• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SALATIGA)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah

Oleh SUKARDI NIM. 11408030

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA 2010

(2)

ii

Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasi@stainsalatiga.ac.id

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 3 Eks

Hal : Naskah Skripsi

Saudara Sukardi

Kepada

Yth: Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga

ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Sukardi

NIM : 11408030

Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Judul : PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)

Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB

Pembimbing

Drs. Joko Sutopo NIP

(3)

iii

Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara : SUKARDI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408030 yang berjudul: PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA) Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

25 September 2010 M Salatiga,

16 Syawal 1431 H Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Imam Sutomo, M.Ag Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd

NIP. 19580827 198303 1 002 NIP. 19670112 199203 1 005

Penguji I Penguji II

Drs. H. Nasafi, M.PdI Ruwandi, MA

NIP. 19551005 198103 1 010 NIP. 19661225 200003 1 002

Pembimbing

Drs. Joko Sutopo

(4)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SUKARDI

NIM : 11408030

Judul Skripsi : PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP

SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM

MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE

KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Salatiga, September 2010

Yang Menyatakan

(5)

v











Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1.

Bapak dan Ibu tercinta

2.

Istri tersayang yang dengan do'a, kesetiaan dan pengorbanannya telah mengukir segala cita dan harapan.

(6)

vi

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu

persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-1) dalam Program Ilmu Tarbiyah.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian

skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi sekaligus sebagai Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

3. Dosen STAIN Salatiga, yang telah memberikan pendidikan selama penulis menimba ilmu.

4. Rekan-rekan mahasiswa STAIN dari Salatiga maupun dari luar Salatiga, yang menjadikan inspirasi dan motivasi dalam belajar

5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa

(7)

vii

Amin – amin yarobbal ‘alamin

Salatiga, September 2010 Penulis

(8)

viii

Sukardi. 2010. PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA). Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Drs. Joko Sutopo

Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesionalisme Guru

Kinerja guru atau yang disebut dengan profesionalisme dalam segala hal, termasuk profesionalisme guru dalam mengajar maupun dalam menyelesaikan administrasi yang seharusnya dikerjakan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? Bagaimana profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? Adakah pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga, untuk mengetahui profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga, dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar..

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di Kecamatan Sidomukti. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 28 orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang berada pada kategori sangat baik mencapai 50%, kategori sedang 35,7% dan kategori kurang 14,3%. Profesionalisme guru yang berada pada kategori baik mencapai 53,6%, kategori sedang 28,6% dan kategori kurang 17,8%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh terhadap profesionalisme guru, terbukti nilai r hitung (0,976) lebih besar dari r tabel 5% maupun 1%..

(9)

ix

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Hipotesis Penelitian ... 5 E. Kegunaan Penelitian ... 5 F. Definisi Operasional ... 6 G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 14

B. Profesionalisme Guru ... 23

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaan Umum MI di Kecamatan Sidomukti... 36

(10)

x

B. Analisis Pengolahan Data ... 54 C. Analisis Uji Hipotesis ... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

TABEL I Daftar Guru MI di Kecamatan Sidomukti TABEL II Daftar Nama Responden

TABEL III Hasil Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL IV Hasil Angket Profesionalisme Guru

TABEL V Nilai Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL VI Interval Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL VII Nominasi Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL VIII Klafisikasi Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL IX Nilai Angket Profesionalisme Guru

TABEL X Interval Profesionalisme Guru TABEL XI Nominasi Profesionalisme Guru TABEL XII Klafisikasi Profesionalisme Guru TABEL XIII Tabel Persiapan Korelasi

(12)

xii

(13)

xiii 1. Angket

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Keterangan Penelitian 4. Daftar Riwayat Hidup 5. r tabel

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan

hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber

Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi

ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan

Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi

positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan

kondisi yang baik, memenuhi syarat. Adapun komponen yang harus terdapat

dalam pendidikan, diantaranya adalah tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana serta biaya.

Mutu pendidikan dapat tercapai apabila seluruh komponen dalam

proses pendidikan yang berupa guru, murid, sarana dan prasarana serta biaya

memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang

lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan atau guru mereka harus

mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan bertanggung jawab.

Tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks,

sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai

peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang

bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang professional. Tenaga

kependidkan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan

(15)

pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga

kependidikan yang professional akan melaksanakan tugasnya secara

professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu. Menjadi

tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa

adanya upaya untuk meningkatkannya. Adapun salah satu cara untuk

mewujudkannya adalah dengan pengembangan profesionalisme. Ini

membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting dalam hal

ini adalah kepala sekolah. Dimana kepala sekolah merupakan pemimpin

pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung

dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan

dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu

pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat

yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua

sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa

untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah

ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan

karena sesuai dengan fungsinya. Kepala sekolah memahami kebutuhan

sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada

kompetensi yang ia miliki sebelumnya. Kemampuannya harus bertambah dan

berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud.

Karena tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu,

(16)

didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap

dunia pendidikan. Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsinten

menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga

kependidikan yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif

sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk

menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru

harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses

pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien,

guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis

maupun isinya.

Banyak faktor penghambat tercapainya profesionalisme

kepemimpinan kepala sekolah. Proses pengangkatannya tidak trasnparan,

rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi

dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya

datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit, serta banyak

faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang

professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan

rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada

mutu (input, proses, dan output).

Ketidaktransparanan dalam penyeleksian calon kepala MI di

Kecamatan Sidomukti menjadikan simpatisme guru terhadap kepala sekolah

menjadi berkurang. Hal tersebut tentu berdampak pada kinerja guru atau yang

(17)

guru dalam mengajar maupun dalam menyelesaikan administrasi yang

seharusnya dikerjakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun

tugas dengan judul “PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP

PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI

MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)”

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan

Sidomukti Salatiga?

2. Bagaimana profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga?

3. Adakah pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah

terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan

Sidomukti Salatiga.

2. Untuk mengetahui profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti

(18)

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam

mengajar.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus dibuktikan

kebenarannya melalui penelitian (Sugiyono, 2008: 4).

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "Ada

pengaruh yang signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala

sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar".

E. Kegunaan Penelitian

Dari beberapa masalah yang dirumuskan diatas setelah diperoleh

jawaban, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya

berkaitan dengan masalah kepemimpinan kepala sekolah dan

profesionalisme guru.

b. Sebagai pertimbangan penelitian yang sejenis di masa yang akan

datang.

(19)

Bagi para guru sebagai pertimbangan tentang pentingnya mengupayakan

profesionalisme guru agar tercapai prestasi belajar pada siswa secara

optimal.

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan memahami judul akan dijelaskan penegasan

istilah sebagai berikut :

1. Pengaruh

Pengaruh didefinisikan sebagai daya yang ada atau timbul dari

sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang (Poerwadarminto, 1986: 424).

2. Persepsi

Persepsi diartikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung

dari suatu serapan berdasarkan pengamatan pancainderanya

(Poerwadarminto, 1986: 433).

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan

suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.

Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M.

Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan

(20)

bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan

tertentu (Samsudin, 2006: 287)”.

Sementara R. Soekarto Indrafachrudi mengartikan “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu

kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu (Indrafachrudi,

2006: 62)”. Kemudian menurut Maman Ukas “Kepemimpinan adalah

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi

orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian

suatu maksud dan tujuan (Ukas, 2004: 248)”.

Sedangkan George R. Terry dalam Ukas mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang

supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi” (Ukas, 2004: 249).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan

tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama (Loekmono,

2006: 28). Adapun indikator kepemimpinan adalah:

a. Cara memimpin

b. Komunikasi dengan bawahan

c. Ketegasan terhadap bawahan

d. Ketaatan pada aturan

e. Ketepatan dalam mengambil keputusan

(21)

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di

mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum

kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di

mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83)

mengartikan bahwa:

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas

untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar

mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala

sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk

menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk

memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga

dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama

(Hamalik, 2003: 5).

5. Profesionalisme Guru

Kusnandar (2007:46) mengemukakan bahwa “Profesionalisme

adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sesseorang”.

(22)

Selanjutnya Profesionalisme menurut Mohamad Surya (2007:214) adalah:

Sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari

para anggota asuatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan

meningkatkan kualitas profesionlanya.

Sementara Sudarwan Danin (2002:23) mendefinisikan bahwa:

Profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk

meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus

mengmbangkan strategi-strategi yang digunakanny dalam melakukan

pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Kemudian Freidson (1970) dalam

Syaiful Sagala (2005:199) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide professional dan

karir”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah suatu

bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan

dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas

keprofesionalannya dapat tercapai secara berkesinambungan. Adapun

indikatornya adalah:

a. Memiliki visi memajukan sekolah

b. Berorientasi pada tugas

c. Memiliki tanggung jawab yang tinggi

(23)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian

yang menggunakan angka statistik dalam pembahasannya (Hasan, 2007:

4). Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory yaitu penelitian

yang menjelaskan pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat

serta menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2008: 56).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MI Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga. Penelitian akan dimulai bulan Mei 2010 sampai dengan selesai

3. Populasi dan sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang memiliki

karakteristik yang sama dan mendiami suatu wilayah (Hadi, 1981: 70).

Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah guru MI yang

berjumlah 28 orang.

Yang dimaksud sampel adalah sejumlah individu yang diambil

dari populasi untuk mewakilinya (Hadi, 1981: 71). Karena jumlahnya

kurang dari 100, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian

sehingga disebut penelitian populasi.

4. Metode Pengumpulan Data

(24)

Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang

berisi daftar pertanyaan (question) atau pernyataan (statement) yang

disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan

menghimpun keterangan dan/ atau informasi sebagaimana

dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis (Sudjana, 2001: 177).

Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data yang

mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru.

b. Metode observasi (pengamatan)

Adalah teknik evaluasi program pendidikan luar sekolah

yang digunakan dengan mengkaji suatu gejala dan/ atau peristiwa

melalui upaya mengamati dan mencatat data secara sistematis

(Sudjana, 2001: 199).

Metode observasi meliputi kegiatan permasalahan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Metode

ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi kepala

sekolah dan pada saat pengisian angket.

3. Metode Analisa Data

Analisis data untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

 

 

 

  2 2 2 2 xy r Y Y N Y X N Y X XY

(25)

Keterangan:

rxy : Koefisien Korelasi Product moment

X : frekuensi variabel X (kepemimpinan kepala sekolah)

Y : frekuensi variabel Y (profesionalisme guru)

N : Jumlah responden

Sedangkan untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat digunakan penafsiran koefisien korelasi

dengan kriteria sebagai berikut:

a. antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi

b. antara 0,600 sampai dengan 0,799 = tinggi

c. antara 0,400 sampai dengan 0,599 = cukup

d. antara 0,200 sampai dengan 0,399 = rendah

e. antara 0,000 sampai dengan 0,200 = sangat rendah

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman

persetujuan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,

dan daftar lampiran.

(26)

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian,

metode penelitian dan sistematika skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang landasan teori tentang

kesejahteraan anak dan motivasi belajar.

Bab III Hasil Penelitian, berisi tentang gambaran umum lokasi

penelitian dan subjek penelitian serta penyajian data.

Bab IV Analisis Data, berisi tentang hasil penelitian, analisis data dan

pembahasan.

Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka dan

(27)

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam pengertian umum kepemimpinan merupakan suatu proses

kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi/

mengontrol pikiran serta tingkah laku orang lain yang ada di bawah

pengawasannya tanpa adanya pemaksaan dalam pelaksanaanya dilakukan

dengan memotivasinya melalui suatu komunikasi seorang pemimpin harus

dapat mengarahkan semua potensi sumber daya manusia secara maksimal

dan seefektif mungkin ke arah tercapainya suatu tujuan yang telah

ditetapkan (Sagala, 2009: 114).

Banyak definisi mengenai kepemimpinan sama banyaknya dengan

pembuat definisi. Salah satu definisi sederhana menyatakan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh konsensus dan keikatan

pada sasaran bersama melalui syarat-syarat organisasi yang dicapai dengan

pengalaman, sumbangan dan kepuasan kerja (Samsudin, 2009: 287).

Definisi lain kepemimpinan adalah gaya seseorang pemimpin

mempengaruhi bawahannya agar mau bekerjasama dan bekerja efektif

sesuai dengan perintahnya (Sutrisno, 2009: 231). Kepemimpinan pada

dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sikap, kemampuan, proses

atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia

diikuti, dipatuhi, dihormati, dan disayang oleh orang lain dan orang itu

(28)

bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang

dikehendaki oleh orang tersebut.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Kepemimpinan merupakan kemampuan dalam mempengaruhi

orang-orang untuk mencapai tujuan secara antusias.

2. Pengaruh kepemimpinan ditunjukan untuk terciptanya kerjasama antara

pimpinan dan bawahan. Tercapainya tujuan bersama sekaligus akan

memberikan kepuasan-kepuasan kepada masing-masing individu.

Menurut studi kepemimpinan dalam perilaku kepemimpinan terdapat

tiga gaya kepemimpinan, yaitu (Sutrisno, 2009: 234):

1. Kepemimpinan Gaya Otoriter (Authocratic Leadership)

Kepemimpinan gaya otoriter adalah kepemimpinan yang berpusat

pada atasan, di mana keputusan yang diambil dilakukan sediri tanpa

mengikutsertakan atau meminta pendapat bawahan.

Ciri-ciri kepemimpinan gaya otoriter antara lain:

a. Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin.

b. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin

c. Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.

d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pemimpin.

e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau

kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat.

(29)

g. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberi saran,

pertimbangan atau pendapat.

h. Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara secara instruktif.

i. Lebih banyak kritik daripada pujian.

j. Pemimpin menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa

syarat.

k. Pemimpin menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat.

l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.

m. Kasar dalam bertindak.

n. Kaku dalam bersikap.

o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh

pemimpin.

2. Kepemimpinan Gaya Demokratis (Democratic Leadership)

Pada gaya kepemimpinan demokrasi ini seorang pemimpin

lebih suka berdiskusi dengan para bawahan dalam menentukan

perencanaan kerja maupun kebijakan-kebijakan yang berhubungan

dengan organisasi. Jadi kepemimpinan demokratis ini bersifat terbuka

dengan maksud dapat memberikan kesempatan para bawahan untuk

megemukakan ide/gagasan serta mendorong bawahan untuk

meningkatkan kepuasan kerja.

Ciri-ciri kepemimpinan demokratis antara lain:

(30)

b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada

bawahannya.

c. Keputusan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan.

d. Kebijaksanaan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan.

e. Komunikasi berlangsung timbal balik.

f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan para bawahan

dilakukan secara wajar.

g. Prakarsa dapat datang dari pemimpin maupun bawahan.

h. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,

pertimbangan atau pendapat.

i. Tugas-tugas kepada bawahan diberian dengan ibu bersifat

permintaan daripada instruktif.

j. Pujian dan kritik seimbang.

k. Pemimpin mendorong prestasi dari bawahan dalam batas

kemampuan masing-masing.

l. Pemimpin meminta kesetiaan para bawahan secara wajar.

m. Pemimpin memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak.

n. Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan saling

menghargai.

o. Tanggung jawab dipikul bersama antara pemimpin dan bawahan.

3. Kepemimpinan Gaya Kebebasan (Laissez Faire Leadership)

Di mana wewenang pengambilan keputusan berada di tangan

(31)

lambang organisasi dan pelaksanaan dari keputusan para bawahan.

Gaya kepemimpinan ini bersifat pasif karena pemimpin hanya

merupakan lambang organisasi dan pelaksanaan dari keputusan para

bawahan. Gaya kepemimpinan ini bersifat pasif karena pemimpin

seolah-olah tidak mampu memberikan pengarahan kepada bawahan

sehingga komunikasi hanya berjalan satu arah, dari bawah ke atas.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini :

a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.

b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.

c. Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan.

d. Pemimpin hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.

e. Hampir tidak ada pengawasan terhadap aktivitas bawahan.

f. Prakarsa selalu datang dari bawahan.

g. Hampir tidak ada pengarahan dari pemimpin.

h. Peran pemimpin sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.

i. Keputusan pribadi lebih diutamakan daripada keputusan

kelompok.

j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang

perseorangan

Sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin bahwa

kepemimpinan harus memiliki sifat umum yang nampak mempunyai

pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi adalah sebagai

(32)

1. Energi fisik dan mental

Hampir setiap pribadi memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar

biasa, yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga

yang pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan

mental berupa semangat juga, motivasi kerja dan disiplin, kesadaran,

keuletan, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk

mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.

2. Bersemangat untuk mencapai tujuan

Memiliki keyakinan akan kebenaran dan kugunaan semua perilaku

yang dikerjakan dan tahu persis kemana arah yang akan ditujunya,

serta pasti memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi

kelompok yang dipimpinnya.

3. Bergairah dalam bekerja

Pekerjaan yang dilaksanakan dan tujuan yang akan dicapai itu harus

sehat, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan,

kerja memberikan sukses dan menimbulkan semangat.

4. Ramah tamah dan kasih sayang

Kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak

yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang

menyenangkan bagi semua pihak sedangkan keramahan itu

mempunyai sifat mempengaruhi orang lain, juga membuka setiap hati

yang masih tertutup untuk menanggapi kemudahan tersebut.

(33)

Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh, bersatu, sejiwa dan

seperasaan dengan anak buahnya, bahkan senasib sepenanggungan

dalam perjuangan yang sama.

6. Memiliki keahlian teknis

Pemimpin yang berhasil itu memiliki satu/beberapa kemahiran teknis

itu agar ia mempunyai kewajiban dan kekuasaan untuk memimpin

kelompoknya.

7. Ketegasan dan konsisten

Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara

tepat, tegas dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.

8. Kecerdasan dan kesanggupan mengambil keputusan

Kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti

sebab dan akibat kejadian, menemukan cara yang tepat untuk

memecahkan masalah.

9. Kecakapan mengajar

Mampu menuntut, mendidik, mendorong, menggerakkan anak buah.

10. Jujur dapat dipercaya

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh

kepercayaan anak buah.

Ringkasan sifat-sifat kepemimpinan yang telah diuraikan di atas,

sangat diperlukan oleh seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang

berhasil dan memiliki kepemimpinan yang cukup kuat dalam melaksanakan

(34)

rangkuman semua sifat yang telah ditemukan yang besar kemungkinannya

menjadi pemimpin yang sukses dan sifat-sifat tersebut menyumbang bagi

keberhasilan kepemimpinan.

Seorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin atau manajer

harus mempunyai keterampilan. Adapun

keterampilan-keterampilan tersebut antara lain (Ali, 2008: 103):

1. Keterampilan Konseptual (Conseptual Skill)

Adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan

keseluruhan kepentingan dan kegiatan kelompok.

2. Keterampilan Kemanusiaan (Human Skill)

Ketrampilan kemanusiaan adalah kemampuan untuk bekerja dengan

memahami dan memotivasi orang lain sebagai individu maupun sebagai

kelompok.

3. Keterampilan Administratif (Administrative Skill)

Adalah keseluruhan keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan,

pengorganisasinan, penyusunan kepegawaian dan pengawasan.

4. Keterampilan Teknik (Technical Skill)

Adalah keterampilan menggunakan peralatan-peralatan prosedur atau

teknik dari suatu bidang tertentu. Perbedaan tingkatan dalam manajemen

akan membedakan pula proposisi masing-masing kebutuhan atas

keterampilan-keterampilan tersebut. Sebagai contoh, manajer puncak

lebih membutuhkan keterampilan konseptual dibandingkan manajer lini

(35)

Perilaku kepemimpinan pada umumnya dimotivasi oleh keinginan

memperoleh tujuan tertentu dan perilaku tersebut diwujudkan dalam

serangkaian kegiatan atau aktivitas. Di dalam kepemimpinan hal ini

tercermin dalam pola perilaku pemimpin. Pada dasarnya perilaku/pemimpin

secara langsung lebih dikaitkan pada proses kepemimpinan dan prasyarat

posisi manajerial dari sifat-sifat yang abstrak.

Pada dasar seorang pemimpin atau manajer merupakan orang yang

paling bertanggung jawab terhadap kemajuan atau kemunduran sebuah

organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin dituntut memiliki

kemampuan lebih dibanding yang lain. Kemampuan-kemampuan yang

umumnya dituntut dari seorang pemimpin antara lain (Sutrisno, 2009: 238):

1. Memiliki kondisi fisik yang sehat

2. Berpengetahuan luas

3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan

yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya

4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang

hendak dicapai

5. Memiliki daya kerja dan antusiasme yang besar

6. Dapat mengambil keputusan dengan cepat

7. Objektif dalam arti menguasai emosi dan lebih banyak menggunakan

rasio

8. Adil dalam memperlakukan bawahan

(36)

10. Menguasai prinsip-prinsip human relation

11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat terhadap bawahannya

tergantung situasi dan masalah yang dihadapi

12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan

organisasi.

Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin atau manajerial dalam

suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting tidak hanya

secara internal bagi organisasi yang bersangkutan akan tetapi juga dalam

menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang kesemuanya

dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai

tujuannya. Peranan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu yang bersifat ”interpersonal”, ”informasional”, dan ”dalam kancah

pengambilan keputusan”.

B. Profesionalisme Guru

Secara etimologi, “profesi” berasal dan bahasa Yunani yang

mengandung anti “pekerjaan job” (Sagala, 2009: 2), yaitu menghabiskan

adanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan

Namun anti itu kemudian berkembang tidak hanya sekedar pekerjaan atau job, tetapi di dalamnya terpaku juga suatu “panggilan” atau suatu “ailing”,

suatu strong inner impulse.

Sedangkan beberapa ciri dari profesionalisme diantaranya adalah

(37)

1. Menghendaki sitat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result),

sehingga kita dituntut untuk selalu menciptakan mutu

2. Memerlukan kesungguhan dan. ketelitian kerja yang hanya dapat

diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan

3. Menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau

putus asa sampai hasil tercapai

4. Memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan Iman seperti harta dan kenikmatan hidup

5. Memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga terjaga

efektivitas kerja yang tinggi.

Profesionalisme berarti juga bahwa (Sagala, 2009: 17):

1. Secara terus menerus berkiprah di bidangnya

2. Secara terus menerus meningkatkan daya kreativitas melalui pengalaman

3. Secara terus menerus berkarya bagi pengembangan usaha pada lembaga

tempatnya mengabdi.

Dan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa profesi dan

profesionalisme mempunyai makna yang hampir sama. Profesi berkaitan erat

dengan pengertian suatu pekerjaan saja yang dilakukan sehari-hari secara

rutin. Sedangkan profesionalisme penekanannya adalah adanya suatu

keinginan untuk lebih dilandasi oleh suatu keahlian serta panggilan dan hasil

nuraninya untuk menjalankan tugas dengan benar.

Begitupun juga dengan profesi seorang guru. Sebagai jabatan

(38)

kriteria-kriteria yang mencerminkan profesionalisme. Implikasi yang

diharapkan dan profesionalisme ini lebih tercapainya tujuan atau sasaran

pembelajaran untuk menciptakan output pendidikan yang berkualitas, punya

kompetensi yang tinggi, berakhlak mulia serta punya kepribadian yang

mantap.

Guru yang profesional adalah guru yang menguasai substansi

pekerjaannya secara profesional, yakni (Sagala, 2009: 31):

1. Mampu menguasai substansi mata pelajaran secara sistematis, khususnya

materi pelajaran yang secara khusus diajarkannya, disamping itu Ia juga

dituntut untuk berupaya mengikuti perkembangan materi pelajaran

tersebut dan waktu ke waktu.

2. Memahami dan dapat menerapkan psikologi perkembangan, sehingga

seorang gum dapat memilih materi pelajaran berdasarkan tingkat

kesukaran sesuai dengan masa perkembangan peserta didik yang

diajarnya.

3. Memiliki kemampuan mengembangkan program-program pendidikan

yang secara khusus disusun sesuai dengan masa perkembangan peserta

didik yang akan diajarnya.

Menurut Moh. Uzer Usman, guru profesional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugs dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal (Danim, 2002: 23). Guru yang profesional adalah guru yang

(39)

bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya dalam arti memperoleh

pendidikan formal, tetapi juga harus mampu menguasai berbagai strategi atau

teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan

kependidikan. Landasan-landasan kependidikan tersebut merupakan

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Kompetensi ini terbagi

menjadi kompetensi pribadi (personal) dan kompetensi profesional.

Lebih jelas lagi sebagaimana yang dikatakan oleh Usman, guru

profesional adalah guru yang tahu secara mendalam tentang siapa yang

diajarkannya, cakap, cara mengajarkannya secara efektif dan efisien, dan guru

tersebut mempunyai kepribadian yang mantap. Jadi, tiga ranah ap1iksi

profesionalisme seorang guru yang meliputi pengetahuan (Knowledge),

ketrampilan (skill) serta sikap mental (attitude) harus mampu tercover dalam

diri seorang guru (Danim, 2002: 24).

Dalam konteks penelitian ini akan difokuskan pada kompetensi

profesional dan seorang guru yang meliputi (Danim, 2002: 26):

1. Menguasai landasan pendidikan

2. Menguasai bahan pengajaran

3. Menyusun program pengajaran

4. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

5. Memiliki rasa tanggung jawab akan tugasnya sebagai seorang guru

Kemampuan profesional guru (professional capacity) terdiri dari

kemampuan intelegensi, sikap, dan prestasinya dalam bekerja. Dalam

(40)

tinggi rendahnya hasil pengukuran kemampuan menguasai materi pelajaran

yang diajarkan (Danim, 2002: 32). Secara sederhana, kemampuan profesional

ini bisa ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan

tentang materi pelajaran yang diajarkan termasuk upaya untuk selalu

memperkaya dan meremajakan pengetahuan tersebut. Salah satu upayanya,

dapat melalui kegiatan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG).

Secara sederhana peningkatan kemampuan professional guru bisa

diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang,

yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri,

yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum

terakreditasi menjadi terakreditasi. Kematangan, kemampuan mengelola

sendiri, pemenuhan kualifikasi, merupakan ciriciri profesionalisme. Oleh

karena itu, pengingkatan kemampuan professional guru dapat juga diartikan

sebagai upaya membantu guru yang belum professional menjadi professional.

Konsisten dengan penjelasan di atas, ada dua prinsip mendasar

berkenaan dengan aktivitas peningkatan kemampuan professional guru di

sekolah dasar. Pertama, peningkatan kemampuan propesional guru itu

merupakan upaya membantu guru yang belum professional menjadi

professional, jadi peningkatan kemampuan professional guru itu merupakan

bantuan professional. Di satu sisi, bantuan professional berarti sekedar

bantuan, sehingga yang seharusnya lebih berperan aktif dalam upaya

pembinaan adalah guru itu sendiri, artinya guru itu sendiri yang seharusnya

(41)

Demikian pula dalam hal bantuan yang diperlukan tergantung pada

permintaan pegawai itu sendiri. Walaupun sekedar bantuan, yang berwenang

harus melaksanakan bantuan atau pembinaan tersebut secara professional.

Itulah yang disebut dengan bantuan profesional. Di sisi lain bantuan

profesional berarti tujuan akhirnya adalah bertumbuh kembangnya

profesionalisme pegawai.

Kedua, Peningkatan kemampuan profesional guru tidak benar

bilamana hanya diarahkan kepada pembinaan kemampuan pegawai. Prinsip

dasar kedua tersebut didasarkan pada prinsip pertama di atas bahwa tujuan

akhir pembinaan pegawai adalah bertumbuh kembangnya profesionalisme

pegawai. Menurut Glickman dalam Usman (2000: 24), guru yang profesional

memiliki dua ciri, yaitu tingkat abstraksi (kemampuan) yang tinggi dan

tingkat komitmen yang tinggi. Oleh karena itu pembinaan pegawai di sekolah

dasar seharusnya diarahkan pada pembinaan kemampuan dan sekaligus

pembinaan komitmennya.

Sepintas sebenarnya dapat ditetapkan bahwa peningkatan kemampuan

profesional guru di sekolah dasar dapat dikelompokan menjadi dua macam

pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan pegawai sekolah dasar melalui

supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan tugas belajar. Kedua,

Pembinaan komitmen pegawai sekolah dasar melalui pembinaan

kesejahteraannya. Peningkatan kemampuan profesional guru dibahas di

dalam hal ini, sedangkan pembinaan komitmen atau motivasi, atau moral

(42)

efektif dan efesien, program peningkatan mutu kemampuan profesional guru

di sekolah dasar sebaiknya melalui langkah-langkah yang sistematis yakni

sebagai berikut (Sagala, 2009: 35): (1) mengidentifikasi kekurangan,

kelemahan, kesulitan, atau masalah-masalah yang seringkali dimiliki atau

dialami guru kelas, dan guru mata pelajaran, (2) menetapkan program

peningkatan kemampuan profesional guru yang diperlukan untuk mengatasi

kekurangan, kelemahan, kesulitan dan masalah-masalah yang seringkali

dimiliki atau dialami guru kelas dan guru mata pelajaran, (3) merumuskan

tujuan program peningkatan kemampuan profesional guru yang diharapkan

dapat dicapai pada akhir program pengembangan. Rumusan harus operasional

sehingga pencapaianya dapat dengan mudah diukur pada akhir pelaksanaan

program, (4) menetapkan serta merancang materi dan media yang akan

digunakan dalam peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru

mata pelajaran, (5) menetapkan serta merancang materi dan media yang akan

digunakan dalam peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru

mata pelajaran, (6) menetapkan bentuk dan pengembangan instrument

penilaian yang akan digunakan dalam mengukur keberhasilan program

peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (7)

menyusun dan mengalokasikan anggaran program peningkatan kemampuan

profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (8) melaksanakan program

peningkatan kemampuan profesional guru dengan materi, metode, dan media

yang telah ditetapkan dan dirancang, (9) mengukur keberhasilan program

(43)

tindak lanjut peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata

pelajaran.

Sementara ini, seringkali pembinaan pegawai sekolah dasar,

khususnya kepala dan guru sekolah dasar, dilakukan melalui penataran.

Mereka seringkali terpaksa harus meninggalkan sekolah untuk mengikuti

penataran yang diadakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan maupun Kantor Departemen Kotamadya/Kabupaten (Sekarang

menjadi Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten). Padahal

sebenarnya banyak sekali teknik yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan mereka. Beberapa teknik yang dimaksud

diantaranya berupa bimbingan, latihan, kursus, pendidikan formal, promosi,

rotasi, jabatan, konferensi, rapat kerja, penataran, loka karya, seminar, diskusi

dan studi khusus. Walaupun banyak sekali teknik yang dapat digunakan

dalam mengembangkan kemampuan pegawai sekolah dasar penggunaannya

harus dipertimbangkan sebaik-baiknya. Beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih teknik pengembangan peningkatan

kemampuan profesional guru sekolah dasar yaitu: (1) guru yang akan

dikembangkan, (2) kemampuan guru yang akan dikembangkan, dan (3)

kondisi lembaga, seperti dana, fasilitas dan orang yang bisa dilibatkan sebagai

pelaksana.

Rosidah (2005: 241) menyatakan bahwa masalah

profesionalisme dalam kerja merupakan masalah yang perlu

(44)

efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Profesionalisme

kerja diperlukan karena profesionalisme merupakan bentuk perilaku

seseorang menjalankan tugas dan tanggung jawab pekerjaan dan

ketentuan yang diberlakukan dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Sedangkan Sutisno (2002: 16) menyatakan bahwa

profesionalisme adalah:

a Proses melaksanakan suatu pekerjaan, dorongan, demi satu

cita-cita untuk mencapai suatu tindakan yang lebih efektif.

b Suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan

diarahkan sendiri sekalipun menghadapi rintangan.

c Latihan yang mengembangkan pengembangan diri, karakter,

atau keadaan serba teratur dan efisien.

Koentjaraningrat (1999: 117) menyatakan bahwa sikap

profesionalisme diartikan sebagai sikap yang melaksanakan segala

bentuk tugas yang ditanggungnya. Sikap profesionalisme ini timbul

sebagai suatu bentuk sikap ikhlas untuk bertindak sesuai dengan norma

dan aturan yang berlaku, baik di lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa sikap profesionalisme adalah sikap untuk bertingkah laku sesuai

dengan norma, aturan ataupun hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Sikap profesionalisme timbul melalui dua kekuatan, yaitu kekuatan dari

(45)

dan kekuatan yang berasal dari luar seperti pengaruh keluarga,

lingkungan, organisasi maupun masyarakat (Wibowo, 2006: 162).

1. Kekuatan yang dibawa sejak lahir

Faktor kekuatan yang dibawa sejak lahir menurut Sri Rahayu

Haditono (1996: 7) adalah anak lahir dalam keadaan suci dan

memiliki berbagai sifat pembawaan. Ada seseorang yang memang

sejak lahir memiliki pembawaan profesional, nakal, cerdas dan lain

sebagainya. Memang faktor ini ada yang mempengaruhi anak hingga

dewasa, namun ada juga pembawaan yang akhirnya terpengaruh oleh

pergaulan dalam lingkungan sosialnya.

2. Kekuatan dari luar

Kekuatan dari luar yang dimaksud adalah interaksi sosial, baik

dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.

Faktor kekuatan dari luar merupakan faktor yang memiliki pengaruh

besar terhadap perkembangan sikap profesionalisme. Anak yang

membawa sifat yang baik sejak lahir, akibat pengaruh dari luar dapat

menjadi orang yang memiliki perilaku yang buruk. Demikian pula

sebaliknya, anak yang memiliki pembawaan yang buruk, akibat

pergaulan menjadi baik juga sering ditemukan.

Hasibuan (2003: 194-198) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi profesionalisme meliputi:

(46)

Menurut Davis & Newstrom (1996: 8), tujuan profesionalisme

antara lain mencapai standar kerja, meminimaliasi kesalahan, dan

mempertahankan standar kelompok yang konsisten dan efektif.

Disinilah letak pentingnya prinsip "right man in the right place"

(orang yang tepat di tempat yang tepat).

2. Keteladanan pemimpin

Keteladanan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar

dalam menegakkan profesionalisme sebab pemimpin merupakan

panutan bagi seluruh anggota organisasi. Apabila pemimpin tidak

atau kurang profesional, maka hal ini akan menjadi contoh bagi

bawahannya.

3. Balas Jasa

Balas saja atau reward akan mempengaruhi profesionalitas

individu karena semakin besar reward yang didapatkan oleh

individu akan semakin baik pula profesionalisme individu.

4. Keadilan

Keadilan yang menjadi landasan pemberian reward dan hukuman

akan merangsang terciptanya sikap profesional karena sudah

menjadi sifat manusia ingin diperlakukan setara dan merasa dirinya

penting.

5. Waskat (pengawasan melekat)

Waskat adalah tindakan nyata yang efektif dalam mewujudkan

(47)

mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja

individu. Bawahan akan merasa diperhatikan, mendapat

bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasan.

Untuk itu perlu dipertimbangkan juga faktor – faktor sebagai

berikut: a) absensi, b) alpa, dan c) keterlambatan kerja dan

lingkungan kerja.

6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara

profesionalisme. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk

setiap pelanggaran atau tindakan tidak profesional, bersifat

mendidik, dan menjadi motivator untuk memelihara

profesionalisme.

7. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis dalam suatu organisasi ikut

menciptakan profesionalisme yang baik. Terciptanya hubungan

yang baik juga akan menjadikan lingkungan dan suasana kerja

yang nyaman.

Sedangkan menurut Rosidah (2005: 183), indikator-indikator

yang mempengaruhi profesionalisme kerja antara lain:

1. Profesionalisme terhadap waktu yang meliputi: a) tingkat absensi,

(48)

2. Profesionalisme terhadap waktu kerja yang meliputi: a) efektifitas

kerja, b) penggunaan peralatan, dan c) sikap hati-hati dalam

melaksanakan tugas.

3. Profesionalisme terhadap prosedur kerja yang meliputi: a) ketaatan

pada tata tertib, dan b) menguasai cara kerja.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa indikator

profesionalisme meliputi tujuan dan kemampuan individu, keteladanan

pemimpin, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, pemberian sanksi

(49)

A. Keadaan Umum Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Sidomukti

1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti

Tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945

antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Maksud ini dijabarkan lebih lanjut dalam batang

tubuh UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menegaskan bahwa tiap-tiap

warga Negara berhak mendapat pengajaran. Dalam hal untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, maka penulis berpendapat perlu sekali

didirikan sekolah-sekolah termasuk sebagai wadah anak-anak untuk

belajar dan untuk menambah pengetahuan tingkat dasar.

Kemudian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di

sekolah, mengingat jumlah pengawas TK/SD yang terbatas, serta untuk

mempermudah dalam melaksanakan evaluasi dan supervisi maka

dibentuklah gugus sekolah. Gugus sekolah merupakan gabungan dari

beberapa sekolah, dimana gugus menjadi wadah untuk melakukan

kegiatan. Gugus dibentuk berdasarkan wilayah untuk mempermudah

sekolah menjangkaunya. MI di Kecamatan Sidomukti tergabung dalam

satu gugus sekolah

(50)

2. Struktur Organisasi

Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan

pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang

luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan,

maka diperlukan organisasi yang teratur. Adapun struktur organisasi

Gugus MI Kecamatan Sidomukti adalah sebagai berikut:

3. Keadaan Guru MI di Kecamatan Sidomukti

Guru merupakan alat pendidikan, yakni sebagai tenaga pendidik, guru

yang berpotensi sangat mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan

pembelajaran. Jumlah guru MI di Kecamatan Sidomukti adalah 28 orang

guru, termasuk didalamnya ada 4 orang kepala sekolah. Dari

keseluruhan guru adalah sebagai wiyata bhakti.

B. Keadaan Responden

1. Daftar Nama Responden

SD Inti

SD/MI Imbas SD/MI Imbas

SD/MI Imbas

(51)

Jumlah seluruh guru MI di Kecamatan Sidomukti adalah 28 orang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut:

TABEL 2

DAFTAR NAMA RESPONDEN

No Nama Responden Asal Sekolah Jabatan

1 Siti Rohmini, M.PdI MI Mangunsari

2 Yasin MI Mangunsari

3 Ismiyati, S.Pd MI Mangunsari

4 Dra. Nurul Aini MI Mangunsari

5 Fauziah, M.Ag MI Mangunsari

6 Siti Fatonah, A.Ma MI Mangunsari 7 A. Sabiqul Umam, S.Ag MI Mangunsari

8 Khoiron, S.Ag MI Ma'arif Dukuh

9 M. Muzaqi, S.PdI MI Ma'arif Dukuh

10 Ulis Shihah MI Ma'arif Dukuh

11 Suliyatun, S.Ag MI Ma'arif Dukuh 12 Novi Lestari, S.Pd MI Ma'arif Dukuh 13 Setia Naim, S.Ag MI Ma'arif Dukuh 14 Aris Supriyadi, S.Ag MI Ma'arif Dukuh

15 M. Syafii MI Ma'arif Dukuh

16 Suryani MIN

17 Rozikin, S.Ag MIN

18 Siti Zulaikhah, S.PdI MIN

19 Dra. Mukhasanah MIN

20 Mustafifah, A.Ma MIN

21 Wiwin Nuryani, A.Ma MIN

22 Bambang Sudrajad MIN

23 Zuhrotun MIN

(52)

25 Khoiron, S.Ag MIN

26 Nur Hidayah, S.PdI MIN

27 Purwati, S.PdI MIN

28 Ruchani, S.PdI MIN

2. Daftar tentang Jawaban Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah

Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai

berikut:

TABEL 3

Daftar Jawaban Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah

No Nama Responden

No Soal

Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Siti Rohmini, M.PdI 4 4 5 5 4 5 3 5 4 5 5 3 5 4 5 66

2 Yasin 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 65

3 Ismiyati, S.Pd 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 4 Dra. Nurul Aini 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 5 Fauziah, M.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 53 6 Siti Fatonah, A.Ma 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 7 A. Sabiqul Umam, S.Ag 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 8 Khoiron, S.Ag 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67 9 M. Muzaqi, S.PdI 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 58 10 Ulis Shihah 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 50 11 Suliyatun, S.Ag 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 67 12 Novi Lestari, S.Pd 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 64 13 Setia Naim, S.Ag 3 5 5 3 5 5 4 3 3 3 5 4 3 4 3 58 14 Aris Supriyadi, S.Ag 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 15 M. Syafii 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 65 16 Suryani 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 52

(53)

17 Rozikin, S.Ag 5 4 4 3 4 4 2 3 5 3 4 2 3 2 3 51 18 Siti Zulaikhah, S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 19 Dra. Mukhasanah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 70 20 Mustafifah, A.Ma 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 67 21 Wiwin Nuryani, A.Ma 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 68 22 Bambang Sudrajad 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 66 23 Zuhrotun 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 24 Aminudin Latif 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 25 Khoiron, S.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 3 55 26 Nur Hidayah, S.PdI 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 27 Purwati, S.PdI 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 65 28 Ruchani, S.PdI 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67 Keterangan Skor 5 : Selalu Skor 4 : Sering Skor 3 : Kadang-kadang

Skor 2 : Tidak Pernah

Skor 1 : Tidak Pernah Samasekali

3. Daftar tentang Profesionalisme Guru

Adapun hasil angket profesionalisme guru dapat dilihat dari tabel

(54)

TABEL 4

DAFTAR HASIL ANGKET PROFESIONALISME GURU

No Nama Responden No Soal Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Siti Rohmini, M.PdI 4 4 5 5 4 5 3 5 4 5 44

2 Yasin 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 43

3 Ismiyati, S.Pd 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 46 4 Dra. Nurul Aini 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49

5 Fauziah, M.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 36

6 Siti Fatonah, A.Ma 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 45 7 A. Sabiqul Umam, S.Ag 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41 8 Khoiron, S.Ag 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 45 9 M. Muzaqi, S.PdI 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 41 10 Ulis Shihah 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 33 11 Suliyatun, S.Ag 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 44 12 Novi Lestari, S.Pd 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 42 13 Setia Naim, S.Ag 3 5 5 3 5 5 4 3 3 3 39 14 Aris Supriyadi, S.Ag 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

15 M. Syafii 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 45

16 Suryani 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 35

17 Rozikin, S.Ag 5 4 4 3 4 4 2 3 5 3 37 18 Siti Zulaikhah, S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 19 Dra. Mukhasanah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48 20 Mustafifah, A.Ma 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 46 21 Wiwin Nuryani, A.Ma 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 45 22 Bambang Sudrajad 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 45 23 Zuhrotun 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 46 24 Aminudin Latif 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49

(55)

25 Khoiron, S.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 36 26 Nur Hidayah, S.PdI 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 45 27 Purwati, S.PdI 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 43 28 Ruchani, S.PdI 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 45

(56)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Data

Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah terhadap profesionalisme guru, maka dapat diperoleh dengan

analisis statistik. Karena data yang terkumpul berjumlah banyak dan bersifat

kualitatif, adapun dalam menganalisis data tersebut menggunakan teknik

analisis statistik korelasi product moment dengan rumus:

 

 

                                   

N Y Y N X X N Y X XY 2 2 2 2 xy r Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara X dan Y

X : skor variabel X Y : skor variabel Y N : Jumlah responden X : hasil kuadrat variabel X Y : Hasil kuadrat variabel Y XY : Produk dari X kali Y

 : Sigma (jumlah)

Selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilai kepemimpinan kepala

sekolah, profesionalisme guru dan tabel kerja untuk mencari koefisien

(57)

korelasi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan

profesionalisme guru.

1. Analisis Data tentang Kepemimpinan Kepala sekolah

Data implementasi kepemimpinan kepala sekolah diperoleh dari

penyebaran angket yang terdiri dari 15 pertanyaan, masing-masing

pertanyaan disediakan 5 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai

berikut:

a. alternatif jawaban Selalu (S), memiliki nilai 5

b. alternatif jawaban Sering (SR), memiliki nilai 4

c. alternatif jawaban Kadang-kadang, memiliki nilai 3

d. alternatif jawaban Tidak Pernah, memiliki nilai 2

e. alternatif jawaban Tidak Pernah Samasekali, memiliki nilai 1

TABEL 5

NILAI ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

No Nama Responden

No Soal

Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Siti Rohmini, M.PdI 4 4 5 5 4 5 3 5 4 5 5 3 5 4 5 66

2 Yasin 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 65

3 Ismiyati, S.Pd 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 4 Dra. Nurul Aini 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 5 Fauziah, M.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 53 6 Siti Fatonah, A.Ma 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 7

A. Sabiqul Umam,

S.Ag 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61

8 Khoiron, S.Ag 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67 9 M. Muzaqi, S.PdI 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 58

(58)

10 Ulis Shihah 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 50 11 Suliyatun, S.Ag 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 67 12 Novi Lestari, S.Pd 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 64 13 Setia Naim, S.Ag 3 5 5 3 5 5 4 3 3 3 5 4 3 4 3 58 14 Aris Supriyadi, S.Ag 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 15 M. Syafii 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 65 16 Suryani 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 52 17 Rozikin, S.Ag 5 4 4 3 4 4 2 3 5 3 4 2 3 2 3 51 18 Siti Zulaikhah, S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 19 Dra. Mukhasanah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 70 20 Mustafifah, A.Ma 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 67 21 Wiwin Nuryani, A.Ma 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 68 22 Bambang Sudrajad 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 66 23 Zuhrotun 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 24 Aminudin Latif 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 25 Khoiron, S.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 3 55 26 Nur Hidayah, S.PdI 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 27 Purwati, S.PdI 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 65 28 Ruchani, S.PdI 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67

Kemudian dikelompokkan dalam suatu interval nilai dengan rumus

sebagai berikut:

a. Untuk kepemimpinan kepala sekolah dengan jumlah 15 item

diketahui nilai tertinggi 72 dan terendah 50 maka berdasarkan rumus

interval sebagai berikut:

ki xr xt

Gambar

TABEL KERJA UNTUK MENCARI KOEFISIENSI ANTARA  KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (X) DAN SIKAP

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pengendalian pemotongan sapi betina produktif melalui pengembangan kelembagaan yang tepat oleh Pemda, penurunan mortalitas anak dengan tidak digembalakan

Pemberian pakan dilakukan setiap pagi hari dengan mengolah pakan yang tersedia yang terdiri dari jenis hijauan segar (rumput gajah, lamtoro, daun mangga), hijuan kering

Pada studi literatur, hal yang dilakukan adalah mencari dan mempelajari bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang diperoleh dari observasi

Tingkat suku bunga deposito (SBI) pada periode penelitian (juli 2003- Juni 2005) tidak berpengamh terhadap fluktuasi IHSG, hal ini ditunjukkan oleh nilai -t tabel<t hitung <

Bonek khususnya yang tergabung dalam Green Nord mulai banyak yang mengadopsi berbagai komoditas fesyen tertentu.. Mereka berkembang menuju suporter modern yang lebih

1. Dalam membangun perangkat lunak pembelajaran ilmu nahwu ini menghasilkan sebuah aplikasi yang khusus untuk pembelajar ilmu nahwu dasar yang dibangun dengan

42 “Pengembangan Kompetensi Kepribadian Sosial” pada Diklat Peningkatan Kompetensi PTK Seni Budaya dan Ketrampilan, PPPPTK Seni dan Budaya Sleman, 4 Juni. 43 “Pengembangan

Hasil korelasi silang yang di dapatkan tidak persis sama dengan respon asli, yaitu respon pada geophone di salah satu sumur dimana sumber berada di sumur lainnya, namun