• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Wilayah Kabupaten Lampung Barat

Daerah Administrasi

Kabupaten Lampung Barat dibentuk berdasarkan Undang- undang Nomor 6 Tahun 1991 dan diresmikan pada Tanggal 24 September 1991. Kabupaten Lampung Barat mempunyai peran yang cukup penting sebagai daerah pendukung dan penyangga bagi Provinsi Lampung, sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangannya, Kabupaten Lampung Barat memiliki peran yang strategis dalam peningkatan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakatnya.

Kabupaten Lampung Barat memiliki luas wilayah 495.040 ha atau 13,99% dari luas wilayah Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk 410.732 jiwa (Dinas Kependudukan, 2007). Secara administrative Kabupaten Lampung Barat terdiri dari 17 Kecamatan, dengan 195 Pekon/Desa dan 6 Kelurahan, hal ini sebagaimana terlihat pada tabel 7.

Tabel 7 Jumlah kecamatan dan pekon di Kabupaten Lampung Barat. No Kecamatan Ibu Kota Pekon/Desa Kelurahan

1. Sumber Jaya Simpang Sari 10 1 2. Way Tenong Muta Alam 14 1 3. Sekincau Pampangan 9 1 4. Suoh Sumber Agung 12 -

5. Belalau Kenali 14 -

6. Batu Brak Pekon Balak 11 - 7. Balik Bukit Liwa 10 2 8. Sukau Buay Nyerupa 12 - 9. Bengkunat Pardasuka 5 - 10. Pesisir Selatan Biha 14 - 11. Pesisir Tengah Krui 21 1 12. Karya Penggawa Kebuayan 10 - 13. Pesisir Utara Pugung Tampak 17 -

14. Lemong Lemong 13 -

15. Gedung Surian Gedung Surian 5 - 16. Bengkunat Belimbing Pardasuka 10 - 17. Ngambur Negeri Ratu Ngambur 8 -

JUMLAH 195 6

(2)

Letak Lokasi Kabupaten Lampung Barat

Kabupaten Lampung Barat berada pada koordinat 4 derajat 47’16”-5 derajat 56’42” Lintang Selatan dan 130 derajat 35’08”-104 derajat 33’51” Bujur Timur. Kabupaten Lampung Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Tanggamus, Lampung Utara, Way Kanan, Propinsi Sumatera Selatan (Kabupaten OKU Selatan) dan Propinsi Bengkulu (Kabupaten Kaur).

Gambar 3 Peta administrasi Kabupaten Lampung Barat

Kondisi Geografis

Wilayah Kabupaten Lampung Barat secara geografis meliputi areal seluas kurang lebih 459.040 ha, terdiri dari daerah berdataran rendah (0-600 mdpl), daerah berbukit (600-1000 mdpl) dan daerah pegunungan (1000-2000 mdpl). Keadaan disepanjang pantai pesisir barat umumnya datar dan berombak dengan kemiringan berkisar pada 3-5%, yang langsung berhadapan dengan Samudera Indonesia. Di bagian barat laut, selatan, timur dan utara terdapat beberapa gunung

(3)

dan bukit. Kabupaten Lampung Barat juga dilalui oleh Sistem Sesar/Patahan Sumatera yang merupakan jalur ge mpa dunia. Dengan adanya kondisi ini mengakibatkan zona yang dilalui sistem ini merupakan daerah yang rawan terjadi kerusakan bila terjadi gempa yang signifikan. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4 dan tabel 8.

Gambar 4 Peta epicenter gempa merusak di Pulau Sumatera

Geologi dan Geomorfologi

Formasi geologi yang menyusun wilayah Kabupaten Lampung Barat meliputi formasi alluvium, gamping koral, batuan gunung api kuartier, batuan gunung api, bintuhan, ranau, semung, lemau, hulusimpang, bal, batuan terobosan, lakitan, simpang aur dan formasi seblat. Fisiografis wilayah pesisir Kabupaten Lampung Barat didominasi oleh Teras Marin seluas 56.312 Ha (54,1%), Alluvial seluas 21.862 Ha (21%) dan Marin seluas 12.500 Ha (12%). Sebagian besar tanah di Kabupaten Lampung Barat didominasi oleh jenis Enthisol, Encepthisol dan Ultisol. Daerah pesisir ditempati oleh endapan alluvial sungai dan pantai, endapan vulkanik dari beberapa formasi dan batuan gamping.

(4)

Kabupaten Lampung Barat berapa pada ketinggian 0 - 50 mdpl. Daerah ini relative sempit, memanjang sepanjang pantai. Daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia, seperti umumnya Pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, dipengaruhi oleh gempa bawah laut yang dapat mengakibatkan gelombang tsunami. Daerah pegunungan yang merupakan punggung Bukit Barisan, ditempati oleh vulkanik quarter dari beberapa formasi. Daerah ini berada pada ketinggian 50 - > 1000 mdpl. Daerah ini dilalui oleh sesar semangko, dengan lebar zona sebesar + 20 km. pada beberapa tempat dijumpai beberapa aktifitas vulkanik dan pemunculan panas bumi. Susunan batuan dan sifat-sifat fisiknya, struktur geologi dan bentuk topografik yang membentuk daerah ini menyebabkan Kabupaten Lampung Barat cukup rentan terhadap berbagai jenis bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor dan erosi kuat. Daerah bergelombang berada pada ketinggian 500 - 1000 mdpl, ditempati oleh Endapan Vulkanik Quartier. Daerah ini relative aman terhadap gempa, namun pada bagian yang berlereng terjal masih dijumpai longsor.

Tabel 8 Kejadian gempa merusak di Kabupaten Lampung Barat

Tanggal Kejadian

PUSAT GEMPA Kedalaman (Km) Magnitude (SR) Intensitas (MMI Keterangan Lattitude Longitude 25 Juni 1933 5.00 LS 104,20 BT - - VIII-IX Terjadi retakan dan amblasan tanah 15 Pebruari 1994 5.00 LS 104.30 BT 23 6,2 IX-X 200 orang meninggal

Sumber: BMG Propinsi Lampung, 2007

Berdasarkan kondisi fisik demikian, dalam konteks kerentanan terhadap bencana alam, wilayah Kabupaten Lampung Barat dapat dibagi me njadi 3 (tiga) zona utama yaitu:

1. Zona I, daerah pesisir, dengan ancaman bencana alam gempa bawah laut dan tsunami, namun relative aman terhadap gerakan tanah (longsor).

(5)

2. Zona II, daerah pegunungan, yang relative paling rentan terhadap bencana : tanah longsor, erosi kuat dan gempa bumi yang juga berperan memicu longsor.

3. Zona III, daerah bergelombang, relatif paling aman meskipun tingkat erodibilitas tanahnya kurang lebih sama dengan Zona II dan pada beberapa tempat masih dimungkinkan terkena longsor.

Tabel 9 Keadaan tanah di Kabupaten Lampung Barat.

Sistem Tanah

Ketinggian (mdpl)

Terdapat Bahan Pembentuk Alluvial 0 – 100 Sepanjang jalur DAS Pesisis

Selatan, Pss.Tengah dan Pss.Utara dan sebelah selatan Gunung Sekincau (Suoh)

Endapan sungai dan hasil alluvial atau koliviasi

Marine 0 – 20 Daerah yang terkena pasut lumpur, beting pantai dan cekungan antar pantai

Dari bahan endapan laut yang tersusun halus sampai kasar

Teras Marine

0 – 20 Sepanjang pesisir pantai barat dengan variasi lereng 3-5 %

Tufa masam dan batuan sedimen

Vulkan 25 – 200 Lerang pegunungan/

perbukitan dengan kelerangan curam (> 30%)

Bahan induk andestis dan basal

Perbukitan 5 – 1000 Lereng pegunungan vulkan Bahan vulkan, sedimen, plutonik masam, batuan metamorf yang ditutupi oleh bahan tufa masam ranau

Pegunugan dan Plato

25 – 1350 Lereng pegunungan vulkan dengan kelerangan curam (>30%)

Bahan vulkan tersier, plutonik masam, metamorf dan tufa masam

Ketinggian suatu tempat dari permukaan air laut sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim. Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin rendah temperaturnya. Ketinggian suatu tempat juga akan berpengaruh terhadap jenis dan ragam komoditi yang diusahakan. Bentuk wilayah Kabupaten Lampung Barat bervariasi, mulai dari daerah datar di sebelah barat hingga pegunungan di sebelah timur. Secara fisiografis daerah ini dapat dibedakan atas tiga bagian, yakni : 1) Pesisir di bagian barat dengan kemiringan 0 – 15%, 2) Daerah pegunungan

(6)

yang merupakan daerah terbesar di bagian tengah dengan kemiringan 15 – > 40%, 3) Daerah bergelombang di bagian timur dengan kemiringan lahan 2 – 40%.

Berdasarkan ketinggian tempat, untuk Kecamatan Balik Bukit, Belalau dan Sumber Jaya sebagian besar wilayahnya mempunyai ketinggian antara 500 - 1000 mdpl. Sedangkan Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir Tengah dan Pesisir Selatan umumnya mempunyai ketinggian berkisar antara 0 - 500 mdpl. Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar antara 3 - 5%. Secara topografi Kabupaten Lampung Barat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis Topografi, yaitu : 1) Daerah dataran rendah, yaitu daerah yang mempunyai ketinggian antara 0 - 600 mdpl, 2) Daerah Berbukit, yaitu daerah dengan ketinggian 600 - 1000 mdpl, 3) Daerah Pegunungan, yaitu daerah dengan ketinggian 1000 - 2000 mdpl.

Berdasarkan keadaan dan gejala alam yang ada, dapat memicu terjadinya bencana alam, Kabupaten Lampung Barat berada di jalur Bukit Barisan dan berhadapan dengan Samudera Indonesia ada di sentra wilayah bencana. Di wilayah pegunungan berada pada zona patahan semangka (Sumatra transform

pault zone) yang bergerak dengan kecepatan antara 7 dan 14 cm per tahun sesuai

dengan gerak sundulan penunjang kerak Samudera Indonesia - Australia di selatan, yang di lokasi landai samuderanya juga dapat berakibat terjadinya tsunami seperti kasus gempa N ias dan Aceh pada Tahun 2004 dan 2005. Berdasarkan hal tersebut, catatan sejarah gempa Liwa telah tejadi pada Tahun 1933 dan 1994, yang secara statistik diduga berperiode ulang 60 tahunan.

Kependudukan

Sekilas, apabila kita melintasi jalan raya di wilayah Kabupaten Lampung Barat, memang sedikit terlihat perumahan penduduk. Hal itu antara lain mengindikasikan penyebaran dan kepadatan serta jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Barat yang tidak merata antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, kepadatan dan jumlah penduduknya tidak sama. Penduduk biasanya terkonsentrasi pada daerah-daerah yang sudah berkembang sebagai daerah pusat perdagangan komoditas. Oleh karena itu jumlah penduduk yang cukup besar adalah di daerah yang cukup berkembang dan menjadi sentra perdagangan di Kabupaten Lampung

(7)

Barat, yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Balik Bukit, Belalau, Sumber Jaya, Way Tenong dan Sekincau. Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat pada Ta hun 2007 adalah 410.723 jiwa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 10.

Tabel 10 Penduduk di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007 No Kecamatan Jumlah 1. Balik Bukit 31.497 2. Batu Brak 12.259 3. Belalau 36.160 4. Bengkunat 8.049 5. Bengkunat Be limbing 21.675 6. Gedung Surian 13.560 7. Karya Penggawa 13.181 8. Lemong 14.540 9. Ngambur 17.621 10. Pesisir Selatan 20.231 11. Pesisir Tengah 31.232 12. Pesisir Utara 9.024 13. Sekincau 35.064 14. Sukau 25.770 15. Sumber Jaya 37.442 16. Suoh 44.113 17. Way Tenong 39.194 JUMLAH 410.723

Sumber: Disdukcapil Kabupaten Lampung Barat, 2007

Pemetaan Daerah Rawan Bencana Kabupaten Lampung Barat

Setelah dilakukan pengolahan dan analisis peta maupun data yang ada, diketahui seluruh kecamatan berjumlah 17 di Kabupaten Lampung Barat rawan terhadap bencana alam dengan intensitas : 1) Delapan kecamatan rawan terhadap 1 jenis bencana yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Karya Penggawa, Lemong, Pesisir Utara, Sumber Jaya dan Way Tenong, 2) Tujuh kecamatan rawan terhadap 2 jenis bencana yaitu Kecamatan Bengkunat, Gedung Surian, Ngambur, Pesisir Selatan, Sekincau, Sukau dan Suoh, 3) Dua kecamatan

(8)

rawan terhadap 3 jenis bencana yaitu Kecamatan Bengkunat Belimbing dan Pesisir Tengah.

Setelah dilakukan analisis lebih lanjut, maka diketahui bahwa dari 201 pekon/kelurahan di Kabupaten Lampung Barat, terdapat 95 pekon rawan bencana di Kabupaten Lampung Barat dengan perincian : 1) 32 pekon rawan bencana gempa bumi, 2) 9 pekon rawan bencana banjir, 3) 6 pekon rawan bencana longsor, dan 4) 49 pekon rawan tsunami, sebagaimana terlihat pada tabel 11.

Tabel 11 Daerah rawan bencana Kabupaten Lampung Barat

No Kecamatan Jumlah Pekon

Jenis Bencana

Intensitas Gempa

Bumi Banjir Longsor Tsunami

1 Balik Bukit 12 4 0 0 0 1 2 Batu Brak 11 3 0 0 0 1 3 Belalau 14 2 0 0 0 1 4 Bengkunat 5 0 1 0 4 2 5 Bengkunat Belimbing 10 1 3 0 3 3 6 Gedung Surian 5 2 0 2 0 2 7 Karya Penggawa 10 0 0 0 6 1 8 Lemong 13 0 0 0 4 1 9 Ngambur 8 2 0 0 2 2 10 Pesisir Selatan 14 5 0 0 5 2 11 Pesisir Tengah 22 3 0 1 12 3 12 Pesisir Utara 17 0 0 0 13 1 13 Sekincau 10 2 0 1 0 2 14 Sukau 12 5 0 1 0 2 15 Sumber Jaya 11 0 0 1 0 1 16 Suoh 12 3 2 0 0 2 17 Way Tenong 15 0 3 0 0 1 Jumlah 201 32 9 6 49

Adapun perincian pekon/kelurahan rawan bencana di Kabupaten Lampung Barat adalah sebagai berikut :

1. Rawan gempa bumi

Pekon rawan gempa bumi adalah : 1) Sukarame, Padang Dalom, Kubu Perahu dan Way Empulau Ulu (Kecamatan Balik Bukit), 2) Negeri Ratu, Sukabumi dan Pekon Balak (Kecamatan Batu Brak), 3) Kenali dan Hujung (Kecamatan Belalau), 4) Sukamarga (Kecamatan Bengkunat Belimbing), 5) Gedung

(9)

Surian dan Pura Mekar (Kecamatan Gedung Surian), 6) Negeri Ratu Ngambur dan Sumber Agung (Kecamatan Ngambur), 7) Tanjung Jati, Pagar Dalam, Tanjung Setia, Way Jambu, Marang dan Negeri Ratu Tenumbang (Kecamatan Pesisir Selatan), 8) Way Napal, Kampung Jawa dan Pasar Krui (Kecamatan Pesisir Tengah), 9) Sidomulyo dan Mekar Sari (Kecamatan Sekincau, 10) Pagar Dewa, Tampak Siring, Buay Nyerupa, Tanjung Ra ya dan Hanakau (Kecamatan Sukau), 11) Tugu Ratu, Suoh dan Sri Mulyo (Kecamatan Suoh).

2. Rawan banjir

Pekon rawan banjir adalah : 1) Mulang Maya (Kecamatan Bengkunat), 2) Kota Jawa, Sukamarga dan Pagar Bukit (Kecamatan Bengkunat Belimbing), 3) Tugu Ratu dan Banding Agung (Kecamatan Suoh), 4) Karang Agung, Pura Laksana dan Mutar Alam (Kecamatan Way Tenong).

3. Rawan longsor

Pekon rawan longsor adalah : 1) Gedung Surian dan Tri Mulyo (Kecamatan

Gedung Surian), 2) Gunung Kemala (Kecamatan Pesisir Tengah), 3) Sekincau (Kecamatan Sekincau), 4) Buay Nyerupa (Kecamatan Sukau),

5) Sukapura (Kecamatan Sumber Jaya). 4. Rawan tsunami

Pekon rawan tsunami adalah : 1) Mulang Maya, Negeri Ratu Ngaras, Rajabasa dan Pardasuka (Kecamatan Bengkunat), 2) Kota Jawa, Sukamarga dan Pagar Bukit (Kecamatan Bengkunat Belimbing), 3) Way Sindi, Laay, Penggawa V Tengah, Menyancang, Way Nukak dan Kebuayan (Kecamatan Karya Penggawa), 4) Lemong, Cahya Negeri, Bandar Pugung dan Penengahan (Kecamatan Lemong), 5) Negeri Ratu Ngambur dan Sumber Agung (Kecamatan Ngambur), 6) Tanjung Jati, Tanjung Setia, Way Jambu, Marang dan Negeri Ratu Tenumbang (Kecamatan Pesisir Selatan), 7) Way Napal, Kampung Jawa, Penggawa V Ilir, Bumi Waras, Pasar Krui, Way Suluh, Balai Kencana, Padang Haluan, Lintik, Walur, Pemerihan dan Way Redak (Kecamatan Pesisir Tengah), 8) Walur, Padang Rindu, Kuripan, Kerbang Langgar, Kerbang Dalam, Way Narta, Kota Karang, Labuhan, Pasar

(10)

Pulau Pisang, Sukadana, Sukamarga, Pekon Lor dan Bandar Dalam (Kecamatan Pesisir Utara).

Gambar 5 Peta daerah rawan bencana Kabupaten Lampung Barat

Ketersediaan Pangan Aktual di Kabupaten Lampung Barat Produksi Beras

Kabupaten Lampung Barat memiliki wilayah cukup luas untuk pengembangan komoditas agribisnis seluas 178.172 hektar dengan luas lahan terolah untuk pengembangan pertanian tanaman pangan sebesar 16.291 hektar. Kondisi agroklimat dan kesuburan tanah Lampung Barat berpotensi untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian. Jumlah dan jenis pangan sumber karbohidrat yang berasal dari padi di Kabupaten Lampung Barat pada Tahun 2007 didominasi oleh padi sawah, yaitu dengan luasan lahan mencapai 33.328 ha dan produksi mencapai 145.977 ton padi gagang kering giling (gkg). Untuk padi ladang memang kurang berkembang, karena sumber mata air cukup melimpah

(11)

sehingga irigasi untuk mengairi sawah cukup baik dengan produksi 4.432 ton padi gagang kering giling (gkg), dengan demikian diketahui jumlah produksi pangan sumber karbohidrat padi-padian (padi sawah dan ladang) di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007 adalah 150.409 ton padi gagang kering giling (gkg). Hal ini sebagaimana terlihat pada tabel 12.

Tabel 12 Produksi tanaman padi sawah dan padi ladang per kecamatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007

No Kecamatan Padi Sawah (ton gkg) Padi Ladang (ton gkg) Jumlah (ton gkg) 1. Pesisir Selatan 21.285 837 22.122 2. Bengkunat 21.838 2.630 24.468 3. Bengkunat Belimbing - - - 4. Ngambur - - - 5. Pesisir Tengah 9.808 60 9.868 6. Karya Penggawa 5.838 - 5.838 7. Pesisir Utara 4.205 8 4.213 8. Lemong 3.771 293 4.064 9. Balik Bukit 2.953 20 2.973 10. Sukau 17.804 204 18.008 11. Belalau 1.880 101 1.981 12. Sekincau 1.426 - 1.426 13. Suoh 31.936 279 32.215 14. Batu Brak 2.190 - 2.190 15. Sumber Jaya 10.079 - 10.079 16. Way Tenong 7.955 - 7.955 17. Gedung Surian 3.009 - 3.009 Jumlah 145.977 4.432 150.409

Sumber: Lampung Barat Dalam Angka, 2008.

Ketersediaan Pangan Aktual

Setelah dianalisa berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007 dan prioritas jenis pangan yang akan disediakan untuk bencana, maka dalam penelitian ini hanya ketersediaan beras yang akan digunakan untuk pangan guna penanggulangan bencana. Penyediaan (supply) beras di Kabupaten Lampung Barat adalah produksi ditambah impor kemudian dikurangi ekspor, berjumlah 89.507 ton beras. Setelah dikurangi pemakaian dalam kabupaten (regional utilization) berupa pakan, bibit, kebutuhan industri dan yang tercecer, maka penyediaan beras untuk makanan (food) adalah berjumlah 87.117 ton beras.

Berdasarkan hasil perhitungan dalam Neraca Bahan Makanan Tahun 2007, diketahui bahwa jumlah ketersediaan beras untuk konsumsi di Kabupaten

(12)

Lampung Barat adalah 212,11 kg per kapita per tahun atau setara dengan 581,12 gram per kapita per hari.

Menurut hasil survei konsumsi pangan Provinsi Lampung, kebutuhan beras untuk konsumsi di Kabupaten Lampung Barat adalah 325 gram per kapita per hari (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, 2007). Apabila ketersediaan pangan aktual berupa beras sebesar 581,12 gram per kap per hari diatas dikurangi kebutuhan konsumsi sebesar 325 gram per kapita per hari, maka terdapat kelebihan beras untuk dikonsumsi sebesar 255,12 gram per kapita per hari atau apabila dibulatkan menjadi sebesar 255 gram per kapita per hari, maka kelebihan beras untuk makanan (food) adalah 38.331 ton beras. Kelebihan ketersediaan beras ini adalah bahan makanan yang beredar di masyarakat. Oleh karena itu pemerintah dapat melakukan pembelian beras yang beredar di masyarakat ini untuk digunakan sebagai cadangan pangan beras pemerintah untuk penanggulangan bencana. Apabila diasumsikan dibutuhkan 1.000 ton beras untuk digunakan dalam tanggap darurat bencana selama 30 hari, ini berarti pemerintah Kabupaten Lampung Barat dapat memenuhi cadangan pangan beras untuk penanggulangan bencana berasal dari produksi dalam daerah.

Kebutuhan Pangan untuk Penanggulangan Bencana Penduduk di Daerah Rawan Bencana

Kebutuhan pangan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat didasarkan pada data daerah rawan bencana yang ada. Berdasarkan data tersebut maka penghitungan kebutuhan pangan untuk penanggulanan bencana didasarkan pada jumlah penduduk yang berada di daerah rawan bencana tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat yang berada didaerah rawan bencana adalah sebanyak 166.814 jiwa, yang dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua katagori berdasarkan kemampuan untuk mengkonsums i pangan tertentu yaitu golongan yang belum mampu memakan makanan dewasa (usia = 3 tahun) berjumlah 7.593 jiwa dan golongan yang dianggap sudah mampu untuk mengkonsumsi makanan orang

(13)

dewasa (usia > 3 tahun) berjumlah 159.221 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13 Penduduk daerah rawan bencana per kecamatan berdasarkan golongan usia di Kabupaten Lampung Barat

No Kecamatan Penduduk di daerah rawan bencana =3 th > 3 th Jumlah 1 Balik Bukit 450 6,847 7,297 2 Batu Brak 184 3,238 3,422 3 Belalau 312 16,574 16,886 4 Bengkunat 429 6,605 7,034 5 Bengkunat Belimbing 434 7,868 8,302 6 Gedung Surian 381 8,016 8,397 7 Karya Penggawa 512 6,933 7,445 8 Lemong 193 5,481 5,674 9 Ngambur 263 5,920 6,183 10 Pesisir Selatan 532 11,067 11,599 11 Pesisir Tengah 1,290 20,162 21,452 12 Pesisis Utara 301 6,136 6,437 13 Sekincau 304 11,428 11,732 14 Sukau 820 16,290 17,110 15 Sumber Jaya 198 3,187 3,385 16 Suoh 587 15,857 16,444 17 Way Tenong 403 7,612 8,015 Jumlah Total 7,593 159,221 166,814

Prioritas Jenis Pangan

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam perencanaan konsumsi pangan. Pertama pendekatan secara rinci dimana setiap jenis zat gizi diperhitungkan dari setiap jenis pangan yang direncanakan. Kedua pendekatan secara sederhana, dimana zat gizi tertentu saja yang diperhitungkan dari jenis pangan sumber zat gizi tersebut atau dengan menggunakan pedoman makanan sehat sehari- hari. (Hardinsyah dan Briawan,D., 1994).

Pemilihan pangan untuk pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk pena nggulangan bencana didasari oleh pertimbangan:

1. Pangan dimaksud tidak mudah kadaluarsa/busuk sehingga awet disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.

(14)

2. Pangan mudah didistribusikan sehingga akan dapat cepat sampai kepada sasaran.

3. Pangan mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyajikannya dan mudah dikonsumsi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penulis mengasumsikan bahwa kebutuhan jenis bahan makanan/prioritas jenis pangan untuk penanggulangan bencana terdiri dari:

1. Susu Formula dan Bubur Susu untuk penduduk berusia = 3 tahun.

2. Beras, Mie Instant, Sardines, Corned Beef serta Abon untuk penduduk berusia > 3 tahun.

3. Air minum kemasan untuk seluruh golongan usia penduduk.

Meskipun demikian, pemilihan jenis pangan ini bukan merupakan hal yang baku, jadi masih dapat dilakukan penyesuaian dengan situasi dan kondisi yang berkembang di Kabupaten Lampung Barat.

Kebutuhan Pangan

Berpegang pada hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004 diketahui bahwa kebutuhan energi rata-rata untuk dikonsumsi bagi penduduk berusia = 3 tahun adalah 735 kkal (merupakan angka rata-rata kebutuhan energi anak berusia 0-3 tahun), sedangkan untuk konsumsi penduduk dewasa adalah 2000 kkal. Berdasarkan perhitungan Tingkat Konsumsi/Ketersediaan Energi (TKE) dari Departemen Kesehatan Tahun 1996, kondisi konsumsi/ketersediaan pangan dapat dikategorikan normal apabila memenuhi 90-119% AKE. Dengan demikian maka penulis menyimpulkan bahwa ketersediaan energi untuk dikonsumsi saat tanggap darurat bencana bagi penduduk yang dianggap dewasa adalah mengambil angka minimal kebutuhan normal yaitu 90% dari kebutuhan AKE 2000 kkal yaitu menjadi 1800 kkal. Dengan demikian dapat dihitung kebutuhan total energi bagi penduduk daerah rawan bencana berdasarkan golongan usia dengan rumus :

(15)

Keterangan :

TEg = Total kecukupan energi golongan usia per hari (kkal/hari). KEg = Kecukupan energi rata-rata golongan usia. (kkal).

?PBg = Jumlah penduduk di daerah rawan bencana sesuai golongan usia.

Dengan jumlah penduduk berusia = 3 Tahun sebanyak 7.593 jiwa dan penduduk berusia > 3 Tahun sebanyak 159.221 jiwa, maka berdasarkan rumus diketahui bahwa jumlah total kecukupan energi bagi penduduk daerah rawan bencana, yaitu :

1. Golongan penduduk berusia = 3 Tahun sebesar 5.580.855 kkal per hari. 2. Golongan penduduk berusia > 3 Tahun sebesar 286.597.800 kkal per hari

Setelah diketahui kebutuhan total energi dari masing- masing golongan usia, maka dapat dihitung kebutuhan pangan berdasarkan jenis pangan prioritas yang telah ditentukan dengan rumus:

TpBg = TEg

Ep

×

(%BDD)

×

(1000/100)

Keterangan :

TpBg = Kebutuhan pangan prioritas untuk pena nggulangan bencana golongan usia (kg/hr).

TEg = Total kecukupan energi golongan usia. (kkal). Ep = Kandungan energi per 100 gr BDD pangan (kkal).

Berdasarkan perhitunga n dengan rumus, diketahui jumlah kebutuhan pangan prioritas untuk penanggulangan bencana yaitu (uraian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4):

1. Golo ngan usia = 3 Tahun

a. Susu Formula sebesar 1.335 kg/hari. b. Bubur Susu sebesar 1.442 kg/hari.

Apabila diasumsikan kebutuhan pangan saat tanggap darurat bencana bagi golongan usia = 3 Tahun akan dipenuhi dari kedua jenis pangan prioritas dari Susu Formula sebanyak 50% dan Bubur Susu sebanyak 50%, maka

(16)

kebutuhan pangan untuk penanggulangan bencana bagi golongan usia = 3 Tahun adalah :

a. Susu Formula sebanyak 668 kg per hari. b. Bubur Susu sebanyak 721 kg per hari. 2. Golongan usia > 3 Tahun

a. Beras sebanyak 79.611 kg/hari b. Mie Instant 85.044 kg/hari

c. Sardines sebanyak 84.792 kg/hari d. Corned Beef sebanyak 118.920 kg/hari e. Abon sebanyak 102.356 kg/hari

Apabila diasumsikan kebutuhan pangan saat tanggap darurat bencana untuk golongan usia > 3 tahun sebesar 100% akan disumbang dari pangan sumber karbohidrat berupa Beras dan Mie Instant sebesar 70% dan pangan sumber protein berupa Sardines, Corneed Beef dan Abon sebesar 30%. Kebutuhan Beras dan Mie Instan tersebut akan disumbang dari Beras sebesar 60% dan Mie Instant sebesar 40%, sedangkan kebutuhan Sardines, Corneed Beef dan Abon tersebut akan disumbang dari Sardines sebesar 50%, Corneed Beef sebesar 25% dan Abon sebesar 25%, maka kebutuhan pangan untuk penanggulangan bencana bagi golongan usia > 3 Tahun adalah :

a. Beras sebanyak 33.436 Kg/hari. b. Mie Instant sebanyak 23.812 kg/hari. c. Sardines sebanyak 12.719 kg/hari. d. Corned Beef sebanyak 8.919 kg/hari. e. Abon sebanyak 7.677 kg/hari.

3. Air minum.

Air merupakan komponen utama dari tubuh manusia, rata-rata tiap orang memiliki 60% air dari berat tubuhnya. Menurut Wolf (Sutrisno, C.Totok. 2006), kebutuhan air minum untuk orang dewasa adalah sebanyak 2.200 gram setiap harinya atau setara dengan 2.200 mililiter per hari, berdasarkan rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun 2004 diketahui bahwa kebutuhan air untuk manusia berusia 1–3 tahun

(17)

adalah 1.100 mililiter per hari. Untuk mengetahui kebutuhan air minum pada saat tanggap darurat bencana di Kabupaten Lampung Barat dihitung dengan rumus :

TAg = TpBg

×

AKA

Keterangan:

TAg = Kebutuhan air minum sesuai golongan usia (ml/hari)

?PBg = Penduduk daerah rawan bencana sesuai golongan usia AKA = Angka kebutuhan air (ml/hari)

Golongan usia = 3 tahun adalah 1100 ml/hr Golongan usia > 3 tahun adalah 2200 ml/hr

Berdasarkan rumus, diketahui jumlah kebutuhan air minum saat tanggap darurat bencana di Kabupaten Lampung Barat yaitu :

a. Air minum golongan usia = 3 tahun sebanyak 8.352.300 ml per hari. b. Air minum golongan usia > 3 tahun sebanyak 350.286.200 ml per hari.

Setelah dilakukan penghitungan, untuk lebih jelasnya maka kebutuhan pangan dan air minum untuk penanggulangan bencana per kecamatan di Kabupaten Lampung Barat adalah sebagaimana terlihat pada tabel 14 dan tabel 15.

Cadangan Pangan Pemerintah untuk Penanggulangan Bencana

Cadangan pangan adalah cadangan pangan pokok yang ditetapkan secara berkala dengan memperhitungkan tingkat kebutuhan nyata pangan masyarakat dan ketersediaan pangan, serta dengan mengantisipasi terjadinya kekurangan panga n dan atau keadaan darurat. Sedangkan pengertian cadangan pangan pemerintah untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat adalah mengandung arti jumlah cadangan pangan yang harus disiapkan selama masa tanggap darurat bencana.

Berdasarkan konsep yang cukup sederhana dari NFA (National Food and

(18)

dengan volume cadangan selama 15 hari untuk persediaan beras strategis (Strategic Rice Reserve) dan 30 hari untuk cadangan beras yang bersifat darurat (Rice Buffer Stock). Tahap tanggap darurat bencana di Indonesia saat ini, belum diatur mengenai waktu untuk pemberian bantuan tanggap darurat untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan. Dalam peraturan perundangan yang ada hanya disebutkan kewajiban pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menyediakan kebutuhan dasar berupa pangan, tapi tidak disebutkan berapa lama dan berapa besar kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Untuk itu konsep NFA diatas, mungkin dapat dijadikan acuan sementara untuk waktu penyediaan pangan pada saat tanggap darurat bencana di Indonesia dan khususnya di Kabupaten Lampung Barat.

Tabel 14 Kebutuhan pangan dan air minum golongan usia = 3 tahun per kecamatan untuk tanggap darurat bencana di Kabupaten Lampung Barat.

No Kecamatan

Kebutuhan Pangan Usia = 3 Tahun Air Minum (ml/hr) Susu PMT (Bubur) 1 Balik Bukit 495.000 47 51 2 Batu Brak 202.400 19 21 3 Belalau 343.200 32 35 4 Bengkunat 471.900 45 48 5 Bengkunat Belimbing 477.400 45 49 6 Gedung Surian 419.100 40 43 7 Karya Penggawa 563.200 53 58 8 Lemong 212.300 20 22 9 Ngambur 289.300 27 30 10 Pesisir Selatan 585.200 55 60 11 Pesisir Tengah 1.419.000 134 145 12 Pesisir Utara 331.100 31 34 13 Sekincau 334.400 32 34 14 Sukau 902.000 85 92 15 Sumber Jaya 217.800 21 22 16 Suoh 645.700 61 66 17 Way Tenong 443.300 42 45 Jumlah 8.532.300 668 721

Selain itu, belajar dari pengalamanan penanggulangan bencana gempa bumi di Yogyakarta, pemerintah daerah Yogyakarta hanya menyediakan bantuan

(19)

pangan kepada korban bencana selama 30 hari. Hal ini dengan pertimbangan, bahwa apabila bantuan pangan diberikan lebih dari jangka waktu tersebut, dikhawatirkan akan menyebabkan masyarakat korban bencana menjadi terlena dan tidak mandiri untuk bangkit kembali dari puing-puing kehancuran.

Tabel 15 Kebutuhan pangan dan air minum golongan usia > 3 tahun per kecamatan untuk tanggap darurat bencana di Kabupaten Lampung Barat.

No Kecamatan

Kebutuhan Pangan Usia > 3 Tahun (kg/hr)

Air Minum (ml/hr) Kebutuhan Energi Asal Pangan Sumber Karbohidrat

Kebutuhan Energi Asal Pangan Sumber Protein

Beras Mie Instant Sardines Corned Beef Abon 1 Balik Bukit 15.063.400 1,438 1,024 438 384 330 2 Batu Brak 7.123.600 680 484 259 181 156 3 Belalau 36.462.800 3,481 2,479 1,324 928 799 4 Bengkunat 14.531.000 1,387 988 528 370 318 5 Bengkunat Belimbing 17.309.600 1,652 1,177 629 441 379 6 Gedung Surian 17.635.200 1,683 1,199 640 449 386 7 Karya Penggawa 15.252.600 1,456 1,037 554 388 334 8 Lemong 12.058.200 1,151 820 438 307 264 9 Ngambur 13.024.000 1,243 885 473 332 285 10 Pesisir Selatan 24.347.200 2,324 1,655 884 620 534 11 Pesisir Tengah 44.356.400 4,234 3,015 1,611 1,129 972 12 Pesisir Utara 13.499.200 1,289 918 490 344 296 13 Sekincau 25.141.600 2,400 1,709 913 640 551 14 Sukau 35.838.000 3,421 2,436 1,301 913 785 15 Sumber Jaya 7.011.400 669 477 255 179 154 16 Suoh 34.885.400 3,330 2,371 1,267 888 765 17 Way Tenong 16.746.400 1,599 1,138 608 426 367 Jumlah 350.286.200 33,436 23,812 12,719 8,919 7,677

Didasari oleh konsep NFA dan pengalaman tanggap darurat bencana gempa bumi di Yogyakarta, maka dalam penelitian ini akan ditetapkan lama pemberian bantuan pangan dalam masa tanggap darurat apabila terjadi bencana di Kabupaten Lampung barat adalah 15 dan 30 hari.

Penghitungan kebutuhan cadangan pangan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat dihitung dengan rumus :

(20)

CpB = TpBg

×

TB(1.2)

Keterangan :

CpB = Cadangan pangan untuk penanggulangan bencana (kg) TpBg = Kebutuhan pangan untuk penanggulangan bencana (kg) TB(1.2) = Tanggap darurat bencana yaitu 15 dan 30 hari

Penghitungan kebutuhan cadangan air minum untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat dihitung dengan menggunakan rumus :

CAB = TAg

×

TB(1.2)

Keterangan :

CAB = Cadangan air untuk penanggulangan bencana (ml) TAg = Kebutuhan air minum sesuai golonan usia (ml/hari) TB(1.2) = Tanggap Darurat Bencana yaitu 15 dan 30 hari.

Berdasarkan rumus, diketahui jumlah cadangan pangan untuk penanggulangan bencana selama tanggap darurat bencana 15 dan 30 hari di Kabupaten Lampung Barat adalah sebanyak (uraian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5):

1. Susu Formula sebanyak 10.020 kg dan 20.040 kg 2. Bubur Susu sebanyak 10.815 kg dan 21.630 kg 3. Beras sebanyak 501.540 kg dan 1.003.080 kg 4. Mie Instant sebanyak 357.180 kg dan 714.360 kg 5. Sardines sebanyak 180.785 kg dan 381.570 kg 6. Corned Beef sebanyak 133.785 kg dan 267.570 kg 7. Abon sebanyak 115.155 kg dan 230.310 kg

8. Air minum sebanyak 5.379.577.500 ml dan 10.759.155.000 ml.

Berdasarkan penghitungan, maka cadangan pangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kedua skema lama tanggap darurat bencana di Kabupaten Lampung Barat adalah sebagaimana terlihat pada tabel 16.

(21)

Tabel 16 Cadangan pangan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat

No Jenis Pangan Prioritas

Kebutuhan (kg/hr) (ml/hari)

Kebutuhan Pangan Selama Masa Tanggap Darurat Bencana (kg/hr)

15 hari 30 hari 1 Susu formula 668 10,020 20,040 2 PMT (bubur susu) 721 10,815 21,630 3 Beras 33,436 501,540 1,003,080 4 Mie Instant 23,812 357,180 714,360 5 Sardines 12,719 190,785 381,570 6 Corned Beef 8,919 133,785 267,570 7 Abon 7,677 115,155 230,310 8 Air Minum 358.638.500 5.379.577.500 10.759.155.000

Anggaran Pemerintah untuk Penanggulangan Bencana

Anggaran pemerintah untuk penanggulangan bencana merupakan dana siap pakai yang selalu tersedia dan dicadangkan pemerintah daerah yang akan digunakan pada saat tanggap darurat bencana. Anggaran ini merupakan jumlah cadangan pangan pemerintah yang diperlukan untuk penanggulangan bencana yang dikonversi dalam bentuk anggaran berdasarkan data harga kebutuhan pokok Kabupaten Lampung Barat bulan Nopember Tahun 2008, yang disurvei dari pasar tradisional dan pusat ritel. Diketahui bahwa, harga pangan prioritas dan air minum untuk penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud diatas, adalah:

1. Susu Formula Rp. 60.000/kg 2. Bubur Susu Rp. 61.000/kg

3. Beras kualitas sedang Rp. 5.500/kg 4. Mie Instant Rp. 18.000,-/kg 5. Sardines Rp. 53.000/kg 6. Corned Beef Rp.57.000/kg 7. Abon Rp. 115.000/kg

8. Air Minum Kemasan Rp. 15.000/11.520 ml

Kebutuhan anggaran pemerintah untuk pangan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat dihitung dengan rumus:

(22)

Keterangan :

ApB = Anggaran pangan untuk penanggulangan bencana (Rp)

CpB = Cadangan pangan pemerintah untuk penanggulangan bencana (kg) HpP = Harga masing- masing jenis pangan prioritas

* = di Kabupaten Lampung Barat pada bulan tertentu.

Kebutuhan anggaran air minum untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat, dihitung dengan menggunakan rumus :

AAB = CAB

×

HA*

Keterangan :

AAB = Anggaran air minum untuk penanggulangan bencana (Rp) CAB = Cadangan air minum untuk penanggulangan bencana (ml) HA = Harga air minum kemasan (Rp)

* = di Kabupaten Lampung Barat pada bulan tertentu.

Berdasarkan rumus, diketahui jumlah anggaran pemerintah yang dibutuhkan untuk pangan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat yaitu (uraian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6):

1. Tanggap Darurat 15 Hari

a. Susu Formula sebesar Rp. 601.200.000,- b. Bubur Susu sebesar Rp. 659.715.000,- c. Beras kualitas sebesar Rp. 2.758.470.000,- d. Mie Instant sebesar Rp. 6.429.240.000,- e. Sardines sebesar Rp. 10.111.605.000,- f. Corned Beef sebesar Rp. 7.625.745.000,- g. Abon sebesar Rp. 13.242,825.000,-

h. Air Minum Kemasan sebesar Rp. 7.004.658.203,- 2. Tanggap Darurat 30 Hari

a. Susu Formula sebesar Rp. 1.202.400.000,- b. Bubur Susu sebesar Rp. 1.319.430.000,- c. Beras kualitas sebesar Rp. 5.516.940.000,-

(23)

d. Mie Instant sebesar Rp.12.854.480.000,- e. Sardines sebesar Rp.20.223.210.000,- f. Corned Beef sebesar Rp.15.251.490.000,- g. Abon sebesar Rp.26.485.650.000,-

h. Air Minum Kemasan sebesar Rp. 14.009.316.407,-

Berdasarkan penghitungan, maka anggaran pemerintah yang dibutuhkan untuk pangan guna penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat, adalah sebagaimana terlihat pada tabel 17.

Tabel 17 Anggaran untuk pangan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat

No Jenis Pangan Prioritas

Harga Pangan Prioritas dan Air

Mium (Rp/kg) (Rp/ml)*

Kebutuhan Anggaran Pangan Selama Masa Tanggap Darurat Bencana (Rp)

15 hari 30 hari 1 Susu formula 60,000 601,200,000 1,202,400,000 2 Bubur Susu 61,000 659,715,000 1,319,430,000 3 Beras 5,500 2,758,470,000 5,516,940,000 4 Mie Instant 18,000 6,429,240,000 12,858,480,000 5 Sardines 53,000 10,111,605,000 20,223,210,000 6 Corned Beef 57,000 7,625,745,000 15,251,490,000 7 Abon 115,000 13,242,825,000 26,485,650,000 8 Air Minum 15.000/11.520 7.004.658.203 14.009.316.407 Jumlah 48.433.458.203 96.866.916.407

*Harga berdasarkan harga rata-rata Kabupaten Lampung Barat Bulan Nopember 2008

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan (2) huruf b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, disebutkan bahwa dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah dan dana pemerintah daerah berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ini berarti, Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat dapat mengalokasikan anggaran kebutuhan cadangan pangan berupa dana siap pakai untuk pangan untuk penanggulangan bencana dalam bentuk APBD.

(24)

Apabila diasumsikan bila terjadi bencana Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dan pemerintah (pusat) yang diharapkan untuk menanggung anggaran pemenuhan kebutuhan tersebut yaitu sebesar 50-50, maka anggaran minimal (50%) dana siap pakai untuk pemenuhan pangan guna penanggulangan bencana selama masa tanggap darurat 15 hari yang perlu disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat adalah sebesar Rp. 24.216.730.000,- (Dua puluh empat milyar dua ratus enam belas juta tujuh ratus tiga puluh ribu rupiah). Anggaran ini diasumsikan apabila terjadi bencana secara serentak diseluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat. Namun karena pertimbangan kemungkinan terjadinya bencana secara serentak sangat kecil dan juga karena terbatasnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Barat, penulis menyimpulkan bahwa anggaran sebesar 50% dari anggaran minimal tersebut sudah cukup memadai untuk ditetapkan sebagai dana siap pakai untuk pemenuhan

pangan bila terjadi bencana di Kabupaten Lampung Barat yaitu sebesar Rp. 12.108.365.000 (Dua belas milyar seratus delapan juta tiga ratus enam puluh

lima ribu rupiah).

Dalam rangka bantuan pangan untuk korban bencana dimana jumlah korban terkena bencana dapat dihitung terlebih dahulu, maka penghitungan anggaran untuk per kapita per hari korban bencana sesuai go longan usia adalah:

1. Dicari anggaran pangan prioritas perkapita dengan menggunakan rumus:

ApB

ApBg = ?Pg

Keterangan :

ApBg = Anggaran pangan untuk bencana per kapita bagi masing-masing golongan usia (Rp)

ApB = Anggaran pangan bagi masing- masing golongan usia (Rp) ?Pg = Penduduk daerah rawan bencana sesuai golongan usia 2. dicari Anggaran air minum perkapita dengan menggunakan rumus :

AAB

AABg = ?PB

(25)

Keterangan :

AABg = Anggaran air minum perkapita untuk bencana (Rp) AAB = Anggaran air minum untuk bencana (Rp)

?Pg = Penduduk daerah rawan bencana

3. Anggaran per kapita per hari untuk penanggulangan bencana diperoleh dengan menggunakan rumus :

ABg = ApBg + AABg

Keterangan :

ABg = Anggaran per kapita per hari pangan (Rp)

ApBg = Anggaran pangan untuk bencana per kapita bagi masing- masing golongan usia (Rp)

AABg = Anggaran air minum perkapita untuk bencana (Rp)

Berdasarkan rumus, diketahui jumlah anggaran yang dibutuhkan guna pangan untuk penanggulangan bencana per kapita per hari sesuai dengan golongan usia di Kabupaten Lampung Barat yaitu (uraian penghitungan dapat dilihat pada lampiran 6):

1. Golongan usia = 3 tahun adalah Rp. 12.500,- (dua belas ribu lima ratus rupiah).

2. Golongan usia > 3 Tahun adalah Rp. 19.000,- (sembilan belas ribu rupiah).

Mekanisme Distribusi Pangan untuk Penanggulangan Bencana

Organisasi dan Kelembagaan

Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan termasuk pelayanan publik semakin didekatkan kepada masyarakat. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diberi mandat oleh para pemilih di daerah, berkewajiban antara lain untuk menciptakan kesejahteraan dan memastikan perlindungan kepada warganya. Penanggulangan bencana merupakan salah satu perwujudan fungsi pemerintah dalam memberikan perlindungan

(26)

terhadap masyarakat. Agar dapat memberikan perlindungan yang optimal, pemerintah daerah perlu memiliki rencana penanggulangan bencana yang terstruktur, sistematis dan dapat dilaksanakan dengan efektif. Organisasi yang efisien menyarankan kriteria yang jelas untuk kesiapsiagaan bencana yang efektif. Perencanaan yang sistematis, distribusi yang dilakukan secara baik, peran dan tanggungjawab yang jelas adalah merupakan hal yang sangat vital.

Berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Barat Nomor 90 Tahun 2004 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi di Kabupaten Lampung Barat, maka organisasi dan kelembagaan penanggulangan bencana yang ada di Kabupaten Lampung Barat adalah :

1. Tingkat Kabupaten

Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satlak PBP), dipimpin langsung oleh Bupati, yang memiliki tugas :

a. Memberikan penyuluhan, pelatihan, geladi dan pembinaan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

b. Melaksanakan penanggulangan bencana secara langsung dengan memanfaatkan unsur-unsur potensi kekuatan, sarana dan prasarana yang ada di wilayahnya.

c. Melakukan kerjasama operasi pelaksanaan penanggulangan bencana dengan Satlak PBP kabupaten lain.

d. Menerima dan menyalurkan serta bertanggungjawab atas bantuan penanggulangan bencana di wilayahnya.

2. Tingkat Kecamatan

Unit Operasi Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Unit Ops PBP) dipimpin langung oleh Camat, yang memiliki tugas :

a. Memberikan penyuluhan, pelatihan, dan pembinaan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

(27)

b. Mengkoordinasikan potensi masyarakat dan Satuan Perlindungan Masyarakat di wilayahnya dalam pelaksanaan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi.

3. Tingkat Desa/Pekon

Pembentukan Satuan Linmas di bawah koordinasi langsung Kepala Desa (pertain), yang memiliki tugas :

a. Menyusun potensi Linmas dalam regu-regu pelaksana menurut kebutuhan desa/pekon yang siap dikerahkan sewaktu-waktu apabila diperlukan.

b. Mengerahkan potensi Linmas dalam penanggulangan bencana di wilayahnya baik sebelum, pada saat atau sesudah terjadinya bencana.

Selain itu Bupati sebagai Ketua Satlak PBP Kabupaten juga membentuk Tim Reaksi Cepat sebagai tim yang bertugas melakukan pendataan dan membuat perkiraan kebutuhan darurat secara cepat apabila terjadi bencana. Tim ini beranggotakan unsur PNS, TNI, Polri, SAR dan PMI. Sedangkan untuk pengendalian penanggulangan bencana dilakukan di Ruang Pusat Operasi Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungi (Rupusdalops).

Pasal 5 jo Pasal 18 Undang- undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana me nyatakan bahwa pemerintah daerah menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di kabupaten dan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dipimpin oleh seorang pejabat setingkat dibawah bupati atau setingkat eselon II.a. Sesuai dengan undang- undang diatas, berarti Pemerintah Kabupaten Lampung Barat diamanatkan untuk membentuk BPBD sebagai lembaga dengan fungsi perumusan dan penetapan kebijakan serta wadah koordinasi penanggulangan bencana di kabupaten. Dengan keberadaan BPBD di kabupaten diharapkan kendala-kendala yang bersifat koordinasi yang selama ini selalu terjadi akan dapat diminimalisir, karena dengan dipimpin oleh pejabat setingkat dibawah bupati, kepala BPBD kabupaten memiliki kewenangan yang cukup tinggi secara struktural.

(28)

Mobilisasi Pangan saat Tanggap Darurat Bencana

Terkait mobilisasi pangan saat tanggap darurat bencana, akan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya manusia, topografi dan peralatan yang ada. Berdasarkan struktur, maka Satlak PBP Kabupaten Lampung Barat merupakan koordinator dalam upaya penanggulangan bencana di kabupaten. Sumber daya manusia yang ada untuk penanggulangan bencana adalah Satuan Tugas Penanggulangan Bencana (Satgas PB) yang tersebar di setiap kecamatan dan kabupaten sebanyak masing- masing 1 peleton berjumlah 31 orang, merupakan ujung tombak sumberdaya manusia untuk penanggulangan bencana yang cukup terlatih di Kabupaten Lampung Barat. Satgas PB disamping bertugas untuk melakukan evakuasi terhadap korban bencana, juga bertugas untuk me nyalurkan atau mendistribusikan bantuan-bantuan bagi korban bencana alam termasuk logistik pangan. Selain itu dalam hal penyiapan dan penyajian makanan di lokasi bencana akan dilakukan oleh Satuan Tugas Sosial Penanggulangan Bencana (Satgasos PB) yang merupakan binaan dari Dinas Sosial Kabupaten Lampung Barat. Penyajian makanan oleh Satgasos PB ini dilakukan dalam dapur umum lapangan dengan sarana yang sudah cukup me madai, berupa tenda dan perlengkapan memasak dan mobil dapur umum lapangan yang dapat bergerak menuju lokasi yang membutuhkan.

Akan tetapi karena topografi dengan daerah pegunungan dan minimnya perlengkapan penanggulangan bencana akan cukup menyulitkan dalam pendistribusian bantuan logistik pangan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat harus dapat memberikan alternatif penempatan cadangan pangan guna penanggulangan bencana untuk menurunkan tingkat rentang kendali yang ada.

Dalam penelitian ini penulis menyampaikan dua alternatif penempatan cadangan pangan yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, menyiapkan lokasi penempatan cadangan pangan / Gudang Stok Pangan didaerah atau sekitar daerah rawan bencana.

(29)

Belajar dari pengalaman yang dilakukan oleh Propinsi Kalimantan Tengah, yang telah membangun gudang stok bantuan bencana yang sangat efektif dalam rangka bantuan bagi korban bencana. Penempatan gudang stok pangan ini harus mengacu pada peta daerah rawan bencana dan kondisi serta karakteristik wilayah Kabupaten Lampung Barat.

Maka dalam penelitian ini, penulis menetapkan lokasi penempatan gudang stok cadangan pangan adalah:

a. Gudang Dolog Liwa melalui kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat dengan Bulog Sub Divre II Lampung Utara. Diharapkan cadangan pangan yang ada di lokasi ini, akan mampu menjangkau lokasi bencana di Kecamatan Balik Bukit, Sukau, Batu Brak, dan Belalau.

b. Disamping itu, pemerintah daerah juga harus membangun gudang stok cadangan pangan baru di Kecamatan Way Tenong dan di daerah Pesisir . Lokasi gudang stok pangan di Kecamatan Way Tenong (wilayah Pajar Bulan) diharapkan mampu menjangkau daerah bencana di Kecamatan Sekincau, Suoh, Way Tenong dan Sumberjaya. Sedangkan lokasi gudang stok pangan di daerah pesisir penulis tetapkan di Kecamatan Pesisir Tengah (Pekon Rawas) atau di Kecamatan Karya Penggawa ( Pekon Penengahan). Kedua lokasi tersebut berdasarkan data yang ada cukup aman karena berada di daerah yang cukup tinggi dan tidak dilalui oleh jalur sesar gempa. Keberadaan gudang stok pangan di lokasi ini diharapkan akan dapat menjangkau daerah bencana di Kecamatan Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Pesisir Selatan, Ngambur, Bengkunat, Bengkunat Belimbing, Pesisir Utara dan Lemong.

Akan tetapi tentu tidak dapat dipungkiri, pembangunan gudang-gudang stok pangan baru untuk menyimpan cadangan pangan ini, akan menimbulkan pembiayaan yang cukup tinggi, baik anggaran guna pembangunan infrastruktur gudang maupun pemeliharaan dan operasional gedung dan logistik yang ada di dalamnya, oleh sebab itu penulis juga menyampaikan alternatif kedua.

(30)

2. Alternatif kedua adalah dengan memanfaatkan jejaring pangan melalui kerjasama dengan distributor ritel pangan atau pihak swasta yang ada di Kabupaten Lampung Barat.

Apabila alternatif mekanisme kedua yang akan digunakan, maka pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam membentuk jejaring pangan dengan pengusaha ritel harus benar-benar memperhatikan kualitas dan kuantitas perusahaan dimaksud. Karena apabila terjadi kelalaian, misalnya stok tidak tersedia saat terjadi bencana akan berakibat fatal dan menimbulkan dampak baik sosial maupun politis. Dampak sosial yang terjadi adalah timbulnya kerawanan pangan di daerah bencana yang akhirnya menimbulkan dampak politis berupa menurunnya kepercayaan masyarakat dan pihak luar terhadap pemerintahan di daerah.

Dengan demikian diharapkan, jejaring yang akan dibentuk nanti di Kabupaten Lampung Barat adalah berupa kerjasama dengan pengusaha/pihak swasta yang sudah memiliki distribusi yang tersebar cukup banyak dan merata. Berdasarkan Peta Daerah Rawan Bencana, lokasi jejaring adalah Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan Way Tenong. Daerah tersebut sangat strategis sebagai daerah penyangga apabila terjadi bencana. Dengan membentuk jejaring pangan ini, pemerintah akan dapat menghemat anggaran, karena tidak harus mengeluarkan biaya pembangunan gudang baru dan biaya pemeliharaan cadangan pangan akan diakomodir oleh pengusaha ritel bersangkutan.

Kedua altenatif tersebut tidak hanya mengandung pengertian terpisah, tapi dapat juga diartikan satu, dengan demikian ada alternatif ketiga yang merupakan kombinasi dari kedua alternatif yaitu dengan membangun gudang stok pangan dan membentuk jejaring pangan. Dengan kombinasi ini diharapkan dapat memberikan pilihan bagi Pemerintan Daerah Kabupaten Lampung Barat untuk menentukan sendiri alternatif yang paling efisien dan efektif.

Gambar

Tabel 7  Jumlah kecamatan dan pekon di Kabupaten Lampung Barat.
Tabel 8 Kejadian gempa merusak di Kabupaten Lampung Barat  Tanggal
Tabel 9  Keadaan tanah di Kabupaten Lampung Barat.
Tabel 10  Penduduk di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

When it’s combined with codeine, you can get powerful temporary relief from both the pain and inflammation associated with a variety of types of headaches (both tension and

- Pengadaan Belanja Modal (Komputer, Scanner, Printer, AC dan UPS) Kab Madiun 44.050.000,00 APBN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA TAHUN ANGGARAN 2012. PEMERINTAH

[r]

Pada hari ini Jumat tanggal dua puluh empat bulan Agustus tahun dua ribu dua belas dimulai pukul 09.35 WI B sampai dengan selesai telah dilakukan pembukaan

4) mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap

[r]

JABATAN PENJAGA TAHANAN FORMASI UMUM PRIA. KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN

You can really open up to someone and show them the real you and not have to worry about rejection on the internet, after all you are just a faceless ghost, and if things don´t work