• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Lithologi Lapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Metode vitas Sounding

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Lithologi Lapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Metode vitas Sounding"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN LITHOLOGI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN

BERDASARKAN METODE RESISTIVITAS SOUNDING

STUDI KASUS: DAERAH LONGSORAN FAJAR BULAN LAMPUNG BARAT

Syamsurijal Rasimeng, Andius Dasaputra, Alimuddin

Program Studi Geofisika FMIPA Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

e-mail: rijal@unila.ac.id

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian di daerah Fajar Bulan Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat, untuk menentukan lithologi lapisan batuan menggunakan metode resistivitas sounding. Daerah penelitian merupakan daerah yang mengalami longsoran pada tahun 2006, sehingga menyebabkan putusnya jalur transportasi darat antara ibukota Kabupaten Lampung Barat (Liwa) dengan Kota Bandar Lampung. Metode resistivitas sounding didasarkan pada pengukuran arus dan beda tegangan listrik di permukaan akibat peng-injeksi-an arus listrik ke dalam bumi melalui elektroda-elektroda. Selanjutnya dengan menghitung harga pengukuran arus dan beda tegangan listrik tersebut, maka dapat diperoleh harga tahanan jenis (resistivity) batuan/lapisan yang ada di bawah permukaan bumi. Variasi harga tahanan jenis listrik inilah yang dapat mengindikasikan lithologi lapisan batuan tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data tahanan jenis sounding konfigurasi schlumberger diperoleh jenis lapisan batuan pada kedalaman 1,5 meter dengan ketebalan 4 meter berupa lapaisan pasir-tufaan, merupakan lapisan sub-surface pertama tepat di bawah top-soil. Pada lapisan inilah terakumulasinya air hujan/air resapan dan saat jenuh akan menyebabkan menurunnya tingkat kompaksi lapisan tersebut. Hal ini akan menyebabkan ketidak-stabilan sehingga memicu terjadinya longsor atau gerakan tanah. Lapisan berikutnya pada kedalaman sekitar 4 meter di-indikasikan sebagai lapisan batuan beku, merupakan lapisan basement yang tidak kedap air. Selain itu lapisan basement inilah yang merupakan lapisan bidang gelincir (land slide) khususnya pada daerah dengan kemiringan lereng yang cukup terjal.

Kata Kunci: Longsor, Lampung Barat, resistivitas, basement, lapisan batuan.

1. PENDAHULUAN

Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan dalam eksplorasi mineral, reservoir air tanah, geothermal serta pemanfaatan dalam penentuan struktur geologi bawah permukaan. Metode ini tentunya dapat dimanfaatkan pula untuk survey daerah potensi longsor, khususnya dalam menentukan ketebalan lapisan yang berpotensi longsor, kedalaman batuan basement, serta lithologi perlapisan batuan bawah permukaan.

Olehnya itu penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan metode dan teknik survei di atas, sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang daerah-daerah yang berpotensi longsor. Sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat disusun sebuah peta daerah rawan longsor dan klasifikasi-nya pada jalan-lintas propinsi di wilayah Lampung Barat. Pemilihan

(2)

wilayah Kab. Lampung Barat adalah karena jalur-lintas tersebut merupakan satu-satunya jalur terdekat yang menghubungkan antara Propinsi Bengkulu dengan Propinsi Lampung. Selain itu peta tersebut dapat dimanfaat oleh bagi semua pihak, khususnya pemerintah Lampung Barat sebagai acuan pendukung dalam perencanaan wilayah sehingga masyarakat bisa terhindar dari ancaman longsor. Penelitian ini meliputi sepanjang jalan-lintas propinsi antara daerah Fajar Bulan Kec. Way Tenong sampai Liwa Ibu Kota Kabupaten Lampung Barat. Tujuan penelitian ini adalah menentukan susunan perlapisan batuan di bawah permukaan khususnya ketebalan lapisan batuan/tanah yang berpotensi longsor, dan kedalaman batuan basement sebagai lapisan kedap air serta lithologi perlapisan batuan, serta karakteristik hidro-geologi daerah rawan longsor.

Secara umum terjadinya longsor dapat dipicu oleh berbagai macam faktor antara lain tingkat erosi lapisan tanah di permukaan yang tinggi ketika terjadi hujan. Hal ini umumnya disebabkan oleh kondisi lapisan tanah penutup (top soil) yang gundul. Topografi perbukitan sedang sampai terjal juga memberi peluang besar untuk menimbulkan gerakan tanah (mass wasting). Apalagi jika terjadi hujan akan menyebabkan penambahan gaya berat massa tanah penutup akibat infiltrasi air hujan, dan juga menyebabkan penurunan harga koefisien gesek pada butiran tanah. Sehingga akan menyebabkan menurunnya gaya kesetimbangan lapisan top siol pada lereng tersebut. Faktor curah hujan juga memberi peran yang cukup signifikan, akibat curah hujan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya kandungan air di dalam tanah dan aliran air di atas permukaan. Sehingga membebani lapisan top soil dan menurunkan harga koefisien gesekan antar butir dan bahkan dengan basement.

Oleh karena itu penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor ataupun gerakan massa tanah lainnya, dalam rangkan mengantisipasi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh bencana tersebut.

(3)

Selain itu produk akhir penelitian ini berupa peta wilayah rawan longsor dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan pengembangan wilayah. Apalagi untuk wilayah Sumatera khususnya Propinsi Lampung peta semacam ini belum tersedia.Penelitian pendahuluan yang terkait dengan penentuan struktur lapisan bawah permukaan telah dilakukan dengan metode magnetik (Rasimeng, 2006a) yaitu penentuan struktur bawah permukaan daerah potensi panas bumi Ulubelu Kabupaten Tanggamus. Sebagian wilayah peneltian ini terletak pada jalur yang sama dengan Kabupaten Lampung Barat. Rasimeng (2006b) juga melakukan penelitian potensi longsor di daerah Sumberjaya Lampung Barat dan berhasil menentukan karakteristik perlapisan top soil, sebagai lapisan yang berpotensi longsor dengan menggunakan metode resistivitas konfigurasi schlumberger. Berdasarkan data tahanan jenis 2D diperoleh ketebalan lapisan tanah penutup (top soil) sebagai lapisan yang berpotensi longsor di daerah Sumberjaya Lampung Barat (Rasimeng, dkk., 2006). Selain itu telah dilakukan pemodelan inversi data anomali magnet yang dikorelasikan dengan data geolistrik 1D untuk menyelidiki kondisi geologi bawah permukaan daerah rawan longsor Sumberjaya Lampung Barat (Marsanti, W., 2007). Andius (2005) melakukan analisis pengaruh karakteristik hidrograf hujan dan variasi koefisien permeabilitas tanah terhadap kestabilan lereng.

Hasil penelitian tersebut merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian dan selanjutnya membuat peta daerah potensi longsor pada jalan-lintas proinsi di wilayah Kab. Lampung Barat. Selain itu hasil pengamatan langsung peneliti selama tiga tahun terakhir di sepanjang jalur-lintas antara Bukit Kemuning-Sumerjaya-Sekincau-Liwa-Krui senantiasa terjadi longsoran pada badan jalan setiap musim hujan tiba. Bahkan pada tahun 2003 dan awal 2007 terjadi longsor hebat di daerah Krui yang menewaskan beberapa orang dan merusak infrastruktur jalur lalulintas (jalan dan jembatan).

(4)

Tinjauan Geologi Daerah Penelitian

Secara umum daerah penelitian terletak pada bagian utara peta lembar Kota Agung (Amin, 1994) dengan topografi perbukitan bergelombang yang menempati sekitar 70% lembar tersebut, terdiri dari sedimen tersier, gunung api kuarter, batuan terobosan dan sedikit batuan malihan dengan ketinggian sampai 750 meter di atas MSL (mean sea level). Daerah ini berada pada zona iklim Indo-Australia yang dicirikan oleh temperatur, kelembaban dan curah hujan yang tinggi.

Curah hujan berkisar antara 2.000 s/d 4.000 mm/thn, dengan curah hujan maksimum antara Desember dan Januari. Musim hujan berlangsung dari Oktober sampai April dan musim kemarau antara Mei sampai September.

Secara umum tatanan tektonik daerah ini terbentuk oleh subdaksi lempeng Indo-Australia dengan Eurasia yang menimbulkan busur magmatik yang luas di Pegunungan Bukit Barisan yang dimulai sejak Perem Awal (Cameron, 1980) atau Perem Tengah-Akhir (Katili 1969, 1972, 1981; Gafoer 1990). Daerah penelitian yang terletak pada busur magmatik ini tersusun dari batuan alas malihan pra-Mesozoikum, batuan beku Mesozoikum dan Kenozoikum, runtuhan gunungapi Tersier sampai Kuarter dan batuan sedimen di atasnya.

Penggunaan metode geolistrik telah banyak dilakukan oleh peneliti lapisan subsurface dan air tanah, Nowroozi (1999) telah membuktikan keakuratan metoda geolistrik untuk mendeteksi lapisan batuan dan akuifer air tanah. Nowroozi juga berhasil membedakan antara tahanan jenis lapisan yang terisi oleh air tanah (fresh water) dengan lapisan yang terintrusi oleh air laut (salt water). Selain itu, pemanfaatan metoda geolistrik untuk penelitian lapisan subsurface. Osella (1999) melakukan penelitian besarnya kandungan air pada lapisan aluvial dengan teknik electrical imagine, selain itu Benson (1997), Meju (1999) juga melakukan penelitian serupa pada masing-masing tempat yang berbeda.

Secara umum, pendekatan sederhana pembahasan gejala kelistrikan bumi adalah dengan menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan tersebut medan listrik dari sumber titik di dalam bumi merupakan simetri bola.

Prinsip metode geolistrik adalah dengan menginjeksi arus melalui elektroda arus C(x,z) yang dibenamkan di dalam bumi. Elektroda ini dihubungkan dengan elektroda arus lainnya yang berada di permukaan tetapi berjarak cukup jauh, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. elektroda arus C(x,z) dapat dipandang sebagai titik sumber yang memancarkan arus listrik kesegala arah dalam medium bumi dengan tahanan jenis

ρ

.

Ekuipotensial disetiap titik di dalam bumi membentuk permukaan bola dengan jari-jari r. Arus listrik dari titik elektroda arus C(x,z) mengalir keluar bola secara radial kesegala arah sebesar,

(5)

.

4

4

4

2 2

A

r

V

r

J

r

I

π

π

σ

=

πσ

=

=

(1)

Gambar 4. Model aliran arus listrik dua titik sumber di permukaan bumi

Sedangkan potensial listrik dan tahanan jenis (resistivity) dipenuhi oleh persamaan,

r

I

V

1

2

=

π

ρ

dan

(2)

.

2

I

rV

π

ρ

=

(3)

Apabila jarak antara dua elektroda arus tidak terlalu besar, potensial disetiap titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus. Adapun potensial listrik yang dihasilkan dari kedua sumber arus ini adalah beda potensial yang terukur pada dua titik pengukuran.

Pada daerah dekat sumber arus C1 dan C2 terdapat perubahan potensial sangat drastis. Sedangkan di dekat titik pusat antara kedua sumber arus tersebut, gradien potensial mengecil dan mendekati linier. Berdasar tinjauan tersebut, pengukuran potensial listrik paling baik dilakukan pada titik diantara C1 dan C2.

Adapun beda potensial terukur antara titik P1 dan P2 adalah

.

1

1

1

1

2

)

(

)

(

4 3 2 1 2 1

⎟⎟

⎜⎜

⎟⎟

⎜⎜

=

=

r

r

r

r

I

P

V

P

V

V

π

ρ

(4)

Sedangkan besarnya tahanan jenis,

I

V

K

=

ρ

.

(5)

dengan

K =

1 4 3 2 1

1

1

1

1

⎟⎟

⎜⎜

⎟⎟

⎜⎜

r

r

r

r

adalah faktor konfigurasi pengukuran di lapangan.

Gambar (5) merupakan pseudosection hasil pengukuran metode resistivitas di daerah rawan longsor Sumberjaya Lampung Barat, memperlihatkan susunan perlapisan batuan, ketebalan lapisan yang berpotensi longsor, kedalaman batuan basement serta kemiringan bidang longsoran. Harga resistivitas tinggi di permukaan diwakili oleh top soil batuan yang belum kompak. Nilai resistivitas kurang dari 100 (ohm.m) merupakan lapisan endapan

(6)

lempung-pasiran, pasir tuffa-an, serta akulasi air tanah, sedangkan harga resistivitas di atas 200 (ohm.m) adalah runtuhan batuan gunungapi (andesitik-basaltik).

Kedalaman dan

kemiringan

Lapisan yang

berpotensi longsor

Gambar 5. Model penampang perlapisan batuan (Rasimeng, dkk., 2006b)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari penelitian lapangan, prosesing, analisis dan interpretasi. Penelitian lapangan menggunakan metode resistivitas sounding dengan konfigurasi schlumberger, posisi titik pengukuran diukur menggunakan GPS (Global positioning system), dan pengamatan geologi permukaan. Tujuan pengambilan data lapangan adalah untuk mendapatkan variasi nilai resistivitas lapisan/batuan di bawah permukaan, menentukan posisi global titik-titik pengamatan dan memutakhirkan data geologi permukaan serta mendapatkan data-data hidrologi daerah penelitian. Sedangkan aktivitas laboratorium akan dilakukan di Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Rangkaian kegiatan laboratorium adalah pengolahan data hasil pengukuran lapangan, analisis dan interpretasi. Pengukuran lapangan dengan menggunakan metode resistivitas sounding menghasilkan harga arus listrik (mA) dan beda tegangan (mV) terhadap variasi jarak elektroda arus dan tegangan. Selanjutnya digunakan software Resty untuk menghitung variasi harga resistivitas sebagai indikasi variasi lapisan batuan yang ada di bawah permukaan. Tahapan-tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 6.

(7)

Gambar 6. Diagram alir penelitian

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan data pengukuran resistivitas sounding dengan metode schlumberger yang menggunakan software resty diperoleh kurva kedalaman lapisan batuan vs harga resistivitas.

(8)

Gambar (7) yang merupakan data hasil pengukuran di daerah perbatasan

Sumberjaya-Fajar Bulan memperlihatkan adanya variasi harga resistivitas pada setiap kedalaman

yang berbeda. Pada kedalaman 1,49 m terdapat lapisan batuan dengan harga resistivitas

61,19 Ωm, lapisan ini ditafsirkan sebagai lapisan batuan pasir-tufaan. Lapisan kedua

terletak pada kedalaman 4 m dengan harga resistivitas 292,86 Ωm yang ditafsirkan

sebagai lapisan batuan beku produk gunung api. Selanjutnya pada kedalaman 11,66

terdapat lapisan batuan dengan harga resistivitas 41 s/d 63 Ωm yang lapisan konduktif

dan ditafsirkan sebagai lapisan batu pasir (sand stone). Lapisan terakhir yang dapat

terukur adalah pada kedalaman mulai 88,4 m dengan harga resistivitas 136 s/d 236 Ωm

yang merupakan lapisan batuan dasar (batuan beku).

Gambar 8. Kurva harga resistivitas vs kedalaman (posisi UTM: 9443614S-434831T)

Sementara itu hasil perhitungan data pengukuran resistivitas sounding di daerah

Fajar Bulan (gambar 8.) mengindikasikan adanya lapisan batuan pada kedalaman 1,5 m

dengan harga resistivitas 88,44 Ωm yang diindikasikan sebagai lapisan pasir-tufaan.

Lapisan kedua dengan harga 758,58 Ωm dengan kedalaman 4,37 m diindikasikan

sebagai lapisan batuan beku. Pada kedalaman 12,4 m diperoleh harga resistivitas lapisan

batuan sebesar 100 Ωm, sedangkan pada kedalaman 39,8 m terdapat lapisan batuan

dengan harga resistivitas 26,7 Ωm yang merupakan lapisan batuan konduktif. Lapisan

tersebut ditafsirkan sebagai lapisan sandstone. Di bawah lapisan batu pasir tersebut

terdapat lapisan batuan dengan harga resistivitas 94 s/d 215 Ωm dan terletak mulai

kedalaman 127 m yang ditafsirkan sebagai lapisan batuan dasar.

(9)

Hasil penelitian ini secara umum bersesuaian dengan kondisi geologi dan geomorfologi

di daerah penelitian. Rangkaian pengunungan Bukit Barisan dengan topografi sedang

dan geomorfologi bergelombang diyakini terbentuk akibat proses tektonik (subduction)

antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Proses tersebut mengakibatkan

terjadinya intrusi dan pengangkatan di sepanjang jalur bukit barisan. Hasilnya adalah

ditemukan beberapa variasi lapisan batuan hasil produk gunungapi antara lain batuan

beku, tuff, breksi dan lain-lain.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Secara umum susunan perlapisan batuan di daerah penelitian terdiri atas top-soil berupa lempung, lempung-pasiran, pasir-tufaan, batuan beku gunungapi, batu pasir.

Kedalaman lapisan pasir-tufaan sekitar 1,5 m dengan ketebalan 4 meter merupakan lapisan sub-surface pertama, yang tepat berada di bawah lapisan top-soil. Pada lapisan inilah terakumulasinya air hujan/air resapan dan saat sampai pada tingkat jenuh akan menyebabkan semakin menurunnya tingkat kompaksi lapisan tersebut. Hal ini akan menyebabkan ketidak-stabilan sehingga memicu terjadinya longsor atau gerakan tanah. Lapisan berikutnya pada kedalaman sekitar 4 meter di-indikasikan sebagai lapisan batuan beku, merupakan lapisan basement yang tidak kedap air. Selain itu lapisan basement inilah yang merupakan lapisan bidang gelincir (land slide) khususnya pada daerah dengan kemiringan lereng yang cukup terjal. Pada kedalaman sekitar 12 dan 40 meter terdapat lapisan batuan konduktif berupa lapisan batu pasir. Kelompok lapisan terakhir adalah dengan harga resistivitas 200-an yang merupakan lapisan batuan beku.

Disarankan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membuat korelasi batuan antara titik-titik pengukuran sounding yang telah dilakukan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

atas pendanaan penelitian ini melalui Penelitia Hibah Bersaing XVI tahun 2008

DAFTAR PUSTAKA

Amin, T.C., Sidarto, S. Santosa, W. Gunawan, 1994, Geology of the Kotaagung Quadrangle, Sumater, Geological Research and Development Centre, Bandung.

Anderson, S.A. and Sitar N., 1995, Analysis of rain-Induced Debris Flow, Journal of Geotechnical Engineering, Vol. 121 No. 7, July, p. 544.

(10)

Benson A.K., Payne K.L., and Stubben M., 1997, Mapping Groundwater Contamination Using DC Resistivity and VLF Geophysical Methods-A Case Study, Geophysics, 62.

Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge University Press, USA.

Collis, G.N., 1977, Infiltration for simple soil system, Water Resour. Res., vol. 13, no. 2, p. 395-403

Dunin, F.X., 1976, Infiltration, its simulation for field conditions, Wiley, London. Harton, R.E.,1919, Rainfall Interception, Mon. Weather Rev., vol. 47, no. 9, p. 603-623.

Harton, R.E.,1933, The Role of Infiltration in the hidrologic Cycle, Trans, Am. Geophysic Union, vol. 14, p.446-460.

Heath, W. and Saroso, B.S., 1988a, Natural Slope Problem Related to Roads in Java, Indonesia, Proc. Of the 2nd International Conference on Geomechanics in Tropical Soils, Singapore.

Loke, M.H., and Barker, R.D., 1995, Least squares deconvolution of apperent resistivity pseudodection, Geophysics Vol. 60, 1682 – 1690.

Loke, M.H., and Barker, R.D., 1996, Practical techniques for 3D resistivity surveys and data inversion, Geophysical Prospecting, Vol.4, 499 – 523.

Marsanti, W., 2007, Penyelidikan Batuan Dasar pada daerah Potensi Rawan Longsor di Sumberjaya Lampung Barat Menggunakan Metode Magnetik dan Geolistrik, Skripsi S1 Jurusan Fisika FMIPA Unila, Bandar Lampung

Meju M.A., Fontes S.L., Oliveira M.F.B., Lima J.P.R., Ulugergerli E.U. and Carrasquilla A.A., 1999, Regional Aquifer Mapping Using Combined VES-TEM-AMT/EMAP Methods in the Semiarid Eastern Margin of Parnaiba Basin, Brazil, Geophysics, 64.

Milsom, J., 1996, Field Geophysics, John Wiley & Sons Ltd, Chichester, England.

Nowroozi A.A., Horrocks S.B. and Henderson P., 1999, Saltwater Intrusion into the Freshwater Aquifer in the Eastern Shore of Virginia; A Recognnaissance Electrical Resistivity Survey, Journal of Applied Geophysics, 42.

Osella A., Favetto, A. and Martinelli P., 1999, Electrical Imaging of an Alluvial Aquifer at the Antinaco-Los Colorado Tectonic Valley in the Sierras Pampeanas, Argentina, Journal of Applied Geophysics, 41.

Putra, A.D., 2005, Pengaruh Karakteristik Hidrograf Hujan dan Variasi Koefsien Permeabilitas Tanah terhadap Kestabilan Lereng, Thesis S2, Program Studi Teknik Sipil-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rasimeng, S., 2006a, Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Potensi Panas Bumi Ulubelu Kabupaten Tanggamus Lampung Dengan Metode Geomagnetik, Proceeding Seminar PPD HEDS BKS-PTN Wilayah Barat, Jakarta

Rasimeng, S., 2006b, Interpretasi Lapisan Batuan Potensi Longsor Berdasarkan Data Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Di daerah Sumberjaya Lampung, Prosiding

(11)

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Univ. Lampung, Bandar Lampung.

Rasimeng, S., Andius Dasaputra, Alimuddin, 2007, Identifikasi Struktur Batuan Basement Menggunakan Petode Resistivitas 2D Sepanjang Jalan-Lintas Propinsi di Daerah Potensi Longsor Sumberjaya Lampung Barat, Jurnal Ilmiah Sigma Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Reynold, J.M., 1998, An Introduction to apllied and enviromental geophysics, John Wiley and sons Inc, New York.

Sharma, P.V., 1997, Environmental and Engineering Geophysics, Cambridge University Press, United Kingdom.

Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., and Keys, D.A., 1976, Applied Geophysics, Cambridge University Press, London.

Van Bemmelen, R.W.V., 1949, The Goelogy of Indonesia, Martinus Nijhoff The Hague.

Walker, B. F and Mohen, F.J., 1987, Groundwater Prediction and Control, and Negative Pore Water Pressure Effects, Soil Slope Instability and Stabilisation, Walker and Fell (eds), Balkema, Rotterdam.

Gambar

Gambar 1. Morfologi daerah penelitian (Rasimeng, 2006b)
Gambar 2. Longsor pada jalur-lintas propinsi di Fajar Bulan, Lampung Barat
Gambar 4. Model aliran arus listrik dua titik sumber di permukaan bumi
Gambar 5. Model penampang perlapisan batuan (Rasimeng, dkk., 2006b)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hormat kami informasikan bahwa dalam rangka implementasi kurikulum 2013 di tahun anggaran 2014, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Penelitian ini merupakan tugas wajib dan sebagai syarat untuk menyelesaikan program sarjana strata satu (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Terdakwa Triadi Sulistio alias Akiong anak dari Thiosoey Tjong yang melakukan tindak pidana penipuan dan diputus lepas dari segala tuntutan hukum oleh Pengadilan

berkesan seperti pertemuan yang lalu.. Suasana agak ramai karena kebetulan hari itu hari minggu. Kulihat banyak juga rombongan dari sekolah lain. Memang danau ini sangat

Tabel 4.7 Jawaban Responden Terhadap Saya Merasa Harga Yang Diberikan Day Avenue Bervariasi Sehingga Konsumen Dapat Memilih Produk Sesuai Dengan Kemampuan.. Hal ini menunjukkan

Having seen the result, the writer concluded that cooperative game was able to improve students‟ participation in teaching and learning

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai data awal penelitian yang berupa jumlah siswa, daftar nama siswa, dan daftar

Karakter jumlah sub-pulse/pulse dari populasi Danau Ecology Park dan populasi Curug Nangka tidak berbeda nyata, selain itu struktur oscillograms dan energi frekuensi