SALATIGA)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah
Oleh SUKARDI NIM. 11408030
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA 2010
ii
Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasi@stainsalatiga.ac.id
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 Eks
Hal : Naskah Skripsi
Saudara Sukardi
Kepada
Yth: Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga
ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Sukardi
NIM : 11408030
Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB
Pembimbing
Drs. Joko Sutopo NIP
iii
Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasi@stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara : SUKARDI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408030 yang berjudul: PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA) Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
25 September 2010 M Salatiga,
16 Syawal 1431 H Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
NIP. 19580827 198303 1 002 NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I Penguji II
Drs. H. Nasafi, M.PdI Ruwandi, MA
NIP. 19551005 198103 1 010 NIP. 19661225 200003 1 002
Pembimbing
Drs. Joko Sutopo
iv Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SUKARDI
NIM : 11408030
Judul Skripsi : PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP
SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM
MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE
KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Salatiga, September 2010
Yang Menyatakan
v
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1.
Bapak dan Ibu tercinta2.
Istri tersayang yang dengan do'a, kesetiaan dan pengorbanannya telah mengukir segala cita dan harapan.vi
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-1) dalam Program Ilmu Tarbiyah.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian
skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi sekaligus sebagai Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Dosen STAIN Salatiga, yang telah memberikan pendidikan selama penulis menimba ilmu.
4. Rekan-rekan mahasiswa STAIN dari Salatiga maupun dari luar Salatiga, yang menjadikan inspirasi dan motivasi dalam belajar
5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa
vii
Amin – amin yarobbal ‘alamin
Salatiga, September 2010 Penulis
viii
Sukardi. 2010. PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA). Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Drs. Joko Sutopo
Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesionalisme Guru
Kinerja guru atau yang disebut dengan profesionalisme dalam segala hal, termasuk profesionalisme guru dalam mengajar maupun dalam menyelesaikan administrasi yang seharusnya dikerjakan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? Bagaimana profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? Adakah pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga, untuk mengetahui profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga, dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar..
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di Kecamatan Sidomukti. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 28 orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang berada pada kategori sangat baik mencapai 50%, kategori sedang 35,7% dan kategori kurang 14,3%. Profesionalisme guru yang berada pada kategori baik mencapai 53,6%, kategori sedang 28,6% dan kategori kurang 17,8%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh terhadap profesionalisme guru, terbukti nilai r hitung (0,976) lebih besar dari r tabel 5% maupun 1%..
ix
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Hipotesis Penelitian ... 5 E. Kegunaan Penelitian ... 5 F. Definisi Operasional ... 6 G. Metode Penelitian ... 10
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 14
B. Profesionalisme Guru ... 23
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaan Umum MI di Kecamatan Sidomukti... 36
x
B. Analisis Pengolahan Data ... 54 C. Analisis Uji Hipotesis ... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
TABEL I Daftar Guru MI di Kecamatan Sidomukti TABEL II Daftar Nama Responden
TABEL III Hasil Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL IV Hasil Angket Profesionalisme Guru
TABEL V Nilai Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL VI Interval Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL VII Nominasi Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL VIII Klafisikasi Kepemimpinan Kepala Sekolah TABEL IX Nilai Angket Profesionalisme Guru
TABEL X Interval Profesionalisme Guru TABEL XI Nominasi Profesionalisme Guru TABEL XII Klafisikasi Profesionalisme Guru TABEL XIII Tabel Persiapan Korelasi
xii
xiii 1. Angket
2. Surat Ijin Penelitian
3. Surat Keterangan Penelitian 4. Daftar Riwayat Hidup 5. r tabel
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan
hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber
Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi
ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan
Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi
positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan
kondisi yang baik, memenuhi syarat. Adapun komponen yang harus terdapat
dalam pendidikan, diantaranya adalah tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana serta biaya.
Mutu pendidikan dapat tercapai apabila seluruh komponen dalam
proses pendidikan yang berupa guru, murid, sarana dan prasarana serta biaya
memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang
lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan atau guru mereka harus
mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan bertanggung jawab.
Tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks,
sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai
peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang
bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang professional. Tenaga
kependidkan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan
pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga
kependidikan yang professional akan melaksanakan tugasnya secara
professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu. Menjadi
tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa
adanya upaya untuk meningkatkannya. Adapun salah satu cara untuk
mewujudkannya adalah dengan pengembangan profesionalisme. Ini
membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting dalam hal
ini adalah kepala sekolah. Dimana kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung
dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan
dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu
pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat
yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua
sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah
ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan
karena sesuai dengan fungsinya. Kepala sekolah memahami kebutuhan
sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada
kompetensi yang ia miliki sebelumnya. Kemampuannya harus bertambah dan
berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud.
Karena tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu,
didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap
dunia pendidikan. Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsinten
menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga
kependidikan yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif
sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk
menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru
harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses
pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien,
guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis
maupun isinya.
Banyak faktor penghambat tercapainya profesionalisme
kepemimpinan kepala sekolah. Proses pengangkatannya tidak trasnparan,
rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi
dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya
datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit, serta banyak
faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang
professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan
rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada
mutu (input, proses, dan output).
Ketidaktransparanan dalam penyeleksian calon kepala MI di
Kecamatan Sidomukti menjadikan simpatisme guru terhadap kepala sekolah
menjadi berkurang. Hal tersebut tentu berdampak pada kinerja guru atau yang
guru dalam mengajar maupun dalam menyelesaikan administrasi yang
seharusnya dikerjakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun
tugas dengan judul “PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP
PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI
MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)”
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan
Sidomukti Salatiga?
2. Bagaimana profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga?
3. Adakah pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah
terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan
Sidomukti Salatiga.
2. Untuk mengetahui profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam
mengajar.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian (Sugiyono, 2008: 4).
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "Ada
pengaruh yang signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala
sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar".
E. Kegunaan Penelitian
Dari beberapa masalah yang dirumuskan diatas setelah diperoleh
jawaban, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya
berkaitan dengan masalah kepemimpinan kepala sekolah dan
profesionalisme guru.
b. Sebagai pertimbangan penelitian yang sejenis di masa yang akan
datang.
Bagi para guru sebagai pertimbangan tentang pentingnya mengupayakan
profesionalisme guru agar tercapai prestasi belajar pada siswa secara
optimal.
F. Definisi Operasional
Untuk memudahkan memahami judul akan dijelaskan penegasan
istilah sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pengaruh didefinisikan sebagai daya yang ada atau timbul dari
sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang (Poerwadarminto, 1986: 424).
2. Persepsi
Persepsi diartikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung
dari suatu serapan berdasarkan pengamatan pancainderanya
(Poerwadarminto, 1986: 433).
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan
suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M.
Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan
bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Samsudin, 2006: 287)”.
Sementara R. Soekarto Indrafachrudi mengartikan “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu
kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu (Indrafachrudi,
2006: 62)”. Kemudian menurut Maman Ukas “Kepemimpinan adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi
orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian
suatu maksud dan tujuan (Ukas, 2004: 248)”.
Sedangkan George R. Terry dalam Ukas mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi” (Ukas, 2004: 249).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan
tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama (Loekmono,
2006: 28). Adapun indikator kepemimpinan adalah:
a. Cara memimpin
b. Komunikasi dengan bawahan
c. Ketegasan terhadap bawahan
d. Ketaatan pada aturan
e. Ketepatan dalam mengambil keputusan
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di
mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum
kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di
mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83)
mengartikan bahwa:
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala
sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk
menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk
memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga
dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama
(Hamalik, 2003: 5).
5. Profesionalisme Guru
Kusnandar (2007:46) mengemukakan bahwa “Profesionalisme
adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sesseorang”.
Selanjutnya Profesionalisme menurut Mohamad Surya (2007:214) adalah:
Sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari
para anggota asuatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionlanya.
Sementara Sudarwan Danin (2002:23) mendefinisikan bahwa:
Profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengmbangkan strategi-strategi yang digunakanny dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Kemudian Freidson (1970) dalam
Syaiful Sagala (2005:199) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide professional dan
karir”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah suatu
bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan
dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas
keprofesionalannya dapat tercapai secara berkesinambungan. Adapun
indikatornya adalah:
a. Memiliki visi memajukan sekolah
b. Berorientasi pada tugas
c. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
yang menggunakan angka statistik dalam pembahasannya (Hasan, 2007:
4). Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory yaitu penelitian
yang menjelaskan pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat
serta menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2008: 56).
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MI Kecamatan Sidomukti Kota
Salatiga. Penelitian akan dimulai bulan Mei 2010 sampai dengan selesai
3. Populasi dan sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang memiliki
karakteristik yang sama dan mendiami suatu wilayah (Hadi, 1981: 70).
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah guru MI yang
berjumlah 28 orang.
Yang dimaksud sampel adalah sejumlah individu yang diambil
dari populasi untuk mewakilinya (Hadi, 1981: 71). Karena jumlahnya
kurang dari 100, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian
sehingga disebut penelitian populasi.
4. Metode Pengumpulan Data
Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang
berisi daftar pertanyaan (question) atau pernyataan (statement) yang
disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan
menghimpun keterangan dan/ atau informasi sebagaimana
dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis (Sudjana, 2001: 177).
Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data yang
mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru.
b. Metode observasi (pengamatan)
Adalah teknik evaluasi program pendidikan luar sekolah
yang digunakan dengan mengkaji suatu gejala dan/ atau peristiwa
melalui upaya mengamati dan mencatat data secara sistematis
(Sudjana, 2001: 199).
Metode observasi meliputi kegiatan permasalahan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Metode
ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi kepala
sekolah dan pada saat pengisian angket.
3. Metode Analisa Data
Analisis data untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
2 2 2 2 xy r Y Y N Y X N Y X XYKeterangan:
rxy : Koefisien Korelasi Product moment
X : frekuensi variabel X (kepemimpinan kepala sekolah)
Y : frekuensi variabel Y (profesionalisme guru)
N : Jumlah responden
Sedangkan untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan penafsiran koefisien korelasi
dengan kriteria sebagai berikut:
a. antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi
b. antara 0,600 sampai dengan 0,799 = tinggi
c. antara 0,400 sampai dengan 0,599 = cukup
d. antara 0,200 sampai dengan 0,399 = rendah
e. antara 0,000 sampai dengan 0,200 = sangat rendah
H. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman
persetujuan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian,
metode penelitian dan sistematika skripsi.
Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang landasan teori tentang
kesejahteraan anak dan motivasi belajar.
Bab III Hasil Penelitian, berisi tentang gambaran umum lokasi
penelitian dan subjek penelitian serta penyajian data.
Bab IV Analisis Data, berisi tentang hasil penelitian, analisis data dan
pembahasan.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka dan
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam pengertian umum kepemimpinan merupakan suatu proses
kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi/
mengontrol pikiran serta tingkah laku orang lain yang ada di bawah
pengawasannya tanpa adanya pemaksaan dalam pelaksanaanya dilakukan
dengan memotivasinya melalui suatu komunikasi seorang pemimpin harus
dapat mengarahkan semua potensi sumber daya manusia secara maksimal
dan seefektif mungkin ke arah tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan (Sagala, 2009: 114).
Banyak definisi mengenai kepemimpinan sama banyaknya dengan
pembuat definisi. Salah satu definisi sederhana menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh konsensus dan keikatan
pada sasaran bersama melalui syarat-syarat organisasi yang dicapai dengan
pengalaman, sumbangan dan kepuasan kerja (Samsudin, 2009: 287).
Definisi lain kepemimpinan adalah gaya seseorang pemimpin
mempengaruhi bawahannya agar mau bekerjasama dan bekerja efektif
sesuai dengan perintahnya (Sutrisno, 2009: 231). Kepemimpinan pada
dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sikap, kemampuan, proses
atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia
diikuti, dipatuhi, dihormati, dan disayang oleh orang lain dan orang itu
bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang
dikehendaki oleh orang tersebut.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepemimpinan merupakan kemampuan dalam mempengaruhi
orang-orang untuk mencapai tujuan secara antusias.
2. Pengaruh kepemimpinan ditunjukan untuk terciptanya kerjasama antara
pimpinan dan bawahan. Tercapainya tujuan bersama sekaligus akan
memberikan kepuasan-kepuasan kepada masing-masing individu.
Menurut studi kepemimpinan dalam perilaku kepemimpinan terdapat
tiga gaya kepemimpinan, yaitu (Sutrisno, 2009: 234):
1. Kepemimpinan Gaya Otoriter (Authocratic Leadership)
Kepemimpinan gaya otoriter adalah kepemimpinan yang berpusat
pada atasan, di mana keputusan yang diambil dilakukan sediri tanpa
mengikutsertakan atau meminta pendapat bawahan.
Ciri-ciri kepemimpinan gaya otoriter antara lain:
a. Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin.
b. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin
c. Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pemimpin.
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat.
g. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberi saran,
pertimbangan atau pendapat.
h. Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara secara instruktif.
i. Lebih banyak kritik daripada pujian.
j. Pemimpin menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat.
k. Pemimpin menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat.
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
m. Kasar dalam bertindak.
n. Kaku dalam bersikap.
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pemimpin.
2. Kepemimpinan Gaya Demokratis (Democratic Leadership)
Pada gaya kepemimpinan demokrasi ini seorang pemimpin
lebih suka berdiskusi dengan para bawahan dalam menentukan
perencanaan kerja maupun kebijakan-kebijakan yang berhubungan
dengan organisasi. Jadi kepemimpinan demokratis ini bersifat terbuka
dengan maksud dapat memberikan kesempatan para bawahan untuk
megemukakan ide/gagasan serta mendorong bawahan untuk
meningkatkan kepuasan kerja.
Ciri-ciri kepemimpinan demokratis antara lain:
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahannya.
c. Keputusan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan.
d. Kebijaksanaan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan.
e. Komunikasi berlangsung timbal balik.
f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan para bawahan
dilakukan secara wajar.
g. Prakarsa dapat datang dari pemimpin maupun bawahan.
h. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,
pertimbangan atau pendapat.
i. Tugas-tugas kepada bawahan diberian dengan ibu bersifat
permintaan daripada instruktif.
j. Pujian dan kritik seimbang.
k. Pemimpin mendorong prestasi dari bawahan dalam batas
kemampuan masing-masing.
l. Pemimpin meminta kesetiaan para bawahan secara wajar.
m. Pemimpin memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak.
n. Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan saling
menghargai.
o. Tanggung jawab dipikul bersama antara pemimpin dan bawahan.
3. Kepemimpinan Gaya Kebebasan (Laissez Faire Leadership)
Di mana wewenang pengambilan keputusan berada di tangan
lambang organisasi dan pelaksanaan dari keputusan para bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bersifat pasif karena pemimpin hanya
merupakan lambang organisasi dan pelaksanaan dari keputusan para
bawahan. Gaya kepemimpinan ini bersifat pasif karena pemimpin
seolah-olah tidak mampu memberikan pengarahan kepada bawahan
sehingga komunikasi hanya berjalan satu arah, dari bawah ke atas.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini :
a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.
c. Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan.
d. Pemimpin hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.
e. Hampir tidak ada pengawasan terhadap aktivitas bawahan.
f. Prakarsa selalu datang dari bawahan.
g. Hampir tidak ada pengarahan dari pemimpin.
h. Peran pemimpin sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.
i. Keputusan pribadi lebih diutamakan daripada keputusan
kelompok.
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang
perseorangan
Sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin bahwa
kepemimpinan harus memiliki sifat umum yang nampak mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi adalah sebagai
1. Energi fisik dan mental
Hampir setiap pribadi memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar
biasa, yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga
yang pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan
mental berupa semangat juga, motivasi kerja dan disiplin, kesadaran,
keuletan, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk
mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
2. Bersemangat untuk mencapai tujuan
Memiliki keyakinan akan kebenaran dan kugunaan semua perilaku
yang dikerjakan dan tahu persis kemana arah yang akan ditujunya,
serta pasti memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi
kelompok yang dipimpinnya.
3. Bergairah dalam bekerja
Pekerjaan yang dilaksanakan dan tujuan yang akan dicapai itu harus
sehat, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan,
kerja memberikan sukses dan menimbulkan semangat.
4. Ramah tamah dan kasih sayang
Kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak
yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
menyenangkan bagi semua pihak sedangkan keramahan itu
mempunyai sifat mempengaruhi orang lain, juga membuka setiap hati
yang masih tertutup untuk menanggapi kemudahan tersebut.
Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh, bersatu, sejiwa dan
seperasaan dengan anak buahnya, bahkan senasib sepenanggungan
dalam perjuangan yang sama.
6. Memiliki keahlian teknis
Pemimpin yang berhasil itu memiliki satu/beberapa kemahiran teknis
itu agar ia mempunyai kewajiban dan kekuasaan untuk memimpin
kelompoknya.
7. Ketegasan dan konsisten
Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara
tepat, tegas dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
8. Kecerdasan dan kesanggupan mengambil keputusan
Kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti
sebab dan akibat kejadian, menemukan cara yang tepat untuk
memecahkan masalah.
9. Kecakapan mengajar
Mampu menuntut, mendidik, mendorong, menggerakkan anak buah.
10. Jujur dapat dipercaya
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh
kepercayaan anak buah.
Ringkasan sifat-sifat kepemimpinan yang telah diuraikan di atas,
sangat diperlukan oleh seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang
berhasil dan memiliki kepemimpinan yang cukup kuat dalam melaksanakan
rangkuman semua sifat yang telah ditemukan yang besar kemungkinannya
menjadi pemimpin yang sukses dan sifat-sifat tersebut menyumbang bagi
keberhasilan kepemimpinan.
Seorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin atau manajer
harus mempunyai keterampilan. Adapun
keterampilan-keterampilan tersebut antara lain (Ali, 2008: 103):
1. Keterampilan Konseptual (Conseptual Skill)
Adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
keseluruhan kepentingan dan kegiatan kelompok.
2. Keterampilan Kemanusiaan (Human Skill)
Ketrampilan kemanusiaan adalah kemampuan untuk bekerja dengan
memahami dan memotivasi orang lain sebagai individu maupun sebagai
kelompok.
3. Keterampilan Administratif (Administrative Skill)
Adalah keseluruhan keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan,
pengorganisasinan, penyusunan kepegawaian dan pengawasan.
4. Keterampilan Teknik (Technical Skill)
Adalah keterampilan menggunakan peralatan-peralatan prosedur atau
teknik dari suatu bidang tertentu. Perbedaan tingkatan dalam manajemen
akan membedakan pula proposisi masing-masing kebutuhan atas
keterampilan-keterampilan tersebut. Sebagai contoh, manajer puncak
lebih membutuhkan keterampilan konseptual dibandingkan manajer lini
Perilaku kepemimpinan pada umumnya dimotivasi oleh keinginan
memperoleh tujuan tertentu dan perilaku tersebut diwujudkan dalam
serangkaian kegiatan atau aktivitas. Di dalam kepemimpinan hal ini
tercermin dalam pola perilaku pemimpin. Pada dasarnya perilaku/pemimpin
secara langsung lebih dikaitkan pada proses kepemimpinan dan prasyarat
posisi manajerial dari sifat-sifat yang abstrak.
Pada dasar seorang pemimpin atau manajer merupakan orang yang
paling bertanggung jawab terhadap kemajuan atau kemunduran sebuah
organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin dituntut memiliki
kemampuan lebih dibanding yang lain. Kemampuan-kemampuan yang
umumnya dituntut dari seorang pemimpin antara lain (Sutrisno, 2009: 238):
1. Memiliki kondisi fisik yang sehat
2. Berpengetahuan luas
3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan
yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya
4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang
hendak dicapai
5. Memiliki daya kerja dan antusiasme yang besar
6. Dapat mengambil keputusan dengan cepat
7. Objektif dalam arti menguasai emosi dan lebih banyak menggunakan
rasio
8. Adil dalam memperlakukan bawahan
10. Menguasai prinsip-prinsip human relation
11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat terhadap bawahannya
tergantung situasi dan masalah yang dihadapi
12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan
organisasi.
Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin atau manajerial dalam
suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting tidak hanya
secara internal bagi organisasi yang bersangkutan akan tetapi juga dalam
menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang kesemuanya
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai
tujuannya. Peranan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu yang bersifat ”interpersonal”, ”informasional”, dan ”dalam kancah
pengambilan keputusan”.
B. Profesionalisme Guru
Secara etimologi, “profesi” berasal dan bahasa Yunani yang
mengandung anti “pekerjaan job” (Sagala, 2009: 2), yaitu menghabiskan
adanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan
Namun anti itu kemudian berkembang tidak hanya sekedar pekerjaan atau job, tetapi di dalamnya terpaku juga suatu “panggilan” atau suatu “ailing”,
suatu strong inner impulse.
Sedangkan beberapa ciri dari profesionalisme diantaranya adalah
1. Menghendaki sitat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result),
sehingga kita dituntut untuk selalu menciptakan mutu
2. Memerlukan kesungguhan dan. ketelitian kerja yang hanya dapat
diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan
3. Menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau
putus asa sampai hasil tercapai
4. Memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan Iman seperti harta dan kenikmatan hidup
5. Memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga terjaga
efektivitas kerja yang tinggi.
Profesionalisme berarti juga bahwa (Sagala, 2009: 17):
1. Secara terus menerus berkiprah di bidangnya
2. Secara terus menerus meningkatkan daya kreativitas melalui pengalaman
3. Secara terus menerus berkarya bagi pengembangan usaha pada lembaga
tempatnya mengabdi.
Dan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa profesi dan
profesionalisme mempunyai makna yang hampir sama. Profesi berkaitan erat
dengan pengertian suatu pekerjaan saja yang dilakukan sehari-hari secara
rutin. Sedangkan profesionalisme penekanannya adalah adanya suatu
keinginan untuk lebih dilandasi oleh suatu keahlian serta panggilan dan hasil
nuraninya untuk menjalankan tugas dengan benar.
Begitupun juga dengan profesi seorang guru. Sebagai jabatan
kriteria-kriteria yang mencerminkan profesionalisme. Implikasi yang
diharapkan dan profesionalisme ini lebih tercapainya tujuan atau sasaran
pembelajaran untuk menciptakan output pendidikan yang berkualitas, punya
kompetensi yang tinggi, berakhlak mulia serta punya kepribadian yang
mantap.
Guru yang profesional adalah guru yang menguasai substansi
pekerjaannya secara profesional, yakni (Sagala, 2009: 31):
1. Mampu menguasai substansi mata pelajaran secara sistematis, khususnya
materi pelajaran yang secara khusus diajarkannya, disamping itu Ia juga
dituntut untuk berupaya mengikuti perkembangan materi pelajaran
tersebut dan waktu ke waktu.
2. Memahami dan dapat menerapkan psikologi perkembangan, sehingga
seorang gum dapat memilih materi pelajaran berdasarkan tingkat
kesukaran sesuai dengan masa perkembangan peserta didik yang
diajarnya.
3. Memiliki kemampuan mengembangkan program-program pendidikan
yang secara khusus disusun sesuai dengan masa perkembangan peserta
didik yang akan diajarnya.
Menurut Moh. Uzer Usman, guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga
ia mampu melakukan tugs dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal (Danim, 2002: 23). Guru yang profesional adalah guru yang
bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya dalam arti memperoleh
pendidikan formal, tetapi juga harus mampu menguasai berbagai strategi atau
teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan
kependidikan. Landasan-landasan kependidikan tersebut merupakan
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Kompetensi ini terbagi
menjadi kompetensi pribadi (personal) dan kompetensi profesional.
Lebih jelas lagi sebagaimana yang dikatakan oleh Usman, guru
profesional adalah guru yang tahu secara mendalam tentang siapa yang
diajarkannya, cakap, cara mengajarkannya secara efektif dan efisien, dan guru
tersebut mempunyai kepribadian yang mantap. Jadi, tiga ranah ap1iksi
profesionalisme seorang guru yang meliputi pengetahuan (Knowledge),
ketrampilan (skill) serta sikap mental (attitude) harus mampu tercover dalam
diri seorang guru (Danim, 2002: 24).
Dalam konteks penelitian ini akan difokuskan pada kompetensi
profesional dan seorang guru yang meliputi (Danim, 2002: 26):
1. Menguasai landasan pendidikan
2. Menguasai bahan pengajaran
3. Menyusun program pengajaran
4. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
5. Memiliki rasa tanggung jawab akan tugasnya sebagai seorang guru
Kemampuan profesional guru (professional capacity) terdiri dari
kemampuan intelegensi, sikap, dan prestasinya dalam bekerja. Dalam
tinggi rendahnya hasil pengukuran kemampuan menguasai materi pelajaran
yang diajarkan (Danim, 2002: 32). Secara sederhana, kemampuan profesional
ini bisa ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan
tentang materi pelajaran yang diajarkan termasuk upaya untuk selalu
memperkaya dan meremajakan pengetahuan tersebut. Salah satu upayanya,
dapat melalui kegiatan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG).
Secara sederhana peningkatan kemampuan professional guru bisa
diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang,
yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri,
yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum
terakreditasi menjadi terakreditasi. Kematangan, kemampuan mengelola
sendiri, pemenuhan kualifikasi, merupakan ciriciri profesionalisme. Oleh
karena itu, pengingkatan kemampuan professional guru dapat juga diartikan
sebagai upaya membantu guru yang belum professional menjadi professional.
Konsisten dengan penjelasan di atas, ada dua prinsip mendasar
berkenaan dengan aktivitas peningkatan kemampuan professional guru di
sekolah dasar. Pertama, peningkatan kemampuan propesional guru itu
merupakan upaya membantu guru yang belum professional menjadi
professional, jadi peningkatan kemampuan professional guru itu merupakan
bantuan professional. Di satu sisi, bantuan professional berarti sekedar
bantuan, sehingga yang seharusnya lebih berperan aktif dalam upaya
pembinaan adalah guru itu sendiri, artinya guru itu sendiri yang seharusnya
Demikian pula dalam hal bantuan yang diperlukan tergantung pada
permintaan pegawai itu sendiri. Walaupun sekedar bantuan, yang berwenang
harus melaksanakan bantuan atau pembinaan tersebut secara professional.
Itulah yang disebut dengan bantuan profesional. Di sisi lain bantuan
profesional berarti tujuan akhirnya adalah bertumbuh kembangnya
profesionalisme pegawai.
Kedua, Peningkatan kemampuan profesional guru tidak benar
bilamana hanya diarahkan kepada pembinaan kemampuan pegawai. Prinsip
dasar kedua tersebut didasarkan pada prinsip pertama di atas bahwa tujuan
akhir pembinaan pegawai adalah bertumbuh kembangnya profesionalisme
pegawai. Menurut Glickman dalam Usman (2000: 24), guru yang profesional
memiliki dua ciri, yaitu tingkat abstraksi (kemampuan) yang tinggi dan
tingkat komitmen yang tinggi. Oleh karena itu pembinaan pegawai di sekolah
dasar seharusnya diarahkan pada pembinaan kemampuan dan sekaligus
pembinaan komitmennya.
Sepintas sebenarnya dapat ditetapkan bahwa peningkatan kemampuan
profesional guru di sekolah dasar dapat dikelompokan menjadi dua macam
pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan pegawai sekolah dasar melalui
supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan tugas belajar. Kedua,
Pembinaan komitmen pegawai sekolah dasar melalui pembinaan
kesejahteraannya. Peningkatan kemampuan profesional guru dibahas di
dalam hal ini, sedangkan pembinaan komitmen atau motivasi, atau moral
efektif dan efesien, program peningkatan mutu kemampuan profesional guru
di sekolah dasar sebaiknya melalui langkah-langkah yang sistematis yakni
sebagai berikut (Sagala, 2009: 35): (1) mengidentifikasi kekurangan,
kelemahan, kesulitan, atau masalah-masalah yang seringkali dimiliki atau
dialami guru kelas, dan guru mata pelajaran, (2) menetapkan program
peningkatan kemampuan profesional guru yang diperlukan untuk mengatasi
kekurangan, kelemahan, kesulitan dan masalah-masalah yang seringkali
dimiliki atau dialami guru kelas dan guru mata pelajaran, (3) merumuskan
tujuan program peningkatan kemampuan profesional guru yang diharapkan
dapat dicapai pada akhir program pengembangan. Rumusan harus operasional
sehingga pencapaianya dapat dengan mudah diukur pada akhir pelaksanaan
program, (4) menetapkan serta merancang materi dan media yang akan
digunakan dalam peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru
mata pelajaran, (5) menetapkan serta merancang materi dan media yang akan
digunakan dalam peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru
mata pelajaran, (6) menetapkan bentuk dan pengembangan instrument
penilaian yang akan digunakan dalam mengukur keberhasilan program
peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (7)
menyusun dan mengalokasikan anggaran program peningkatan kemampuan
profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (8) melaksanakan program
peningkatan kemampuan profesional guru dengan materi, metode, dan media
yang telah ditetapkan dan dirancang, (9) mengukur keberhasilan program
tindak lanjut peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata
pelajaran.
Sementara ini, seringkali pembinaan pegawai sekolah dasar,
khususnya kepala dan guru sekolah dasar, dilakukan melalui penataran.
Mereka seringkali terpaksa harus meninggalkan sekolah untuk mengikuti
penataran yang diadakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan maupun Kantor Departemen Kotamadya/Kabupaten (Sekarang
menjadi Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten). Padahal
sebenarnya banyak sekali teknik yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan mereka. Beberapa teknik yang dimaksud
diantaranya berupa bimbingan, latihan, kursus, pendidikan formal, promosi,
rotasi, jabatan, konferensi, rapat kerja, penataran, loka karya, seminar, diskusi
dan studi khusus. Walaupun banyak sekali teknik yang dapat digunakan
dalam mengembangkan kemampuan pegawai sekolah dasar penggunaannya
harus dipertimbangkan sebaik-baiknya. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih teknik pengembangan peningkatan
kemampuan profesional guru sekolah dasar yaitu: (1) guru yang akan
dikembangkan, (2) kemampuan guru yang akan dikembangkan, dan (3)
kondisi lembaga, seperti dana, fasilitas dan orang yang bisa dilibatkan sebagai
pelaksana.
Rosidah (2005: 241) menyatakan bahwa masalah
profesionalisme dalam kerja merupakan masalah yang perlu
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Profesionalisme
kerja diperlukan karena profesionalisme merupakan bentuk perilaku
seseorang menjalankan tugas dan tanggung jawab pekerjaan dan
ketentuan yang diberlakukan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Sedangkan Sutisno (2002: 16) menyatakan bahwa
profesionalisme adalah:
a Proses melaksanakan suatu pekerjaan, dorongan, demi satu
cita-cita untuk mencapai suatu tindakan yang lebih efektif.
b Suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan
diarahkan sendiri sekalipun menghadapi rintangan.
c Latihan yang mengembangkan pengembangan diri, karakter,
atau keadaan serba teratur dan efisien.
Koentjaraningrat (1999: 117) menyatakan bahwa sikap
profesionalisme diartikan sebagai sikap yang melaksanakan segala
bentuk tugas yang ditanggungnya. Sikap profesionalisme ini timbul
sebagai suatu bentuk sikap ikhlas untuk bertindak sesuai dengan norma
dan aturan yang berlaku, baik di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa sikap profesionalisme adalah sikap untuk bertingkah laku sesuai
dengan norma, aturan ataupun hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap profesionalisme timbul melalui dua kekuatan, yaitu kekuatan dari
dan kekuatan yang berasal dari luar seperti pengaruh keluarga,
lingkungan, organisasi maupun masyarakat (Wibowo, 2006: 162).
1. Kekuatan yang dibawa sejak lahir
Faktor kekuatan yang dibawa sejak lahir menurut Sri Rahayu
Haditono (1996: 7) adalah anak lahir dalam keadaan suci dan
memiliki berbagai sifat pembawaan. Ada seseorang yang memang
sejak lahir memiliki pembawaan profesional, nakal, cerdas dan lain
sebagainya. Memang faktor ini ada yang mempengaruhi anak hingga
dewasa, namun ada juga pembawaan yang akhirnya terpengaruh oleh
pergaulan dalam lingkungan sosialnya.
2. Kekuatan dari luar
Kekuatan dari luar yang dimaksud adalah interaksi sosial, baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.
Faktor kekuatan dari luar merupakan faktor yang memiliki pengaruh
besar terhadap perkembangan sikap profesionalisme. Anak yang
membawa sifat yang baik sejak lahir, akibat pengaruh dari luar dapat
menjadi orang yang memiliki perilaku yang buruk. Demikian pula
sebaliknya, anak yang memiliki pembawaan yang buruk, akibat
pergaulan menjadi baik juga sering ditemukan.
Hasibuan (2003: 194-198) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi profesionalisme meliputi:
Menurut Davis & Newstrom (1996: 8), tujuan profesionalisme
antara lain mencapai standar kerja, meminimaliasi kesalahan, dan
mempertahankan standar kelompok yang konsisten dan efektif.
Disinilah letak pentingnya prinsip "right man in the right place"
(orang yang tepat di tempat yang tepat).
2. Keteladanan pemimpin
Keteladanan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam menegakkan profesionalisme sebab pemimpin merupakan
panutan bagi seluruh anggota organisasi. Apabila pemimpin tidak
atau kurang profesional, maka hal ini akan menjadi contoh bagi
bawahannya.
3. Balas Jasa
Balas saja atau reward akan mempengaruhi profesionalitas
individu karena semakin besar reward yang didapatkan oleh
individu akan semakin baik pula profesionalisme individu.
4. Keadilan
Keadilan yang menjadi landasan pemberian reward dan hukuman
akan merangsang terciptanya sikap profesional karena sudah
menjadi sifat manusia ingin diperlakukan setara dan merasa dirinya
penting.
5. Waskat (pengawasan melekat)
Waskat adalah tindakan nyata yang efektif dalam mewujudkan
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
individu. Bawahan akan merasa diperhatikan, mendapat
bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasan.
Untuk itu perlu dipertimbangkan juga faktor – faktor sebagai
berikut: a) absensi, b) alpa, dan c) keterlambatan kerja dan
lingkungan kerja.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara
profesionalisme. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk
setiap pelanggaran atau tindakan tidak profesional, bersifat
mendidik, dan menjadi motivator untuk memelihara
profesionalisme.
7. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis dalam suatu organisasi ikut
menciptakan profesionalisme yang baik. Terciptanya hubungan
yang baik juga akan menjadikan lingkungan dan suasana kerja
yang nyaman.
Sedangkan menurut Rosidah (2005: 183), indikator-indikator
yang mempengaruhi profesionalisme kerja antara lain:
1. Profesionalisme terhadap waktu yang meliputi: a) tingkat absensi,
2. Profesionalisme terhadap waktu kerja yang meliputi: a) efektifitas
kerja, b) penggunaan peralatan, dan c) sikap hati-hati dalam
melaksanakan tugas.
3. Profesionalisme terhadap prosedur kerja yang meliputi: a) ketaatan
pada tata tertib, dan b) menguasai cara kerja.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa indikator
profesionalisme meliputi tujuan dan kemampuan individu, keteladanan
pemimpin, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, pemberian sanksi
A. Keadaan Umum Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Sidomukti
1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti
Tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Maksud ini dijabarkan lebih lanjut dalam batang
tubuh UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menegaskan bahwa tiap-tiap
warga Negara berhak mendapat pengajaran. Dalam hal untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka penulis berpendapat perlu sekali
didirikan sekolah-sekolah termasuk sebagai wadah anak-anak untuk
belajar dan untuk menambah pengetahuan tingkat dasar.
Kemudian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah, mengingat jumlah pengawas TK/SD yang terbatas, serta untuk
mempermudah dalam melaksanakan evaluasi dan supervisi maka
dibentuklah gugus sekolah. Gugus sekolah merupakan gabungan dari
beberapa sekolah, dimana gugus menjadi wadah untuk melakukan
kegiatan. Gugus dibentuk berdasarkan wilayah untuk mempermudah
sekolah menjangkaunya. MI di Kecamatan Sidomukti tergabung dalam
satu gugus sekolah
2. Struktur Organisasi
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan
pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang
luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan,
maka diperlukan organisasi yang teratur. Adapun struktur organisasi
Gugus MI Kecamatan Sidomukti adalah sebagai berikut:
3. Keadaan Guru MI di Kecamatan Sidomukti
Guru merupakan alat pendidikan, yakni sebagai tenaga pendidik, guru
yang berpotensi sangat mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan
pembelajaran. Jumlah guru MI di Kecamatan Sidomukti adalah 28 orang
guru, termasuk didalamnya ada 4 orang kepala sekolah. Dari
keseluruhan guru adalah sebagai wiyata bhakti.
B. Keadaan Responden
1. Daftar Nama Responden
SD Inti
SD/MI Imbas SD/MI Imbas
SD/MI Imbas
Jumlah seluruh guru MI di Kecamatan Sidomukti adalah 28 orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut:
TABEL 2
DAFTAR NAMA RESPONDEN
No Nama Responden Asal Sekolah Jabatan
1 Siti Rohmini, M.PdI MI Mangunsari
2 Yasin MI Mangunsari
3 Ismiyati, S.Pd MI Mangunsari
4 Dra. Nurul Aini MI Mangunsari
5 Fauziah, M.Ag MI Mangunsari
6 Siti Fatonah, A.Ma MI Mangunsari 7 A. Sabiqul Umam, S.Ag MI Mangunsari
8 Khoiron, S.Ag MI Ma'arif Dukuh
9 M. Muzaqi, S.PdI MI Ma'arif Dukuh
10 Ulis Shihah MI Ma'arif Dukuh
11 Suliyatun, S.Ag MI Ma'arif Dukuh 12 Novi Lestari, S.Pd MI Ma'arif Dukuh 13 Setia Naim, S.Ag MI Ma'arif Dukuh 14 Aris Supriyadi, S.Ag MI Ma'arif Dukuh
15 M. Syafii MI Ma'arif Dukuh
16 Suryani MIN
17 Rozikin, S.Ag MIN
18 Siti Zulaikhah, S.PdI MIN
19 Dra. Mukhasanah MIN
20 Mustafifah, A.Ma MIN
21 Wiwin Nuryani, A.Ma MIN
22 Bambang Sudrajad MIN
23 Zuhrotun MIN
25 Khoiron, S.Ag MIN
26 Nur Hidayah, S.PdI MIN
27 Purwati, S.PdI MIN
28 Ruchani, S.PdI MIN
2. Daftar tentang Jawaban Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut:
TABEL 3
Daftar Jawaban Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
No Nama Responden
No Soal
Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Siti Rohmini, M.PdI 4 4 5 5 4 5 3 5 4 5 5 3 5 4 5 66
2 Yasin 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 65
3 Ismiyati, S.Pd 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 4 Dra. Nurul Aini 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 5 Fauziah, M.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 53 6 Siti Fatonah, A.Ma 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 7 A. Sabiqul Umam, S.Ag 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 8 Khoiron, S.Ag 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67 9 M. Muzaqi, S.PdI 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 58 10 Ulis Shihah 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 50 11 Suliyatun, S.Ag 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 67 12 Novi Lestari, S.Pd 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 64 13 Setia Naim, S.Ag 3 5 5 3 5 5 4 3 3 3 5 4 3 4 3 58 14 Aris Supriyadi, S.Ag 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 15 M. Syafii 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 65 16 Suryani 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 52
17 Rozikin, S.Ag 5 4 4 3 4 4 2 3 5 3 4 2 3 2 3 51 18 Siti Zulaikhah, S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 19 Dra. Mukhasanah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 70 20 Mustafifah, A.Ma 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 67 21 Wiwin Nuryani, A.Ma 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 68 22 Bambang Sudrajad 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 66 23 Zuhrotun 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 24 Aminudin Latif 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 25 Khoiron, S.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 3 55 26 Nur Hidayah, S.PdI 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 27 Purwati, S.PdI 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 65 28 Ruchani, S.PdI 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67 Keterangan Skor 5 : Selalu Skor 4 : Sering Skor 3 : Kadang-kadang
Skor 2 : Tidak Pernah
Skor 1 : Tidak Pernah Samasekali
3. Daftar tentang Profesionalisme Guru
Adapun hasil angket profesionalisme guru dapat dilihat dari tabel
TABEL 4
DAFTAR HASIL ANGKET PROFESIONALISME GURU
No Nama Responden No Soal Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Siti Rohmini, M.PdI 4 4 5 5 4 5 3 5 4 5 44
2 Yasin 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 43
3 Ismiyati, S.Pd 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 46 4 Dra. Nurul Aini 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49
5 Fauziah, M.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 36
6 Siti Fatonah, A.Ma 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 45 7 A. Sabiqul Umam, S.Ag 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41 8 Khoiron, S.Ag 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 45 9 M. Muzaqi, S.PdI 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 41 10 Ulis Shihah 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 33 11 Suliyatun, S.Ag 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 44 12 Novi Lestari, S.Pd 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 42 13 Setia Naim, S.Ag 3 5 5 3 5 5 4 3 3 3 39 14 Aris Supriyadi, S.Ag 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
15 M. Syafii 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 45
16 Suryani 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 35
17 Rozikin, S.Ag 5 4 4 3 4 4 2 3 5 3 37 18 Siti Zulaikhah, S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 19 Dra. Mukhasanah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48 20 Mustafifah, A.Ma 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 46 21 Wiwin Nuryani, A.Ma 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 45 22 Bambang Sudrajad 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 45 23 Zuhrotun 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 46 24 Aminudin Latif 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49
25 Khoiron, S.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 36 26 Nur Hidayah, S.PdI 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 45 27 Purwati, S.PdI 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 43 28 Ruchani, S.PdI 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 45
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Data
Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah terhadap profesionalisme guru, maka dapat diperoleh dengan
analisis statistik. Karena data yang terkumpul berjumlah banyak dan bersifat
kualitatif, adapun dalam menganalisis data tersebut menggunakan teknik
analisis statistik korelasi product moment dengan rumus:
N Y Y N X X N Y X XY 2 2 2 2 xy r Keterangan:rxy : koefisien korelasi antara X dan Y
X : skor variabel X Y : skor variabel Y N : Jumlah responden X : hasil kuadrat variabel X Y : Hasil kuadrat variabel Y XY : Produk dari X kali Y
: Sigma (jumlah)
Selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilai kepemimpinan kepala
sekolah, profesionalisme guru dan tabel kerja untuk mencari koefisien
korelasi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan
profesionalisme guru.
1. Analisis Data tentang Kepemimpinan Kepala sekolah
Data implementasi kepemimpinan kepala sekolah diperoleh dari
penyebaran angket yang terdiri dari 15 pertanyaan, masing-masing
pertanyaan disediakan 5 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai
berikut:
a. alternatif jawaban Selalu (S), memiliki nilai 5
b. alternatif jawaban Sering (SR), memiliki nilai 4
c. alternatif jawaban Kadang-kadang, memiliki nilai 3
d. alternatif jawaban Tidak Pernah, memiliki nilai 2
e. alternatif jawaban Tidak Pernah Samasekali, memiliki nilai 1
TABEL 5
NILAI ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
No Nama Responden
No Soal
Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Siti Rohmini, M.PdI 4 4 5 5 4 5 3 5 4 5 5 3 5 4 5 66
2 Yasin 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 65
3 Ismiyati, S.Pd 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 4 Dra. Nurul Aini 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 5 Fauziah, M.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 53 6 Siti Fatonah, A.Ma 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 7
A. Sabiqul Umam,
S.Ag 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61
8 Khoiron, S.Ag 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67 9 M. Muzaqi, S.PdI 4 5 5 4 5 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 58
10 Ulis Shihah 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 50 11 Suliyatun, S.Ag 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 67 12 Novi Lestari, S.Pd 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 64 13 Setia Naim, S.Ag 3 5 5 3 5 5 4 3 3 3 5 4 3 4 3 58 14 Aris Supriyadi, S.Ag 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 15 M. Syafii 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 65 16 Suryani 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 52 17 Rozikin, S.Ag 5 4 4 3 4 4 2 3 5 3 4 2 3 2 3 51 18 Siti Zulaikhah, S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 19 Dra. Mukhasanah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 70 20 Mustafifah, A.Ma 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 67 21 Wiwin Nuryani, A.Ma 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 68 22 Bambang Sudrajad 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 66 23 Zuhrotun 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70 24 Aminudin Latif 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 72 25 Khoiron, S.Ag 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 3 55 26 Nur Hidayah, S.PdI 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 5 4 66 27 Purwati, S.PdI 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 65 28 Ruchani, S.PdI 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 67
Kemudian dikelompokkan dalam suatu interval nilai dengan rumus
sebagai berikut:
a. Untuk kepemimpinan kepala sekolah dengan jumlah 15 item
diketahui nilai tertinggi 72 dan terendah 50 maka berdasarkan rumus
interval sebagai berikut:
ki xr xt