• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM IPT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM IPT"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

“MIKOLOGI”

Oleh :

Nama : Isna Ummul Ma’rifah NIM : 13504020111194 Kelompok : B2

Asisten : Luthfiyyah Khairunnisa

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

(2)

I. PENDAHULUAN a. Pengertian Penyakit

Penyakit tumbuhan yaitu setiap kerusakan yang berkaitan dengan pengambilan nutrisi, mineral dan air, gangguan sintesa bahan makanan, translokasi dan metabolisme sedekimian rupa sehingga mempengaruhi penampakan dan atau hasil tanaman dibandingkan dengan tanaman sehat atau normal dari varietas tumbuhan yang sama karena adanya serangan pathogen atau gangguan faktor lingkungan (Abadi, 2000)

Penyakit sebenarnya adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaikbaiknya karena adanya suatu gangguan (Djafarudin, 2001).

Plant pathology is the study of the organisms and of the environmental factors that cause disease in plants; of the mechanisms by which these factors induce disease in plants; and of the methods of preventing or controlling disease and reducing the damage it causes (Agrios, 2005)

b. Mekanisme Terjadinya Penyakit

Mekanisme terjadinya penyakit yaitu memalui 5 tahapan, yaitu: 1) Inokulasi atau penularan

Dimulai dari inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui perantara air, angin, serangga, dan sebagainya.

2) Penetrasi

Proses masuknya patogen atau bagian dari patogen ke dalam sel, jaringan, atau tubuh tanaman inang.

3) Infeksi

Merupakan suatu proses patogen memanfaatkan nutrisi atau sari-sari makanan dari tanaman inang.

4) Invasi

Merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah terjadi infeksi.

5) Penyebaran

Merupakan proses berpindahnya patogen atau inokulum dari sumbernya ke tempat lain.

(Abadi, 2003).

(3)

Cara patogen menyerang tumbuhan yaitu dengan mengonsumsi kandungan sel inang atau mengabsorbsi makanan dari tumbuhan inang secara terus menerus sehingga melemahkan tumbuhan inang, kemudian membunuh sel atau merusak aktivitas metabolisme sel inang karena enzim, toksin, dan zat tumbuh yang disekresikan patogen, setelah itu mengganggu transportasi makanan, nutrisi, mineral dan air pada jaringan pembuluh inang dan selanjutnya menghalangi atau mengurangi proses fotosintesis (Abadi, 2003).

Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang. Beberapa cara patogen untuk dapat masuk ke dalam inang diantaranya dengan cara mekanis dan cara kimia.

1) Cara Mekanis

Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel.

Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.

Gambar. Skema Penetrasi Patogen terhadap Dinding Sel Tanaman 2) Cara Kimia

(4)

Patogen mengeluarkan senyawa kimia untuk menyerang tanaman inangnya. Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang. Misalnya saja, enzim sangat berperan terhadap timbulnya gejala busuk basah, sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau batang. Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar.

(Martoredjo, T. 1984)

II. ISOLASI a. Pengertian Isolasi

Isolasi mikroorganisme ialah proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar,1986).

Isolation of the pathogen is a pathogen of the process of taking a medium or environment of origin and grow in an artificial medium in order to obtain pure cultures. Pathogens are moved from one place to another must use aseptic procedures. Aseptic means free from sepsis, a condition contaminated because of other microorganisms (Singleton dan Sainsbury, 2006).

b. Gejala yang Ditimbulkan Oleh Patogen

Colletotricum Capsici pada cabai

Gejala pada cabai yaitu terdapat spot kehitaman pada permukaan dan membentuk pusaran. Patogen ini menyebabkan penyakit yang dikenal dengan antraknose yang menimbulkan gejala berwarna kecoklatan berlekuk, pada gejala lanjut buah mengering, mengerut dan terdapat bintik-bintik kecil yang berwarna kehitaman (Sulastri et al., 2014)

(5)

Ustilago Maydis pada tongkol jagung

Gejala awal berupa pembengkakan atau gall yang dibungkus dengan jaringan berwarna putih kehijauan sampai putih perak mengkilat. Bagian dalam gall berwarna gelap dan berubah menjadi massa tepung spora berwarna coklat sampai hitam. Apabila bunga jantan terinfeksi, maka semua tongkol pada tanaman tersebut terinfeksi penyakit gosong (Wakman dan Burhanuddin, 2007).

Biji-biji yang terinfeksi membengkak, membentuk kelenjar-kelenjar. Dengan makin membesarnya kelenjar-kelenjar,kelobot terdesak ke samping, sehingga sebagian dari kelenjar itu tampak dari luar. Akhirnya kelenjar pecah dan spora jamur yang berwarna hitam terhambur keluar (Semangun, 1993).

Gloesporium Sp. pada buah apel

Busuk buah (Gloeosporium Sp.). Gejala: bercak kecil cokelat dan bintikbintik hitam berubah menjadi orange.Busuk akar (Armilliaria Melea). Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk (Kusumo, S. 1986).

(6)

A

B

Gambar. A. Karakteristik Makroskopis Tampak Depan dan Tampak Belakang (7 his) B. Karakteristik Mikroskopis: a. Hifa tidak bersekat (b). Konidia berbentuk bulan sabit tidak bersekat. Sumber: (Pelczar, 1986)

Fusarium Moniliforme pada

tebu

Salah satu penyakit tebu yang banyak dijumpai di pertanaman tebu. Penyakit yang disebabkan oleh jamur F. moniliformae memiliki 3 stadia. Stadium 1 ditandai dengan gejala yang hanya terdapat pada daun berupa munculnya klorotis pada helaian daun yang baru saja terbuka yang akan timbul titik-titik atau garis-garis merah. Stadium 2 terdiri dari gejala terdapatanya garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas menjadi rongga-rongga yang dalam. Stadium 3 memiliki gejala spesifik berupa membengkoknya batang tanaman tebu akibat gejala lanjutan dari stadium dua (Gholib, D. dan E. Kusumaningtyas. 2006)

c. Kenampakan Makroskopik Patogen pada Media Buatan 1. Colletotricum capsici

Hifa jamur Colletotrichum sp. berwarna agak gelap dan tidak bersekat, konidiofor tidak bercabang dan konidia berbentuk bulan sabit tidak bersekat serta hialin. C. capsici menghasilkan spora berupa konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-ujungnya yang tumpul dan bengkok seperti bulan sabit (Agrios, 2005).

(7)

2. Fusarium moniliforme

3.

Ustilago maydis

makroskopis Ustilago maydis mikroskopis Ustilago maydis 4. Gloeosporum sp.

Ciri makroskopis jamur ini berbentuk seperti lingkaran, berwarna putih dan tepi koloni tidak rata. Apabila dilihat dari permukaan bawahnya terdapat bintik-bintik hitam. Miselium dari isolasi jamur ini berwarna putih dan terdapat bintik-bintik hitam (Afriyeni, et al, 2013).

(8)

Kenampakan makroskopis Gloeosporum sp. d. Metodologi

Alat

 Cutter : Untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan

 Pinset : Untuk memindahkan potongan sampel bagian yang bergejala.

 Cawan Petri : Sebagai tempat media (isolasi), alkohol, khloroks dan aquadest.

 Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis.

 Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)

 Wrapping : Untuk meng-cover hasil isolasi di cawan petri.

 Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi. Bahan

 Alkohol : Untuk sterilisasi

 Aquadest : Untuk sterilisasi

 Kloroks : Untuk meluruhkan mikroorganisme

 Media PDA : Untuk tempat media menanam isolat

 Spesimen : Sebagai bahan yang akan diamati Cara Kerja

Mencuci sampel tanaman bergejala di air mengalir Memotong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat (± 1 cm)

(9)

 Kholorox selama 1 menit

 Alkhohol selama 1 menit

 Aquades selama 1 menit Mengeringkan di tissue / ditiriskan Menanam isolat di media PDA dan diberi label

Tutup dengan wrapping

Mengamati setiap hari selama 1 minggu dan medokumentasi Analisa Perlakuan

Mencuci sampel tanaman yang bergejala dengan air mengalir kemudian memotong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat masing-masing ± 1 cm, lalu potongan sampel direndam dengan Kholorox selama 1 menit tujuannya untuk meluruhkan mikroorganisme yang ada di sampel tersebut, lalu direndam Alkhohol selama 1 menit fungsinya untuk sterilisasi selanjutnya Aquades untuk sterilisasi selama 1 menit untuk , setelah itu meniriskan di tissue lalu menanam isolat di media PDA dan diberi label dan ditutup dengan wrapping. Diamati setiap hari selama 1 minggu dan didokumentasikan.

e. Hasil dan Pembahasan 1) Collectotricum capsisi

Isolasi Collectotricum capsisi

Berdasarkan hasil pengamatan isolasi jamur patogen tanaman dapat diketahui bahwa pengamatan terhadap patogen C. capsici pada awal pengamatan miselium berwarna putih dan akhirnya berwarna

(10)

kehitaman pada hari ketujuh, pada ulangan kedua miselium jamur berwarna putih keabu-abuan. Kenampakan makroskopis jamur C. capsici ini telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kenampakan makroskopis pada 7 hari setelah isolasi yaitu warna miselium putih keabu-abuan sampai dengan hitam dengan arah pertumbuhan ke samping dan mempunyai struktur miselium yang kasar (Sulastri et al., 2014).

2) Fusarium moniliforme

Setelah hasil dari potongan daun tebu bergejala yang dibiakkan di media PDA mulai tumbuh ditandai dengan tumbuhnya miselium. Tumbuh miselium berwarna putih seperti kapas. Miselium mulai berkembang hingga hari ketujuh setelah isolasi. Pada hari ke tujuh perkembangan miselium mulai tampak lebih banyak dan berkembang dibandingkan dengan hari sebelumnya. Selain itu, pada pusat koloni berwarna kehitaman dan terjadi kontaminasi. Koloni yang diambil untuk purifikasi yaitu koloni yg terdapat pada bagian dekat pusat koloni.

Isolasi Fusarium moniliforme 3) Ustilago maydis

(11)

Berdasarkan hasil pratikum, pengambilan bagian biji tanaman jagung bergejala yang dibiakan di media PDA mulai tumbuh di tandai dengan tumbuhnya miselium. Tumbuhnya miselium yang disekitar permukaan jagung terlihat berwarna putih seperti kapas. Miselium mulai berkembang hingga hari ke tujuh setelah pengamatan isolasi. Pada pengamatan hari ke tujuh perkembangan dan pertumbuhan miselium mulai tampak lebih banyak dan berkembang jika dibandingkan dengan pengamatan hari sbelumnya. Selain itu pada media di sekitar spesimen tampak perubahan warna di permukaan media menjadi kecoklatan.

4) Gloeosporum sp.

Isolasi Gloeosporum sp.

Berdasarkan hasil praktikum pada hari pertama setelah isolasi, sudah muncul koloni miselium yang tipis berwarna putih. Koloni miselium terus berkembang dan bertambah banyak memenuhi cawan petri. Koloni miselium yang akan diambil untuk purifikasi adalah yang berwarna putih, yang merupakan koloni miselium Gloeosporium sp (lingkaran putih besar), bukan yang berwarna kehitaman. Warna kehitaman pada hasil isolasi menunjukkan bahwa terjadinya kontaminasi.

III.PURIFIKASI a. Pengertian Purifikasi

Purifikasi atau disebut juaga pemurnian adalah pemisahan satu jenis mikroorganisme patogen dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja, dari beberapa macam mikroorganismedalam satu media,purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian patogen tersebut (Semangun, H. 1996).

(12)

Purification of Pathogen Isolates is a way to separate one from patogenlainnya pathogens which aim to obtain pure cultures (Agrios, G. N. 1988).

b. Tujuan Purifikasi

Purifikasi bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. Sebelum melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap suatu patogen tanaman, maka patogen tanaman pertama kali harus diisolasi ke dalam media buatan dan dibiakkan secara aseptik. Patogen selalu berasosiasi dengan bagian tanaman yang sakit sehingga harus dilakukan isolasi.

c. Metodologi Alat

 Jarum Ose : Digunakan untuk mengambil/memindahkan koloni patogen.

 Wrapping : Untuk membungkus media dan cawan petri.

 Bunsen : Digunakan untuk sterilisasi alat Bahan

 Alkohol : Digunakan untuk sterilisasi

 Spirtus : Sebagai bahan bakar bunsen

 Media PDA : Untuk membiakkan biakan murni yang telah dipurifikasi. Cara Kerja

Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan mengambil sejumlah kecil koloni

Meletakkan atau menanam di media PDA baru Wrapping dan mendokumentasikan Analisa Perlakuan

Langkah pertama mensterilkan tempat dan alat yang akan digunakan purifikasi lalu mengambil sejumlah kecil koloni dari isolate yang telah tumbuh kemudian meletakkan atau menanam di media PDA baru dan menutup dengan wrapping dan mendokumentasikannya.

d. Pembahasan Hasil Purifikasi 1) Collectotricum capsisi

(13)

Purifikasi Collectotricum capsisi

Berdasarkan hasil praktikum purifikasi atau pemurnian jamur C. capsici yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang ditumbuhkan pada media PDA mulai berkembang, koloni tidak tumbuh pada jamur ini, hal tersebut bisa dikarenakan oleh kontaminasi saat penanaman, perlakuan penyeterilan kurang benar. Hal seperti itu bisa mimicu koloni tidak bisa tumbuh. Sehingga tidak dilakukannya identifikasi jamur C. capsisi

Hasil purifikasi jamur C. capsici ini (kenampakan makroskopisnya) sesuai dengan literatur mengenai kenampakan makroskopis C. capsici pada media PDA yang dikemukakan oleh Sulastri, et al (2013). Menurut Sulastri, dkk (2013) miselium jamur Colletotrichum capsici yang tumbuh pada medium PDA berwarna putih keabu-abuan sampai dengan hitam pada 7 hst, arah pertumbuhan miselium kesamping, dan struktur miselium kasar. Pengamatan makroskopis biakan murni C. capsici berwarna putih sampai abu-abu gelap.

2) Fusarium moniliforme

Berdasarkan hasil praktikum purifikasi jamur Fusarium moniliforme yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang dimurnikan dari hasil isolasi mulai tumbuh pada media PDA 1 hari setelah purifikasi. Jamur mulai tumbuh ditandai dengan adanya miselium pada hari pertama setelah isolasi. Perubahan warna miselium terjadi hingga hari ketujuh setelah isolasi warnanya berubah menjadi hitam. Terjadi kontaminasi pada jamur tersebut ditandai warna yang berubah hitam Seharusnya miselium dari isolasi jamur ini berwarna putih menyerupai kapas dengan pusat koloni berwarna keunguan. Hal ini sesuai dengan Pitt dan Hocking (1989) yang menyatakan bahwa

(14)

pertumbuhan koloni F. moniliformae pada media PDA berwarna putih yang disertai dengan warna ungu.

Purifikasi Fusarium moniliforme 3) Ustilago maydis

Purifikasi Ustilago maydis

Berdasarkan hasil pratikum purifikasi jamur Ustilago maydis yang telah dilakukan bahwa koloni jamur yang dimurnikan dari hasil isolasi mulai tumbuh pada media PDA. Jamur mulai tumbuh ditandai dengan adanya miselium pada hari pertama setelah isolasi. Pusat dari pertumbuhan dan perkembangan jamur pada pengamatan hari pertama terlihat berwarna merah kecoklatan. Menurut (Oka, 1993) bahwa cendawan Ustilago maydis mempunyai taliospora berbentuk bulat, berwarna coklat kemerahan dan berdiameter 9-12 μm. Perubahan warna miselium terjadi hingga hari ketujuh setelah isolasi, pada pengamatan hari ke tujuh miselium tampak tumbuh dan berkembang membentuk lingkaran berwarna putih seperti benang-benang tampak tipis.

(15)

Purifikasi Gloeosporum sp.

Berdasarkan hasil praktikum purifikasi jamur Gloeosporium sp yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang dimurnikan dari hasil isolasi mulai tumbuh pada media PDA. Jamur mulai tumbuh ditandai dengan adanya miselium pada hari pertama setelah isolasi. Perubahan warna miselium terjadi hingga hari ketujuh setelah isolasi. Miselium dari isolasi jamur ini berwarna putih dan terdapat bintik-bintik hitam. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur. Menurut Afriyeni, et al (2013) Ciri makroskopis jamur ini berbentuk seperti lingkaran, berwarna putih dan tepi koloni tidak rata. Apabila dilihat dari permukaan bawahnya terdapat bintik-bintik hitam.

IV. IDENTIFIKASI JAMUR a. Pengertiam Identifikasi

Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati,2012).

Identification is the effort introduction of a thing by observing its distinctive properties (Singleton dan Sainsbury, 2006).

b. Metodologi Alat

 Mikroskop: untuk mengidentifikasi kenampakan mikroskopis patogen

 Objek glass & Cover glass : digunakan sebagai tempat isolat yang diamati.

(16)

 Jarum ose : untuk mengambil koloni.

 Kamera : untuk mendokumentasikan hasil identifikasi Bahan

 Aquades : untuk membersihkan alat.

 Alkohol : untuk mensterilkan alat.

 Biakan murni patogen : spesimen yang diamati. Cara Kerja

Menyiapkan biakan murni patogen Mengambil dengan jarum ose

Meletakkan di preparat

Amati di bawah mikroskop perbesaran 10x dan mendokumentasikan Analisa Perlakuan

Langkah pertama siapkan biakan murni patogen lalu mengambilnya dengan jarum ose kemudian diletakkan di preparat dan diamati di bawah mikroskop perbesaran 10x serta mendokumentasikannya,

c. Pembahasan Hasil Identifikasi 1) Collectotricum capsisi

Pada jamur C. capsisi pada saat purifikasi tidak tumbuh sehingga tidak dilakukannya identifikasi. Faktor yang dapat menyebabkan jamur tidak tumbuh bisa terjadi kontaminasi saat penanaman selain itu pada saat proses penanaman sterilisasi alat kurang tepat.

Menururt literartur yang dikemukakan oleh Sulastri, et al (2013) tentang identifikasi mikroskopis C. capsici. Menurut Sulastri, et al (2013) konidia C. capsici berbentuk bulan sabit dan tidak bersekat, hifa berwarna agak gelap dan tidak bersekat sedangkan konidiofornya tidak bercabang. Menurut Agrios (2005) mengatakan bahwa C. Capsici menghasilkan spora berupa konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-ujungnya yang tumpul dan bengkok seperti bulan

(17)

sabit. Jamur ini mempunyai miselium yang terdiri dari beberapa septa, inter dan intraseluler hifa. Aservulus dan stroma pada batang berbentuk hemispirakel dan ukuran 70-120 μm. Seta menyebar, berwarna coklat gelap sampai coklat muda, seta terdiri dari beberapa septa dan ukuran ±150μm. Konidiofor tidak bercabang, massa konidia nampak berwarna kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung konidiofor. Konidia berbentuk hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 μm. Konidia dapat berkecambah pada permukaan buah yang hijau atau merah tua.

2) Fusarium moniliforme

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari identifikasi mikroskopis jamur Fusarium moniliforme. Secara mikroskopis didapatkan bahwa makrokonidia memiliki bentuk bengkok seperti sabit dan mempunyai sekat. Sedangkan mikrokonidium dari jamur ini berbentuk oval dan bersel satu. Jika dibandingkan dengan literatur, hasil praktikum sudah sesuai dengan pernyataan dari Semangun, 2007 bahwa jamur F. moniliformae membentuk makrokonidium bengkok seperti sabit yang mempunyai 3-7 sekat berukuran 25- 60 x 2,5-4µm yang bergantung kepada banyaknya sekat dan mikrokonidia yang berbentuk kumparan atau jorong dan bersel satu berukuran14-18 x 4,5-6µm.

Secara mikroskopis diketahui bahwa cendawan ini memiliki miselium yang hyalin, bercabang dan bersekat.Makrokonidia berbentuk bulan sabit, berwarna hyalin dan bersekat.Mikrokonidianya berbentuk bulat dan membentuk rantai panjang serta hyalin dan berwarna terang (Panglipur et al. 2013).

(18)

3) Ustilago maydis

Identifikasi Ustilago maydis

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari identifikasi mikroskopis jamur Ustilago maydis bahwa terdapat teliospora berbentuk bulat sampai elip berwarna coklat sampai hitam. Spora diploid membentuk promiselium dengan empat atau lebih sporidia. Menurut (Oka, 1993) teliospora berbentuk bulat, berwarna coklat kemerhan, berdiamaeter 9-12 µm serta konidia berbentuk bulat sampai oval berdiameter 4-7 µm terbentuk semacam stigma pendek dari septa hifa.

4) Gloeosporum sp.

Identifikasi Gloeosporum sp.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari identifikasi mikroskopis jamur Gloeosporium sp. Dari hasil praktikum didapatkan adanya konidia yang berbentuk basil di sekitar hifa. Bahwa hifa dari jamur Gloeosporium sp bersekat dan tidak bercabang. Ciri mikroskopisnya adalah konidia berbentuk basil dan tersebar banyak di sekitar hifa. Konidianya bersekat antara dua sampai

(19)

tiga sel, hifa hialin dan bersekat, terbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor, konidiofor pendek, tidak berwarna, tidak bercabang, tidak bersekat (Afriyeni, et al., 2013).

V. PENUTUP 1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum tentang mikologi didapatkan hasil saat identifikasi jamur. Pada jamur Collectotrichum capsici saat purifikasi jamur tidak tumbuh dikarenakan faktor saat penanaman kurang tepat sehingga tidak dapat diidentifikasi. Sedangkan hasil identifikasi Gloeosrorium sp berhasil, dimana sesuai dengan literatur yang memiliki ciri-ciri mikroskopis dari jamur tersebut yaitu konidia berbentuk basil dan tersebar banyak di sekitar hifa. Hifa bersekat dan bercabang serta konidia berbentuk basil.

Hasil identifikasi Fusarium moniliforme juga sesuai dengan literatur bahwa makrokonidia memiliki bentuk bengkok seperti sabit dan mempunyai sekat. Sedangkan hasil identifikasi Ustilago maydis bahwa terdapat teliospora berbentuk bulat sampai elip berwarna coklat sampai hitam.

2. Saran

Untuk praktikum ke depannya, seharusnya laporan dikumpulkan per satu materi selesai, sehingga laporan tidak menumpuk di belakang.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan II. Bayumedia Publishing. Malang. p 3.

Afriyeni, Yenita, Nasril, Nasir, Periadnadi, dan Jumjunidang. 2013. Jenis-jenis Jamur pada Pembusukan Buah Kakao (Theobroma cacao, L.) di Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. ISSN: 2303-2162- DRAFT. Agrios G.N. 1998. Fitopatología, 3era Edición, México, 838 pp

Agrios, George N. 2005. Plant Pathology Fifth Edition. Department of Plant Pathology University of Florida. Elsevier Academic Press.

Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara. Jakarta

Gholib, D. dan E. Kusumaningtyas. 2006. Penghambatan Pertumbuhan Fusarium Moniliforme oleh Trichoderma Viride. Balai Penelitian Veteriner. Bogor Kusumo, S. 1986. Apel (Malus sylvestris Mill). Penerbit Yasaguna. Jakarta.

Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta

Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta Oka, I. N. 1993.Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Gajah Mada

Panglipur et al., 2013. Uji Ketahanan Kalus Kultivar Tebu (S. officinarum L). Terhadap Penyakit Pokahbung Menggunakan Filtrat Kultur Fusarium Moniliforme Secara In Vitro. Jurusan HPT. FP. UB Malang

Pelczar, M. J. 1986. Chan Eement of Microbiology. Edisi 1. Penerjemah Ratna sri Hadioetomo et. al. UI Press. McGraw-Hill book company. [diunduh tanggal 18 April 2012].

Pitt, J. I. dan Hocking A.D. , 1999. Fungi and food spoilage, 2nd ed. Aspen Publ Inc. Gaithersburg, MD, USA

Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

(21)

Semangun, H. 1996,Pengantar ilmu penyakit tumbuhan, Gadjah Mada UniversityPress, Jogjakarta

Semangun, Haryono. 2007. Penyakit- penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.

Sulastri. 2014. Identifikasi Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur Dan Intensitas Serangannya Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau

Wakman, W dan Burhanuddin. 2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Referensi

Dokumen terkait

Efektifitas TOPO untuk mengekstraksi Th semakin berkurang karena mol TOPO sudah berkurang untuk ekstraksi pada tingkat sebelumnya sehingga kadar atau konsentrasi Th

Pada tahap ini dilakukan pengujian menggunakan metode pengujian white box di mana peneliti melakukan pengecekan kode- kode program java yang telah dibuat dan

ngemukakan pendapatnya tentang dampak pensiun sebagai berikut : a. Dampak terhadap individu. Pekerjaan bagi seseorang tentunya memberikan perasaan identitas pribadi, tempat

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI terjadi perbaikan proses pembelajaran di mulai dari pertemuan pertama sampai pertemauan terakhir pada

Pengukuran reaksi pasar menggunakan Abnormal Return kumulatif.Hasil penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ukuran perusahaan dengan pasar untuk rasio aset buku

Aspek keamanan di Taman Lansia Surabaya baik pada variabel fungsi, desain, aksesibilitas, maupun material masih banyak yang memiliki kekurangan terutama bagi pengguna

Konflik antar Ormas terjadi dan berulang tersebut disebabkan perekonomian (Pengangguran, Pemuda, dan perebutan wilayah). Namun bentrok yang terjadi tidak pernah sampai kepada bentrok

keanggotaan OPEC pada tahun 2016 tidak berdampak pada kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dengan Iran, dimana Iran merupakan salah satu anggota dari