ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC)
dan Mengerjakan Soal-soal Pada Buku Principles of Measurement Systems
SISTEM DAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN
Tugas II Mata Kuliah Sistem dan Instrumentasi Pengukuran TF6101Oleh
LINO HUGUN SAPUTRA
NIM: 23315309
PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
September 2016
1
1. Pendahuluan
Analog to Digital Converters (ADC) adalah sebuah rangkaian elektronik yang berfungsi mengubah sinyal analog (continuous) menjadi sinyal digital (discrete). Sinyal analog merupakan sinyal yang langsung dapat diukur. Sedangkan sinyal digital hanya memiliki dua keadaan, untuk komputer digital merujuk pada status biner yakni 0 dan 1.
ADC diperlukan karena microprocessor hanya dapat menyelesaikan suatu proses kompleks dalam bentuk sinyal digital. Ketika sinyal berada dalam bentuk sinyal digital maka akan lebih mudah untuk menghilangkan noise yang terjadi. ADC berfungsi sebagai penghubung antara dunia analog (tranduser/sensor) dan dunia digital (signal processing and data handling).
ADC biasa digunakan hampir disemua tempat dimana sinyal analog diperlukan untuk diproses, disimpan, atau dikirimkan dalam bentuk sinyal digital. Contohnya penggunaan ADC adalah pada voltmeter digital, handphone, termokopel, dan osiloskop digital. Mikrokontroler biasanya menggunakan 8, 10, 12, atau 16 bit ADC.
2. Cara kerja ADC
Gambar 1. ADC process
Gambar 1 menunjukan cara kerja dari ADC. Terdapat dua langkah yang dilakukan oleh ADC untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, yakni:
a. Sampling dan Holding (S/H)
Holding signal berguna untuk menentukan akurasi dari pengubahan sinyal analog menjadi sinyal oleh ADC. Dan sampling rate terendah seharusnya paling tidak dua kali lebih besar disbanding dengan frekuensi tertinggi dari data yang diperoleh oleh sinyal analog. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan βseberapa sering sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada
2
selang waktu tertentuβ. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).
Gambar 2. Sampling and Holding
Resolusi ADC menentukan βketelitian nilai hasil konversi ADCβ. Sebagai contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 255 (2n β 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit. Resolusi merepresentasikan ketidakpastian dari kuantisasi yang melekat pada perubahan sinyal analog menjadi sinyal digital.
βπ = ππ 2π
ο· Vr = Tegangan referensi
ο· N = Banyaknya bit data dari sinyal output ο· βV = Resolusi
b. Quantizing dan Encoding (Q/E)
Quantizing berfungsi untuk membagi sinyal referensi (tegangan referensi) kedalam kuantitas / bentuk diskrit, kemudian mengkosresinya agar
3
diperoleh kuantitas yang benar. Encoding berfungsi untuk menentukan kode digital unik berdasarkan kuantitas yang dipilih, kemudian mengalokasikannya kedalam sinyal input.
Gambar 3. Quantizing and Encoding
Agar hasil konversi sinyal analog menjadi sinyal digital dapat lebih akurat, maka dapat dengan meningkatkan Sampling Rate dan Resolusi yang digunakan.
c. Komparator ADC
Bentuk komunikasi yang paling mendasar antara wujud digital dan analog adalah piranti (biasanya berupa IC) yang disebut komparator. Piranti ini, yang diperlihatkan secara skematik pada gambar 4, secara sederhana membandingkan dua tegangan pada kedua terminal inputnya. Bergantung pada tegangan mana yang lebih besar, outputnya akan berupa sinyal digital 1 (high) atau 0 (low). Komparator ini digunakan secara luas untuk sinyal alarm ke komputer atau sistem pemroses digital. Elemen ini juga merupakan salah satu bagian dari konverter analog ke digital dan digital ke analog.
4
3. Jenis-Jenis ADC a. ADC Simultan
ADC Simultan atau biasa disebut flash converter atau parallel converter. Input analog Vi yang akan diubah ke bentuk digital diberikan secara simultan pada sisi + pada komparator tersebut, dan input pada sisi β tergantung pada ukuran bit converter. Ketika Vi melebihi tegangan input β dari suatu komparator, maka output komparator adalah high dan jika sebaliknya akan memberikan output low.
Gambar 5. ADC Simultan
Bila Vref diset pada nilai 5 Volt, maka dari gambar 3 dapat didapatkan : V(-) untuk C7 = Vref * (13/14) = 4,64 V(-) untuk C6 = Vref * (11/14) = 3,93 V(-) untuk C5 = Vref * (9/14) = 3,21 V(-) untuk C4 = Vref * (7/14) = 2,5 V(-) untuk C3 = Vref * (5/14) = 1,78 V(-) untuk C2 = Vref * (3/14) = 1,07 V(-) untuk C1 = Vref * (1/14) = 0,36
5 Misal :
Vin diberi sinyal analog 3 Volt, maka output dari C7=0, C6=0, C5=0, C4=1, C3=1, C2=1, C1=1, sehingga didapatkan output ADC yaitu 100 biner.
Gambar 6. Tabel Output ADC Simultan
b. Counter Ramp ADC
Gambar 7. Blok Diagram Counter Ramp ADC
Pada gambar 7 ditunjukkan blok diagram Counter Ramp ADC, didalamnya tedapat DAC yang diberi masukan dari counter, masukan counter dari sumber clock. Dimana sumber clock dikontrol dengan cara meng-AND-kan dengan keluaran Komparator. Komparator berfungsi membandingmeng-AND-kan antara tegangan masukan analog dengan tegangan keluaran DAC, apabila tegangan masukan yang akan dikonversi belum sama dengan tegangan keluaran dari DAC maka keluaran comparator = 1 sehingga Clock dapat memberi masukan counter dan hitungan counter naik.
Misal akan dikonversi tegangan analog 2 volt, dengan mengasumsikan counter reset, sehingga keluaran pada DAC juga 0 volt. Apabila konversi dimulai maka counter akan naik dari 0000 ke 0001 karena mendapatkan pulsa masuk dari Clock oscillator dimana saat itu keluaran Comparator = 1, karena
6
mendapatkan kombinasi biner dari counter 0001 maka tegangan keluaran DAC naik dan dibandingkan lagi dengan tegangan masukan demikian seterusnya nilai counter naik dan keluaran tegangan DAC juga naik hingga suatu saat tegangan masukan dan tegangan keluaran DAC akan sama yang mengakibatkan keluaran komparator = 0 dan Clock tidak dapat masuk. Nilai counter saat itulah yang merupakan hasil konversi dari analog yang dimasukkan.
Kelemahan dari counter tersebut adalah lama, karena harus melakukan trace mulai dari 0000 hingga mencapai tegangan yang sama sehingga butuh waktu.
c. SAR (Successive Aproximation Register) ADC
Gambar 8. Blok Diagram SAR ADC
Pada gambar 8 ditunjukkan diagram ADC jenis SAR, prinsip kerjanya yaitu dengan memakai konvigurasi yang hampir sama dengan counter ramp. Tetapi dalam melakukan trace dengan cara tracking dengan mengeluarkan kombinasi bit MSB = 1 ====> 1000 0000. Apabila belum sama (kurang dari tegangan analog input maka bit MSB berikutnya = 1 ===>1100 0000 dan apabila tegangan analog input ternyata lebih kecil dari tegangan yang dihasilkan DAC maka langkah berikutnya menurunkan kombinasi bit ====> 10100000.
Untuk mempermudah pengertian dari metode ini diberikan contoh seperti pada timing diagram gambar 9. Misalkan diberi tegangan analog input sebesar 6,84 volt dan tegangan referensi ADC 10 volt sehingga apabila keluaran tegangan sebagai berikut:
7 Jika D6 = 1 Vout=2,5 volt
Jika D5 = 1 Vout=1,25 volt Jika D4 = 1 Vout=0,625 volt Jika D3 = 1 Vout=0,3125 volt Jika D2 = 1 Vout=0,1625 volt Jika D1 = 1 Vout=0,078125 volt Jika D0 = 1 Vout=0,0390625 volt
Gambar 9. Timing Diagram Urutan Trace SAR ADC
Setelah diberikan sinyal start maka konversi dimulai dengan memberikan kombinasi 1000 0000 ternyata menghasilakan tegangan 5 volt dimana masih kurang dari tegangan input 6,84 volt, kombinasi berubah menjadi 1100 0000 sehingga Vout = 7,5 volt dan ternyata lebih besar dari 6,84 sehingga kombinasi menjadi 1010 0000 tegangan Vout = 6,25 volt kombinasi naik lagi 1011 0000 demikian seterusnya hingga mencapai tegangan 6,8359 volt dan membutuhkan hanya 8 clock.
Kajian pustaka
8
Tugas mengerjakan soal dari buku βPrinciples of Measurement Systemsβ
8.3 A variable dielectric capacitive displacement sensor consists of two square metal plates of side 5 cm, separated by a gap of 1 mm. A sheet of dielectric material 1 mm thick and of the same area as the plates can be slid between them as shown in Figure 8.9. Given that the dielectric constant of air is 1 and that of the dielectric material 4, calculate the capacitance of the sensor when the input displacement x = 0.0, 2.5 and 5.0 cm.
Penyelesaian:
Diketahui: s (sisi persegi) = 5 cm, A (luas persegi) = 25 x 10-4 m2, d (jarak antar lempeng) = 1 mm = 10-3 m, πo
= 8.85 pF m
-1,
π
udara=1, π
material=4.
Tanya: Kapasitansi terukur ketika terjadi perpindahan x = 0.0, 2.5, dan 5.0 cm ? Jawab:
Persamaan yang digunakan untuk mencari kapasitansi dari pelat sejajar adalah sebagai berikut:
πΆ =ππ π π΄ π + π₯ Sehingga, a. Ketika x = 0.0 m πΆ = ππ π π΄ π + π₯ = 8.85 Γ 10β12Γ 4 Γ 25 Γ 10β4 10β3+ 0.0 = 8.85 Γ 10β11πΉ b. Ketika x = 2.5 x 10-2 m πΆ =ππ π π΄ π + π₯ = 8.85 Γ 10β12Γ 4 Γ 25 Γ 10β4 10β3+ 0.25 Γ 10β3 = 3.540 Γ 10β12πΉ c. Ketika x = 5.0 x 10-2 m πΆ = ππ π π΄ π + π₯ = 8.85 Γ 10β12Γ 4 Γ 25 Γ 10β4 10β3+ 0.5 Γ 10β3 = 1.77 Γ 10β12πΉ
9
8.7 An iron v. constantan thermocouple is to be used to measure temperatures between 0 and 300 Β°C. The e.m.f. values are as given in Table 8.2.
a. Find the non-linearity at 100 Β°C and 200 Β°C as a percentage of full scale.
b. Between 100 Β°C and 300 Β°C the thermocouple e.m.f. is given by ET,0 = a1T + a2T2. Calculate a1 and a2.
c. The e.m.f. is 12 500 Β΅V relative to a reference junction of 20 Β°C and the corresponding reference junction circuit voltage is 1000 Β΅V. Use the result of (b) to estimate the measured junction temperature.
Penyelesaian:
Diketahui: Termokopel iron v. konstantan digunakan untuk mengukur temperatur antara 0 sampai 300 β°C.
Nilai dari e.m.f. seperti diberikan pada Tabel 8.2.
Tanya:
a. Cari non-linearitas pengukuran pada temperatur 100 β°C dan 200 β°C sebagai presentase dari skala penuh.
b. Nilai e.m.f. dari termokopel saat melakukan pengukuran temperatur antara 100 β°C dan 300 β°C diberikan oleh persamaan ET,0 = a1T + a2T2. Cari nilai a1 dan a2.
c. Nilai e.m.f. dari suatu pengukuran adalah 12 500 Β΅V relative terhadap junction referensi dengan temperatur 20 β°C dan bersamaan dengan junction lainnya memiliki nilai e.m.f. sebesar 1000 Β΅V. gunakan hasil perhitungan b. untuk mencari temperatur hasil pengukuran yang dilakukan.
Jawab:
10
Pada suhu 100 β°C, besarnya non linearitas yakni:
16327
300 Γ 100β = 5442.3 ππ
Sehingga,
5269 β 5442.3
16327 Γ 100% = β1.07%
Pada suhu 200 β°C, besarnya non linearitas yakni:
16327
300 Γ 200β = 10884.66 ππ
Sehingga,
10779 β 10884.66
16327 Γ 100% = β0.65%
b. Persamaan yang diketahui adalah ET,0 = a1T + a2T2. Sehingga: Saat T = 100 β°C, πΈ100,0 = π1(100) + π2(1002) 5269 = π1(100) + π2(1002) 5269 = 102 π1+ 104π2 Saat T = 300 β°C, πΈ300,0= π1(300) + π2(3002) 16327 = π1(300) + π2(3002) 16327 = 3 Γ 102 π1+ 9 Γ 104π2 y = 0.0181x + 4.9325 0 100 200 300 400 500 600 0 10000 20000 30000 Te m p era tu r ( oC) e.m.f. (Β΅V)
Grafik Hubungan antara e.m.f. dan
Temperatur
Series1 Linear (Series1)
11 Dari kedua hasil diatas, maka:
3 Γ 102 π1+ 9 Γ 104π2 = 16327 3 Γ 102 π 1+ 3 Γ 104π2 = 15807 6 Γ 104π 2 = 520 π2 = 8.67 Γ 10β3 9 Γ 102 π1+ 9 Γ 104π2 = 47421 3 Γ 102 π1+ 9 Γ 104π2 = 16327 6 Γ 104π1 = 31094 π1 = 51.8
Sehingga, persamaan yang diperoleh adalah ET,0 = 51.8 T + (8.67 Γ 10-3)T2 c. Dengan menggunakan persamaan yang diperoleh pada jawaban b, maka:
πΈπ,0 = 51.8 π + (8.67 Γ 10β3) π2 πΈπ1,π2 = 51.8 (π1β π2) + (8.67 Γ 10β3) (π 1β π2)2 πΈπ1 β πΈπ2 = 51.8 (π1β π2) + (8.67 Γ 10 β3) (π 1β π2)2 12500 β 1000 = 51.8 (π1β 20) + (8.67 Γ 10β3) (π1β 20)2 11500 = 51.8 π1β 1036.46 + (8.67 Γ 10β3)(π12β 40 π1+ 400) 51.8 π1β 1036.46 + 8.67 Γ 10β3π12β 0.3468 π1+ 3.468 = 11500 8.67 Γ 10β3π 12+ 51.4762 π1β 1032.992 = 11500 8.67 Γ 10β3π 12 + 51.4762 π1β 12532.992 = 0
Sehingga kemungkinan nilai temperatur terukur adalah:
π₯1,2 = βπ Β± βπ2β 4ππ 2π π₯1,2 =β51.4762 Β± β51.4762 2 β 4 Γ 8.67 Γ 10β3Γ (β12532.992) 2 Γ 8.67 Γ 10β3 π₯1,2 =β51.4762 Β± β2649.799 + 434.644 17.34 Γ 10β3 π₯1,2 = β51.4762 Β± 55.5377 17.34 Γ 10β3
12 π₯1 = β51.4762 + 55.5377 17.34 Γ 10β3 = 234.2β π₯2 = β51.4762 β 55.5377 17.34 Γ 10β3 = β617.15β
Sehingga hasil pengukuran yang paling mungkin diperoleh adalah 234.2β.
8.11 A piezoelectric crystal, acting as a force sensor, is connected by a short cable of negligible capacitance and resistance to a voltage detector of inο¬nite bandwidth and purely resistive impedance of 10 Mβ¦.
a. Use the crystal data below to calculate the system transfer function and to sketch the approximate frequency response characteristics of the system.
b. The time variation in the thrust of an engine is a square wave of period 10 ms. Explain carefully, but without performing detailed calculations, why the above system is unsuitable for this application.
c. A charge ampliο¬er with feedback capacitance CF = 1000 pF and feedback resistance RF = 100 Mβ¦ is incorporated into the system. By sketching the frequency response characteristics of the modiο¬ed system, explain why it is suitable for the application of part (b).
Penyelesaian:
Diketahui:
Stiffness k of the crystal is large, typically 2 x 109 N m-1 Jawab:
a. System transfer function dapat dicari menggunakan persamaan:
βπ₯ βπΉ(π ) = 1 πβ 1 ππ2π 2+ 2π πππ + 1 Sedangkan, ππ = 2πππ
13 ππ = 2 Γ 3.14 Γ 37 Γ 103 ππ = 2.32 Γ 105π»π§ Sehingga, βπ₯ βπΉ(π ) = 1 2 Γ 10β 9 1 (2.32 Γ 105)2π 2+ 2 Γ 0.01 2.32 Γ 105π + 1 βπ₯ βπΉ(π ) = 1 2 Γ 109 (2.32 Γ 105)2π 2+ 2 Γ 109Γ (2 Γ 0.01) 2.32 Γ 105 π + 2 Γ 109 βπ₯ βπΉ(π ) = 1 0.037 π 2+ 0.017 Γ 104 π + 2 Γ 109
9.8 The capacitance level transducer of Section 8.2 and Figure 8.9 is to be used to measure the depth h of liquid in a tank between 0 and 7 m. The total length l of the transducer is 8 m and the ratio b/a of the diameters of the concentric cylinders is 2.0. The dielectric constant Ξ΅ of the liquid is 2.4 and the permittivity of free space Ξ΅ is 8.85pF mβ1. The transducer is incorporated into the deο¬ection bridge of Figure 9.5(a) with R2 = 100 β¦, R3 = 10 kβ¦ and Γs = 15V.
a. Calculate the value of C0 so that the amplitude ΓTh is zero when the tank is empty.
b. Using this value of C0 calculate ΓTh at maximum level.
c. Explain why the relationship between ΓTh and h is non-linear and calculate the non- linearity at h = 3.5m as a percentage of full-scale deο¬ection.
Penyelesaian:
14 h (kedalaman air) = 0 sampai 7 m l (panjang tranduser) = 8 m
b/a (rasio dari diameter silinder) = 2.0
π
cairan=2.4
π
o= 8.85 pF m
-1Tranduser terhubung dengan rangkaian deflection bridge:
R2 = 100 β¦, R3 = 10 kβ¦, Vs = 15 V. Tanya:
a. Cari nilai C0 sehingga amplitude ETh bernilai 0 saat tangki kosong. b. Dengan menggunakan nilai C0 tersebut, cari nilai ETh saat tangki pada
level maksimum.
c. Jelaskan, mengapa hubungan antara ETh dan h adalah non-linier, dan cari nilai dari non-linearitas saat h = 3.5 m sebagai presentase dari defleksi terhadap skala penuh.
Jawab:
a. Untuk mengetahui nilai C0 sehingga ETh bernilai 0, maka harus diketahui nilai dari Ch MIN karena:
πΆ0 = πΆβππΌπ(π 3βπ 2)
Dengan,
πΆβππΌπ= 2ππ0
ππππ(π πβ )[π + (π β 1)βππΌπ]
15 πΆβππΌπ =2 Γ 3.14 Γ 8.85 Γ 10 β12 ππππ(2) [8 + (2.4 β 1)0] πΆβππΌπ= 444.624 Γ 10β12 0.693 = 6.42 Γ 10 β10πΉ Sehingga, πΆ0 = πΆβππΌπ(π 3βπ 2) πΆ0 = 6.42 Γ 10β10(10000 100)β πΆ0 = 6.42 Γ 10β8πΉ
b. Dengan menggunakan nilai C0 cari nilai ETh pada saat level maksimum. Persamaan untuk mencari nilai ETh yakni:
πΈπβ = ππ [ 1 1 +πΆ0 πΆβππ΄π β β 1 1 +π 3 π 2 β ]
Dari persamaan tersebut, maka harus dicari nilai dari ChMAX terlebih dahulu: πΆβπππ₯ = 2ππ0 ππππ(π πβ )[π + (π β 1)βπππ₯] πΆβπππ₯ = 2 Γ 3.14 Γ 8.85 Γ 10β12 ππππ(2) [8 + (2.4 β 1)7] πΆβπππ₯ = 55.578 Γ 10 β12Γ 17.8 0.693 = 1.43 Γ 10 β9πΉ Sehingga, πΈπβ = ππ [ 1 1 +πΆ0 πΆβππ΄π β β 1 1 +π 3 π 2 β ] πΈπβ = 15 [ 1 1 + 6.42 Γ 10β8 1.43 Γ 10β9 β 1 1 +10000100 ]
16 πΈπβ = 15 [ 1 45.94β 1 101] πΈπβ = 15[0.02 β 0.01] πΈπβ = 0.15 π£πππ‘
c. Mencari nilai ETh saat h = 3.5 m
πΈπβ = ππ [ 1 1 +πΆ0 πΆβ β β 1 1 +π 3 π 2 β ]
Dari persamaan tersebut, maka harus dicari nilai dari Ch terlebih dahulu: πΆβ = 2ππ0 ππππ(π πβ )[π + (π β 1)β] πΆβ = 2 Γ 3.14 Γ 8.85 Γ 10β12 ππππ(2) [8 + (2.4 β 1)3.5] πΆβ = 55.578 Γ 10 β12Γ 12.9 0.693 = 1.03 Γ 10 β9πΉ Sehingga, πΈπβ = ππ [ 1 1 +πΆ0 πΆβ β β 1 1 +π 3 π 2 β ] πΈπβ = 15 [ 1 1 + 6.42 Γ 10β8 1.03 Γ 10β9 β 1 1 +10000100 ] πΈπβ = 15 [ 1 63.33β 1 101] πΈπβ = 15[0.016 β 0.01] πΈπβ = 0.09 π£πππ‘
17 0.15 7 Γ 3.5 π = 0.075 π£πππ‘ Sehingga, 0.075 β 0.09 7 Γ 100% = β0.2%