulum yang khusus membuat perangkat pelaksanaan MBKM ini. Dari tim kuri-kulum inilah semua dirancang, mulai dari seperti apa rancangan awal, pihak mana saja yang perlu diajak berkoordinasi, sampai pada tataran pembuatan perangkat

mulai dari penentuan mata kuliah unggulan yang dibuka ke luar program studi, perjanjian kerjasama, dan kuri-kulum berorientasi MBKM di mana di dalamnya telah ditentukan mekanisme pembelajaran di luar program studi.

Di Program Studi PBSI, program ini direspon dengan menentukan sejumlah mata kuliah yang akan ditawarkan keluar program studi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang mengan-dung karakteristis khas PBSI sehingga ketika diambil oleh mahasiswa dari luar PBSI, mereka diharapkan akan mendapat-kan pengalaman baru yang memperkaya

M

Jumariati

(12)

12 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 khazanah mereka. Koordinator PS-PBSI Sabhan menyebutkan, selain menyiapkan mata kuliah untuk ditawarkan keluar, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah program belajar di luar kampus yang bisa diikuti oleh mahasiswa di semester 5. Program tersebut adalah magang jurna-listik, proyek independen, dan kewira-usahaan. Ketiga program ini dijalankan dengan menyesuaikan dengan karakteris-tik program studi dan Capaian Pembe-lajaran Lulusan (CPL).

Lebih lanjut, Korprodi PBSI me-nyampaikan, “Proyek independen misal-nya, nanti akan menyesuaikan dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CP-MK) misalnya membuat podcast untuk mata kuliah pewara, membuat film pen-dek, mengadakan pentas kesenian, mem-buat media ajar, dan lain sebagainya.” Pembelajaran dengan kurikulum MBMK ini baru akan efektif setelah mahasiswa berada di semester 4. Oleh karena itu, PBSI menggunakan waktu setahun ke depan untuk mematangkan persiapan, termasuk membuat perjanjian kerjasama dengan lembaga mitra, menyiapkan dosen pembimbing dan supervisor, serta hal lain yang diperlukan.

Sementara itu, menurut Koordina-tornya, Tutung Nurdiyana, Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) sudah lebih dahulu memulai persiapan karena termasuk program studi yang diminta untuk mengikuti hibah pembuatan kurikulum berorientasi MB-KM. Diawali dengan mengadakan Focus

Group Discussion (FGD) dengan sejumlah

pihak untuk memformulasikan kurikulum yang sesuai dengan MBKM hingga akhir-nya hari ini, secara teknis kurikulum tersebut sudah bisa diimplementasikan.

Sejalan dengan PS-PBSI, Pendidikan Sendratasik juga memilih mata kuliah bermuatan lokal sebagai mata kuliah yang ditawarkan keluar program studi. Mata kuliah tersebut adalah Madihin, Musik Panting, Gamelan Banjar, Menambang Banjar, Mamanda, Japin Carita, Tari Banjar, Tari Kalimantan, Kebudayaan Masyarakat Banjar.

Untuk persiapan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Kajur PBS yang juga sekaligus dosen Pendidikan Bahasa Inggris menyampaikan bahwa mereka memulai persiapan dengan berkoordinasi dengan program studi lain dari forum ketua prodi. Di sana juga dibuat penjajakan mengenai mata kuliah-mata kuliah yang bisa saling dimasuki. Di antara persiapan Pendidikan bahasa Inggris untuk program MBKM ini adalah mem-buat perjanjian kerjsama dengan berbagai universitas, terakhir bersama Universitas Negeri Palangkaraya.

Ketika ditanyakan mengenai kendala yang sejauh ini dialami ketiga program studi dalam pelaksanaan program MBKM

Tutung Nurdiyana

(13)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 13 hak kuliah mahasiswa tiga semester di luar

kampus ini, Kajur PBS menyampaikan bahwa yang utama adalah kesiapan dosen dalam membekali mahasiswa untuk siap berhadapan dengan lingkungan belajar di luar kampus. Ada perbedaan ketika maha-siswa belajar di dalam dan di luar kampus. Kesulitan belajar di luar kampus tentu lebih besar karena berhadapan dengan berbagai faktor dan variabel.

Semua pihak berharap ke depan program MBKM bisa berjalan dengan baik dan menjadi sistem yang mapan. Di awal emmang terasa sulit, namun ke depan jika sudah terbiasa, akan lebih mudah. Kajur PBS ini dengan ramah menyatakan hara-pannya agar semua yang sudah direncana-kan dan dalam proses pelaksanaan ini bisa terlaksana dan terevaluasi dengan baik. (alf)

Semangat MBKM

di Jurusan P-MIPA

urusan Matematika IPA (MIPA)

FKIP ULM mengalami dinamikanya sendiri dalam pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Jurusan ini dapat dikatakan menjadi jurusan yang paling cepat beradaptasi dengan program MBKM karena dari empat program studi (prodi) di lingkungan P-MIPA, tiga prodi di antaranya mendapatkan hibah MBKM dari Kemdikbud, yaitu Pendidikan Matema-tika, Pendidikan Fisika, dan Pendidikan Kimia.

Prodi-prodi tersebut berhasil menda-patkan hibah Kemdikbud untuk membuat perangkat pelaksanaan MBKM di tingkat prodi. Hal tersebut tentu sangat membantu ketiga prodi tersebut dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan MBKM. Sementara itu, di Prodi Pendidikan Biologi, MBKM juga sudah mulai

diproyeksikan, perencanaan dan pelak-sanaannya.

Saat pertama program MBKM disosialisasikan di Prodi Pendidikan Biologi (P-Biologi), Koordinator Prodi Sri Amintarti menyampaikan bahwa kebi-ngungan masih terasa. Meski demikian, karena pihak fakultas proaktif dalam mengarahkan prodi-prodi, kebingungan itu cepat diatasi. Penyamaan persepsi juga dilakukan terkait status program MBKM (pertukaran mahasiswa dan asistensi mengajar) yang berdasarkan panduan Kemdikbud tidak bersifat wajib, tapi di tataran fakultas ditafsirkan sebagai sesuatu yang wajib.

“Saya awalnya menolak karena dari Kemendikbud sendiri tidak bersifat wa-jib.” Demikian ungkap Korprodi. Namun, setelah melalui pembicaraan akhirnya disepakati bahwa asistensi mengajar tetap

(14)

14 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 wajib sementara program lainnya ber-status pilihan. Asistensi mengajar adalah substansi FKIP. FKIP selama ini selalu melaksanakannya melalui mata kuliah PPL di sekolah. Oleh karenanya, sudah menjadi kewajaran jika statusnya wajib.

Pendidikan Fisika telah melakukan sejumlah hal terkait implementasi MKBM di prodi. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan revisi kurikulum, menentukan mata kuliah yang akan ditawarkan keluar prodi, dan disusul melakukan kerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk pertukaran mahasiswa, kuliah resiprokal, narasumber webinar, reviewer jurnal, dan lainnya. Kerjasama tersebut dilakukan dengan Universitas Borneo, dan IAIN Palangka-raya.

Dalam pelaksanaannya, kendala yang paling terasa adalah kesulitan dalam merombak mata kuliah agar bisa sesuai dengan skema MBKM, yaitu semester 4 kuliah di luar prodi, semester 5 mengikuti kegiatan belajar di luar perguruan tinggi, dan semester 6 mengikuti program asis-tensi mengajar di lembaga pendidikan. Termasuk menentukan mata kuliah yang relevan dengan program tersebut agar bisa direkognisi, juga memperhitungkan waktu yang harus dihabiskan mahasiswa dalam program untuk bisa mendapatkan peng-akuan 1 SKS, 2 SKS, dan seterusnya.

Sementara itu, Prodi pendidikan Fisika dan pendidikan Kimia, yang di awal pencanangan program ini di FKIP berhasil mendapatkan hibah dari Kemdikbud, te-lah melakukan persiapan yang langsung diarahkan oleh skema pelaksanaan hibah dari Kemdikbud itu sendiri.

Prodi Pendidikan Fisika, misalnya, mengira hanya perlu melakukan reorien-tasi kurikulum, tapi skemanya ternyata tidak sesederhana itu. Maka direncana-kanlah restrukturisasi kurikulum. Di awal,

dilakukan pertemuan asosiasi Prodi Pendidikan Kimia se-Indonesia, sekitar dua atau tiga kali membahas MBKM ini, dilanjutkan diskusi internal. Selanjutnya, mengadakan pelati-han dan Focus Group

Discussion (FGD) dengan mereka yang

dianggap memahami hal ini.

“Kami mengundang Pak Syamsul Arifin dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), Pak Edi Cahyono dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) untuk pengara-han awal mengenai MBKM. Lalu dilanjutkan dengan FGD bersama Pak I Wayan Swastra dari Undiksa, Zulkarnain dari Unmul, dan Pak Budi Jatmika dari Unesa.” Demikian penjelasan Abdul Salam M, Koordinator Prodi Pendidikan Fisika.

Meski langsung mendapatkan pengarahan, saat perencanaan dan pelak-sanaan, kendala tak bisa terhindarkan. Salah satu kendala yang cukup menyu-litkan adalah penyesuaian mata kuliah yang direkognisi untuk program selain asistensi mengajar dan pertukaran

maha-Abdul Salam

(15)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 15 siswa. “Kami merencanakan akan

mene-rapkan kedelapan program belajar di luar kampus itu. Namun ternyata, program yang bisa maksimal kami rekognisi hingga 20 SKS hanya asistensi mengajar dan pertukaran mahasiswa. Program lainnya agak kesu-litan, tidak bisa maksimal rekognisi SKS-nya,” jelas Abdul Salam kembali.

Cerita menarik penerapan MBKM juga datang dari Prodi Pendidikan Kimia. Salah satu anggota tim pelaksana MBKM di Prodi Pendidikan Kimia, Arif Sholahuddin memaparkan respon pertama dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Kimia, layaknya respons yang biasa terjadi ketika menerima hal baru apapun. Ada dua respon, menerima dan menolak. “Na-mun, seiring berjalannya waktu, terutama ketika kami mendapatkan hibah Kemdik-bud, para dosen mulai menerima dan pelan-pelan terlibat secara keseluruhan,” katanya.

Setelah hibah didapatkan, hal perta-ma yang dilakukan adalah mengadapta-sikan kurikulum. Kurikulum menjadi pro-duk utama yang perlu direstrukturisasi agar mampu mengakomodasi MBKM. Kedua, menyiapkan berbagai dokumen pendukung, antara lain Prosedur Opera-sional Standar (POS). Ada 4 dari 8 program yang rencananya diterapkan di Pendidi-kan Kimia, yaitu, kewirausahaan, pertu-karan mahasiswa, magang industri, dan asistensi mengajar di lembaga pendidikan. Keempat program itu perlu disiapkan panduan pelaksanaannya agar secara praktik dapat berjalan dengan tepat dan terarah.

Dokumen lain yang diperlukan dalam pelaksanaan MBKM adalah pedo-man pelaksanaan tingkat fakultas dan tingkat universitas. Karena MBKM ditang-gapi dengan serta merta oleh fakultas, pedoman pelaksanaan MBKM tingkat fakultas sudah tersedia. “Yang belum adalah pedoman universitas. Akhirnya, kami dari lima prodi yang menerima hibah bersama-sama duduk membuat pedoman universitas, meski nuansanya masih terasa FKIP,” jelas Arif dengan bersemangat. “Ke depan, bersama LP3 dokumen itu akan kami sesuaikan agar bisa diterapkan di seluruh ULM,”ujarnya.

Kesulitan yang dialami Pendidikan Kimia dalam implementasi MBKM tak jauh berbeda dengan yang dialami prodi lain, antara lain penyesuaian mata kuliah agar bisa direkognisi, dan penentuan mata kuliah yang bisa ditawarkan keluar prodi. Mata kuliah yang dicari mahasiswa dari luar biasanya mata kuliah umum tapi punya kekhasan. Umum agar bisa direkog-nisi di kampusnya sendiri, dan khas agar mahasiswa merasa ada pengetahuan baru yang bisa digali yang berbeda dari apa yang ada di kampusnya.

Terkait kesinambungan program MBKM ini di Prodi Pendidikan Kimia, Arif

Arif Sholahuddin

Anggota Tim Kurikulum MBKM Prodi Pendidikan Kimia

(16)

16 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 Sholahuddin menyatakan optimismenya, meski menyadari bahwa sesuatu yang baru sering disikapi dengan penolakan. “MBKM baru, mindset kita harus terbuka. Kalau tercapai tujuannya, ini akan mele-bihi apa yang kita lakukan (hasilnya –red). Hal yang dulu tabu, mahasiswa bisa ke-luar, dulu tidak mungkin. Program-prog-ram ini membuatnya mungkin,” jelasnya dengan menggebu.

Ia pun memaparkan, tantangan terbesar MBKM justru datang dari maha-siswa. “Saya kira di seluruh fakultas, bah-kan universitas, mahasiswa masih belum paham sepenuhnya. Mahasiswa masih adem, belum excited. Menjadi tugas prodi masing-masing memberi pemahaman kepada mahasiswanya,” pungkasnya. (alf)

MBKM di Jurusan P-IPS:

Dari Bina Desa

sampai Proyek Kemanusiaan

enyambut kebijakan MBKM Jurusan Pendidikan IPS FKIP ULM jauh-jauh hari sudah menyiapkan program-program unggulan dengan kekhasan konsentrasi keilmuan masing-masing. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan FKIP ULM, misalnya, memiliki beberapa program unggulan, baik yang sudah dilakukan maupun masih dalam tahap penjajakan dan perencanaan. Bebe-rapa program unggulan tersebut antara lain Pertukaran Mahasiswa dan Dosen sesama Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan antar-Perguruan Tinggi di Indonesia. Koordi-nator Program Studi (Koprodi) PPKn FKIP ULM, Mariatul Kiptiah mengatakan bah-wa program tersebut sudah dimulai dengan Penandatangan MoU dengan

Program Studi Pendidikan Kewargane-garaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Bahkan, untuk pertukaran mahasiswa sudah dilakukan, "Ada salah satu mahasiswa kami pada semester ini yang sudah menjadi mahasiswa pada mata kuliah tertentu di UPI Bandung," imbuh-nya.

Untuk program unggulan yang lain, seperti Asistensi Mengajar di Sekolah terpencil, Bina Desa terpencil serta Proyek Kemanusiaan bisa dilakukan dalam satu tempat yang sama dengan objek kajian yang berbeda. Selama ini pihaknya sudah melakukan penjajakan untuk melakukan kerja sama ke desa terpencil di provinsi Kalimantan Selatan untuk dijadikan seba-gai mitra dalam mengimplementasikan Kurikukum MBKM ini. Ia menambahkan, "Kami sudah melakukan survey lokasi

M

(17)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 17 desa yang akan dijadikan mitra yakni Desa

Patikalain dan Desa Papagaran Kec. Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah."

Bentuk kegiatannya berupa pembi-naan karakter peduli lingkungan bagi masyarakat di sana melalui berbagai

macam kegiatan penyuluhan. Di samping itu pihaknya juga akan melakukan proyek kemanusiaan dengan bentuk kegiatan melakukan perbaikan sekolah dan fasilitas yang rusak karena musibah banjir bebe-rapa waktu yang lalu, dan melakukan pemulihan mental anak-anak sekolah di sana agar tidak trauma atas kejadian banjir tempo lalu.

Sementara itu, Program Studi Pendi-dikan Ekonomi FKIP ULM memiliki dua program unggulan, baik yang sudah berjalan atau yang masih dalam tahap penjajakan dan perencanaan. Program tersebut terdiri dari Program Bina Desa.

Rahmatullah, Koordinator Prodi Pendi-dikan Ekonomi FKIP ULM, mengatakan, “Program Bina Desa ini sudah kami jalankan, sejauh ini pihak kami sudah memiliki dua desa binaan yang terletak di dua Kabupaten di Provinsi Kalimantan

Selatan, yakni Desa Pemakuan di Kabupaten Banjar dan Desa Salam Babaris di Kabupaten Barito Kuala. Bentuk pembinaan yang kami lakukan yakni dalam wujud memberikan pemahaman serta keterampilan masyarakat di sana agar bisa membuka peluang usaha mandiri, bisa dalam bentuk UMKM ataupun home industri," ungkap Rahmat.

Selain itu ada magang. "Program magang ini kami fokuskan mahasiswa ke arah dua sektor yakni sektor institusi dan swasta (perusahaan). Kalau mahasiswa yang magang di institusi, kami arahkan ke kantor desa atau kelurahan. Untuk mem-bantu permasalahan akuntansi di sana." Ujarnya.

Ia menambahkan bawa jika program ini masih dalam proses penjajakan dengan

Rahmatullah

Koprodi Pendidikan Ekonomi

Mariatul Kiptiah

(18)

18 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 beberapa perusahan industri agar maha-siswanya bisa juga mendapatkan penga-laman serta pembelajaran untuk magang di beberapa perusahan industri baik di Kalimantan Selatan maupun di luar Kalimantan Selatan.

Di Program Studi Pendidikan Sosio-logi, MBKM memiliki tiga program unggulan yakni Magang, Bina Desa dan Proyek Kemanuaiaan.

Program magang ini sudah berjalan. Sekretaris Prodi Pendidikan Sosiologi Sigit Ruswinarsihia mengatakan, tempat ma-gang bagi mahasiswanya diarahkan ke dinas sosial dan ke panti-panti sosial yang tersebar di Provinsi Kalimantan Selatan. Setidaknya sampai sekarang mahasis-wanya sudah ada yang magang di dinas sosial dan panti sosial di Kota Banjarmasin, Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar.

Tujuan program magang itu agar mahasiswa terampil dan mampu mem-bina dan mengelola perasaan agar bisa

selalu memiliki empati dan simpati kepada orang lain. Selain itu, agar mereka juga mampu membangun interaksi dan relasi yang baik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sedangkan Program Bina Desa dan Proyek Kemanusian sampai hari ini masih dalam tahap penjajakan melakukan survey untuk menentukan desa yang nanti akan dijadikan mitra dalam MBKM. Ia menam-bahkan, di dalam menentukan desa binaan yang akan menjadi mitra ini ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. Pertama, jarak. Akan lebih efektif jika jarak desa binaan bisa memiliki akses jalan yang gampang dituju. Selain itu, kegiatan Bina Desa dan Proyek Kemanusiaan juga harus melihat dan disesuaikan dengan anggaran

dana yang sudah dialokasikan dalam proses implementasi MBKM ini.

Bagaimana dengan program unggu-lan Program Studi Pendidikan Geografi dalam mengimplementasikan Kurikulum MBKM? Berbeda dengan dua program studi sebelumnya, Prodi Pendidikan

Deasy Arisanty

Koprodi Pendidikan Geografi

Sigit Ruswinarsihia

(19)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 19 Geografi lebih fokus pada Program Bina

Desa.

Program ini sudah sering dilakukan sebelum ada MBKM, dalam bentuk mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Tapi dengan adanya MBKM, program ini akan lebih terfokus dalam rangka meningkat-kan kemampuan akademik dan keterampi-lan mahasiswa.

Koordinator Prodi Pendidikan Geo-grafi Deasy Arisanty mengatakan, "Pada semester ini kami sudah melaksanakan program Merdeka Belajar Kurikulum Merdeka (MBKM) dengan program Bina

Desa. Sampai hari ini sudah ada enam desa yang merupakan desa binaan prodi kami yang terletak di dua kabupaten yang berbeda, yakni di Kabupaten Barito Kuala (ada lima desa, yakni Desa Lok Rawa, Terantang, Bangkit Baru dan Sungai Lumbah). Sementara itu di Kabupaten Banjar ada satu desa, yakni Desa Lok Baintan."

Ia menambahkan bahwa ada dua bentuk kegiatan dalam Program Bina Desa. Pertama sosialisasi dan pelatihan nai mitigasi bencana banjir. Kedua, menge-nai kewirausahaan. (rf/sh)

Vaksinasi Covid-19

Pertama di ULM

Dekan Chairil Faif Pasani

mendapatkan vaksinasi pertama

(20)

20 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021

etelah beberapa pendidik dan tenaga pendidikan

di lingkungan FKIP ULM terpapar Covid-19,

Dekan Chairil Faif Pasani segera berinisiatif

untuk menawarkan vaksinasi kepada dosen dan

tenaga kependidikan. Tawaran disambut

antusias. Ratusan orang telah mendaftar tetapi

baru sekitar 60 pendaftar yang dapat divaksin

pada Senin, 8 Maret 2021 di Aula Hasan Bondan.

"Ini ikhtiar kami agar pandemi tidak semakin meluas di fakultas ini. Ini harus kami lakukan karena kami melayani mahasiswa dari berbagai tempat," kata dekan yang juga ikut divaksin saat itu.

Dekan Chairil Faif Pasani awalnya agak ragu untuk melaksanakannya karena tidak ingin mendahului universitas. Namun, setelah dekan mendapatkan lampu hijau dari rektor, kesempatan itu segera diwujudkan.

S

Wakil Dekan II Imam Yuwono

(21)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 21 "Vaksinasi hari ini mungkin belum

mencapai 10 persen dari seluruh jumlah pendidik dan tenaga pendidikan di lingkungan FKIP ULM. Tapi, jika ada kesempatan lagi, kami akan terus upayakan," ujar dekan.

Wakil Dekan II Iman Yuwono yang mengoordinasikan kegiatan ini bersama Puskesmas Alalak Selatan, Banjarmasin juga ikut divaksin. "Dalam kerja sama ini, kami menyiapkan tempat, meja beserta perlengkapan komputer yang terhubung ke internet, dan konsumsi," ujar Imam.

Dokter Tim Vaksinasi Ella Isedora Simanjuntak menyatakan bahwa ini lembaga kedua yang bekerja sama dengan Puskesmas Alalak Selatan dalam vaksi-nasi. Menurutnya, tim terdiri atas bagian

registrasi, screening, penyuntikan, dan pemantauan pasca-penyuntikan.

(22)

22 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021

Pendaftaran

Pemeriksaan

Dekan Chairil Faif Pasani

Penyuntikan

(23)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 23

Lufna Bariroh

Mahasiswa

Berprestasi

2021

akil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dwi Atmono mengundang seluruh Koordinator Program Studi (Koprodi) di lingkungan FKIP ULM untuk menghadiri acara Pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat FKIP, Rabu, 17 Februari 2021. Setiap Koprodi diminta mengirim-kan satu mahasiswa ke ajang ini dengan

persyaratan:

mahasiswa S1 aktif dan terdaftar dalam PD-Dikti, maksimal semester empat, usia maksimal 22 tahun pada 1 Januari 2021, punya karya tulis ilmiah, nilai transkrip semester terakhir, melampirkan transkrip nilai dan KTM, serta sertifikat prestasi tahun 2020.

Dewan juri yang terdiri atas Rusma Noortyani (Prodi PBSI), Nina Permanasari (Prodi Pendidikan Bimbingan dan Konseling), Dian Agus Ruchliadi (Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewargane-garaan), Dini Noor Arini (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris), dan Mastur (Prodi Pendidikan Teknologi Pendidikan) menyeleksi sembilan peserta, yakni M. Wildan Firdaus dari Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Orchidea Annaysa A dari Pendidikan Sosiologi, Aulia Agustina dari Pendidikan Fisika, Deni Hermawan dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Lufna Bariroh dari Pendidikan Ekonomi, Nickita Anastasia Fadil dari Pendidikan Biologi, Wiwi Musriana dari Pendidikan IPS, Desy Alvina R dari Pendidikan Geografi, dan Jauhar Latipah dari Pendidikan Kimia.

(24)

24 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 Seleksi tahap awal dilakukan melalui sistem penilaian berdasarkan persyaratan umum, karya tulis ilmiah, ringkasan karya tulis ilmiah (bukan abstrak) berbahasa Inggris/ bahasa PBB lainnya, dan data prestasi/capaian yang diunggulkan dan dibanggakan. Pada seleksi tahap akhir peserta yang lolos seleksi tahap awal dinilai kembali berdasarkan: penilaian presentasi karya tulis ilmiah dan demo produk, penilaian presentasi dan diskusi topik khusus dalam bahasa Inggris/-bahasa asing PBB lainnya, dan wawancara wawasan umum, kepemimpinan dan klarifikasi terhadap prestasi/ capaian yang diunggulkan dan dibanggakan (penghar-gaan/pengakuan/rekam jejak yang rele-van) serta tes dan pengamatan kepriba-dian.

Lufna Bariroh dari Pendidikan Ekonomi terpilih sebagai juara I, Nickita Anastasia Fadil dari Pendidikan Biologi sebagai juara II, dan Deni Hermawan dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai juara III.

"Penghargaan tingkat fakultas ini bagi saya sangat berarti. Itu memberikan kekuatan bagi saya untuk menambah kontribusi pada bidang prestasi khususnya untuk FKIP dan ULM pada umumnya. Penghargaan ini membuat saya

semakin memiliki motivasi berkarya dan lebih optimis menuju hari-hari ke depan untuk berprestasi," ucap Lufna.

Meskipun IPK Lufna 3,79 saat mengikuti seleksi ini, ia berhasil mengungguli peserta lain karena pengala-man pengalapengala-man organisasi yang yang banyak tidak menghalanginya untuk ber-prestasi secara akademik. Selain itu, karya tulis yang Lufna bawakan lebih kekinian dan memanfaatkan teknologi.

Dwi Atmono menambahkan, "Tiga mahasiswa berprestasi ini adalah mahasis-wa di atas rata-rata yang mencapai prestasi baik kurikuler, kokurikuler mau-pun ekstrakurikuler sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan serta memiliki kepribadian yang baik. Selain mendapat-kan sertifikat, mereka juga amendapat-kan menda-patkan uang pembinaan dari fakultas." Pemenang Lomba Pemilihan Mahasiswa Berprestasi ditetapkan oleh Dekan Chairil Faif Pasani dengan Surat Keputusan Dekan FKIP Nomor 534/UN8.1.2/ KM/2021 tanggal 15 Februari 2021 di Banjarmasin.

Wakil Dekan III Prof. Dwi Atmono

Bersama Tim Juri Mawapres

(25)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 25

Dekan FKIP ULM Chairil Faif Pasani

Matematika dan Tantangan

yang Harus Ditaklukkan

emilih bidang studi matematika sebagai bi-dang yang didalami, bukan bidang ilmu lain, merupakan pilihan yang didasarkan pada pengalaman bahwa matematika selalu menantang. Menghadapi dan memecahkan masalah serta menyambut antusias tantangan, demikianlah internalisasi filosofi matematika yang mengendap dalam diri seorang Chairil Faif Pasani, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) periode 2019-2023. Menyukai matematika dan unggul dalam pelajaran itu sejak SD

membuat Faif memutuskan mendalami bidang ilmu ini di perguruan tinggi setelah tamat SMA.

Studi lanjut ke perguruan tinggi masih yang langka di lingkungan rumah

tinggalnya di Rantau saat itu. Perempuan dan lelaki biasa dikawinkan setelah tamat SD atau SMP. Namun, Faif tidak berasal dari keluarga biasa. Ayah dan ibu

(26)

26 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 dididik oleh kakek nenek yang punya visi hidup progresif. Faif kecil biasa belajar sambil ditunggui sang ayah, dan nenek dari pihak ibunya selalu mengecek kema-juan pendidikannya jika berkunjung ke ru-mah. Kakeknya sendiri adalah salah satu ulama pejuang di wilayah Banua Anam.

Tak lama setelah menamatkan pen-didikan di Gontor, kakek Faif melan-jutkan menimba ilmu ke Mekah. Setelah pulang, kakeknya berdakwah, dan cukup keras menyuarakan perlawanan terhadap penja-jah Belanda. Itu sebabnya sang kakek dan istri akhirnya harus hidup bergerilya agar bisa selamat dari penangkapan penjajah. Pejuang dan penuntut ilmu, dua hal itulah yang menjadi warisan keluarga besarnya. Warisan yang akhirnya membentuk karak-ter dirinya di kemudian hari.

Optimisme hidupnya bersumber da-ri pengalaman getir yang pernah ia alami pada masa silam. Awalnya, Faif kecil suka berniaga. Sejak kecil dibiasakan untuk itu. Ibunya menggoreng kacang dan menyu-ruh menjualnya saat kecil. Karena kesu-kaan pada perniagaan itulah saat sudah menjadi dosen, Faif pernah mencoba bisnis penjualan voucher, sangat populer saat itu karena banyak dan mudahnya uang yang bisa didapatkan. Tapi bisnis seperti itu memang tidak rasional sejak awal, akhir-nya ia tertipu hingga ratusan juta. Masa-masa yang sungguh berat tapi memberi-kan banyak pelajaran.

Pengalaman itu membuat Wakil Dekan II (Bidang Umum dan Keuangan) FKIP ULM (2016-2019) ini kemudian lebih hati-hati berbisnis. Prinsip rasionalitas, kesesuaian dengan aturan, dan keberka-han menjadi kunci untuk bisnis yang sehat. “Tapi saya tetap berbisnis karena saya suka. Sama seperti saya menyukai tanta-ngan apapun.”

Berkenaan dengan tantangan ini, Faif bisa saja menjadi dosen biasa, melakukan tridharma sesuai tuntutan kewajiban sebagai seorang dosen. Jika sampai di situ saja, tak ada masalah karena demikianlah kewajiban yang diharapkan dari profesi-nya sebagai dosen. Namun, ia memilih untuk melakukan lebih dari itu. Sejumlah jabatan diemban, mulai dari sekretaris Program Studi (Prodi) Pendidikan Mate-matika (2001-2003), Sekretaris Labora-torium PMIPA (2003-2007), Sekretaris Jurusan PMIPA (2007-2011), dan Ketua Jurusan PMIPA (2011-2015), Wakil Dekan Bidang umum dan keuangan tahun 2016-2019, dan sekarang sebagai Dekan FKIP ULM.

“Selain karena menyukai tantangan, saya selalu teringat kata-kata Bung Tomo dari sebuah buku milik Bapak saya, ‘Apa yang bisa kamu berikan pada negeri ini, bukan apa yang negeri ini berikan pada-mu’. Belakangan saya tahu kata-kata itu milik salah satu presiden Amerika Serikat (JFK). Kata-kata itulah yang selalu meng-gerakkan saya untuk berkontribusi maksi-mal. Jabatan adalah kerja-kerja untuk men-jadikan segala sesuatunya lebih baik,” ung-kapnya.

Meski demikian, pada realitasnya memangku jabatan tak sesederhana niat untuk bekerja dan berkontribusi semata, selalu ada potensi konflik, potensi pene-rimaan dan penolakan, dan tentu saja, potensi masalah. “Saat menjabat Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, saya sadar saya bukan tokoh populer. Saya dapat mengatakan bahwa saya cukup di-siplin dan ketat untuk masalah keuangan, dan itu bukan pilihan yang akan mem-populerkan saya.”

Pun saat akhirnya memutuskan maju dalam pemilihan Dekan FKIP periode 2019

(27)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 27 -2023, Faif merasa tak memiliki beban

apa-pun dan sadar ketidakpopulerannya sela-ma menjadi wakil dekan berekses pada hasil pemilihan, sehingga ketika kalah dua suara dari kandidat yang lain, ia tak terlalu ambil pusing. Setelah pemilihan, ia bahkan memilih fokus pada pekerjaan sebagai wa-kil dekan, mengikuti pelatihan manaje-men perguruan tinggi di Utah State Uni-versity, Amerika Serikat. “Orientasi saya adalah menyelesaikan kewajiban.”

Komitmen pada pekerjaan itulah yang diketahui Faif menjadi alasan menga-pa menga-pada akhirnya rektor memutuskan me-milihnya sebagai dekan FKIP ULM meski pemilihan di tingkat fakultas dimenang-kan dimenang-kandidat yang lain. Pemilihan Dedimenang-kan sendiri, sejalan dengan pemilihan jabatan kepemimpinan fakultas dan universitas, harus beracuan pada aturan baru tentang keterlibatan penjabat yang lebih tinggi (rektor) dari jabatan tersebut sebagai pemi-lik hak prerogatif untuk memilih dan mengangkat.

Setelah menjabat sebagai dekan, energi yang dibutuhkan semakin besar, tantangan harus bisa ditaklukkan dan berbagai persoalan harus bisa dipecahkan. Ada banyak hal yang ingin ia lakukan untuk FKIP ULM. “Saya ingin sarana dan prasarana di FKIP tercukupi,” tegasnya. Dengan bersemangat, Dekan FKIP ULM ini menceritakan harapannya untuk renca-na pembangurenca-nan gedung PPG yang men-jadi pusat pembelajaran mikro.

Selain itu, ia juga berharap budaya kerja di lingkungan FKIP ULM baik terkait kinerja dosen, mahasiswa, maupun tendik, akan lebih berkualitas. “Misalnya, dalam

membuat proposal penelitian dan pengabdian, tidak asal-asalan. Makanya, kita melakukan proses seleksi. Proposal yang kita ajukan ke pusat pun untuk hibah, kita review. Tidak kita biarkan apa adanya. Program terbaru untuk efisiensi kerja berupa digitalisasi surat, baru saja kita luncurkan.”

“Hal lain yang menjadi keinginan saya untuk FKIP ULM ke depan adalah menjadikan fakultas kita sebagai fakultas yang menjadi referensi di Kalimantan, menjadi pelopor, menjadi panutan.” Ia menceritakan bahwa di lingkaran Forum Komunikasi Pemimpin FKIP Seluruh Indonesia, FKIP ULM telah membangun reputasi yang baik. “Kita menjadi kampus pertama yang menjalani akreditasi PPG karena kita tidak menolak sementara kampus lain mencoba mengulur waktu. Asesor pun menyatakan apresiasinya terhadap kepeloporan itu.”

Meski fokus dalam menjalankan amanah, bukan berarti semua berjalan bebas hambatan seperti jalan tol, karena seperti sudah sama-sama diketahui, tak mungkin semua orang menyukai kita. Dekan FKIP ULM ini juga dikritik karena dianggap tidak cukup akomodatif.

“Saya berusaha bersikap akomodatif. Saat ingin merangkul semua orang, persoalannya adalah, tak semua orang mau dirangkul. Kami, saya dan jajaran dekanat lainnya tak sekali dua mengalami penolakan ketika meminta keterlibatan berbagai pihak untuk sebuah pekerjaan, proyek atau yang lainnya. Tapi kami akan tetap berusaha merangkul.” (Alf)

(28)

28 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021

Lulusan Terbaik

Yudisium Masa Pandemi

ebanyak 309 mahasiswa Program S1 secara resmi dinyatakan lulus dalam Yudisium FKIP ULM, 29 Januari 2021. Kepala Subbagian Akademik, Akmil menyatakan bahwa yudisium pada masa pandemi ini masih tanpa upacara pelepasan karena dekan belum meng-izinkan. Oleh karena itu para peserta yudisium mendapatkan Surat Keterangan Lulus dan gordon melalui operator Prodi masing-masing.

Peserta yudisium terbanyak pada yudisium ini berasal dari Prodi Pendidikan Biologi, sebanyak 34 mahasiswa. Sedang-kan yang paling sedikit dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sebanyak dua mahasiswa.

Predikat tiga lulusan terbaik tingkat FKIP ULM kali ini diraih oleh Muhammad Fitri dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,901 dari Prodi Pendidikan Sejarah. Peringkat kedua diraih oleh Latifah (IPK 3,898) dari Prodi Teknologi Pendidikan, dan peringkat ketiga oleh Aliya Ulfah (IPK 3,892) dari Prodi Pendidikan Matematika. Masa studi ketiganya selama 3,5 tahun.

"Saya sangat bersyukur sekali bisa menjadi yudisium terbaik dan jujur sebelumnya saya tidak menyangka bisa menjadi yang terbaik. Meskipun sebenar-nya harapan saya kemaren yudisium bisa dilaksanakan secara tatap muka, akan tetapi saya tetap bersyukur sudah bisa sampai pada titik ini dan memang masih dalam suasana pandemi Covid-19

sehing-ga pelaksanaan yudisium tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka," kata

Muhammad Fitri.

Ketua Departemen Situs Sejarah di Borneo Historical Community ini meng-aku

bahwa banyak

tantangan yang ia alami selama

S

Muhammad Fitri

Prodi Pendidikan Sejarah

(29)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 29 belajar daring di masa pandemi ini. Salah

satunya yaitu penyesuaian pembelajaran daring yang menggunakan berbagai aplikasi seperti Zoom, Classroom, dan Google Meet. Aplikasi-aplikasi tersebut sebelumnya jarang dan belum pernah ia gunakan sebelum pandemi, sehingga ia harus belajar dan melakukan penyesuaian. Dia mengatasinya dengan belajar secara otodidak melalui Youtube, sampai ia bisa mempelajari berbagai fitur di aplikasi ter-sebut.

Penulis skripsi Nilai-Nilai Religi dan

sosial dalam Tradisi Manopeng pada Masyarakat Banyiur Kelurahan Basirih Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin Tahun

2010-2020 ini menceritakan bahwa topik

skripsinya mengisi kelangkaan penelitian tentang nilai religi dan sosial Tradisi Manopeng di Banyiur. Selain itu, Tradisi Manopeng merupakan satu-satunya tradi-si topeng yang hingga saat ini terus dilaksanakan di Kota Banjarmasin. Hal itulah yang membuatnya termotivasi dan tertatik untuk meneliti secara lebih mendalam perihal nilai-nilai religi dan sosialnya. Dia berharap hasil penelitiannya dapat bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya dan khususnya bagi pendidikan sejarah. Terutama pada mata kuliah Sejarah Kebudayaan. (sh)

Prodi IPS Peduli

wal tahun 2021 menjadi tahun duka bagi Kalimantan Selatan karena dilanda banjir terbesar sepanjang sejarah. Ribuan orang mengungsi. Sebagian wilayah tetap tergenang sampai Februari. Banyak pihak terpanggil untuk meringankan penderitaan para korban. Program Studi di FKIP ULM yang tampak paling aktif melakukan gerakan peduli korban banjir adalah Prodi IPS. Oleh karena itu, redaksi (SH) mewawancarai Koprodinya Ersis Warmansyah Abbas (EWA)

Redaksi: Tidak semua Prodi di ULM dan

FKIP yang memiliki gerakan peduli Banjir seperti yang dilakukan Prodi IPS. Selain tampak masif, gerakannya pun berkelanjutan. Apa visi yang menjadi dasar gerakan dan misi yang ingin dicapai?

EWA: Bagi prodi IPS gerakan berbagi sebagai aplikasi mempelajari teori-teori sosial, khususnya keempatian sosial yang harus diaplikasikan mahasiswa. Sesung-guhnya bukan hal baru. Sebab, setiap ada petaka sosial di Indonesia mahasiswa Pendidikan IPS menggalang dana dan menyalurkan. Nah, petaka banjir di Banua sesuatu yang tidak diduga-duga dan

mereka pada hari pertama menggalang dana dan langsung menyalurkan. Ter-lepas, dari banyak yang disalurkan.

Prodi melihat kesungguhan mahasis-wa dan membantu asal mahasismahasis-wa naik level dalam pengelolaan bencana. Melalui "kursus" singkat manajemen bencana, saya yakin mereka mampu melaksanakan. Lagi pula, bagi Prodi IPS ini kesempatan yang tepat untuk menbeking kegiatan mahasis-wa. Begitulah, kami bersepakat. Mahasis-wa menyurvey, membuat rencana, ber-belanja sesuai apa yang diperlukan. Saya dan dosen-dosen membantu dengan menghubungi teman-teman: saya me-WA

(30)

30 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021 5 orang teman, ya lima orang saja, semuanya bukan dari Kalsel: mohon bantuan. Mereka membantu. Kenapa membantu?

Saya ingin mahasiswa mempunyai bekal yang bagus atas keempatian sosial. Ketika saya posting, respons teman-teman mencengangkan, sampai ada yang ditolak mengingat mahasiswa harus kuliah, mengutamakan hal pokok. Persediaan bisa sampai tanggal 28 Februari cukup dari permulaan 17 Januari 2021. Intinya: memantapkan keempatian sosial mahasis-wa Pendidikan IPS dengan malakukan. Redaksi: Gerakan ini selaras dengan salah

satu kegiatan belajar dalam kebijakan MBKM, Merdeka Belajar Kampus Merdeka, yakni proyek kemanusiaan. Apakah di Prodi IPS sudah terbentuk kelompok-kelompok untuk menyambut kebijakan baru itu?

EWA: Ya, kami mempunyai beberapa divisi: Divisi Kebudayaan Sungai, Divisi Pariwisata, Divisi Pembelajar, Divisi bisnis dan divisi "Kemitraan Pendidikan IPS-Kecamatan Kertak Hanyar" ... Oh ya, kami menggalang kerja sama mendirikan "Kelurahan Kemitraan" dan ini dimulai dari penelitian dosen bersama mahasiswa sejak tahun 2019 di mana kami bekerja sama dengan Pemko Banjarmasin meneliti 54 titik destinasi wisata yang menjadi skripsi mahasiswa dan tulisan di berbagai jurnal.

Soal menyambut kebijakan baru, kiranya selaras sebab, sejak awal kami sudah bekerjasma dengan berbagai pihak, bahkan dengan Kenfood di Jakarta dan berbagai perusahaan lainnya. Cocok saja apa yang kami gagas sebelumnya.

Nah, soal gerakan berbagi, inti rohnya dalam arti, berbagi dipahami bukan dengan uang saja. Mahasiswa membantu kelurahan yang dalam bahasa kampus magang, ya itu berbagi. Begitu juga aksi serupa. Dengan kata lain,

memberikan ruang kepada mahasiswa untuk merdeka belajar. Kami menamakan "laboratorium sosial", ya dalam galangan mahasiswa-masyarakat dalam aksi nyata Redaksi: Saat terjadi bencana, seringkali aksi

peduli muncul secara spontan sehingga kadang bisa mengurangi kepercayaan publik untuk berdonasi. Apa kelebihan gerakan peduli yang dimotori mahasiswa daripada pihak lain, terutama dalam menjaga kepercayaan donatur?

EWA: Kita buat rencana, lakukan aksi, kita laporkan, apakah melalui media sosial atau kepada yang berdonasi ... sederhana ... banyak orang baik di republik ini ... Nah, soal kelebihan apa yang dilakukan Pendidikan IPS kami tandaskan: Ini media pembelajaran bagi mahasiswa ... bukan gagah-gagahan ... donator bersemangat. Kami menolak 1000 paket setara Rp.150 juta. Kenapa? Mahasiswa berkewajiban utama kuliah ... Donator OK.

Begitulah, kalau "diblejeti" agak susah juga rasionalnya, tetapi saya melihat prinsip "pembelajaran bagi mahasiswa" ... semua kami didonasii Rendang Padang, produk bergensi kuliner Nusantara 100 pack ... eit, donator bilag: Tambah 1000 ya, biar banyak yang merasakan ... It's a trust Redaksi: Dalam gerakan Prodi IPS Peduli

Banjir tahun ini, berapa banyak titik yang dicapai? Apa dasar keputusan penetuan sasaran penyaluran?

EWA: Nah pada awalnya 20 titik, tetapi itu berkembang. Titik tersebut juga berkem-bang. Ada survey. Misal, hari ini (13/2/2021) kita ke Kurau, karena berkolaborasi dengan Pemkab Tala, juga Forum Rektor Indonesia, Dharma Wanita ULM dan RBP. Menyangkut banyak orang. Survey mahasiswa sejak seminggu lalu, dilapis dengan survey dosen. HIMA IPS mengandeng Ormawa ULM. Senangnya melihat mereka berandengan berbagi, berempati. Untuk masyarakat lingkungan ULM dan pegawai ULM terdampak,

(31)

Edisi 01, Januari-Maret 2021 Majalah FKIP ULM │ 31 minggu lalu mengajak HIMA-HIMA

Se-FKIP berbagi. Seru.

Intinya: menerapkan prinsip-prinsip penelitian yang dipelajari mahasiswa di bangku kuliah. Ternyata mahasiswa itu hebat. Dosen tidak dibenarkan mencam-puri urusan mahasiswa, termasuk dosen muda yang mendampingi di lapangan. Dosen membantu. Cepat mereka belajar mengurus transportasi, mendatangi pe-tinggi Pemerintah Kabupaten dan Kota. Dosen memantau di belakang (tertawa) Redaksi: Apakah gerakan empati sosial seperti

ini bisa diangkat menjadi topik penelitian di Prodi IPS?

EWA: Ya, kami sedang melakukan, dan juga sebenarnya, ranah pengabdian kepada masyarakat.

Redaksi: Setelah melihat dampak banjir

secara lansung, pelajaran sosial apa yang bisa ditarik agar bencana serupa bisa dihindari?

EWA: Wadoh ini masalah intinya: ke depan kita harus lebih arif bekehidupan dengan alam ... ini sebenarnya tema besar penelitian Prodi IPS sejak awal: Local

wisdom yang kami kunci dengan Ethnopedagogy. Hal praktisnya: kita

memerlukan manajemen kebencanaan yang menjawab, siap tidak siap harus siap. Kalau soal kerusakan alam dan hal terkaitnya, bukan bidang dan garapan Pendidikan IPS (tertawa). Perhatikan: kami tidak memakai plastik, kami memakai purun sebagai wadah. Itu pesan sosial juga.

Prof. Ersis Warmansyah Abbas

Bersama Tim Prodi Pendidikan IPS Peduli

(32)

32 │ Majalah FKIP ULM Edisi 01, Januari-Maret 2021

FKIP ULM

Unggul

Berdaya Saing

Berkarakter

majalah.fkip@ulm.ac.id

Program studi berakreditasi A:

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini ▪ Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik ▪ Pendidikan Biologi ▪ Pendidikan Sosiologi Antropologi ▪ Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ▪ Pendidikan

Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi ▪ Pendidikan Sejarah ▪ Pendidikan Ekonomi ▪ Pendidikan Bahasa Inggris ▪ Pendidikan Bimbingan Konseling

Program studi berakreditasi B:

Pendidikan IPA ▪ Pendidikan Ilmu Komputer ▪ Pendidikan IPS ▪ Pendidikan Teknologi Pendidikan ▪ Pendidikan Matematika ▪ Pendidikan Geografi ▪ Pendidikan Luar Biasa ▪ Pendidikan Guru Sekolah

Dasar ▪ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ▪ Pendidikan Fisika ▪ Pendidikan Kimia

Program studi dalam proses akreditasi:

Pendidikan Profesi Guru

16888

Alumni

sampai

2020

10375

Jumlah

mahasiswa

2020/2021

A

Akreditasi 10 Prodi

281

Dosen

14

Guru Besar

21

Prodi

2277

Mahasiswa Baru 2020/2021

88

Dosen

Studi S3

5

Jurusan

https://majalahfkipulm.com

Referensi

Dokumen terkait