• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIASAAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWASD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIASAAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWASD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

Arintia Adhe Lutfiani dan Ratna Supradewi

Fakultas Keperawatan dan Fakultas Psikologi UNISSULA Semarang Abstract

Primary school age children require enough energy to carry out their activities, especially activities to leam to understand the subject matter during the school day.

Nutrients are needed by the body to perform various activities. Breakfast is one important way to get adequate nutrition for the children before leaming activities at school. According to some research, a good breakfast habits positively correlated with leaming achievement of children. This is because with a good breakfast habit pattems, the child would be adequate nutrition and nutritional needs that will have an impact of the concentration and good leaming during the school day. Children who have breakfast habits will be easier to understand the lessons and gained good achievement at school. The purpose of this study was to determine the relationship of breakfast habits and academic achievement in elementary school children Tlogosari Kulon 06 Semarang. This research is quantitative with the number of respondents totaled 120 children. Hypothesis test results obtained with the Spearman correlation p value

=

0, 000 (p <0.05) and Spearman rank correlation coefficient of 0.383. This means there is a significant positive relationship between breakfast habits and learning achievement in students in elementary school T/ogosari Kulon 06 Semarang.

Keywords:

PENDAHULUAN

Gizi merupakan faktor utama penentu kualitas sumber daya manusia (SOM). Upaya peningkatan SOM yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak dengan pemberian asupan gizi dan perawatan kesehatan yang baik ( Proverawati, 2010). Menurut Sediaoetama (2006), anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau kebutuhan nutrisinya untuk menghindari ketidakcukupan gizi. Lebih lanjut Judarwanto (2010) pemberian gizi secara kualitas dan kuantitas yang baik dan benar sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah.

(2)

Kebiasaan makan anak dapat mempengaruhi preferensi dan konsumsi pangan mas a mendatang. Anak usia sekolah merupakan kelompok sasaran gizi yang paling penting. Hal ini dikarenakan : 1) periode anak usia sekolah sedang dalam tahap tumbuh kembang, sehingga membutuhkan pengetahuan dan asupan gizi yang cukup, 2) jumlah siswa anak usia sekolah dasar yang cukup tinggi ,yaitu 15% dari total populasi, 3) anak usia sekolah dasar dapat dijadikan sasaran perubahan bagi pembentuk perilaku gizi maupun kesehatan bagi diri sendiri dan keluarga ( Sulistyoningsih, 2011). Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Makan pagi bagi orang dewasa dapat mempertahankan daya tahan saat bekerja, memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas kerja. Makan pagi bagi anak sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar menjadi baik. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan yaitu menurunnya kadar gula dengan tanda-tanda antara lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun, pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan menurunnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar (Oepkes,2013).

Sitorus (2009) mengemukakan, sarapan pagi sebelum berangkat sekolah sangat penting karena berperan dalam menentukan kualitas prestasi anak di sekolah. Oi sisi lain, akibat waktu yang terbatas membuat orang tua tidak sempat menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya. Oi Indonesia dampak pada kebiasaan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah sangat besar. Rata-rata anak yang sarapan pagi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi daripada anak yang tidak sarapan pagi.

Menurut Sukmaniah ( 2008), banyak yang tidak menyadari manfaat sarapan dan menganggap sarapan pagi tidak penting. Banyak orang mengira dengan makan siang dan makan malam sudah cukup. Padahal dengan tidak sarapan pagi akan membuat lapar di siang hari sehingga cenderung makan berlebihan. Sri (2008) menambahkan apabila perut

(3)

kosong dan tiba-tiba mendapat asupan makanan yang banyak, maka akan mengakibatkan mual, sakit perut, dan keluhan lainnya. Wiyono (2008) berpendapat, sarapan dapat bermanfaat terhadap fungsi kognitif, daya ingat, nilai akademik, tingkat kehadiran di sekolah, fungsi

psikososial dan kondisi perasaan. Oalam hal ini, maka sarapan sangat

bermanfaat untuk dilakukan karena tubuh anak memerlukan sumber energi terutama untuk melakukan aktifitas.

Kebiasaan sarapan pagi terbukti mampu membuat anak lebih berkonsentrasi saat belajar di sekolah. Sarapan yang berkualitas sebagai pasokan utama untuk memicu konsentrasi otak anak saat menerima

pelajaran. Anak yang memulai aktifitas sehari-hari dengan sarapan

terbukti lebih sehat karena pasokan nutrisi yang mengandung protein, vitamin, mineral lebih banyak dari sekedar mengandung karbohidrat dan lemak. Konsentrasi terhadap pelajaran atau pekerjaan lebih baik dibandingkan anak yang tidak sarapan atau yang sarapan namun tidak cukup berkualitas ( Martianto, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA Kebiasaan Sarapan

A. Perilaku Kebiasaan Sarapan Anak SO

Masalah makan yang sering ditemui pada anak SO adalah sulit makan dan tidak nafsu makan. Bila hal tersebut tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi sehingga dapat

menganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu, anak

sekolah pada umumnya sering tidak mau makan pagi (sarapan) karena berbagai alasan, misalnya tidak terbiasa sarapan, malas makan, takut terlambat masuk sekolah sehingga tergesa-gesa berangkat sekolah atau

kesibukan orang tua yang tidak menyiapkan sarapan. Kebiasaan tidak

sarapan pada anak sekolah akan menyebabkan perut kosong dan

(4)

menjadi lemas, mengantuk, sulit menerima pelajaran, serta menurunnya semangat belajar di sekolah dan kemampuan untuk menerima pelajaran ( Irianto, 2006).

Membiasakan anak untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah tidak mudah. Sarapan perlu menjadi kebiasaan dan suatu kebiasaan yang disukai anak (Nuria, 2006).

8. Pembentukan kebiasaan sarapan.

8eberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk kebiasaan sarapan, adalah sebagai berikut :

1) Anak perlu dibiasakan untuk bangun pagi, agar tersedia waktu yang cukup untuk sarapan.

2) Para orangtua hendaknya memberikan contoh yang baik, yaitu dengan membiasakan sarapan.

3) Menu yang diberikan saat sarapan hendaknya disesuaikan dengan kesukaan anak dan memenuhi standart gizi seimbang. 4) Pada saat sarapan hendaknya anak ditemani oleh salah satu

anggota keluarga supaya merasa lebih diperhatikan.

5) Orang tua dan guru hendaknya tidak bosan untuk mengingatkan anak agar selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah, dan memberikan penjelasan tentang manfaat sarapan.

6) 8agi anak yang tidak sempat untuk sarapan, sebaiknya dibawakan bekal untuk dimakan di sekolah.

7) Guna membiasakan anak yang tidak terbiasa sarapan, bisa sarapan dengan porsi yang sedikit. Kemudian secara bertahap, porsi makan ditambah sesuai dengan anjuran (Dinkes, 2014). Prestasi 8elajar

(5)

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai individu ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu yang diberikan guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu yang diberikan guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil perbuatan belajar serta penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru (Hakim, 2005). Melalui pendidikan individu diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dan berguna bagi kelangsungan dan kemajuan diri masyarakat, bangsa dan negara. Tercapainya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh oleh peserta didik. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar (Suryabrata, 2011).

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif ( kemampuan berpikir dan analitis), prestasi afektif (sikap) dan prestasi psikomotor (tingkah laku). Namun dari tiga aspek tersebut aspek kognitif menjadi tujuan utama dalam suatu sistem pendidikan tanpa mengesampingkan aspek lain (Syah, 2003). Secara umum, prestasi belajar diartikan sebagai hasil kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar berupa perubahan tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan, kemudian diukur dan dinilai yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk angka maupun pernyataan (Haris, 2010). Pengukuran prestasi belajar anak di sekolah dapat dilakukan terhadap pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan siswa, dan merupakan proses kuantifikasi yang hasilnya berupa angka-angka (Rosyada, 2004).

Kebiasaan Sarapan dan Prestasi 8elajar

Prestasi belajar siswa SO dapat diartikan sebagai hasil belajar yang diperoleh setelah belajar siswa SO dapat diartikan sebagai hasil belajar

(6)

yang diperoleh setelah mengikuti program belajar di sekolah, dalam semua mata pelajaran yang telah diajarkan. Prestasi belajar diperoleh setelah terjadi interaksi belajar mengajar (Barlow, 2007). Selanjutnya Syah (2003), mengemukakan prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu : kognitif, afektif dan psikomotor. Umumnya pengukuran prestasi belajar untuk siswa berbentuk kuantitatif atau angka (nilai).

Menurut Moehji (2008), manusia membutuhkan sarapan, karena dengan sara pan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk jam pertama dalam melakukan aktifitas. Bila tidak sarapan, maka tubuh akan tidak mempunyai energi yang cukup terutama pada proses belajar mengajar.

Kebutuhan sarapan memang tidak perlu selengkap dan sebanyak porsi makan siang. Artinya sarapan tidak hanya mengeyangkan, tetapi juga bergizi lengkap dan seimbang. Menu sarapan sebaiknya mengandung zat tenaga, protein atau zat pembangun, vitamin dan mineral, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Karbohidrat juga sangat penting, karena kandungannya akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak. Nutrient berfungsi untuk menghasilkan energi dan memacu otak. Dari dua jenis karbohidrat, simpleks dan kompleks, karbohidrat kompleks yang lebih bermanfaat bagi kecerdasan otak karena mengandung serat dan vitamin yang bisa dicerna dan diserap secara perlahan-Iahan, sehingga kadar gula dalam tubuh akan naik secara perlahan-Iahan. Karbohidrat kompleks banyak dijumpai pada nasi, roti, gandum, jagung, bubur, kentang dan mie ( Khomsan, 2003).

Menurut para ilmuwan, sarapan merupakan makanan khusus untuk otak. Sarapan pagi berhubungan erat dengan kecerdasan mental, sehingga memberikan nilai positif terhadap aktifitas otak, menjadi lebih cerdas, peka dan mudah berkonsentrasi (Nuria, 2004). Dari hasil survey, anak-anak dan remaja yang mempunyai kebiasaan sarapan mampu mencurahkan perhatian pada pelajaran, ceria, kooperatif dan mudah

(7)

berteman ( Soekirman, 2000). Oalam hal ini maka dapat diasumsikan, sarapan yang rutin bagi anak sekolah akan memaksimalkan kemampuan di sekolah, meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan untuk menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II, I", dan IV SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Kecamatan Pedurungan Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang yang berjumlah 120 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan siswa kelas II, "I, dan IV SO Negeri Tlogosari Kulon 06. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner, untuk mengetahui kebiasaan sarapan dengan jawaban "Ya" dan "Tidak". Prestasi belajar diukur dengan menggunakan rerata nilai ulangan yang telah dilakukan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik korelasi Spearman.

HASIL PENELITIAN

Tabel. 1 Oistribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Tahun 2015

Jenis Kelamin Laki-Iaki Perempuan Total Frekuensi 52 68 120 % 43,33 % 56,67% 100 %

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui banyaknya responden yang berjenis kelamin laki-Iaki sebanyak 52 anak , sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 68 anak. Jumlah total 120 anak yang menjadi responden.

(8)

T abel. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan di SD Negeri Tlogosari Kulon 06 Tahun 2015

Kebiasaan Sarapan Ya Tidak Total Frekuensi 74 46 120 % 38.30% 61.70% 100%

Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui 46 anak tidak terbiasa sarapan dan 74 anak terbiasa sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.

Tabel. 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Prestasi Belajar di SD Negeri Tlogosari Kulon 06 Semarang Tahun 2015.

Interval Lebih dari 70 60 -70 50-60 Kurang dari 50 Jumlah Nilai Maksimum = Nilai Minimum Rata-rata 85.0 = 51.0 = 68.2 Kriteria Baik Cukup Kurang Gagal Frekuensi % 42 35% 62 51.7 % 16 13.3 % 0 0% 120 100%

Berdasarkan tabel di atas diketahui 42 anak memiliki prestasi belajar dengan kategori baik, 62 anak memiliki prestasi belajar dengan kategori cukup, 16 anak memperoleh prestasi belajar dengan kategori kurang.

(9)

Tabel. 4 Uji Korelasi Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Oengan Prestasi Belajar Anak di SO Negeri Tlogosari Kulon 06.

Kebiasaan Sarapan r

p N

Prestasi Belajar Anak 0, 383

0,000 120

Tabel. 4 menunjukkan hasH analisa hubungan kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar anak di SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Semarang diperoleh p value sebesar 0,000 ( p value < 0,05 ) yang menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestastasi belajar anak. Oalam hal ini, nilai correlation coefficient rank Spearman sebesar 0,383.

PEMBAHASAN

Oari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasH bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kebiasaan sarapan dan prestasi belajar anak di SO Negeri Tlogosari Kulon 06 Semarang.

Sarapan adalah bentuk dari kegiatan makan yang dilakukan di rumah pad a pagi hari sebelum berangkat sekolah. Seseorang membutuhkan sarapan sebagai bentuk sumber energi dalam melakukan aktifitas. Bagi anak sarapan merupakan hal penting terutama untuk melakukan aktifitas belajar. Riyadi (2010) mengemukakan bahwa dengan sarapan anak akan memHiki cukup tenaga untuk melakukan aktifitas belajar dan bermain. Anak yang tidak pernah sarapan akan mengalami gangguan kekurangan energi untuk beraktifitas. Oampak lain juga akan dirasakan selama proses belajar, di mana anak kurang berkonsentrasi, mudah lelah, mudah mengantuk, dan gangguan fisik lainnya. Hal ini akan menghambat proses belajar anak selama di sekolah.

Oari 120 siswa, terdapat 74 siswa (61, 7%) yang memiliki kebiasaan sarapan, ini artinya masih banyak siswa yang tidak sarapan pagi sebelum ke sekolah. Banyak faktor yang menjadi alasan siswa untuk

(10)

tidak melakukan sarapan. Hal tersebut bisa disebabkan kepedulian orang tua pad a anak tentang pola hidup sehat terutama kebiasaan sarapan yang masih kurang, siswa kerap kali bang un kesiangan, atau siswa memang tidak berselera untuk melakukan kebiasaan sara pan sebelum berangkat ke sekolah.

Berdasarkan data dari Oinas Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013), menyatakan bahwa sara pan sangat baik untuk menjaga metabolisme tubuh. Oengan sarapan maka tubuh secara alami akan melakukan pembakaran, dengan pembakaran nutrisi, vitamin dan zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh akan didistribusikan oleh darah ke seluruh anggota tubuh, dengan demikian kinerja otak akan optimal. Saat kinerja otak telah optimal maka siswa lebih mudah menangkap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, maka prestasi belajar siswa yang memiliki kebiasaan sarapan akan memiliki kecenderungan lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang tidak memiliki kebiasaan sarapan.

KESIMPULAN

Ada hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SO Negeri Tlogosar Kulon 06 Semarang, dengan p value = 0,000 ( p value < 0,05) , dan correlation coefficient rank Spearman sebesar 0,383.

SARAN

Orang tua hendaknya memperhatikan kebiasaan sarapan anaknya dan memberikan sarapan dengan menu yang mengandung nutrisi yang cukup yang dibutuhkan untuk aktifitas anak selama di sekolah. Bila anak kurang berselera sarapan, perlu dibuatkan menu makanan yang disukai anak dan disajikan secara menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan bagi anak.

Bagi sekolah, hendaknya para guru rajin mengingatkan murid untuk sarapan dan memberikan pengetahuan mengenai pentingnya sarapan di

(11)

beberapa mata pelajaran yang relevan, misalnya i1mu pengetahuan alam ,

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Barlow, H.D. & Durand, MV. 2007. Psikologi abnormal. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Depkes RI. 2013. Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas

Indonesia tahun 2013). Jakarta : Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan.

Dinkes. 2014. Profil kesehatan kota Semarang. Semarang. Hakim, T. 2005. Belajar secara etektif. Jakarta: Puspa warna.

Haris, AL. 2010. Faktor eksternal yang mempengaruhi psikologi be/ajar: psik%gi pendidikan. http://thoriqul-ulum com. Diakses 18 Februari 2012.

Irianto. 2006. Panduan gizi lengkap keluarga. Yogyakarta : Andi Offset. Judarwanto. 2010. Jangan biarkan anak suka JaJan.

http://kesehatan.kompasiread 12009105111120252731 Diakses 28

Desember 2013.

Khomsan, A 2003. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Martianto, D. 2006. Ka/au mau sehat, jangan tinggalkan kebiasaan sarapan. http://www.republika.co.id. Diakses 5 November 2013. Moehji, S. 2008. IImu gizi II. Penanggulangan gizi buruk. Jakarta : PT.

Bhatara Niaga Medika.

Nuria, A 2006. Berbagai faktor yang berhubungan dengan kebiasaan siswa sekolah dasar muhammadiyah 9 Surabaya. Skripsi ( tidak diterbitkan). Universitas Air/angga.

Proverawati, A 2010. IImu gizi untuk keperawatan dan gizi kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Riyadi. 2010. Penilaian keadaan gizi masyarakat. Bogor : IPB.

Soediaoetama. 2006. IImu gizi untuk mahasiswa dan protesi jilid II.

Jakarta : Dian Rakyat.

(13)

Soekirman. 2000. IImu gizi dan ap/ikasinya. Jakarta: Oepdiknas.

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta : Graha ilmu.

Suryabrata, S. Psik%gi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syah, M. 2003. Psikologi be/ajar. Jakarta : Logos Wacana IImu.

Referensi

Dokumen terkait

Definisi Target kinerja ini bertujuan untuk tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat,

masih terdapat hubungan antara tingkat komopolitan responden dengan persepsi masyarakat terhadap usaha tani tanaman karet di Desa Nanga Tekungai pada taraf kepercayaan (80%)

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Kualifikasi nomor BA-10/BC.015/ULP/POKJA.INSW/2017 tanggal 28 Februari 2017, dengan ini Kelompok Kerja Khusus ULP Kantor Pusat

(1) Laporan tahunan dan perhitungan tahunan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 serta pembebasan dan pelunasan sepenuhnya

konstruksi kapal kayu 5.1 Memahami gambar kerja 5.2 Membuat mal konstruksi kapal. 5.3 Membuat komponen konstruksi kapal

Penulis ingin katakan ketika berbicara Good governance maka sering di gunakan sebagai standar sistem good local governance di katakan baik dalam menjalankan

Untuk itu, artikel ini berupaya mengkaji gagasan tentang epistemologi Psikologi Islam yang dibentuk berdasarkan pandangan wahyu tentang kemungkinan manusia memiliki

Matematika juga dapat dikatakan sebagai alat untuk perkembangan sains maupun teknologi, karena pola yang dipakai menggunakan pemikiran yang logis dan dapat