• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksposisi Filipi 2:17-18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eksposisi Filipi 2:17-18"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Eksposisi Filipi 2:17-18

Pdt. Yakub Tri Handoko

Salah satu momen yang mendorong orang menjadi bijaksana adalah ketika seseorang melihat kematiannya di depan mata. Dengan kata lain, ketika dia berada di akhir hidupnya. Orang akan dipaksa untuk melihat ke belakang dan menarik sebuah kesimpulan: Apakah dia sudah menjalani kehidupan yang benar dan membawa kepuasan atau dia justru telah menghabiskannya dengan percuma?

Tatkala menulis surat Filipi, Paulus juga berada dalam situasi seperti ini. Dia sedang

(4)

dipenjara (1:12-17) dan tidak tahu apakah dia akan dibebaskan atau dihukum mati (1:19-20). Walaupun dia meyakini bahwa dia kemungkinan besar akan dibebaskan (1:25), tetapi kemungkinan yang lain tetap tidak bisa disingkirkan. Dia bisa saja dijatuhi hukuman mati.

Ibarat sebuah film, apakah kehidupan Paulus berakhir dengan kebahagiaan (happy ending)? Sebagian orang mungkin menganggap kehidupan Paulus sebagai sebuah tragedi. Dia dulu orang yang terpandang dan sukses dalam agama Yahudi. Gara-gara pertobatannya Paulus terus-menerus berada dalam bahaya dan derita. Bahkan dia sekarang sedang menunggu nasib di dalam penjara.

Teks hari ini mengungkapkan sikap Paulus pada momen krusial ini. Tidak ada nada kecewa. Tidak ada nuansa putus asa. Sebaliknya, kata “sukacita” mendominasi dua ayat ini.

Bagaimana dia menyikapi situasinya seperti ini? Dalam khotbah hari ini kita akan menemukan tiga rahasia sukacita Paulus.

Kehidupan adalah persembahan kepada Allah Ayat 17 memuat beberapa istilah terkenal yang biasa dikaitkan dengan persembahan kepada Allah. Frasa “darahku dicurahkan” (LAI:TB) secara hurufiah berarti “aku dicurahkan” (spendomai). Mayoritas versi Inggris memberi tambahan

(5)

“sebagai persembahan curahan” (RSV/NASB/ NIV/ESV/NLT). Walaupun tambahan ini tidak ada dalam teks Yunani, yang ada dalam pikiran Paulus kemungkinan besar memang kurban curahan. Kata kerja spendomai berkali-kali muncul dalam Septuaginta (LXX) dengan arti kurban curahan (Kej. 35:14; Kel. 25:29; 30:9; 38:12; dst).

Tambahan terjemahan “darahku” (LAI:TB) mungkin dimaksudkan sebagai rujukan pada kematian Paulus di penjara yang bisa saja terjadi. Walaupun maksud di balik penambahan ini baik, sebagian orang mungkin justru bisa menangkap sebuah kesan yang keliru, yaitu korban curahan berupa darah. Ini jelas salah. Kurban curahan berupa air (2Sam. 23:16; Kej. 35:14) atau anggur (Bil. 15:4-5).

Istilah berikutnya adalah “korban” (thusia). Pemunculan kata ini jauh lebih sering daripada spendomai. Kata yang muncul lebih dari 400 kali di seluruh Alkitab ini dikaitkan dengan beragam jenis persembahan, terutama korban bakaran. Istilah terakhir adalah “ibadah” (LAI:TB). Dalam teks Yunani kata yang digunakan adalah leitourgia (lit. “pelayanan”). Kata yang memiliki arti cukup luas ini seringkali dihubungkan dengan pelayanan di kemah suci atau bait Allah (Im. 4:24. 27, 28, 33; 7:5, 7, 8; 8:22, 25; Ez. 7:19, dst).

(6)

memandang kehidupan. Hidup bukan tentang memanfaatkan Allah untuk mendapat sesuatu bagi kita, melainkan memberikan segala sesuatu kepada Allah sebagai ucapan syukur atas semua kebaikan-Nya. Jika kesuksesan diukur dari seberapa banyak kenyamanan jasmani yang kita terima dari Allah, Paulus mungkin akan menyikapi akhir hidupnya dengan air mata. Tidak banyak “berkat jasmani” (kekayaan, kelimpahan, kesenangan, dsb) yang dia alami.

Semua yang ada pada kita seharusnya dipersembahkan kepada Allah. Ibarat korban bakaran yang harus hangus seluruhnya tanpa sisa, demikian pula dengan kehidupan kita. Ibarat korban curahan yang didorong oleh ucapan syukur atas kebaikan Allah, kita harus menguras semua talenta yang Tuhan percayakan kepada kita.

Kehidupan adalah kemitraan dalam pelayanan Poin ini sangat ditentukan oleh penafsiran kita terhadap frasa “korban dan ibadah imanmu” (LAI:TB). Apakah frasa ini merujuk pada pelayanan Paulus bagi iman jemaat Filipi atau pada pelayanan jemaat Filipi yang bersumber dari iman? Penerjemah NIV dan NLT secara tepat memilih opsi yang terakhir (NIV “coming from your faith”; NLT “your faithful service”).

Ada beberapa alasan kuat yang mengarah ke sana. Di akhir surat ini Paulus menyebut bantuan

(7)

jemaat Filipi untuk dirinya sebagai korban (thusia) yang berkenan kepada Allah (4:18). Lebih jauh, kedatangan Epafroditus sebagai utusan jemaat Filipi untuk melayani kebutuhan Paulus dalam penjara dikatakan: “untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu [leitourgia] kepadaku” (2:30). Bukan kebetulan jika dua kata ini muncul bersamaan di 2:17. Kesimpulan yang paling wajar mengarahkan kita untuk memahami frasa “korban dan ibadah imanmu” di 2:17 sebagai rujukan pada pelayanan jemaat Filipi.

Jika penafsiran di atas diterima, kita dapat melihat kemitraan pelayanan yang luar biasa antara Paulus dan jemaat Filipi. Kemitraan ini ibarat korban curahan (pelayanan Paulus) dan korban bakaran (pelayanan jemaat). Penggabungan dua jenis korban ini akan menghadirkan persembahan yang harum dan menyenangkan hati Allah.

Yang lebih menarik, analogi korban di ayat ini cukup mengagetkan. Dari sisi kronologis, pelayanan Paulus lebih dulu ada, sehingga lebih pantas diibaratkan sebagai korban bakaran. Lagipula pekabaran Injil yang dilakukan oleh Paulus terlihat lebih utama daripada bantuan dari jemaat Filipi. Pelayanan jemaat Filipi seharusnya hanyalah korban curahan yang menambah wangi korban bakaran tersebut. Korban curahan sendiri tidak harus ada di setiap persembahan korban bakaran.

(8)

Ternyata, Paulus membalik kiasan ini. Dia tampaknya ingin menegaskan pentingnya pelayanan jemaat Filipi. Mereka telah mengambil bagian dalam kesusahan Paulus (4:14). Buah dalam pelayanan Paulus juga menjadi buah pelayanan mereka (4:17). Seandainya Paulus jadi dijatuhi mati dalam penjara, kematiannya akan menjadi korban curahan yang menyempurnakan korban jemaat Filipi.

Tidak ada buah pelayanan yang lebih manis daripada menyaksikan orang-orang yang kita layani sekarang juga memberi diri dalam pelayanan. Kesuksesan pelayanan tidak diukur dengan seberapa banyak orang yang dilayani, melainkan seberapa banyak yang sudah dilayani akhirnya memberi diri sebagai pelayan bagi orang lain lagi. Bukan hanya didasarkan jumlah yang mau dimuridkan, tetapi yang mau memuridkan.

Kehidupan adalah berbagi sukacita

Kebersamaan antara Paulus dan jemaat Filipi telah diwujudkan dalam banyak hal. Jemaat Filipi secara konsisten mengambil bagian dalam pelayanan Paulus (1:5). Mereka sama-sama menderita demi Injil sejak hari pertama Paulus berada di sana (1:29-30). Di antara jemaat-jemaat lokal yang lain, tidak ada satupun yang menyamai jemaat Filipi dalam hal kepedulian terhadap kesusahan dan pelayanan Paulus (4:15-16). Mereka sama-sama memperhatikan

(9)

kepentingan pihak lain (2:25-30).

Kebersamaan ini sekarang terancam bubar. Paulus sedang menunggu keputusan pengadilan. Jika dia dijatuhi hukuman mati, di situlah akhir dari kebersamaan dengan jemaat Filipi. Kesedihan pasti menguasai hati jemaat Filipi.

Di tengah antisipasi terhadap hal terburuk inilah Paulus menuliskan 2:17-18. Pesan yang ingin disampaikan sudah sangat jelas: ada alasan untuk bersukacita walaupun skenario terburuk terjadi. Jemaat Filipi sudah menggunakan hidup mereka sebagai persembahan yang harum di hadapan Allah (2:17; 4:18). Kematian Paulus akan menjadi penambah aroma harum pada korban mereka (ibarat korban curahan). Itulah sebabnya Paulus bekata: “aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian. Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku” (2:17b-18).

Tidak lupa dia mengajak jemaat untuk bersukacita bersama dia (ayat 18). Ajakan ini penting untuk ditekankan. Paulus mungkin sudah menyiapkan diri untuk segala kondisi. Dia memiliki pemahaman teologi yang mendalam. Dia terlatih dalam begitu banyak kesendirian dan penderitaan selama pelayanan. Tapi bagaimana dengan jemaat Filipi? Selama ini figur rohani yang mereka paling kagumi adalah Paulus. Membayangkan bahwa sebentar lagi mereka mungkin akan kehilangan

(10)

figur seperti ini pasti menjadi tantangan yang tidak mudah untuk jemaat Filipi. Di sinilah Paulus sedang menyiapkan mereka. Dia menyediakan alasan untuk tetap bersukacita seandainya kemungkinan terburuk terjadi.

Perpisahan sementara secara ragawi pasti akan terjadi. Ini berlaku untuk segala jenis relasi. Yang paling penting bukanlah meratapi perpisahan melainkan memaksimalkan kebersamaan. Jika kebersamaan telah diisi dengan hal-hal yang memuliakan Tuhan, tidak ada alasan untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Kematian seseorang yang sudah habis-habisan melayani Tuhan adalah sebuah panggung pertunjukan bagi kesetiaan dan kedaulatan Tuhan.

Ketika kita ditinggal mati oleh orang yang kita kasihi, kita memiliki dua opsi: menyalahkan Allah dan diri sendiri atas waktu di depan yang hilang atau bersyukur kepada Allah dan puas dengan diri sendiri karena telah mengisi waktu di belakang dengan maksimal untuk Tuhan. Jemaat di Filipi pasti memilih opsi yang terakhir. Mereka sudah berkali-kali melayani bersama-sama dengan Paulus. Kapanpun keberbersama-samaan ini berakhir, sukacita mereka akan selalu bergulir. Mereka telah menjadi hamba yang baik dan setia.

Paulus dan jemaat Filipi dapat memberi diri bagi kemajuan Injil karena mereka sudah digerakkan

(11)

oleh Injil. Perjuangan mereka dinafasi oleh Injil (1:27). Tujuan hidup mereka adalah mengalami persekutuan dengan Yesus Kristus di dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Soli Deo Gloria.

(12)

Katekismus

Westminster

Pertanyaan 105:

Apa yang secara khusus diajarkan kepada kita melalui perkataan ‘dihadapan-Ku’ dalam hukum yang pertama?

• Perkataan ‘di hadapan-Ku’ atau ‘di hadirat-Ku’ dalam hukum yang pertama mengajarkan kepada kita bahwa Allah, yang melihat segala sesuatu, secara khusus memperhatikan dan sangat tidak menyenangi dosa memiliki allah lain. Maka perkataan itu dapat merupakan alasan yang mendorong kita untuk tidak melakukan dosa itu, dan yang menonjolkannya sebagai perbuatan yang menantang Allah dengan tidak tahu malu. Lagi pula, perkataan itu berguna juga karena mendorong kita mengerjakan apa saja yang kita lakukan bagi-Nya seakan-akan kita melakukannya di depan mata-Nya.

(13)

Pokok Doa

Syafaat

1. Berdoa untuk para Hamba Tuhan yang

melayani di REC. Tuhan memberikan kesehatan, hikmat dan kemampuan dalam menjalankan tugas masing-masing. Dalam pemberitaan Firman Tuhan, DG Online, e-visitasi, dan segala sesuatu yang dikerjakan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi jemaat dan simpatisan REC.

2. Doakan untuk kesembuhan pasien

Covid-19 yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Kiranya Tuhan juga memberikan kesehatan yang prima kepada petugas medis sehingga tidak terpapar virus Covid-19 ketika bertugas. Kiranya Tuhan juga mencukupkan dana, peralatan dan perlengkapan medis yang dibutuhkan oleh RS.

3. Setiap jemaat dan simpatisan REC bisa makin bertumbuh dan memancarkan terang kasih Kristus ditengah kondisi yang tidak menentu ini.

(14)

Dusta yang Diyakini

Oleh Kaum Wanita

Mengenai Allah

Dear Diary,

Saya merasa sangat bingung. Kemarin pagi saya merasa yakin akan banyak hal. Sekarang saya tidak tahu siapa – atau apa – yang harus saya yakini. Saya tidak pernah menemukan alasan yang membuat saya meragukan kasih Allah kepada saya. Saya punya segudang alasan untuk percaya bahwa Allah itu baik.

(15)

Sekarang, karena alasan-alasan tertentu tampaknya Ia bukan lagi Allah yang sama yang berbicara dan berjalan serta bernyanyi bersama kami setiap pagi. Jika Ia memang baik, mengapa Ia tidak mencegah saya berbicara dengan si Ular atau memakan buah itu? Mengapa Ia membuat buah itu tampak begitu menarik? Lagipula, mengapa Ia menempatkan pohon itu di sana? Dan mengapa Ia begitu khawatir apakah kami makan buah itu atau tidak?

Hari ini Ia menyuruh kami untuk meninggalkan Eden. Mengapa Ia tidak memberi kami kesempatan lagi? Apakah Ia benar-benar peduli akan apa yang terjadi pada diri kami?

Semuanya kacau-balau.

Dapatkah Allah melakukan sesuatu?

Saat kita mulai mengidentifikasi beberapa dusta yang diyakini oleh kaum wanita, saya jamin bahwa daftarnya panjang sekali. Tujuan saya adalah untuk menunjukkan beberapa kebohongan yang umumnya diyakini oleh “wanita-wanita gereja” dewasa ini.

Tentu saja, tidak semua wanita percaya pada semua dusta itu. Anda mungkin mendapati diri Anda tergoda untuk mempercayai dusta-dusta tertentu (atau beberapa di antaranya). Setan mengetahui titik lemah Anda, dan titik itulah yang akan diserangnya.

(16)

mungkin, “Saya tidak percaya akan hal itu.” Salah satu strategi Setan adalah membuat kita buta akan dusta-dusta itu – membuat kita berasumsi bahwa karena kita mengenal Kebenaran berarti kita juga percaya akan Kebenaran. Bagaimanapun, apa yang kita yakini bukan terungkap dari apa yang kita ketahui atau keyakinan yang kita anut, namun dari cara hidup kita.

Apa yang kita yakini tentang Allah mendasari seluruh sistem kepercayaan kita. Jika pemikiran kita mengenai Allah itu salah, maka kita akan salah dalam menilai segala sesuatu. Apa yang kita yakini tentang Allah menentukan cara hidup kita. Jika kita meyakini hal-hal yang salah mengenai Dia, maka lambat laun kita akan bertindak sesuai dengan kebohongan itu dan akhirnya terbelenggu.

1. “ALLAH TIDAK BENAR-BENAR BAIK, JIKA TIDAK SEHARUSNYA DIA . . . “

Pada saat prahara kekecewaan, atau penderitaan kita alami; saat kita kehilangan orang yang kita cintai; tatkala semuanya tidak berjalan sesuai harapan atau rencana kita, Setan mencobai kita supaya kita berpikir, “Benarkah Allah itu baik? Jika memang demikian, mengapa Ia mengizinkan hal ini terjadi?” atau “mengapa Ia tidak membiarkan hal yang baik terjadi pada saya?”

Sekali kita meragukan kebaikan Allah, kita merasa bahwa kita boleh menolak kehendak-Nya dan membuat keputusan sendiri mengenai apa yang

(17)

benar dan yang salah. Kebenarannya adalah Allah itu sungguh-sungguh baik. Tidak peduli apakah keputusannya bagi kita itu baik atau tidak, Ia tetap baik.

2. ALLAH TIDAK MENGASIHI SAYA

Amatilah relasi-relasi kita – pernikahan yang tidak didasari cinta; ditolak oleh mantan pasangan kita; anak-anak yang tidak mau pulang atau berkunjung; usia mendekati empat puluhan dan tidak ada pria yang mau mempersunting – dan perasaan kita mengatakan: “Tidak seorang pun mencintai saya – bahkan Allah sekalipun… Jika tidak, saya tidak mungkin begitu kesepian dan merasa tidak dicintai.” Kita tidak pernah mengucapkannya – namun itulah yang kita rasakan sebagai kebenaran. Cepat atau lambat tingkah laku kita akan mencerminkan apa yang kita yakini, dan akhirnya kita pun terbelenggu. Menurut Alkitab, sejak saat saya dilahirkan, saya adalah pendosa, seteru Allah dan pantas menerima murka-Nya (Roma 5:6-10). Walaupun saya hidup terpisah dari kasih-Nya, Ia tetap mengasihi saya dan mengutus Anak-Nya untuk mati bagi saya. Kasih-Nya itu abadi, baik dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Tidak ada yang dapat saya lakukan untuk mengubah kenyataan itu.

(18)

Allah adalah Bapa yang penuh kasih, lemah lembut, dan murah hati. Tidak berarti bahwa Ia memberikan apa pun yang diminta oleh anak-anaknya. Ini tidak berarti bahwa kita dapat selalu memahami keputusan-keputusan-Nya. Tidak berarti bahwa Ia tidak pernah mengizinkan kita untuk menderita – bahkan kadang-kadang Ia mengizinkan penderitaan dan kesulitan menimpa kita. Mengapa? Karena Ia mengasihi kita dan peduli pada kita. “Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” (Ibrani 12:10).

Tidak peduli bagaimana perasaan kita atau apa pendapat kita, fakta tetap mengatakan bahwa Ia adalah yang baik yang mengasihi anak-anak-Nya – seorang Bapa kepada siapa kita dapat mempercayakan hidup kita.

4. “ALLAH SAJA TIDAK CUKUP”

Apakah kita masih percaya bahwa Dia-lah satu-satunya yang kita butuhkan? Sama seperti tiga jenis dusta di atas, kita hampir-hampir tidak berani mengucapkannya; hanya sedikit di antara kita yang secara sadar mempercayainya. Namun cara hidup kita mengungkapkan bahwa inilah yang kita yakini.

Saya membutuhkan Firman Allah ditambah dengan delapan buku Kristen; saya memerlukan Firman Allah plus… konferensi-konferensi serta

(19)

konselor-konselor.

Memang benar saya memerlukan Allah. Tetapi saya membutuhkan Dia plus… sahabat-sahabat karib; kesehatan yang baik; seorang suami; anak-anak; pekerjaan yang gajinya cukup besar; rumah yang dilengkapi dengan microwave, mesin cuci pakaian; rumah yang baru dicat…

Apakah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Allah saja sudah cukup, atau kita sedang mencari-cari hal-hal dan orang-orang untuk mengisi tempat kosong dalam hati kita – makanan, berbelanja, sahabat-sahabat, hobi, liburan, pekerjaan, atau keluarga kita?

5. “CARA-CARA ALLAH TERLALU MENGEKANG.”

Berulang kali Kitab Suci mengajarkan bahwa hukum-hukum Allah adalah demi kebaikan dan keamanan kita sendiri. Ketaatan adalah jalan menuju kebebasan. Tetapi Setan menaruh gagasan dalam pikiran kita bahwa hukum-hukum Allah itu memberatkan, tidak masuk akal, dan tidak adil, dan bahwa jika kita mematuhi perintah-Nya maka kita akan merasa tidak bahagia. Di Taman Firdaus, ia membuat Hawa terfokus pada satu larangan yang diberikan Allah kepadanya. Motto si Pendusta adalah “Ikuti keinginanmu; tidak seorang pun berhak menentukan apa yang boleh dan tidak boleh engkau perbuat.”

(20)

6. “ALLAH SEHARUSNYA MENYELESAIKAN MASALAH SAYA.”

Cara pikir seperti ini salah dalam dua hal. Pertama, pemikiran seperti itu membuat Allah seakan-akan adalah jin ajaib – seorang pelayan yang harus melayani kita sepanjang waktu. Dusta ini membuat kita merasa kecewa terhadap-Nya. Jika kita menghadapi persoalan yang belum terpecahkan, maka berarti Allah tidak mengasihi kita.

Yang kedua, pemikiran seperti ini mengatakan bahwa tujuan hidup ini adalah supaya kita terbebas dari segala masalah – untuk membuang jauh-jauh segala sesuatu yang menyulitkan dan tidak menyenangkan.

Kita ingin agar Allah membereskan semua persoalan kita. Sebaliknya Allah berkata, “Semua masalah yang menimpamu punya tujuannya masing-masing. Aku ingin memakai masalah-masalah itu untuk mengubahmu dan untuk menyatakan kasih karunia dan kuasa-Ku kepada dunia.” Itulah Kebenarannya – dan Kebenaran itu akan membebaskan Anda.

Ringkasan Bab Dua – Bagian II

(21)

Apakah Ada

Bagian-bagian Alkitab

Yang Dihilangkan?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Pertanyaan seperti ini muncul beberapa kali dalam webinar saya selama pandemi. Sebuah pertanyaan yang baik sekali. Pertanyaan ini dimunculkan karena mereka sehubungan dengan ketidakadaan informasi yang jelas tentang kehidupan Yesus. Sebagai contoh, kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Yesus pada usia 12-3 tahun. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Yusuf, ayah legalnya, selama pelayanan

(22)

Yesus. Mengapa dia tidak pernah muncul dalam pelayanan Yesus? Contoh-contoh ketidakjelasan ini tentu saja masih bisa diperpanjang tanpa atas. Apakah ketidakadaan informasi-informasi seperti ini menunjukkan bahwa Alkitab sudah dihilangkan? Itulah yang akan dibahas dalam artikel kali ini.

Hal pertama yang perlu kita cermati adalah asumsi di balik pertanyaan seperti ini. Banyak orang secara keliru menganggap bahwa catatan Alkitab bersifat lengkap. Maksudnya, mereka mengasumsikan bahwa penulis Alkitab mencatat segala sesuatu. Sebagai contoh, mereka beranggapan bahwa para penulis kitab Injil menuliskan kehidupan Yesus secara lengkap dari awal sampai akhir. Ketika ada bagian-bagian tertentu yang tidak disebutkan, mereka berpikiran bahwa bagian-bagian itu telah dihilangkan. Asumsi semacam ini jelas keliru. Para penulis Alkitab sendiri sudah mengungkapkan secara eksplisit bahwa mereka tidak menuliskan segala sesuatu yang Yesus katakan atau lakukan (Yoh. 20:30-31). Jika semua detil kehidupan dan pelayanan Yesus dituliskan, “maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (21:25). Paulus sendiri pernah mengutip perkataan Yesus yang dia terima dari tradisi lisan tetapi perkataan itu tidak tercantum dalam kitab Injil (Kis. 20:35 “Adalah terlebih berkat memberi

(23)

daripada menerima”). Jadi, Alkitab memang tidak mencatat segala sesuatu. Alkitab bersifat cukup, bukan lengkap. Cukup memadai sebagai pedoman untuk menghidupi keselamatan kita (2Tim. 3:15-16).

Sifat Alkitab ini seharusnya tidak usah dipersoalkan. Semua tulisan biografi kuno maupun sejarah kuno juga tidak ada yang lengkap. Setiap tulisan memiliki tujuan tertentu. Informasi mana yang perlu dimasukkan ditentukan oleh tujuan ini. Tidak semua informasi perlu dimasukkan. Ini hal yang sangat wajar. Jika hal ini dijadikan alasan untuk meragukan Alkitab, semua tulisan kuno juga harus diragukan. Ini jelas konyol jika dilakukan. Jika dibandingkan dengan kitab suci yang lain yang menyinggung tentang tokoh atau pendiri agama mereka, informasi tentang Yesus dalam Alkitab justru terlihat jauh lebih banyak. Kita dapat mengetahui kapan, bagaimana dan di mana Dia lahir. Kita mengetahui beberapa peristiwa yang terjadi ketika Dia masih kecil. Ada begitu banyak mujizat Yesus dituliskan di dalam Alkitab. Yang menarik, banyak informasi ini diberi rujukan historis dan keterangan detil yang sangat melimpah. Semua ini menyiratkan bahwa penulisnya adalah para saksi mata atau mendapatkan informasi dari para saksi mata. Apakah cara penulisan Alkitab yang terkesan

(24)

tidak lengkap dari perspektif biografi modern seperti itu berarti ada bagian-bagian Alkitab yang dihilangkan? Jawabannya mudah: tidak. Istilah ‘dihilangkan” baru boleh digunakan jika sebelumnya bagian-bagian itu sudah ada dalam Alkitab. Dalam kenyataannya, apa yang tidak dicatat oleh Alkitab memang sebelumnya tidak pernah ada di dalamnya. Yang tidak dimasukkan ke dalam Alkitab adalah tradisi-tradisi tentang Yesus yang beredar secara lisan. Dari awal para penulis Alkitab sudah mengadakan riset untuk meneliti semuanya itu (Luk. 1:1-4) dan memutuskan untuk tidak memasukkan semuanya ke dalam satu tulisan. Jadi, tidak ada yang dihilangkan dalam Alkitab. Soli Deo Gloria.

(25)

Kedaulatan Allah dan

Zaman Sekarang

Sumber : Sovereignty of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 15 November 2020)

Siapakah yang mengontrol kehidupan di atas bumi sekarang ini – Allah ataukah Iblis? Apa kata Kitab Suci? Jika kita menyimak uraiannya yang gamblang dan meyakinkan itu, niscaya takkan ada lagi keraguan yang tersisa. Kitab Suci berulang kali menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan atas alam semesta; bahwa lambang kekuasaan ada di tangan-Nya; bahwa Dia menetapkan segala sesuatu “menurut keputusan kehendak-Nya.” Kitab

(26)

Suci bukan sekadar menegaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu, namun juga bahwa Allah memerintah serta berdaulat atas segala karya tangan-Nya. Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah “Yang Mahakuasa,” bahwa kehendak-Nya itu tidak berubah, bahwa Dia berdaulat mutlak atas setiap bagian dari wilayah pemerintahan-Nya. Dan memang pasti demikianlah adanya. Hanya 2 alternatif yang mungkin: Allah memerintah atau diperintah; mempengaruhi atau dipengaruhi; menggenapkan rencana-Nya, atau dibuang oleh makhluk ciptaan-Nya. Berdasarkan kenyataan bahwa Dia adalah “Yang Mahatinggi,” Yang Esa dan Berdaulat, Raja atas segala raja, yang memiliki hikmat yang sempurna dan kuasa yang tak terbatas, kesimpulan yang tak dapat diingkari adalah bahwa Dia tentu adalah Allah dalam fakta, sebagaimana juga dalam nama. Dengan merujuk pada apa yang telah kami nyatakan di atas itulah, kita mengatakan bahwa berbagai keadaan yang ada sekarang ini sangat membutuhkan suatu penelaahan serta penyajian yang baru mengenai kemahakuasaan, kecukupan, sekaligus kedaulatan Allah. Dari atas setiap mimbar yang ada di seluruh penjuru dunia perlu diserukan bahwa Allah tetap hidup, bahwa Allah tetap nemelihara, bahwa Allah tetap bertakhta. Iman saat ini berada dalam pengujian, suatu pengujian dengan api, dan tidak ada suatu tempat perhentian yang permanen dan memadai bagi hati dan akal

(27)

budi manusia selain pada Takhta Allah. Apa yang diperlukan saat ini – yang tidak pernah dibutuhkan pada waktu-waktu sebelumnya – adalah suatu gambaran yang mutlak, optimistis, serta konstruktif tentang keilahian Allah. Penyakit yang radikal membutukan metode penyembuhan yang radikal pula. Masyarakat telah jenuh dengan kata-kata kosong ataupun generalisasi-generalisasi belaka; mereka menginginkan sesuatu yang riil serta spesifik. Sirup obat mungkin sesuai bagi anak-anak, tetapi tonik yang kuat lebih sesuai bagi orang dewasa, dan kita tidak mengenal sesuatu yang lebih bermanfaat untuk menyuntikkan kesegaran spiritualitas ke dalam tubuh kita selain suatu pengenalan alkitabiah yang total akan sifat-sifat Allah. Sebagaimana tertulis, “Umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak” (Dan. 11:32).

Tak pelak lagi, krisis global telah berada di ambang pintu, dan manusia di segenap penjuru dunia telah menangkap kepanikan tersebut. Tapi tidak demikian halnya dengan Allah! Dia takkan pernah merasa terkejut. Tak satu hal pun dapat mengejukkannya, sebab Dia adalah satu pribadi yang “di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Ef. 1:11). Maka, sekalipun dunia sedang mengalami kepanikan, pesan yang disampaikan kepada orang beriman adalah, “Jangan khawatir!” “Segala sesuatu” senantiasa berada dibawah kontrol langsung-Nya: “Segala

(28)

sesuatu” bergerak menurut rencana kekal-Nya dan karenanya, “Segala sesuatu” akan “bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Memang demikianlah seharusnya, sebab “segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia” (Rm. 11:36). Sekalipun demikian, yang ini ternyata sangat kurang disadari, termasuk oleh umat Allah! Banyak orang menganggap Allah hanya sebagai seorang Pengawas jarak jauh, yang tidak secara langsung terlibat dalam berbagai peristiwa yang terjadi di atas bumi. Memang benar bahwa manusia memiliki kehendak, tetapi Allah pun demikian. Memang benar bahwa manusia dikaruniai dengan kuasa, namun Allah adalah Yang Mahakuasa itu sendiri. Memang benar, secara umum, bahwa dunia sekuler diatur oleh hukum, tetapi di balik hukum itu ada Sang Pemberi sekaligus Pengawas hukum tersebut. Manusia semata-mata merupakan ciptaan-Nya. Allah adalah Sang Pencipta; dan jauh sebelum manusia melihat terang, “Tuhan semesta alam” (Yes. 9:6) telah ada; dan sebelum dunia dijadikan, Ia menetapkan rencana-rencana-Nya; dan karena Dia tidak terbatas dalam kuasa-Nya sedangkan manusia terbatas, rencana dan tujuan-Nya takkan dapat dihalangi ataupun digagalkan oleh ciptaan-ciptaan buatan tangan-Nya sendiri.

(29)

Benarkah Ular adalah

Binatang yang Paling

Cerdik? (Kejadian 3:1)

Ev. Nike Pamela, M.A.

Ketika Tuhan Allah selesai meciptakan manusia dan segala makhluk hidup lainnya di pasal 2 dari kitab Kejadian, Tuhan meletakkan mereka di taman Eden. Selanjutnya pasal 3 dari kitab Kejadian dimulai dengan kalimat ‘Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah’. Apakah maksud pernyataan di atas?

(30)

Penulis Kejadian memakai pernyataan tersebut untuk menyoroti tentang dua hal: karakter dan asal-usul ular. Dua keterangan ini diperlukan untuk memahami keseluruhan cerita di Kejadian 3.

Pertama, karakter ular. Ia disebut sebagai binatang yang paling cerdik. Kata “cerdik” memakai bahasa Ibrani ‘ārûm. Dari bunyi saja terlihat ada permainan kata dengan ‘ārûmmîm (“telanjang”) di 2:25. Kemiripan bunyi ini secara naratif berguna sebagai transisi yang mulus antara kisah penciptaan dan kejatuhan ke dalam dosa. Ini sekaligus sebagai sebuah ironi: ular yang “cerdik” (‘ārûm, 3:1) telah memperdaya manusia yang dulunya “telanjang” (‘ārûmmîm, 2:25) tanpa merasa malu, sehingga sekarang mereka mendapati diri mereka malu ketika telanjang (‘êrummim, 3:7). Dalam PL istilah ‘ārûm pada dirinya sendiri bersifat netral. Dalam Kitab Amsal orang yang ‘ārûm adalah orang yang cerdik dan bijaksana dan beberapa kali dikontraskan dengan orang yang bebal atau tidak berpengalaman (12:16, 23; 13:16; 14:8, 15, 18; 22:3; 27:12). Tuhan Yesus bahkan menasihatkan pengikut-Nya untuk menjadi cerdik seperti ular (Mat 10:16). Di sisi lain pemunculan kata ‘ārûm di Kitab Ayub bermakna negatif (5:12; 15:5). Dari penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kata ‘ārûm tergolong ambigu. Kata ini tidak seperti kata dāķām yang selalu berarti positif (“bijaksana”). Pemilihan kata yang

(31)

ambigu seperti ini mungkin didasarkan pada dua pertimbangan: (1) permainan bunyi dengan 2:25 dan 3:7; (2) usaha untuk menyeimbangkan antara ular sebagai ciptaan yang baik (1:24-25; 1:31) tetapi bisa dimanfaatkan oleh ular. Jika diperhatikan dengan seksama, pemunculan ular sebagai binatang yang ‘ārûm juga berkaitan dengan isi godaan yang ia layangkan pada Hawa. Apa yang ditawarkan ular dalam taraf tertentu berhubungan dengan “hikmat” atau pengertian. Ia menggoda Hawa supaya mampu membedakan yang baik dan yang jahat (3:5). Sangat wajar apabila seekor binatang yang cerdik menawarkan “hikmat” tertentu.

Kedua, asal-usul ular. Walaupun ular di Kejadian 3 telah dimanfaatkan iblis sebagai alat, tidak ada petunjuk apapun dalam teks yang mengijinkan kita untuk berpikiran bahwa semua ini terjadi di luar kontrol Allah. Ular tetap disebut sebagai binatang yang diciptakan oleh Allah (3:1; 1:24-25; 2:19-20). Dari sini terlihat bahwa tidak ada konsep dualisme kekal dalam Alkitab sebagaimana kita sering dapati pada konsep kafir kuno. Bagian Alkitab yang lain bahkan menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas Lewiatan, ular naga besar di laut (Ay 26:12-13; Mzm 74:13-14; Yes 27:1; 51:9). Ular mengarahkan godaan kepada perempuan (3:1b “berkata kepada perempuan itu”). Sulit mencari alasan yang pasti mengapa ular

(32)

membidik Hawa lebih dahulu. Kenyataannya, para ahli bahkan meragukan apakah pada waktu itu Hawa sedang benar-benar sendiri. Beberapa petunjuk dalam teks bisa memberi kesan bahwa ia bersama Adam pada waktu peristiwa ini terjadi. Kata “engkau” di 3:2-5 berbentuk jamak. Hawa sendiri memakai kata ganti orang ke-1 jamak (3:2 “kami boleh makan”). Frase “suaminya yang bersama-sama dengan dia” (3:6) tampaknya juga memperkuat dugaan ini.

Pandangan di atas sulit memastikan hal ini. Bentuk jamak “engkau” dan “kami” mungkin hanya sekadar ungkapan yang lebih enak dipakai karena larangan yang sedang dibicarakan memang pada hakekatnya ditujukan pada Adam dan Hawa, walaupun pertama kali hanya ditujukan pada Adam (2:16-17). Frase “bersama-sama dia” bisa dipahami sebagai petunjuk bahwa mereka sama-sama berada di taman. Ketika Adam diminta pertanggungjawaban oleh Allah, ia menyalahkan isterinya (3:12), bukan ular. Ia mendengarkan perkataan isterinya (3:17), bukan ular.

(33)

BAB I : Memahami

Panggilan Misi

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli “Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 15 November 2020) Dukungan gereja

Di samping kesadaraan akan misi, perintah-perintah, dan sebuah kerinduan dan komitmen yang menyala-nyala, mereka yang memiliki panggilan misi juga harus memiliki restu dari gereja lokal mereka. Ketika anda percaya, maka anda harus bersatu dengan sebuah gereja injili,

(34)

di mana anda dapat menikmati persekutuan dan nasehat dari jemaat. Para rekan orang percaya akan mengenali karunia dan panggilan di dalam hidup anda, jikalau mereka melihat Allah sedang bekerja di dalam anda untuk pergi bermisi. Seorang pendeta di Venezuela memberitahukan kepada saya, bahwa konvensi gereja-gerejanya memiliki keprihatinan tentang beberapa pria yang pergi ke luar negeri untuk menjadi misionaris di Asia. Pria pertama yang kembali setelah beberapa bulan, dengan alasan bahwa Allah belum memanggil dia untuk misi. Beberapa bulan kemudian, pria ke dua melakukan hal yang sama. Gereja asal seorang calon misionaris harus dapat melihat kerinduan calon misionaris, dalam hal membagikan Injil, minat terhadap bangsa-bangsa lain, keinginan untuk belajar bahasa-bahasa yang baru, dan beban yang terus menerus bagi orang-orang yang terhilang di seluruh dunia.

Saya telah berkeliling dunia dan mengenal banyak misionaris, mengajar banyak murid misi, berbicara di konfrensi-konfrensi misi, dan menasihati banyak orang yang sedang mencari kehendak Allah bagi hidup mereka, berkenaan dengan misi. Saya tidak pernah mendengar dua panggilan dalam pelayanan misi maupun kepada pelayanan misionaris yang sama. Allah sepertinya memanggil beberapa orang untuk satu jenis pelayanan misi tertentu, yang lainnya

(35)

kepada suatu suku bangsa, yang lainnya kepada suatu wilayah, atau suatu Negara, atau kepada suatu tujuan hidup (misalnya menyelamatkan para gadis dari prostitusi), atau beberapa kombinasi dari hal itu. Dengan pasangan yang menikah, jarang sekali Allah memanggil ke dua pasangan yang pada saat yang sama dan mereka sering mempertimbangkan panggilan misi, karena motivasi-motivasi yang berbeda. Panggilan misi, seumpama kepingan salju, masing-masing adalah unik, dan ketika di gabungkan dengan yang lain, akan menyelimuti daratan seperti air menutupi lautan. Dengan luar biasa, Allah memakai orang-orang seperti kita untuk membawa berita Injil keselamataanNya, kepada dunia yang terhilang, dan Ia dengan senang hati menyelamatkan jiwa-jiwa melalui pemberitaan kita.

Jadi apa itu panggilan misi? Bagaimana kita memahaminya? Panggilan misi meliputi sebuah kesadaran akan kebutuhan-kebutuhan dari dunia yang terhilang, perintah KRistus, keprihatinan bagi mereka yang terhilang, sebuah komitmen yang radikal kepada Allah, penugasan dari gereja, restu dan pengutusan, hasrat yang dalam, karunia Roh, dan kerinduan yang tak terlukiskan yang memotivasi melebihi segala pengertian manusia.

(36)

setiap orang Kristen kepada tugas-tugas misi luar negeri. Tentu saja saya tidak berpikir kita semua harus menjual tanah dan pergi. Jika kita semua pergi, maka tidak akan ada yang tersisa untuk menjadi pengutus orang-orang yang pergi. Roma 10:13, “Sebab barangsiapa yang berseru dalam nama Tuhan, akan diselamatkan.” Kita akan berkata, “Amin!” Namun, Paulus melanjutkan hal yang sama pentingnya dalam pasal 10:14-15, “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka dapat mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika tidak mereka tidak diutus?” Sebagian dari kita adalah pengutus, dan sebagian adalah orang-orang yang pergi. Tidak ada yang lebih penting daripada yang lainnya. Orang-orang y ang terhilang tidak dapat dilahirkan kembali tanpa Injil, dan misionaris tidak dapat pergi memberitakannya, kalu kita tidak mengutus mereka. Kita semua memiliki panggilan misi dalam hal tertentu. Apakah panggilan saudara? Bersambung……….

(37)

Jangan Takut Salib

Senin, 23 November 2020

Salah satu perkataan Yesus yang terpenting adalah: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Frase ini tidak asing lagi untuk orang Kristen bahkan oleh warga dunia secara umum. Bagi orang sekuler, frase memikul salib mungkin berarti menerima penderitaan dalam hidup dan merengkuh kelemahan yang ada. Bagi orang Kristen, frase memikul salib punya makna sedikit “lebih rohani” yaitu menghadapi pergumulan dan kesulitan sebagai murid Yesus. Saya merasa kedua interpretasi ini tidak sepenuhnya salah, hanya saya berpikir apa yang murid-murid Yesus pada jaman itu pikirkan pada saat mereka mendengar pikul salib.

Kemungkinan besar, pikiran mereka akan menuju kepada penganiayaan dari kerajaan Romawi. Salib adalah metode eksekusi yang diberikan kepada kriminal atau mereka yang dianggap mengancam kekuasaan Romawi. Maka salib berkaitan erat dengan hukuman, siksaan, kematian, dan dipermalukan. Dengan mengatakan pikul salib, Yesus sebetulnya sedang berkata: apa yang paling kau takutkan yaitu kematian oleh salib, jangan takut. Ketakutan

(38)

adalah musuh utama mereka, sehingga mereka tidak bebas mengikuti perintah Yesus.

Kita boleh percaya Yesus, pergi ke gereja bahkan sibuk pelayanan. Namun jika kita selalu takut oleh salib, jika salib selalu menjadi ancaman eksistensial buat kita, maka kita tidak dapat mengalami hidup yang sepenuhnya. Panggilan memikul salib bukan panggilan untuk pasrah dalam kesulitan atau membuang hidup kita ke dalam penderitaan, namun panggilan untuk tidak takut menghadapi kesulitan penderitaan dan ancaman apapun. Karena Kristus beserta kita dan sudah mendahului kita. (EW)

(39)

Menanggapi Anugerah

Allah dengan Menderita

dan Bersukacita

Selasa, 24 November 2020

Bagi beberapa orang Kristen, percaya Yesus tidak perlu menderita karena Kristus telah menanggung penderitaan tersebut bagi orang percaya. Konsep ini jelas salah karena orang percaya menderita sebagai harga yang harus ia bayar di dalam mengikut-Nya (Mat. 16:24). Paulus pun juga adalah rasul Kristus yang menderita dan bersusah payah dalam melayani-Nya. Ia menegaskan hal ini di Filipi 2:16b di mana ia telah bersusah payah melayani-Nya di jemaat Filipi dan kerja kerasnya membuahkan hasil jika jemaat Filipi taat kepada-Nya. Bukan hanya itu, Paulus berkata bahwa ia mungkin saja sebentar lagi akan meninggal (ay. 17). Paulus berkata ini karena ia memang sedang berada di dalam penjara waktu menulis surat Filipi (1:7, 14, 17). Kemudian kata-kata seperti “darah,” “dicurahkan,” dan “korban” menunjukkan bahasa metafora Paulus yang merujuk kepada kematiannya yang semakin mendekat (bdk. 2Tim. 4:6) (Moisés Silva, Philippians, 128). Paulus mengajar jemaat Filipi untuk menanggapi

(40)

penderitaan dengan perspektif yang baru yaitu memandang penderitaan sebagai suatu kurban (sacrifice) yang berkenan kepada-Nya sekaligus bersukacita di dalam penderitaan tersebut. Beberapa moralis zaman itu atau sebelumnya memandang kematian sebagai suatu kekuatan (Michael F. Bird dan Nijay K. Gupta, Philippians, 94), namun Paulus memandang kematian bukan hanya sebagai kekuatan, tetapi sesuatu yang menyenangkan bagi Allah sekaligus sukacita. Dengan kata lain, bagi Paulus, penderitaan bukanlah sesuatu yang terus-menerus diratapi, tetapi disyukuri sebagai suatu respons terhadap anugerah Allah sekaligus persembahan yang harum bagi-Nya. Apakah kita juga mensyukuri penderitaan yang kita tanggung akibat percaya dan mengikut Kristus? Memang hal ini tidak mudah, tetapi percayalah: anugerah Allah memampukan umat-Nya percaya kepada Kristus, siap menderita bagi-Nya, dan bersukacita di dalam penderitaan tersebut.

Perspektif ini Paulus ajarkan kepada jemaat Filipi agar mereka juga ikut bersukacita bersama Paulus (ay. 18). Ini berarti orang percaya bukan hanya bersukacita di dalam penderitaan, tetapi berbagi sukacita itu kepada orang percaya lain, sehingga mereka pun ikut merasakan sukacita kita. Dengan kata lain, sukacita kita mendorong sukacita orang percaya lain, sehingga orang percaya lain dipersiapkan menderita bagi Kristus

(41)

dan bersukacita di dalam penderitaan tersebut. Ketika satu tubuh Kristus bersukacita di dalam penderitaan, maka orang yang belum percaya Kristus akan melihat sukacita itu dan atas anugerah-Nya, mereka dapat percaya kepada Kristus.

Sudah siapkah kita bersukacita di dalam penderitaan sekaligus membagikan sukacita tersebut kepada orang percaya lain untuk memberkati mereka sekaligus “mempertobatkan” orang yang belum percaya? Amin. (DTS)

(42)

Bersyukur Selalu

Rabu, 25 November 2020

Bapa ibu saudara sekalian, sering kali ketika kita mengikuti sebuah ibadah mungkin pemimpin pujian sering bertanya dan mengatakan “apa kabar” kemudian para jemaat menjawab dengan yakin “luar biasa!”. Seolah-olah semua keadaan jemaat sedang baik-baik saja, namun apakah benar demikian. Terutama dalam masa-masa pandemic seperti ini berkata “luar biasa” terkesan terlalu menyepelekan keadaan orang-orang tertentu yang memang sedang merasa kesulitan. Dan memang sulit untuk mengucap syukur terutama ketika menghadapi keadaan kritis.

Bapa ibu saudara sekalian, bagian yang menjadi renungan kita hari ini merupa nasihat-nasihat dari Paulus kepada jemaat di Tesalonika untuk mengucap syukur dalam segala hal. Hal ini bukanlah sebuah hal yang mudah bagi jemaat Tesalonika. Karena kehidupan jemaat Tesalonika penuh dengan penganiayaan. Namun disini Paulus ingin menekankan sebagai seorang yang hidup dalam Kristus bersyukur dalam segala hal bukanlah sebuah hal yang mustahil.

(43)

Artinya hidup dalam Kristus berarti menaruh rasa syukur kita atas perbuatan Kristus terhadap kita. Kita bersyukur karena kita telah diselamatkan, kita telah bebasa dari ketakutan terbesar kita yaitu kematian. Kemudian kita bersyukur karena Kristus menjadi miliki kita dan kita menjadi milik Kristus. Rasa syukur kita bukan didasari keadaan kita tetapi apa yang Telah Kristus lakukan kepada kita.

Bapa ibu saudara sekalian, mungkin kita sedang berada didalam masa yang sulit untuk megucap syukur. Namun biarlah firman Tuhan hari ini menguatkan kita untuk mengucap syukur didalam Kristus bukan karena kondisi sekitar. (EG)

(44)

Tetap Memuliakan Tuhan

di dalam Kelemahan

Kamis, 26 November 2020

Ketika belum genap berusia empat tahun, Itzhak Perlman terserang polio, sehingga ia tidak bisa menggunakan kakinya. Tetapi ia lalu mengimbangi kehilangan ini dengan belajar biola. Bertahun-tahun kemudian, ia menghibur banyak orang dengan musik yang ia mainkan. Ia memang kehilangan fungsi kakinya, tetapi permainan musiknya telah memberinya sayap. Banyak orang memandang kelemahan sebagai halangan dalam melayani Tuhan. Kelemahan menjadi alasan tidak memberitakan Injil, seandainya saja saya tidak memiliki kelemahan ini, pastilah saya akan giat memberitakan Injil. Demikianlah yang dikatakan oleh mereka yang merasa kelemahannya sudah menghalanginya berkarya bagi Tuhan. Kisah di atas menjadi contoh bahwa kelemahan tidak pernah mengkukung Itzak Perlman untuk berkarya dalam musik. Demikian juga Paulus, Paulus berharap Tuhan mengangkat kelemahannya, namun Tuhan berkata “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”. Yang Tuhan minta bukanlah

(45)

untuk menjadi sempurna, yang Dia mau adalah layanilah Dia dengan tekun dalam keadaanmu. Kita seringkali terfokus pada keterbatasan dan kekurangan kita, Kita sering mengeluh atas kelemahan dan atas apa yang tidak kita punya dan mengabaikan dan melupakan kelebihan apa yang kita punya. Padahal, kelemahan, keterbatasan dan kekurangan mau dipergunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Tuhan mau memenuhi kita dengan kekuatan yang berasal dariNya sehingga dengan segala keterbasan kita, apa yang masih kita punyai tetap bisa dipakai untuk hal-hal yang baik yang akan memuliakan nama-Nya. (NL)

(46)

Berbuah

Jum’at, 27 November 2020

Ada banyak gambaran tentang kehidupan orang Kristen. Injil Yohanes menggambarkan kehidupan yang berbuah, semakin banyak berbuah dan tidak berbuah. Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkannya supaya ia lebih banyak berbuah. . . . Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:2,5). Gambaran ini terkait dengan Yesus debagai pokok Anggur yang benar dan Allah Bapa sebagai pemilik kebun anggur (1). Inti ajarannya adalah supaya orang percaya senantiasa ada dalam Yesus untuk menghasilkan buah perbuatan baik dan rohani untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Ada empat gambaran penting berkaitan dengan kehidupan orang percaya, yaitu: pertama, ranting yang tidak berbuah. Ini adalah gambaran orang Kristen KTP, yang kelihatannya bagus dan menarik, tetapi sama sekali tidak mempunyai hubungan hidup dengan Kristus, belum sungguh-sungguh bertobat dan menerima Yesus sebagai juruslamat pribadinya, sehingga tidak mungkin

(47)

baginya untuk menghasilkan buah.

Kedua, ranting yang berbuah yang berhubungan dengan hidup menjadi berkat bagi banyak orang melalui kasih dan teladan hidup. Dia adalah orang yang sudah dalam Kristus tetapi tidak mengalai pertimbuhan secara obtimal. Bereka diibaratkan ranting yang melekat pada pokok anggur.

Ketiga, ranting yang lebih banyak berbuah. Ini adalah kondisi lebih baik dari hanya sekadar berbuah tetapi secara maksimal berbuah. Untuk mencapai hasil ini, ranting yang berbuah, harus dibersihkan, dipotong daunnya, baru dapat lebih banyak berbuah. Inilah keistimewaan pohon anggur, kalau tidak dibersihkan daunnya, tidak mungkin lebih banyak berbuah. Seperti dosa yang harus dibuang dalam kehidupan spiritualitas kita agar lebih banyak berbuah. Orang kristen harus memiliki disiplin rohani untuk hidup kudus.

Keempat, berbuah banyak. Berbuah lebat adalah harapan kita semua di dalam Tuhan tetapi syaratnya adalah kita tinggal dalam Kristus dan Kristus tinggal dalam kita (ay.5). Hubungan yang erat dengan Tuhan bagaikan janin dalam kadungan ibunya yang tidak mungkin dapat dipisahkan, dan memperoleh sari-sari makanan hanya melalui ibunya. Apabila hubungan itu putus, maka matilah janin itu. Hal ini menggambarkan

(48)

spiritualitas sejati yang didasarkan pada relasi dengan Allah.

Dari empat gambaran kerohanian tersebut, termasuk jenis yang manakah kita? Apakah kita sudah, senantiasa dan semakin melekat dengan pokok Anggur yang benar? (YDI)

(49)

Sukacita dalam Penderitaan

Sabtu, 28 November 2020

Mengapa para rasul senang menderita karena nama Yesus? Apakah mereka mengabaikan tentang realitas? tentu tidak ! Saat itu mungkin mereka heran melihat bahwa mereka tidak lari mencari perlindungan seperti yang mereka lakukan ketika Yesus ditangkap dan disalibkan. Mereka bersukacita karena ada keberanian baru yang ditemukan ketika hubungan mereka dengan Kristus diperbaharui oleh kuasa Roh Kudus.

Yesus menjadi begitu nyata bagi para rasul setelah Pentakosta sehingga mereka siap menderita dan bahkan mati untuk Dia. Saat ini tentu kita tidak mencari gara-gara atau pergi dengan sembarangan supaya menderita bagi Kristus. Kita harus tetap memberitakan Injil atau menjadi saksi dengan hikmat Tuhan. Tetapi jika Yesus telah memenuhi kita dengan Roh Kudus, kita akan memiliki sumber sukacita dan kedamaian yang melampaui semua keadaan - bahkan jika kita menghadapi saat-saat penderitaan.

Apakah Anda orang Kristen yang suka mencari-cari kesalahan yang cenderung menyalahkan Yesus atau nama Yesus sebagai penyebab

(50)

penderitaan? Apakah Anda seorang Kristen yang takut, yang menutup mulut di depan umum karena Anda tidak ingin “menyinggung” orang yang tidak percaya? Apakah Anda cenderung marah kepada Tuhan ketika Dia membiarkan penderitaan atau kesulitan dalam hidup Anda? Para Rasul di dalam kehidupan sehari-hari berani mengambil bagian dalam memberitakan nama Yesus. Walaupun ada tantangan mereka tetap maju karena mereka sudah diubahkan oleh Roh Kudus. Di masa sekarang, kita juga dihadapkan pada tantangan. Tuhan mungkin ijinkan membawa kita pada penderitaan melalui tantangan tersebut. Namun yang terpenting adalah, bagaimana kita menempatkan Yesus sebagai segala-galanya dalam hidup kita. Jika Tuhan ijinkan penderitaan, yakinlah bahwa Tuhan melindungi dan membimbing kita dalam segala keadaan. (HK)

(51)

Agenda Minggu Ini

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin

23 Nov ‘20

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM 23.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Bp. Yakub Tri Handoko HUT: Ibu Virandha Dea HUT: Bp. Ferry Hope Joenan

Selasa

24 Nov ‘20 HUT: Ibu Elizabeth Christina

Rabu 25 Nov ‘20

18.30 Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Ev. Heri Kristanto (DILIBURKAN) 19.00 Latihan Musik KU 3

HUT: Sdri. Kezia Sola Gratia HUT: Anak Jayson Perry Huang

(52)

Kamis 26 Nov ‘20

18.30

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 1 dan KU 2 HUT: Ibu Debby Cristine

HUT: Ibu Teng Francisca Novianti HUT: Anak Gregory Pietas Priadi HUT: Ibu Cynthia Dwiningsih

Jum’at 27 Nov ‘20

HUT: Anak Jessica Thiemailattu HUT: Bp. Lukas Gunawan HUT: Bp. Hendri Kwistianus

Sabtu 28 Nov ‘20

06.30 Doa Pemuridan (DOA DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari (IBADAH DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR (IBADAH DIRUMAH) 22.00 Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Mercury, 96 FM

Minggu

(53)

IB ADAH MINGGU 22 NO VEMBER 2020 KU 1 | 08.00 WIB | http s:// you tu.be/K V6hoM YyHZo KU 2 | 10.00 WIB | http s:// you tu.be/0 vnpU vzx8r g KU 3 | 17.00 WIB | http s:// you tu.be/D4c2tJz VU7E Pdt. Yakub T ri Handok o Ekspo sisi Filipi 2:17-18 IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S COMMUNITY pk. 08.00 | 10.00 | 17.00 IB ADAH MINGGU 29 NO VEMBER 2020 Pdt. Yakub T ri Handok o Ko munit a s yang be re pr oduksi (Efe su s 4:11-16) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S

COMMUNITY

(54)

PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA Reformed Exodus Community (REC),

22 November 2020

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua ang-gota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan teks Filipi 2:17-18 di TV (atau dicetak/lewat HP saja) sambil memutar lagu Sovereign Grace - Turn Your Eyes Upon Jesus (https:// youtu.be/F2tKVqZZiI4)

2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah mengajak semua anggota keluarga berdiri.

langsung diikuti dengan votum

“Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bah-wa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurba-nan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah ini. Amin.”

(55)

Jemaat dipersilakan duduk.

Besar SetiaMu KPPK 66 Medley Dia Men-genggamku (Keith and Kristyn Getty) (https://youtu.be/3vn3ONhguqg https://youtu.be/936BapRFHaQ) Verse 1

Besar setia-Mu Allah Bapaku, besarlah kasih-Mu yang melimpah. Tiada kurang dan tidak berubah, sempurna dan tetap selamanya.

Verse 2

Musim pun berganti, musim apapun, hari pun berganti hari baru.

Alam s’mesta dan semua ciptaan-Mu, menyaksikan kasih setia-Mu.

Chorus

Besar setia-Mu, besar setia-Mu, tiap pagi b’rikan rahmat baru, s’gala yang kuperlu Kau sediakan, besar setia-Mu, kepadaku.

Verse 3

Pengampunan dosa, b’ri damai kekal, Kau menghibur dan Kau menuntunku. Kekuatan dan pengharapan kelak, kasih setia-Mu selamanya.

(56)

Mazmur 139:23-24 “Selidikilah aku, ya Allah , dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku se-rong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Medley “Dia Menggenggamku Chorus

He Will Hold Me Fast He Will Hold Me Fast

For my Saviour loves me so, He will hold me fast.

Verse 2

Aku dikasihiNya, Kristus genggamku

Berharga dimataNya, Dia menggenggamku Ku tak akan terhilang, itu janjiNya

Karna ku tlah ditebus, Dia trus genggamku

Chorus

Dia menggenggamku, Dia menggenggamku Kristus mengasihuku, Dia menggenggamku

Doa Pengakuan dosa dan Pembukaan 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri)

Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

(57)

yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

Yang menderita sengsara di bawah pe-merintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Ku-dus, Gereja yang kudus dan am, perseku-tuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal. Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk)

5. Petunjuk hidup baru

Roma 5:8-9 “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih ber-dosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”

(58)

Nyanyian jemaat

Tak Henti Kupuji Dia (KPPK 319) (https://youtu.be/KkXaQr8w5dc) Verse 1

Ada kidung dalam hatiku, bisikan manis Tuhan,

“Jangan takut, ‘Ku besertamu. ‘Ku ‘kan jaga hidupmu.”

Verse 2

Berkat anug’rah-Nya melimpah, ‘ku bernanung dalam-Nya, ‘ku melihat senyum wajah-Nya, tak henti kupuji Dia

Chorus

Yesus, Yesus, Yesus, nama terindah, menghibur hatiku, tak henti kupuji Dia.

Verse 3

Tak lama lagi Ia ‘kan datang, akan ‘ku menyambut-Nya, dan ‘ku ‘kan dijemput ke sorga, bertakhta bersama-Nya.

Chorus

Yesus, Yesus, Yesus, nama terindah,

(59)

menghibur hatiku, tak henti kupuji Dia.

INTERLUDE Chorus

Yesus, Yesus, Yesus, nama terindah, menghibur hatiku, tak henti kupuji Dia. 6. Pujian Firman

Tuhan Aku Perlu Setiap Waktu (KPPK 321) (https://youtu.be/gmsfndaf0oM)

Verse 1

Tuhan aku perlu, setiap waktu, suara apa pun, tak menghibur.

Chorus

O, Tuhan, aku perlu, ‘ku perlu selalu; ‘ku mau datang pada-Mu, o, Tuhanku.

Verse 2

Tuhan aku perlu, Kau dekatku, bila iblis datang, ‘ku tetap menang.

Chorus

O, Tuhan, aku perlu, ‘ku perlu selalu; ‘ku mau datang pada-Mu, o, Tuhanku.

(60)

Bridge

Tiap jam kuperlu Kau Tiap hari kubutuh Kau

Verse 4 KJ 457

Ya Tuhan, tiap jam ajarkan maksudMu; b’ri janjiMu genap di dalam hidupku.

Chorus

Setiap jam, ya Tuhan, Dikau kuperlukan; ‘ku datang, Jurus’lamat, berkatilah

7. Khotbah

Lampiran halaman 03.

8. Persembahan. Melalui transfer ke

BCA 088 2825 777 a/n GKRI Exodus

Mazmur 106:1 “Haleluya! Bersyukurlah kepa-da TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya u kasih setia-Nya.”

KUPERCAYA PADANYA (KPPK 233) (https://youtu.be/gF0iWTE-6yA?t=5173) Verse 1

Kupercaya pada-Nya, tempuh hidupku, Kupercaya pada-Nya, dan memuji Dia. Badai atau cuaca gelap, b’ratlah langkahku, asal percaya Tuhan, Ia pasti tolong.

(61)

Chorus 1

Ialah Sobatku, Sobat yang setia, ‘ku bersandar Dia, s’lama-lamanya.

Badai atau cuaca gelap, b’ratlah langkahku, asal percaya Tuhan, Ia pasti tolong

Verse 2

Kupercaya pada-Nya, di jalan sempit, Kupercaya pada-Nya, s’lalu ikut Dia. Meski ‘ku letih dan lesu, susah hatiku, asal percaya Tuhan, Ia besertaku.

Chorus 2

Ia Pemanduku, Kawan yang setia, Ia di sisiku, Ia besertaku.

Meski ‘ku letih dan lesu, susah hatiku, asal percaya Tuhan, Ia besertaku.

9. Doa syafaat

Lampiran halaman 12 10. Pengumuman

11. Doxology

Puji Allah Bapa Putera Puji Allah Rohul Kudus Ketiganya Yang Esa

(62)
(63)

Referensi

Dokumen terkait