• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI STRUKTUR DAN FUNGSI MANTRA DI DESA BUNGKU KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI STRUKTUR DAN FUNGSI MANTRA DI DESA BUNGKU KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI Oleh"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI STRUKTUR DAN FUNGSI MANTRA DI DESA BUNGKU KECAMATAN BAJUBANG

KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI

Oleh

Maya Febrianti (1) Yusra D (2) Maizar Karim (2)

1) Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Jambi 2) Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Jambi

ABSTRAK

Mantra bermula dari kepercayaan masyarakat, hampir di seluruh Indonesia memiliki mantra dengan bahasanya masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur (bait dan larik, diksi, dan rima), serta mendeskripsikan fungsi mantra di Dusun I Bungku Indah Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Data diperoleh dari observasi di lokasi penelitian, wawancara dan dokumentasi dengan informan. Data penelitian berupa mantra yang digunakan penduduk di Dusun I Bungku Indah Desa Bungku, setelah data terkumpul akan dilakukan analisis data dan pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi.

Hasil dari penelitian yaitu inventarisasi mantra ditemukan dua belas mantra yang dibagi menjadi lima mantra sebagai berikut (1) mantra pengobatan, (2) mantra perlindungan, (3) mantra mengambil madu, (4) mantra saat hamil, (5) mantra buka rimba. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mantra akan hilang apabila tidak didokumentasikan dalam bentuk tulisan, hanya sebagian kecil dukun atau pawang mengingat mantra yang digunakan.

Kata Kunci :inventarisasi, struktur, fungsi, dan mantra PENDAHULUAN

Mantra adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib (misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya). Mantra merupakan salah satu bentuk puisi lama dan dianggap sebagai puisi tertua di Indonesia. Waluyo (1987 : 5) menyatakan bahwa bentuk puisi yang paling tua adalah mantra. Di dalam mantra tercermin hakikat sesungguhnya dari puisi, yakni bahwa kekuatan bahasa itu dimaksudkan oleh penciptanya untuk menimbulkan daya magis atau kekuatan gaib.

Mantra bersifat sakral, mantra tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang, hanya dukun atau orang yang memahami mantra yang berhak dan dianggap pantas

(2)

mengucapkan mantra itu. Kehadiran mantra bermula pada kepercayaan masyarakat, ada sebagian masyarakat yang percaya pada mantra dan sebagian masyarakat tidak percaya terhadap mantra dalam kepentingan hidupnya.

Di Provinsi Jambi terdapat beragam suku yang mendiami disebagian Kota maupun Kabupaten, dari berbagai suku tersebut memiliki mantra dengan bahasanya masing-masing. Penduduk yang menetap di daerah Jambi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penduduk Jambi Asli dan penduduk pendatang, Somad (2003 : 17) mengatakan penduduk yang menetap di daerah Jambi dikategorikan penduduk asli, yaitu Suku Kubu (Suku Anak Dalam), Suku Bajau, Suku Kerinci dan Suku Batin, orang Melayu Jambi, orang Penghulu dan Suku Pindah.

Sedangkan penduduk pendatang di daerah Jambi dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti orang-orang Jawa, Minangkabau, orang Bugis, orang Palembang, orang Banjar, orang Batak, orang Sunda, dan lain-lain. Serta penduduk pendatang yang terdiri dari orang-orang Asing, seperti India, Cina, Arab, dan lain-lain (Suwondo, 1978 : 30)

Desa Bungku merupakan desa yang memiliki dua kelompok penduduk, yaitu penduduk Jambi asli dan penduduk pendatang. Penduduk Asli yaitu Suku Kubu (Suku Anak Dalam) dan orang Melayu. Penduduk pendatang yaitu orang Jawa, orang Palembang dan orang Batak.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik pada mantra karena mantra saat ini sangat sulit untuk ditemukan karena bersifat lisan, tidak seperti yang telah dibukukan. Peneliti mencoba untuk meneliti mantra yang masih digunakan oleh penduduk di Desa Bungku, karena sebagian penduduk masih mempercayai mantra, seperti mantra pengobatan, mantra buka rimba, mantra mengambil madu, dan sebagainya. Penelitian ini berjudul “Inventarisasi Struktur dan Fungsi Mantra Di Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini berupa penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap objek penelitian. Tujuan metode deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran-gambaran atau lukisan data dan fakta secara sistematis, faktual dan akurat

(3)

(Santosa, 2015 : 20). Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012 : 4) menyatakan bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 01 April 2017 sampai 31 Mei 2017. Lokasi penelitian ini di Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi Dusun I Bungku Indah. Jarak menuju Desa Bungku dari pusat Kabupaten Batanghari ±30 Km, ±30 Km dari pusat Kecamatan Bajubang dan 100 Km dari Kota Provinsi Jambi

Data dalam penelitian ini adalah dua belas mantra yang terdiri dari mantra pengobatan, mantra perlindungan, mantra mengambil madu, mantra saat hamil, dan mantra buka rimba yang diberikan oleh dukun atau pawang. Data penelitian ini berupa data rekaman dan data tertulis. Data rekaman adalah pada saat informan membacakan mantra, data tertulis adalah hasil dari data rekaman yang telah ditulis dan diterjemahkan. Sumber data pada penelitian ini adalah dukun atau pawang. Lofland (Moleong, 2012 : 157) menyatakan sumber data utama dalam penelitian ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sugiyono (2008 : 308-309) menyatakan secara umum terdapat tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1) Observasi

Nasution (Sugiyono, 2008 : 310) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung. Pada observasi, peneliti datang ke kantor Desa Bungku dan bertemu dengan Kepala Desa setelah berbincang dan menjelaskan tujuan kedatangan, Kepala Desa menyarankan peneliti untuk bertemu tumenggung Suku Anak Dalam yang lebih mengetahui seputar Suku Anak Dalam dan beberapa dukun atau pawang.

2) Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2008 : 317) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang

(4)

digunakan adalah wawancara terbuka yakni, informan tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara itu (Moleong, 2007 : 189). Peneliti memberikan pertanyaan kebebasan kepada informan untuk menjawab pertanyaan tetapi tidak menyimpang dari masalah yang diteliti, dengan demikian wawancara ini berguna untuk memperoleh data yang diperlukan.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2008: 329). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa rekaman selama penelitian, karena penelitian ini merupakan sastra lisan, yaitu mantra yang dibacakan oleh informan. Alat bantu perekaman berupa handphone merek

Vivo Y15 untuk merekam pada saat informan membacakan mantra. Saat

terjadi kesalahan, yaitu tidak jelasnya suara informan membacakan mantra, peneliti harus melakukan teknik catatan lapangan. Alat yang digunakan dalam catatan lapangan ini adalah pena dan buku tulis.

Dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Adapun prosesnya sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan pengumpulan data, dari data berupa rekaman hasil dari wawancara dan saat informan membacakan mantra. Data catatan lapangan berupa tulisan dari hasil wawancara saat informan membacakan mantra. 2. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, membuang yang tidak perlu. Dalam hal ini peneliti melakukan proses seleksi, mefokuskan, dan menyederhanakan data dari hasil wawancara, kemudian diseleksi berdasarkan fokus permasalahan yang ditetapkan.

3. Penyajian data

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Hasil dari wawancara disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, ketika dibacakan akan mudah dipahami.

4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi,

Penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir dalam menganalisis hasil penelitian, kesimpulan awal masih bersifat sementara, apabila kesimpulan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dalam pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan teknik pemeriksaan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2012 : 330). Sugiyono

(5)

(2008 : 373-374) menyatakan tiga triangulasi dalam pengecekan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Inventarisasi Mantra

Mantra Pengobatan terdiri dari : Mantra Kemasukan Roh, Mantra Temas, Mantra Tawar Racun, Mantra Terkena Bisul, Mantra Sakit Gigi, Mantra Penutup Luka, Mantra Ketulangan Ikan, Mantra Tawar Lado. 2) Mantra Perlindungan. 3) Mantra Mengambil Madu. 4) Mantra Saat Hamil. 5) Mantra Buka Rimba.

2. Struktur Mantra 1) Mantra Terkena Bisul A. Bait dan Larik Mantra

Bait merupakan satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa larik atau baris. Tiap larik memiliki suku kata yang tak tentu. Pada mantra ini hanya satu bait, dan empat larik atau baris mantra.

Telor cicak telor mengkarung Ketigo telor labi-labi

Ado yang pecah ado yang nyuroh Tidak ado satu pon yang menjadi

Larik pertama berjumlah empat kata, yaitu “telor, cicak, telor, mengkarung”, dengan Sembilan suku kata, yaitu “te-lor, ci-cak, te-lor, meng-ka-rung”. Larik kedua berjumlah tiga kata, yaitu “ketigo, telor, labi-labi”, dengan sembilan suku kata, yaitu “ke-ti-go, te-lor, la-bi-la-bi”. Larik ketiga berjumlah enam kata, yaitu

“ado, yang, pecah, ado, yang, nyuroh”, dengan sepuluh suku kata, yaitu “a-do,

yang, pe-cah, a-do, yang, nyu-roh”. Larik keempat berjumlah enam kata, yaitu

“tidak, ado, satu, pon, yang, menjadi”, dengan dua belas suku kata, yaitu “ti-dak,

a-do, sa-tu, po-n, yang, men-ja-di”.

B. Diksi (Pemilihan Kata) Mantra

Kata pada mantra bersifat konotasi terdapat pada “ado yang pecah ado yang

nyuroh” yang berarti telur itu ada yang pecah apabila ada yang memerintahkan.

Saat dukun membacakan mantra pada telur, telur itu akan pecah seolah-olah bisul telah pindah ke telur. Kata berlambang “telor cicak telor mengkarung” dan

(6)

“ketigo telor labi-labi” kata telur merupakan kata benda. Bahasa yang digunakan dalam mantra ini adalah bahasa sehari-hari, yaitu bahasa Melayu.

C. Rima (Pengulangan Bunyi) Mantra

a. Rima tengah, apabila kata-kata yang berima itu terletak di tengah kalimat.

Telor cicak telor mengkarung

Ketigo telor labi-labi

Ado yang pecah ado yang nyuroh

Tidak ado satu pon yang menjadi

Rima tengah pada mantra ini terdapat pada bunyi “telor” dan “ado”

karena berada di tengah kalimat, terdapat pada larik pertama kata ketiga, larik kedua kata kedua, larik ketiga kata keempat, dan larik keempat kata kedua.

a. Rima sempurna, apabila seluruh suku akhirnya berima sama.

………..

Ado yang pecah ado yang nyuroh

Rima sempurna terdapat pada bunyi “do” kata pertama dan kata keempat,

dan bunyi “ang” kata kedua, dan kata kelima larik ketiga.

b. Rima tak sempurna, apabila yang berima hanya sebagian suku akhir.

………..

Ketigo telor labi-labi

………..

Tidak ado satu pon yang menjadi

Rima tak sempurna terdapat pada bunyi “bi” larik kedua kata ketiga dan bunyi “di” dan larik keempat kata keenam.

c. Rima asonansi, apabila yang berima ialah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris-baris yang berlainan.

Telor cicak telor mengkarung

Rima asonansi terdapat pada bunyi vokal “e-o” kata pertama, vokal “i-a”

kata kedua, vokal “e-o” kata ketiga, vokal “e-a-u” kata keempat pada larik pertama mantra.

2) Mantra Ketulangan Ikan A. Bait dan Larik Mantra

(7)

Bait merupakan satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa larik atau baris. Tiap larik memiliki suku kata yang tak tentu. Pada mantra ini hanya satu bait, dan enam larik atau baris mantra.

Bismillah hirohmanirohim Ikan pitak ikan pituk Ketigo jahilulah

Nang melintang nang mujur Hak lalulah

Bismillah hirohmanirohim

Larik pertama berjumlah dua kata, yaitu “Bismillah, hirohmanirohim”, dengan sembilan suku kata, yaitu “Bis-mil-lah, hi-roh-ma-ni-ro-him”. Larik kedua berjumlah empat kata, yaitu “Ikan, pitak, ikan, pituk”, dengan delapan suku kata, yaitu “i-kan, pi-tak, i-kan, pi-tuk”. Larik ketiga berjumlah dua kata, yaitu “Ketigo,

jahilulah”, dengan tujuh suku kata, yaitu “ke-ti-go, ja-hi-lu-lah”. Larik keempat

berjumlah empat kata, yaitu “Nang, melintang, nang, mujur, dengan tujuh suku kata, yaitu “nang, me-lin-tang, nang, mu-jur”. Larik kelima berjumlah dua kata, yaitu “Hak, lalulah”, dengan empat suku kata, yaitu “hak, la-lu-lah”. Larik keenam berjumlah dua kata, yaitu “Bismillah, hirohmanirohim”, dengan sembilan suku kata, yaitu “bis-mil-lah, hi-roh-ma-ni-ro-him”.

B. Diksi (Pemilihan Kata) Mantra

Kata pada mantra ini adalah bersifat konotasi, terlihat pada “Nang melintang

nang mujur” dan “Hak lalulah” yang berarti tulang ikan yang melintang ataupun

yang mujur bisa dihilangkan dengan membaca mantra ini.

Kata berlambang terdapat pada larik “Ikan pitak ikan pituk“ kata ikan sudah menjelaskan hewan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yaitu bahasa Melayu, pembuka dan penutup mantra menggunakan basmalah, sedangkan isi menggunakan bahasa sehari-hari, tidak menggunakan hadist Nabi Muhammad SAW ataupun dari ayat Al-Quran.

C. Rima (Pengulangan Bunyi) Mantra

a. Rima disonansi, apabila vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata seperti pada asonansi memberikan kesan bunyi-bunyi yang berlawanan.

……….. Ikan pitak ikan pituk

(8)

Rima disonansi terlihat pada bunyi “pitak” dan bunyi “pituk”. Pada kata ini terdapat vocal “i-a” kata kedua, dan vocal “i-u” kata keempat pada larik kedua.

b. Rima asonansi, apabila yang berima ialah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris-baris yang Aberlainan.

……….. Ketigo jahilulah ………..

Rima asonansi terlihat pada bunyi vokal “e-i-o” pada kata pertama dan bunyi vokal “a-i-u-a” pada kata kedua yang terdapat pada larik ketiga. 3. Fungsi Mantra Pengobatan

1) Mantra Terkena Bisul

Fungsi mantra ini untuk mengobati bisul, terdapat pada larik ketiga dan keempat.

Ado yang pecah ado yang nyuroh Tidak ado satu pon yang menjadi

Pada larik mantra terlihat bahwa saat membacakan mantra dukun meminta bisul itu tidak menjadi atau muncul, karena tidak ada yang meminta bisul itu ada. Mantra ini termasuk mantra untuk keperluan baik.

2) Mantra Ketulangan Ikan

Fungsi mantra ini untuk menghilangkan ketulangan ikan, terdapat pada larik keempat dan kelima.

Nang melintang nang mujur Hak lalulah

Pada larik mantra terlihat saat dukun membacakan mantra tulang ikan tidak melintang ataupun mujur dan jatuhlah seperti air mengalir. Mantra ini termasuk mantra untuk keperluan baik.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Mantra yang dapat diinventarisasikan ada dua belas mantra yang dikelompokkan menjadi lima mantra, yaitu (a) mantra pengobatan yang

(9)

terdiri dari mantra perlindungan, mantra mengambil madu, mantra saat hamil, dan mantra buka rimba.

2. Struktur mantra yang diteliti berdasarkan bait dan larik, diksi, dan rima. Bait dan larik atau baris, pada mantra yang diteliti tiap larik memiliki jumlah kata dan suku kata yang tidak tentu. Diksi pada mantra yang diteliti, yaitu denotasi dan konotasi. Rima atau pengulangan bunyi, pada mantra yang diteliti satu bait mantra bisa menghasilkan beberapa rima yang berbeda jika diteliti perlarik mantra. Rima yang banyak ditemukan adalah rima asonansi dan rima tak sempurna, rima yang sedikit ditemukan yaitu, rima tertutup, rima distonasi, mantra akhir, rima sejajar dan rima kembar.

3. Fungsi mantra yang diteliti berdasarkan kegunaan dan pemaanfaatan mantra. Mantra berdasarkan kegunaannya, yaitu untuk keperluan baik. Sedangkan mantra berdasarkan pemanfaatannya, yaitu sebagai perlindungan dan sebagai pengobatan.

B. Saran

Di Indonesia terdapat beragam karya sastra seperti sastra lisan dan sastra tulisan. Disetiap daerah pun memiliki karya sastra yang berbeda berdasarkan bahasanya masing-masing. Salah satu sastra lisan yang bisa untuk diteliti adalah mantra, mantra disetiap daerah pun berbeda-beda, cara pengucapan yang berbeda, tulisan yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Tidak hanya mantra yang bisa diteliti tergantung individu masing-masing, setidaknya mengangkat kembali sastra lisan yang ada di daerah agar tidak hilang.

Pada penelitian ini hanya sebatas inventarisasi, struktur, dan fungsi mantra. analisis pada mantra bisa dikembangkan lagi, seperti makna mantra, gaya bahasa mantra, karakteristik mantra, kepercayaan masyarakat pada mantra, ritual pembacaan mantra, dan sebagainya.

DAFTAR RUJUKAN

Astika, I Made dan I Nyoman Yasa. 2014. Sastra Lisan : Teori dan

Penerapannya. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung : CV Pustaka Prima. Karim, M. 2015. Menyelisik Sastra Melayu. Yogyakarta : Histokultura.

(10)

Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Nobel Edumedia

………... 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung : Yrama Widya. Mahsun, M.S. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Masindan, dkk. 1987. Sastra Lisan Melayu Langkat. Jakarta: Pusat Pembinaan

danPengembangan Bahasa.

Moleong, L.J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Okke, K.S.Z Dkk Metodologi Kajian Tradisi Lisan Edisi Revisi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor, Asosiasi Tradisi Lisan.

Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Rahmawati, P. 2012. Mantra Suku Anak Dalam di Desa Bukit Suban Kecamatan

Air Hitam Kabupaten Sarolangun: Analisis Fungsi dan Gaya Bahasa.

Skripsi Universitas Jambi, Jambi.

Rafiek, M. 2012. Teori Sastra Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama

Santosa, P. 2015. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Azzagrafika. Semi, M.A. 1984. Anatomi Sastra. Padang : Sridharma.

Somad, K.A. 2003. Mengenal Adat Jambi Dalam Perspektif Modern. Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.

Sugiarto, E. 2012. Pantun Dan Puisi Lama Melayu. Yogyakarta : Khitah Publishing.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta.

Suryani, Elis. 2012. Rahasia Pengobatan yang Tersirat dalam Naskah Mantra. Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Jumantara. Vol 2. No 2. Hlm 76-110. Diakses http:www.pnri.go.id/majalahonline.aspx.

Suwondo, Dkk. 1978. Adat Istiadat Daerah Jambi.Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Wahyono, P Dkk. 2015. Metodologi Kajian Tradisi Lisan Edisi Revisi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor, Asosiasi Tradisi Lisan

(11)

Yasa, I.N. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung : CV. Karya Putra Darwati.

Referensi

Dokumen terkait

a. Nilai Pagu Dana s.d. Nilai Pagu Dana di atas Rp. Nilai Pagu Dana di atas Rp. Nilai Pagu Dana di atas Rp. Nilai Pagu Dana di atas Rp. Nilai Pagu Dana di atas Rp. Nilai Pagu Dana

Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa distribusi laju korosi-erosi yang terjadi pada dinding dalam elbow section bersesuaian dengan distribusi laju aliran fluida

Memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran

Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar psikomotorik siswa kelas VII pada mata pelajaran Aqidah

Penelitian terkait faktor ekonomi makro dan kinerja pasar modal asing yang mempengaruhi IHSG telah banyak dilakukan tetapi masih terdapat perbedaan hasil penelitian

Elemen struktur pada konstruksi selain secara mekanis memiliki fungsi sebagai penyalur beban (struktural) juga memiliki fungsi arsitektural yang dapat memengaruhi aktivitas dan

Adapun penelitian yang akan dilakukan adalah sebatas proses pencucian rumput laut dari proses pengolahan secara keseluruhan, dengan melakukan membuat rancang bangun

Dalam penelitian ini kepercayaan diri diukur dengan Skala Kepercayaan Diri yang didasarkan pada karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri yang dikemukakan oleh