• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pemeriksaan Neurologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Pemeriksaan Neurologi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

A. Pengertian Pemeriksaan Neurologis...2

B. Alat Yang Digunakan Dalam Pemeriksaan Neurologis...2

C. Fungsi Masing-Masing Alat Dan Cara Penggunaannya...3

1. Refleks hammer...3

2. Garputala...4

3. Kapas dan Lidi...5

4. Penlight...6

5. Opthamolskop...6

6. Peniti Atau Jarum,...7

7. Spatel Lidah...7

8. Bahan-Bahan Beraroma Tajam...8

D. Prosedur Pemeriksaan Fisik Tingkat Kesadaran...8

1. Tabel...9

2. Table 2...10

E. Prosedur Pemeriksaan Fisik Nervus Cranialis...11

1. Nervus Olfaktori (N. I):...12

2. Nervus Optikus (N. II)...12

3. Nervus Okulomotoris (N. III)...12

4. Nervus Trochlearis (N. IV)...12

5. Nervus Trigeminus (N. V)...12

6. Nervus Abdusen (N. VI)...12

7. Nervus Fasialis (N. VII)...12

8. Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)...13

9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)...13

10. Nervus Vagus (N. X)...13

11. Nervus Asesoris (N. XI)...13

12. Nervus Hipoglosus...13

(2)

A. Pengertian Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Meskipun pemeriksaan neurologis sering terbatas pada pemeriksaan yang sederhana, namun pemeriksaan ini sangat penting dilakukan oleh pemeriksa, sehingga mampu melakukan pemeriksaan neurologis dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit dan keadaan fisik lainnya. Banyak fungsi neurologik paisen yang dapat dikaji selama pengkajian riwayat dan pengkajian riwayat fisik rutin. Salah satuya adalah mempelajari tentang pola bicara, status mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik,dan koordinasinya. Aktivitas sederhana yang dapat memberikan informasi banyak bagi orang yang melakukan pengkajian adalah saat berjabat tangan dengan pasien (Smeltzer dan Bare, 2002).

B. Alat Yang Digunakan Dalam Pemeriksaan Neurologis Persiapan Alat :

1. Refleks hammer 2. Garputala

3. Kapas dan lidi dan bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka

4. Penlight atau senter kecil 5. Opthalmoskop

6. Peniti atau jarum dan Semangkuk air panas dan dingin 7. Spatel lidah

8. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum C. Fungsi Masing-Masing Alat Dan Cara Penggunaannya

(3)

digunakan oleh dokter untuk menguji reflex tendon dalam/lutut. Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada system saraf pusat atau perifer.

Cara penggunaan :

a. Biseps: Klien diminta duduk dengan rilekx dan meletakkan kedua lengan diatas paha, dukung lengan bawah klien dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan non dominan diatas tendon bisep, pukulkan reflex hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot biseps (fleksi siku).

b. Triseps: Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan non dominan, pukulkan refleks hammer pada prosesus olekranon, observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku)

c. Brachioradialis: Minta klien duduk dan meletakkan kedua tangan di atas paha dengan posisi pronasi, pukulkan hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan tangan), observasi fleksi dan supinasi telapak tangan.

d. Patelar: Minta klien duduk dengan lulut digantung fleksi, palpasi lokasi patella (interior dari patella), pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot quadriceps e. Tendon archiles: Pegang telapak kaki klien dengan tangan non dominant, pukul tendon archiles dengan mengguanakan bagian lebar refleks hammer, obsvasi plantar leksi telapak kaki

f. Plantar : Minta klien tidur terlentang dengan kedua tungkai sedikit eksternal rotasi, stimulasi telapak kaki klien dengan ujung tajam refleks hammer mulai dari tumit kearah bagain sisi luar telapak kaki, observasi gerakan telapak kaki (normal jika gerakan plantar fleksi dan jari-jari kaki fleksi).

g. Abdomen: minta klien tidur terlentang, sentuhkan ujung aplikator ke kulit di bagian abdomen mulai dari arah lateral ke umbilical, observasi kontraksi otot abdomen, lakuakan prosedur tersebut pada keempat area abdomen.

(4)

Digunakan untuk melihat dan mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi pendengaran pada klien.

Cara penggunaan : a. Tes Rinne

Tujuan : membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa. Cara : garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar, garpu tala dipegang di depan telingan kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne Positif. Bila tidak terdengar disebut Rinne Negatif. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

b. Tes Weber

Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Cara : garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut literalisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada literalisasi. Bila pada telinga yang sakit (literalisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (literalisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

c. Tes Schwabach

Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa normal. Cara : garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila

(5)

masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.

3. Kapas dan Lidi

digunakan pada pemeriksaan nervus vii facialis untuk menguji fungsi sensorik, caranya dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam. Sedangkan kapas dicelupkan pada semanguk air panas dan dingin digunakan pada pemeriksaan nervus trigeminus. Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal dengan mengguanakan kapas. Minta klien mengucapkan” Ya” bila merasakan sentuhan, lakukan kanan dan kiri.

4. Penlight

Digunakan oleh dokter dan perawat untuk peneramgan pada mulut pasien, kelopak mata, THT dan lain-lain. Cara penggunaan : siapkan penlight, kemudian tekan bagian samping penlight yang sama fungsinya seperti tombol agar penlight menghasilkan cahaya, kemudian lakukan pemeriksaan ke bagian yang akan diperiksa.

(6)

5. Opthamolskop

Adalah alat yang digunakan untuk melihat media dan fundus mata yaitu dengan cara membiarkan praktisioner untuk memandang sepanjang sinar lampu. Cara nya : Gunakanopthalmoskop untuk melihat fundus dan optic disk (warna dan bentuk), N III , N IV, dan N VI (occulomotorius, trochlear, dan abducen). Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan ptosis kelopak mata, Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil. Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah dan minta klien mengikuti arah telunjuk pemeriksa dengan bolamatanya.

(7)

Caranya : Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah dan minta membedakan benda tajam dan tumpul. Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juga dapat dilakukan di area wajah tersebut. Minta klien menyebutkan area mana yang merasakan sentuhan. Jangan lupa mata klien ditutup sebelum pemeriksaan.

7. Spatel Lidah

Digunakan untuk memeriksa lidah pasien, biasanya juga digunakan untuk menekan lidah pasien. Cara penggunaan : dengan menekan lidah pasien ke atas atau ke bawah sehingga keadaan di dalam tenggorokan bisa terlihat dengan jelas.

8. Bahan-Bahan Beraroma Tajam

Digunakan pada pemeriksaan nervus olfactorius. Cara penggunaan : Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut, Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.

(8)

D. Prosedur Pemeriksaan Fisik Tingkat Kesadaran

Dalam melakukan pengkajian tingkat kesadaran, harus dibedakan dengan kondisi klien sedang tidur. Bila tidur dapat terbangun pada perangsangan ringan/ sedang, sementara klien koma tak ada reaksi terhadap berbagai bentuk rangsangan. Bila klien menunjukkan gangguan tingkat kesadaran (pada umumnya dijumpai pada penderita gawat darurat) terdapat beberapa pemeriksaan tingkat kesadaran. Untuk pemeriksaan tingkat kesadaran yang cepat (di primary survey) dapat menggunakan pemeriksaan dengan Alert, Respond to voice, respond to pain dan unresponsive (AVPU). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Tabel

Pemeriksaan Neurologis AVPU

A Alert (sadar)

Klien sadar penuh,membuka mata spontan, dapat menggerakan kaki/tangan sebagaimana di perintahkan, dan

menjawab pertanyaan sederhana secara benar. V Respond to Voice (berespon terhadap suara)

Klien hanya memberikan reaksi ketika di rangsang dengan suara, klien mungkin hanya bereaksi dengan suara-suara yang tidak berarti, mengerang, atau hanya membuka mata. P Respond to Pain (berespon terhadap nyeri)

Klien hanya memberikan reaksi ketika dirangsang dengan sensasi nyeri (contoh pijatan di kuku jari), klien hanya bereaksi dengan menarik, fleksi, atau bahkan ekstensi.

U Unresponsive (tidak ada

Klien tidak menunjukan reaksi sama sekali

(9)

respon)

Sementara untuk pemeriksaan detail, penggunaan Glasgow Coma Scale (GCS) lebih berguna untuk mendapatkan data yang lebih akurat, pemeriksaan GCS sangat penting untuk memeriksa status neurologis khususnya pada kasus trauma seperti Cedera Kepala. Pemeriksaan GCS di gunakan untuk menentukan tingkat keparahan cedera otak yang terjadi. Pemeriksaan ini menggunakan stimuli suara dan nyeri yang kemudian akan di nilai berdasarkan respon klien (Pembukaan mata, pergerakan motorik, dan respon suara). Pemeriksaan tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

2. Table 2

Parameter Respons Nilai

Membuka Mata

Spontan 4

Berespons terhadap suara 3

Berespons terhadap nyeri 2

Tidak ada respons 1

Respons Verbal

Orientasi baik 5

Binggung 4

Kata-kata tidak jelas 3

Mengerang 2

Tidak ada respons suara 1

Respons Motorik (Pergerakan Motorik)

Mengikuti perintah 6

Lokalisasi terhadap nyeri 5

Fleksi,Menarik 4

Fleksi abnormal 3

Ekstensi abnormal 2

Tidak ada 1

Nilai maksimal penilaian dengan menggunakan GCS adalah 15 sementara nilai minimal adalah 3. Nilai kurang atau sama dengan 8 menunjukan klien dengan kesadaran koma; skor 9-12: gangguan kesadaran tingkat sedang; dengan skor 13-15: gangguan kesadaran tingkat ringan (kesadaran baik). Berdasarkan pengkajian kesadaran maka dapat di buat kesimpulan mengenai tingkat kesadaran klien yang di nyatakan dengan sadar penuh (Composmentis), Letargi, Stuport, Semikoma atau koma.

(10)

E. Prosedur Pemeriksaan Fisik Nervus Cranialis

Nervus atau saraf kranial termasuk dalam sistem saraf perifer. Sistem saraf perifer terdiri dari dua yaitu saraf kranial yang berasal dari otak dan saraf spinal yang berasal dari medula spinalis. Dua belas pasang saraf kranial yang tersusun angka romawi, muncul dari berbagai batang otak. Saraf kranial tersusun dari serabut saraf sensorik dan motorik.

Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang terdiri dari;

1. Status mental, 2. Tingkat kesadaran, 3. Fungsi saraf kranial, 4. Fungsi motorik, 5. Refleks,

6. Koordinasi dan gaya berjalan dan 7. Fungsi sensorik

Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.

Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa. Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan mengikuti semua petunjuk sebaik mungkin.

Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

(11)

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII). Saraf kranial I, II, VII merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafinya. Saraf kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf kranial III, VII dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.

1. Nervus Olfaktori (N. I):

a. Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman

b. Cara Pemeriksaan, pasien memejamkan mata, pasien disuruh membedakan bau yang dirasakan (kopi, teh,dll)

2. Nervus Optikus (N. II)

1. Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan

c. Cara Pemeriksaan: Dengan snelend card, dan periksa lapang pandang 3. Nervus Okulomotoris (N. III)

a. Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler

d. Cara Pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata

4. Nervus Trochlearis (N. IV)

a. Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam b. Cara Pemeriksaan: Sama seperti nervus III

5. Nervus Trigeminus (N. V)

a. Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi, refleks korenea dan refleks kedip

b. Cara Pemeriksaan: menggerakan rahang kesemua sisi, pasien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi. menyentuh permukaan kornea dengan kapas.

6. Nervus Abdusen (N. VI)

a. Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral b. Cara pemeriksaan: sama seperti nervus III 7. Nervus Fasialis (N. VII)

(12)

b. Cara pemeriksaan: senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan, menjulurkan lida untuk membedakan gula dan garam

8. Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)

a. Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan b. Cara pemeriksaan: test webber dan rinne

9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)

a. Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa b. Cara pemeriksaan: membedakan rasa manis dan asam 10. Nervus Vagus (N. X)

a. Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan

b. Cara pemeriksaan: menyentuh faring posterior, pasien menelan saliva, disuruh mengucap ah…

11. Nervus Asesoris (N. XI)

a. Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu

b. cara pemeriksaan: suruh pasien untuk menggerakan bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.

12. Nervus Hipoglosus

a. Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah

b. cara pemeriksaan: pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi.

(13)

Tambunan, S,Elviana. Kasim, Deswani. 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

S, F. R. (2012, juni). PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEURO. Retrieved from A great WordPress.com site: https://alvivo23.wordpress.com/2012/06/04/pemeriksaan-fisik-sistem-neuro/

Referensi

Dokumen terkait