• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG F TEKNOLOGI MATERIAL DAN POLIMER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIDANG F TEKNOLOGI MATERIAL DAN POLIMER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BIDANG F

TEKNOLOGI MATERIAL DAN POLIMER

F-1. Peningkatan Mutu Produk Kerajinan Kayu Melalui Proses Pengeringan Dengan Oven

Sukundayanto dan Dwi Suheryanto, Balai Besar Kerajinan dan Batik, Badan

Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Peridustrian Republik Indonesia,

Jl Kusumanegara No.7 – Telp (0274) 546111, 546222, 546222; Fax. (0274) 543582,

E-mail: dwilasmin@yahoo.com

F-2. Performance (Unjuk Kerja) Mesin Ekstrusi Twin Screw Untuk Pembuatan Material

Wood Komposit Berbasis Pada Polimer Polipropilen

Hendro Sat Setijo Tomo, Saeful Rochman, Heru Santoso, Wawas

Swathatafrijiah, Balai Pengkajian Teknologi Polimer, BPP Teknologi, Puspiptek,

Cisauk, Tangerang, Telp : 021(75872032), Fax : 021(7560057), E-mail :

satsetijo@yahoo.com

F-3

Depolimerisasi Kitosan Dengan Menggunakan Pereaksi HNO

2

Bambang Srijanto

(1)

, Masduki

(2)

, Purwantiningsih

(2)

,

(1)

Pusat Pengkajian dan

Penerapan,Teknologi Farmasi dan Medika-BPPT,Jl. MH Thamrin No 8 Jakarta, telp

(021)3169533, fax (021) 3169505,e-mail : zuhairzulfa @yahoo.com,

(2)

Departemen

Kimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor

F-4

Kinerja Benzotriazol & 2,5 Dimercapto-1,3,4-Thiadiazole Sebagai Inhibitor Korosi

Pada Pelumas Sintetik Ester Poligliserol-Estolida Asam Oleat

Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata ,Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi, Institut Teknologi Nasional,Jl. PHH Mustafa No. 23 Bandung

40124, Email: 2d@itenas.ac.id

F-5

Pembuatan Bahan Gelasir Dari Pasir Pantai, Cangkang Telur Ayam Dan Boraks

Dian Anggraini dan Haryanto,Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UMS,Jl. A.

Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102,Telp +62271717414 ext 224 Fax

+62271725084

F-6

Fabrikasi Kompon Karet Dan Karakterisasinya

Sutikno dan N. Hindarto, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri

Semarang (UNNES), Jl. Raya Sekaran, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang,

50229, Telp. : (024) 8508045, Email : smadnasri@yahoo.com

F-7

Pembuatan Urea-Formaldehid Resin Sebagai Bahan Perekat Kayu

Wahyuni, Srining Peni, Candra Gunawan, Jurusan Teknik Kimia, Sekolah Tinggi

Teknologi Nasional Yogyakarta, Jalan Babarsari, Yogyakarta, 55281, Telp. (0274)

485390; Fax. (0274) 487 249; e-mail : yuni_mt@lycos.com

F-8

Pembuatan Karbon Aktif Dari Semikokas Dengan Aktivasi Uap Air Dan Reaktor

Unggun Tetap

S. Suprapto dan N.S.Ningrum, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Jl.

Jend. Sudirman 623, Bandung, Fax. (022) 6038027;

(3)

F-4-1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2005 ISSN : 1411 – 4216

KINERJA BENZOTRIAZOL & 2,5

DIMERCAPTO-1,3,4-THIADIAZOLE SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA

PELUMAS SINTETIK ESTER POLIGLISEROL-ESTOLIDA

ASAM OLEAT

Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi, Institut Teknologi Nasional Jl. PHH Mustafa No. 23 Bandung 40124

Email: 2d@itenas.ac.id

Abstrak

Penelitian ini mengkaji kinerja bahan-bahan aktif inhibitor korosi benzotriazol dan 2,5 dimerkapto-1,3,4-thiadiazole (DMTD) pada suatu sampel pelumas sintetik ester poligliserol – estolida asam oleat (EPG) yang memenuhi spesifikasi viskositas pelumas mesin SAE 50. Diuji 2 metode penggunaan aditif, yaitu sebagai senyawa yang dibuat berturut-turut menurut U.S Patent 4.193.882 untuk benzotriazol dan menurut U.S Patent 4.224.172 untuk DMTD, serta sebagai produk persenyawaan langsung dengan EPG. Interaksi inhibitor korosi dengan bahan antiwear dipelajari melalui penggunaan dibutil fosfit. Efektivitas bahan aktif diuji pada konsentrasi 0,01% dan 0,05%.

Pengujian efektivitas dilakukan dengan merendam logam-logam Fe, Cu, Sn dan Pb, masing-masing dengan luas permukaan 8 in2 dalam 40 gram sampel yang dicampur dengan 1 mL bahan

korosif asam formiat 90% selama 5 hari pada suhu 100oC. Laju korosi dan perubahan tampilan

logam digunakan sebagai parameter efektivitas inhibitor.

Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa pada semua variasi percobaan yang dilakukan, semua aditif berhasil menurunkan laju korosi rata-rata dari 20 mg/in2.hari menjadi

hanya 5,8 mg/in2.hari, serta mampu memperbaiki tampilan logam uji. Produk persenyawaan

langsung antara benzotriazol dengan EPG menunjukkan kinerja yang paling baik. Interaksi antagonistik antara inhibitor korosi dengan bahan antiwear belum tampak nyata. Peningkatan konsentrasi dari 0,01% ke 0,05% sangat signifikan pengaruhnya pada peningkatan efektivitas.

Kata kunci: benzotriazol; DMTD; ester poligliserol–estolida asam oleat; inhibitor korosi Pendahuluan

Pengembangan bahan-bahan oleokimia terbaharukan menjadi bahan dasar pelumas sintetik berupa ester poligliserol dari campuran asam oleat dengan estolidanya yang kami lakukan telah berhasil memenuhi beberapa kriteria pelumas yang baik, diantaranya telah memenuhi standar karakteristik Dirjen Migas No. 041/K/34/DDJM/1988 dengan beberapa keunggulan komparatif dibandingkan dengan pelumas mesin otomotif komersial, baik yang berbasis mineral oil maupun sintetik, seperti indeks viskositas dan flash pointnya yang sangat tinggi. Sungguhpun demikian, masih banyak sifat dan karakteristik lain yang masih perlu dipelajari dan ditingkatkan. Salah satu diantaranya adalah kemampuannya dalam memberikan perlindungan pada permukaan logam yang dilumasi dari ancaman korosi.

Lingkungan korosif pada permukaan logam yang dilumasi dapat berasal dari sifat internal pelumasnya, (sifat korosif yang dimiliki oleh bahan-bahan yang dikandung pelumas yang digunakan) maupun diakibatkan oleh sifat eksternal yang ditimbulkan oleh kondisi operasi mesin. Pada pelumas ester poligliserol estolida asam oleat terkandung gugus karboksilat yang berasal dari sisa asam oleat dan estolidanya yang tak terkonversikan, yang secara formal tercermin dalam hasil analisis bilangan asamnya. Keberadaan ion H+ ini dapat mengakibatkan korosi pada permukaan logam yang dilumasinya. Masalah ini diperburuk dengan adanya gas hasil pembakaran yang bersifat korosif, misalnya senyawa belerang yang berasal dari bahan bakar yang digunakan, kandungan air, oksigen, serta temperatur tinggi.

(4)

Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata

F-4-2

Perlindungan terhadap korosi umumnya dilakukan dengan menambahkan zat aditif inhibitor korosi ke dalam formulasi pelumas. Efektivitas inhibitor korosi dipengaruhi oleh konsentrasi dan kompatibilitas pencampurannya dengan bahan dasar pelumasnya. Umumnya inhibitor korosi cukup efektif bila digunakan pada konsentrasi rendah. Inhibitor korosi memberikan perlindungan terhadap korosi dengan cara adsorpsi kimia pada permukaan logam membentuk lapisan tipis berupa ikatan logam heteroatom amin (-N-), tio (-S-), fosfo (-P-), atau eter (-O-)) yang melindungi logam dari korosi sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1 (Rozenfeld, 1981). Inhibitor korosi berinteraksi secara antagonistik dengan antiwear agent yang bekerja dengan mekanisme sama (Mortier, 1997).

Gambar 1 Lapisan Pelindung Korosi Pada Permukaan Logam

Umumnya bahan aktif inhibitor korosi memiliki kelarutan yang sangat rendah dalam bahan dasar pelumas, karena itu biasanya digunakan setelah disenyawakan dengan bahan lain untuk meningkatkan kelarutannya. Misalnya, Gemmill (1980) dalam US Pat. 4424172 memaparkan disklosur tentang inhibitor korosi berupa hasil persenyawaan bahan aktif benzotriazol dengan oksazolin. Schmitt (1980), dalam US Pat. 4193882, menyarankan penggunaan bahan aktif dimercapto thiadiazole (DMTD) yang disenyawakan dengan asam oleat. Reaksi-reaksi yang terlibat dalam kedua rujukan ini ditunjukkan pada Gambar 2.

+

NN NH Benzotriazol 7 2 7 2 3(CH) CH CH(CH) CH C N O 2 CH Oksazolin 2 CH 7 2 7 2 3(CH ) CH CH(CH) CH C N O 2 CH 2 CH N N N 2

(a)

7 2 7 2 3(CH) CH CH(CH) CH C O OH Asam Oleat 7 2 7 2 3(CH) CH CH(CH) CH C N O 2 CH Oksazolin 2 CH

+

Etanolamin H2N HO 2 CH 2 CH - 2 H2O (b) N N S SH S C C 7 2 7 2 3 ) ( ) ( CH CH CH2 CH CH HOC O

+

Asam Oleat 7 2 7 2 3 ) ( ) ( CH CH CH CH CH COH O 7 2 7 2 3 ) ( ) ( CH CH CH2 CH CH COH O N N S S S C C 7 2 7 2 3 ) ( ) ( CH CH CH2 CH CH HOC O N N S SH HS DMTD C C

+

7 2 7 2 3 ) ( ) ( CH CH CH CH CH HOC O Asam Oleat N N S SH S C C 7 2 7 2 3 ) ( ) ( CH CH CH2 CH CH HOC O

Gambar 2 Reaksi-reaksi Pembuatan Inhibitor Korosi: (a) US Pat. 4424172 (b) US Pat. 4193882

Tampak pada Gambar 2 bahwa reaksi-reaksi yang terlibat pada prinsipnya mempersenyawakan bahan aktif dengan ikatan rangkap yang dikandung senyawa hidrokarbon rantai panjang. Struktur semacam ini sebenarnya juga dimiliki struktur ester poligliserol – estolida asam oleat (EPG), sehingga terdapat kemungkinan bahwa kedua bahan aktif, yaitu benzotriazol dan DMTD, dapat disenyawakan langsung dengan EPG membentuk senyawa larut yang secara internal memiliki sifat sebagai inhibitor korosi (Gambar 3). Tentu saja, persenyawaan langsung dapat pula terjadi dengan sisa molekul estolida dan asam oleat yang tidak teresterifikasikan pada proses pembuatan EPG. Reaksi yang terakhir ini akan membentuk struktur yang serupa dengan yang ditunjukkan pada Gambar 2.

(5)

Kinerja Benzotriazol & 2,5 Dimercapto-1,3,4-Thiadiazole Sebagai Inhibitor Korosi Pada Pelumas Sintetik Ester Poligliserol-Estolida Asam Oleat

F-4-3 Metode Penelitian

Bahan & Variasi Percobaan

Pada penelitian ini dipelajari kinerja bahan-bahan aktif inhibitor korosi benzotriazol dan 2,5 dimerkapto-1,3,4-thiadiazole (DMTD) pada suatu sampel pelumas sintetik ester poligliserol – estolida asam oleat (EPG) yang memenuhi spesifikasi viskositas pelumas mesin SAE 50 (Tabel 1). Diuji 2 metode penggunaan aditif, yaitu sebagai senyawa yang dibuat berturut-turut menurut U.S Patent 4.193.882 untuk benzotriazol yang selanjutnya disebut benzotriazol eksternal (Gambar 2a) dan menurut U.S Patent 4.224.172 untuk DMTD, yang selanjutnya disebut DMTD eksternal (Gambar 2b) , serta sebagai produk persenyawaan langsung dengan EPG (Gambar 3a, yang selanjutnya disebut benzotriazol internal dan Gambar 3b, yang selanjutnya disebut DMTD internal).

+ O O O O O O O OH O O O O O N N NH Benzotriazol N N N O O O O O O O OH O O O O O + O O O O O O O OH O O O O O O O O O O O O OH O O O O O N N S SH HS DMTD C C N N S SH S C C (b) (a)

Gambar 3 Persenyawaan Langsung Bahan Aktif Inhibitor Korosi dengan: (a) Benzotriazol (b) 2,5-dimercapto-1,3,4-thiadiazole

Efektivitas bahan aktif diuji pada 2 level konsentrasi, yaitu 0,01% dan 0,05%. Interaksi inhibitor korosi dengan bahan antiwear dipelajari melalui penggunaan dibutil fosfit. Secara statistik, variasi percobaan digolongkan sebagai 24 factorial design dengan 4 variasi (jenis bahan aktif, metode penggunaan, konsentrasi

bahan aktif, dan pengaruh bahan antiwear dibutil fosfit) pada 2 level. Pengujian dilakukan dengan 2 ulangan. Tabel 1 Sifat-sifat Kimia Fisik EPG yang digunakan

No Sifat Nilai

1 Bilangan asam (ASTM D-1980) 1,52 mg KOH/g

2 Densitas (20oC) 0,9589 g/mL

3 Indeks Bias 1,4755

4 Viskositas pada 40oC (ASTM D-445) 132,0 cSt 5 Viskositas pada 100oC (ASTM D-445) 16,66 cSt 6 Indeks viskositas (ASTM D-2270) 136

7 Pour point ASTM D-97 -12oC

8 Total Acid Number (ASTM D-664) 3,77 mg KOH/g

Uji dan Penilaian Kinerja

Pengujian efektivitas aditif dilakukan dengan menggunakan metode ASLE 64-9 yang dimodifikasi (Satriana, 1982). EPG sebanyak 40 gram yang dicampur dengan 1 mL bahan korosif asam formiat 90% dimasukkan ke dalam tabung uji berisi empat logam uji yaitu Fe, Cu, Sn, dan Pb, masing-masing dengan luas permukaan 8 in2.Tabung uji tersebut dimasukkan ke dalam oven yang suhunya dijaga 100 °C selama 5 hari. Penambahan asam formiat dimaksudkan untuk menambah korosivitas bahan sebagai kontribusi pengaruh eskternal akibat kontak dengan blow by gas pada keadaan operasi mesin. Laju korosi dan perubahan tampilan

(6)

Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata

F-4-4

logam digunakan sebagai parameter efektivitas inhibitor. Tampilan terburuk yang diperoleh pada logam uji tanpa penambahan aditif secara sembarang diberi nilai 4, harga 0 diberikan pada penampilan logam-logam sebelum diuji.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Penambahan Asam Formiat

Sebagaimana diharapkan, penambahan asam formiat pada EPG memberikan kontribusi yang cukup berarti pada peningkatan laju korosi bahan uji (Tabel 2). Akan tetapi tampak bahwa kontribusi sifat internal EPG lebih dominan terhadap laju korosi. Fenomena yang sama rupanya juga terjadi pada pelumas mesin otomotif komersial yang digunakan sebagai pembanding. Tambah bahwa sekalipun secara internal korosivitas EPG lebih rendah daripada MXP, penambahan asam formiat pada EPG mengakibatkan peningkatan laju korosi yang lebih tinggi. Dengan kata lain, EPG memberikan perlindungan korosi yang lebih buruk daripada MXP.

Tabel 2 Pengaruh Asam Formiat

Laju Korosi, mg/(in2.hari) Bahan

Fe Cu Sn Pb Rata-rata

EPG tanpa asam formiat 15.88 15.94 17.70 22.06 17.90 EPG + asam formiat 18.81 16.79 20.19 24.31 20.03

MXP*) 17.08 16.48 17.82 21.62 18.25

MXP*) + asam formiat 18.82 17.23 17.58 21.93 18.89

*) Pelumas mesin otomotif komersial, bukan nama sebenarnya

Kinerja Aditif Secara Umum

Hasil uji dengan penambahan asam formiat sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa formulasi yang dilakukan secara keseluruhan berhasil memberikan perlindungan terhadap korosi. Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya laju korosi dari 20 mg/(in2.hari) menjadi rata-rata hanya 5,8 mg/(in2.hari). Secara kualitatif terjadi pula perbaikan pada tampilan permukaan logam. Secara rata-rata kinerja benzotriazol sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan DMTD. Metode penggunaan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap kinerja bahan aktif. Dengan demikian, aplikasi kedua bahan aktif pada EPG dapat dilakukan tanpa terikat pada klaim kedua patent. Keuntungan lain dari metode penggunaan secara internal adalah kemudahannya dari aspek praktis. Hasil analisis lain menunjukkan preferensi pada penggunaan benzotriazol: penggunaan benzotriazol secara internal memberikan kinerja rata-rata yang lebih baik daripada penggunaan secara eksternal yang menjadi klain US Pat. 4193882; akan tetapi hasil yang berlawanan terjadi pada penggunaan DMTD (Tabel 4).

Interaksi antagonistik yang diduga terjadi dengan bahan antiwear dibutil fosfit nampaknya belum tampak secara signifikan. Peningkatan konsentrasi aditif dari 0,01% menjadi 0,05% memberikan perbaikan yang signifikan pada laju korosi (Tabel 3) , tetapi hampir tidak ada pengaruhnya terhadap tampilan permukaan logam uji. Memperhatikan laju korosi rata-rata yang sedemikian rendah [hanya 3,8 ± 2.1 mg/(in2.hari)] pada aplikasi benzotriazol internal (Tabel 4), maka penggunaan benzotriazol pada konsentrasi rendah (0,01%) dipandang sangat memadai.

Tabel 3 Pengaruh Variabel Utama

Variabel Percobaan Laju Korosi (mg/in2.day) Tampilan Permukaan

Rata-rata tanpa aditif 20 ± 3,2 4 ± 0

Rata-rata dengan aditif 5,8 ± 1,8 2,8 ± 0,4

Benzotriazol 5.0 ± 3.1 3 ± 0.4 DMTD 6.7 ± 3.1 3 ± 0.4 Internal 6.0 ± 2.7 3 ±0.4 Eksternal 5.6 ± 4.2 3 ±0.4 Tanpa antiwear 5.7 ± 2.03 3 ± 0.3 Dengan antiwear 6.0 ± 1.78 3 ± 0.5 Konsentrasi 0,01% 7.4 ± 2.7 2.9 ± 0.5 Konsentrasi 0,05% 4.2 ± 2.3 2.8 ± 0.3

(7)

Kinerja Benzotriazol & 2,5 Dimercapto-1,3,4-Thiadiazole Sebagai Inhibitor Korosi Pada Pelumas Sintetik Ester Poligliserol-Estolida Asam Oleat

F-4-5

Tabel 4 Pengaruh Jenis dan Metode Penggunaan Aditif

Jenis Bahan Aktif & Metode Aplikasi Laju Korosi (mg/in2.hari)

Rata-rata tanpa aditif 20 ± 3,2

Benzotriazol internal 3.8 ± 2.1

Benzotriazol eksternal 6.2 ± 4.6

DMTD internal 8.3 ± 7.4 DMTD eksternal 5.1 ± 3.8

Tabel 5 menunjukkan kinerja benzotriazol internal pada keempat logam uji secara individual. Tampak bahwa efektivitas tertinggi diperoleh pada Cu yang memberikan penurunan laju korosi mencapai kisaran 94% - 97%. Penurunan laju korosi pada logam-logam uji lain berada pada kisaran 69% hingga 83%. Satu-satunya keunggulan DMTD eksternal dibandingkan kinerja benzotriazol internal adalah perlindungannya yang lebih baik terhadap Fe yang memberikan penurunan laju korosi mencapai kisaran 83% - 88% (Tabel 5).

Tabel 5 Kinerja Benzotriazol Internal

Logam Konsentrasi (mg/inLaju Korosi 2.hari) Permukaan Tampilan

Rata-rata 0,00% 20 ± 3,2 4 Rata-rata 0,01% 4.5 ± 2.3 3 ± 0.5 Rata-rata 0,05% 3.1 ± 1.8 3 ± 0.4 0,00% 18,8 4 0,01% 5.8 ± 0.3 3.5 ± 0.0 Fe 0,05% 4.0 ± 2.6 3.0 ± 0.0 0,00% 16,8 4 0,01% 1.0 ± 0.0 2.3 ± 0.4 Cu 0,05% 0.5 ± 0.5 2.6 ± 0.5 0,00% 20,2 4 0,01% 5.0 ± 0.1 3.0 ± 0.0 Sn 0,05% 3.4 ± 0.4 3.5 ± 0.0 0,00% 24,3 4 0,01% 6.0 ± 3.2 3.0 ± 0.0 Pb 0,05% 4.5 ± 0.1 3.0 ± 0.0

Tabel 5 Kinerja DMTD Eksternal

Logam Konsentrasi (mg/inLaju Korosi 2.hari) Permukaan Tampilan

Rata-rata 0,00% 20 ± 3,2 4 ± 0 Rata-rata 0,01% 5.3 ± 4.3 3 ± 0.7 Rata-rata 0,05% 4.9 ± 3.4 3 ± 0.5 0,00% 18,8 4 0,01% 2.3 ± 0.1 3.3 ± 0.4 Fe 0,05% 3.2 ± 1.3 2.8 ± 0.4 0,00% 16,8 4 0,01% 1.2 ± 0.0 1.8 ± 0.4 Cu 0,05% 1.1 ± 0.1 2.3 ± 0.4 0,00% 20,2 4 0,01% 7.0 ± 0.0 3.0 ± 0.0 Sn 0,05% 6.7 ± 0.4 3.0 ± 0.0 0,00% 24,3 4 0,01% 10.4 ± 2.2 2.5 ± 0.0 Pb 0,05% 8.6 ± 0.2 3.5 ±0.7

(8)

Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata

F-4-6 Kesimpulan dan Saran

Upaya menurunkan laju korosi pada logam uji dan penampilan logam uji dalam lingkungan pelumas ester sintetik poligliserol – estolida asam oleat (EPG) yang dilakukan dengan cara penambahan aditif pada penelitian ini telah berhasil menurunkan laju korosi dan memberikan perbaikan pada tampilan permukaan logam-logam uji Fe, Cu, Sn, dan Pb hingga mencapai taraf sangat memuaskan. Pada kasus yang dipelajari, secara umum formula aditif benzotriazol internal dinilai memberikan hasil yang paling memuaskan. Khusus untuk perlindungan logam Fe, DMTD eksternal menunjukkan kinerja yang lebih baik.

Keberhasilan penelitian ini perlu dipandang sebagai kemajuan yang cukup berarti bagi upaya penggunaan EPG sebagai bahan alternatif pelumas mesin otomotif. Sungguhpun demikian, masih perlu dilakukan banyak studi untuk mengungkap dan memperbaiki sifat-sifat kimia – fisik lainnya yang berkaitan dengan kinerja bahan alternatif terbaharukan ini; diantaranya yang terpenting adalah studi formulasi bagi peningkatan ketahanan oksidasi serta peningkatan ketahanan permukaan gesek terhadap kerusakan akibat aus. Sifat antagonistik inhibitor korosi dengan antiwear agent menyarankan penggunaan inhibitor korosi pada konsentrasi serendah mungkin agar diperoleh perlindungan terhadap korosi yang cukup baik tanpa dampak negatif terhadap efektivitas antiwear agent yang digunakan.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini dapat dilaksanakan atas dukungan dana dari Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional melalui Hibah Bersaing XI.

Daftar Pustaka

Mortier, R.M. & Orszulik, S.T., (1997), Chemistry and Technology of Lubricant, 2nd ed., Blackie Academic & Professional.

Gemmill, Jr., (1980), Reaction Product of Oleic Acid and 2,5-Dimercapto-1,3,4-Thiadiazole, US Patent No. 4,193,882

Schmitt, K.D. & Bridger, R.F., (1980), Oil-Soluble Adducts of Benzotriazole and Oxazolines, US Patent No. 4,224,172

Satriana, M.J. (ed.), (1982), Synthetic Oil and Lubricant Additives – Advances Since 1979, Noyes Data Corporation, New Jersey

Gambar

Gambar 2 Reaksi-reaksi Pembuatan Inhibitor Korosi:
Gambar 3 Persenyawaan Langsung Bahan Aktif Inhibitor Korosi dengan:
Tabel 3 Pengaruh Variabel Utama
Tabel 5 menunjukkan kinerja benzotriazol internal pada keempat logam uji secara individual

Referensi

Dokumen terkait

hubungan antara intensitas menonton FTV bertemakan cinta dan intensitas komunikasi orang tua & anak, maka dapat diasumsikan bahwa remaja belajar mengenai lingkungan sosialnya

Secto caesaria adalah cara $elahir%an &anin dengan Pos adalah sesudah (Tiran, Denis, !!"#. Secto caesaria adalah 'e$)edahan unu%. /adi 'os Secto 0aesaria dengan

Penelitian kali ini mempunyai tujuan untuk mencari nilai VO 2 Max pekerja pria Indonesia untuk nantinya akan dikembangkan suatu persamaan prediksi VO 2 Max yang didekati

Permasalahan yang ditemukan selain dari permasalahan yang timbul dari guru bidang studi. Misalnya di antar para guru tersebut ada yang dating ke sekolah hanya pada waktu

Oleh karena itu, apakah seseorang yang memiliki kapasitas aerobik rendah dan kapasitas aerobik tinggi berpengaruh dalam peningkatan kemampuan (kapasitas)

Dalam cangkrukan juga bisa diselingi kajian-kajian dengan tema tertentu, selain mengarah ke arah hiburan, cangkrukan juga bisa kita manfaatkan untuk menambah pengetahuan

Dari hasil analisis yang telah dipaparkan penulis dapat diketahui bahwa hubungan negatif antara tingkat upah dengan penyerapan tenaga kerja menunjukkan kesesuaian pada teori

a. 5) Daftar material umum yang harus disediakan oleh pihak pelaksana pekerjaan. 6) Daftar alat transportasi angkutan pegawai/tenaga kerja dan barang (forklift,