• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

Yuni Nur Faridah1 dan Retno Tri Hariastuti2

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan strategi pengubahan pola berpikir dalam mengurangi kecemasan siswa dalam mengemukakan pendapat. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-eksperimen berupa one group pre-test dan post-test design. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket tertutup dengan pilihan jawaban check list yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam mengemukakan pendapat. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 siswa yang memiliki kategori tinggi pada kecemasan dalam mengemukakan pendapat. Teknik analisis yang digunakan adalah uji tanda. Hasil analisis uji tanda menunjukkan perbedaan antara pre-test dan post-test. Hasil perhitungan diperoleh X = 0 dan N = 6, didapat P = 0,016. Harga ini lebih kecil dari 0,05 dengan demikian penggunaan strategi pengubahan pola berpikir menunjukkan perbedaan yang positif yaitu menurunnya tingkat kecemasan dalam mengemukakan pendapat pada siswa setelah diberikan perlakuan.

Kata kunci: pengubahan pola pikir, kecemasan, mengemukakan pendapat

Pendahuluan

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan peran komunikasi terutama dalam hal mengemukakan pendapat, dimana hal ini sangat penting dan mutlak diperlukan sebagai penambah dan pengembang kemampuan siswa.

Sebuah proses belajar mengajar mengutamakan dialog antara siswa dan guru. Namun dalam pelaksanaannya hanya guru yang aktif menjelaskan, dan siswa cenderung pasif. Agar kita dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat secara lisan sangat

1)

Alumni prodi BK FIP Unesa

2

(2)

besar artinya. Kesempatan ini juga dapat menjadi latihan untuk siswa dalam mengemukakan kritik yang konstruktif dan dapat juga digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan, dimana hal ini menuntut siswa untuk membuat dan mengajukan pendapat-pendapat mengenai suatu topik atau permasalahan. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka, siswa dapat mengemukakan gagasan dari berbagai informasi dengan mendeskripsikan keputusan dan mengajukan permasalahan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru Bimbingan Konseling disalah satu sekolah maka dapat diketahui bahwa siswa mengalami kecemasan dalam mengemukakan pendapat dan hal ini juga diperkuat oleh keterangan guru mata pelajaran bahwa siswa lebih cenderung pasif. Ketika guru memberikan latihan tertulis pada siswa, siswa mampu untuk mengerjakannya, namun ketika latihan tersebut diberikan dalam bentuk lisan, siswa lebih memilih untuk diam. Respon yang juga ditunjukkan oleh siswa pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, ide dan gagasannya yaitu siswa masih terlihat takut, gugup, gelisah, dan berkeringat dingin. Reaksi tersebut terjadi karena siswa beranggapan bahwa pendapatnya akan salah dan akan dimarahi guru. Siswa takut dianggap sebagai pembangkang, dan diremehkan oleh guru dan teman-temannya, serta malu dipandang ketinggalan dari siswa yang lain dalam hal merespon materi yang diberikan oleh guru.

“Kecemasan timbul karena situasi belajar yang menekan” (Slameto, 1995: 185). Menurut Kidman (dalam Susetyo, 1992: 9), “orang yang menderita kecemasan mengalami suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan ditandai dengan ketegangan, kegugupan, debaran jantung, dan ketidakmampuan bicara.”

Oleh karena itu, untuk membimbing serta membantu siswa dalam mengubah pola pikir agar mereka dapat lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya, maka diperlukan cara yang tepat untuk menanganinya. Pemberian strategi pengubahan pola berpikir merupakan strategi yang cocok untuk mengurangi kecemasan siswa dalam mengemukakan pendapat yang disebabkan oleh pola berpikir yang negatif. Strategi pengubahan pola berpikir memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan konseli yang tidak rasional. Strategi pengubahan

(3)

pola berpikir menggunakan asumsi bahwa respon-respon perilaku dan emosional yang tidak adaptif dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, dan persepsi atau kognisi konseli. Prosedur ini membantu konseli untuk menetapkan hubungan antara persepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya. Dalam mengidentifikasi persepsi atau kognisi yang salah atau menyalahkan diri, serta mengganti persepsi atau kognisinya yang salah dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri (Cormier dan Cormier, 1985).

Pembahasan

Pengertian kecemasan dalam mengemukakan pendapat adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern tubuh sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman sehingga mengakibatkan gemetar, telapak tangan berkeringat, detak jantung lebih cepat, gugup, ketidakmampuan berbicara, tegang, sulit berkonsentrasi, serta rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda ketika menyatakan, memaparkan, menerangkan, menguraikan, hasil pikiran atau perkiraan dengan menghubungkan antara tanggapan, pengertian yang satu dengan yang lain yang dinyatakan dalam kalimat atau kata-kata.

Adapun gejala kecemasan yang dikmukakan oleh Zakiah Darajat (1996) antara lain: a) gejala fisik, yaitu ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, keringat bercucuran, pukulan jantung cepat; b) gejala mental atau psikis yaitu perhatian kurang terpusat, hilang kepercayaan diri, sangat takut, tidak berdaya atau rendah diri. Sedangkan menurut Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) mengemukakan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal, antara lain: a) manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan menimpa; b) perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar; c) perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan

(4)

detak jantung, respirasi, ketegangan otot, dan tekanan darah; c) afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang berlebihan. Adapun juga tanda-tanda kecemasan yang dikemukakan oleh Priest (2001) yaitu: debaran-debaran, gemetar, ketegangan-ketegangan, keringat, serta gugup. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda kecemasan antara lain: gemetar, keluar keringat, tangan dan kaki dingin, detak jantung cepat, diare, sering kencing, tegang, nafas pendek, mulut menjadi kering, takut, gugup, tidak dapat berkonsentrasi, serta kurang mampu berbicara dengan lancar.

Menurut Frank Tallis yang diterjemahkan oleh Meitasari Tjandrasa (1992:09) bahwa rasa cemas muncul disebabkan oleh situasi tertentu yang dianggap sebagai ancaman karena mengandung satu atau lebih banyak kemungkinan yang buruk, sehingga hal tersebut dapat menghambat pengambilan keputusan dan membuat seseorang tidak dapat mencapai prestasi yang baik. Sedangkan Menurut Savitri Ramaiah (2003) ada 4 faktor utama yang mempengaruhi kecemasan antara lain; a) lingkungan, lingkungan atau tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir tentang diri sendiri ataupun orang lain, hal ini bisa saja disebabkan pengalaman dengan keluarga; b) emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam hubungan personal; c) sebab-sebab fisik, pikiran dan tubuh senantiasa berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan; d) keturunan, sekalipun gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga-keluarga tertentu, ini bukan merupakan penyebab penting dari kecemasan karena dapat ditimbulkan oleh konflik-konflik emosional, frustasi-frustasi dan ketegangan-ketegangan batin yang dalam situasi tertentu dianggap sebagai ancaman yang banyak mengandung kemungkinan-kemungkinan buruk.

Siswa mengalami kecemasan dalam mengemukakan pendapat dikarenakan mempunyai pikiran-pikiran negatif, seperti: siswa takut jawabannya salah dan dimarahi oleh guru, ditertawakan oleh teman-temannya, dianggap sebagai pembangkang, diremehkan oleh guru dan teman-temannya, serta malu dipandang ketinggalan dari siswa yang lain. Pola berpikir negatif yang menimbulkan kecemasan sangat mengganggu proses belajar, sehingga diperlukan suatu

(5)

penanganan agar siswa lebih aktif dan tidak cemas dalam mengemukakan pendapat.

Alternatif bantuan yang diberikan pada siswa yang mengalami kecemasan yaitu strategi Pengubahan Pola Berpikir. Pada strategi ini dilakukan analisis terhadap pikiran-pikiran klien dalam situasi yang mengandung tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan, pengenalan dan latihan pada coping

thought yaitu pernyataan yang menanggulangi, pindah dari pikiran-pikiran negatif

ke coping thought. Sehingga dengan diketahuinya pikiran-pikiran negatif yang menimbulkan kecemasan dan diubah dengan pikiran yang menanggulangi maka kecemasan yang dialami oleh klien akan berkurang dan atas keberhasilan yang dicapainya, klien mampu membuat penguat positif pada dirinya sendiri karena pernyataan diri positif ini adalah untuk membantu klien menghargai setiap keberhasilannya. Klien juga diberikan tugas rumah agar pada akhirnya mampu untuk menggunakan strategi Pengubahan Pola Berpikir kapanpun diperlukan dalam situasi yang menekan. Tugas rumah ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mempraktekkan keterampilan yang diperoleh dalam menggunakan coping thought dalam situasi yang sebenarnya.

Berdasarkan hasil analisis tes awal (pre-test) maka dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami kecemasan pada kategori tinggi dalam mengemukakan pendapat ada enam siswa. Kecemasan siswa dalam mengemukakan pendapat tersebut dikarenakan siswa mempunyai pikiran-pikiran yang negatif seperti, siswa takut jawabannya salah dan dimarahi guru, ditertawakan oleh teman-temannya, dianggap sebagai pembangkang, diremehkan oleh guru dan teman-temannya, serta malu dipandang ketinggalan dari siswa yang lain. Selanjutnya siswa yang terkategori memiliki kecemasan tinggi diberikan alternatif bantuan berupa strategi Pengubahan Pola Berpikir yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dalam mengemukakan pendapat. Sehingga siswa dilatih untuk mampu mengenali dan menghentikan pikiran-pikiran negatifnya atau cara berpikir mereka yang salah dengan mengubahnya pada pikiran-pikiran yang lebih positif atau pikiran yang lebih rasional. Dalam pelaksanaan strategi Pengubahan Pola Berpikir dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dan setelah pemberian strategi Pengubahan Pola Berpikir siswa diberi angket kembali untuk mengukur

(6)

ulang tingkat kecemasan dalam mengemukakan pendapat. Dari hasil post-test yang dilakukan diperoleh penurunan tingkat kecemasan dalam mengemukakan pendapat. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan skor yang diperoleh masing-masing siswa berbeda, karena mereka mempunyai tingkat konsentrasi yang berbeda pula.

Hasil penelitian ini didukung dengan teori Cormier dan Cormier (dalam Nursalim dkk, 2005:48) strategi Pengubahan Pola Berpikir merupakan salah satu strategi yang membantu klien untuk menetapkan hubungan antara persepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan untuk mengidentifikasi persepsi atau kognisi yang salah atau menyalahkan diri, dan mengganti persepsi atau kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri. Menurut Khairul Barriyah (2008) strategi Pengubahan Pola Berpikir adalah strategi yang membantu klien untuk mengubah cara berfikir mereka yang salah dengan pikiran yang rasional. Adapun juga teori menurut Beck (dalam Kairul Bariyyah, 2008) strategi Pengubahan Pola Berpikir adalah proses menemukan serta menilai kognisi seseorang dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistis. Menurut Ellis (dalam Nursalim dkk, 2005:47) strategi Pengubahan Pola Berpikir merupakan strategi yang memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan klien yang tidak rasional. Strategi Pengubahan Pola Berpikir menggunakan asumsi bahwa respon-respon perilaku dan emosional yang tidak adaptif dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, dan persepsi (kognisi) klien.

Setelah diberikan strategi pengubahan pola berfikir, maka dapat diketahui bahwa siswa awalnya mengalami kecemasan dalam mmengemukakan pendapat, menjadi lebih rileks pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, ide dan juga gagasannya.

Penutup

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik non parametrik dengan uji tanda untuk membandingkan pre-test dan post test. Dari analisis tersebut diperoleh N = 6 dan X = 0, di mana N adalah jumlah subyek penelitian dan X adalah banyaknya tanda yang lebih sedikit. Tabel nilai binomial

(7)

menunjukkan bahwa untuk N = 6 dan X = 0 adalah sebesar 0,016 dan harga ini lebih kecil dari pada = 0,05. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan siswa dalam mengemukakan pendapat antara sebelum dan sesudah penggunaan strategi pengubahan pola berpikir. Perbedaan tersebut menunjukkan hal yang positif karena tingkat kecemasan dalam mengemukakan pendapat lebih rendah sesudah penggunaan strategi pengubahan pola berpikir diterapkan. Dengan demikian penggunaan strategi pengubahan pola berpikir efektif untuk mengurangi kecemasan dalam mengemukakan pendapat.

Daftar Rujukan

Bariyyah, Khairul. 2008. Teknik Penataan Ulang Skema Pikiran.

(http://Lintaskonseling.blogspot.com/2008/11/teknik-penataan-ulang-skema-pikiran.html, Diakses tanggal 16 November 2008).

Canley, Terry. 2008. Keluhan dan Gejala Umum yang Berkaitan dengan

Kecemasan. (online). (http//www. Yakita. Or.id/kecemasan.htm, diakses

15 Desember 2008).

Cormier, W.H & Cormier, L.S. 1985. Interviewing Strategies for Helpers, Monterey California: Brooks/ Cole Co.

Darajat, Zakiah. 1996. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. Kagan, J dan Havermann, E. 1980. Psychology: An Intraductian(4th ed)

Prasetyono, Dwi Sunar. 2007. Metode Mengatasi Cemas dan Depresi. Yogyakarta: Oryza.

Rogers, Natalie. 1997. Berani Berbicara di Depan Umum. Lala Herawati D. Penerjemah. Bandung: Nusa Cendekia.

Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Rogers, Natalie. 1997. Berani Berbicara di Depan Umum. Lala Herawati D. Penerjemah. Bandung: Nusa Cendekia.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non Parametrik; Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.

(8)

Tallis, Frank. 1991. Mengatasi Rasa Cemas. Meitasi Tjandrasa, penerjemah. Jakarta: Arcan.

Referensi

Dokumen terkait

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu sentra penghasil sayuran terbesar di Kota Medan.Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terdapat

Pada uji multivariat, ditemukan variabel yang meme- ngaruhi sikap konkordansi pasien TB paru, hipertensi, dan asma di RSUD Kota Mataram yang antara lain adalah variabel

Kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut harus ditunjukkan dan dibuktikan oleh perusahaan agar memberikan kesan kepada pelanggan pada saat memberikan pelayanan, karena

(2009) yang menemukan penurunan yang signifikan terhadap body mass index (BMI), LDL kolesterol, dan tekanan darah, setelah diberikan latihan yoga dan meditasi selama 3

Asuransi Jiwa Syariah Al Amin Bandar Lampung telah menerapkan dengan baik strategi pemasaran dalam meningkatkan penjualan polis pada produk syariah pembiayaan dengan

Pelaksanaan pembinaan oleh Warga Binaan yang berada dalam Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta, yang keseluruhannya merupakan terpidana tindak pidana akan penyalahgunaan

Kegiatan pelatihan yang diikuti bidan desa belum dapat dibiayai oleh dinas kesehatan dan pelatihan antenatal care (ANC) belum pernah dilakukan. Pelaksanaan supervisi