• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNAIR Sambut 468 Calon Penerima Bidikmisi Jalur SNMPTN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNAIR Sambut 468 Calon Penerima Bidikmisi Jalur SNMPTN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

UNAIR Sambut 468 Calon

Penerima Bidikmisi Jalur

SNMPTN

UNAIR NEWS –Direktorat Kemahasiswaan beserta Organisasi

Bidikmisi Universitas Airlangga memberikan sambutan sekaligus pengarahan kepada calon mahasiswa baru (camaba) penerima beasiswa Bidikmisi jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri.

Penyambutan tersebut bakal dibagi menjadi dua hari. Hari pertama (17/5), sebanyak 239 camaba bidikmisi mengikuti penyambutan dan pengarahan tersebut di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR.

Dalam acara tersebut, penerima Bidikmisi UNAIR diberikan arahan mengenai mekanisme pelaksanaan program bidikmisi mulai awal kuliah hingga lulus. Selain itu, panitia juga mengundang salah satu alumni Bidikmisi untuk memberikan motivasi dan pengalaman selama kuliah.

Direktur Kemahasiswaan Dr. M. Hadi Shubhan mengatakan bahwa kesempatan menjadi mahasiswa bidikmisi UNAIR merupakan anugerah yang luar biasa.

Selanjutnya, Hadi juga menegaskan bahwa camaba untuk senantiasa bersyukur, pasalnya tidak semua lulusan SMA sederajat memiliki kesempatan yang sama untuk studi di kampus terbaik di Indonesia seperti UNAIR.

“Wujudkan syukur dengan berbagai hal. Tidak sekedar ucapan. Dengan lulus tepat waktu. Serius dalam berlajar dan berterima kasih pada negara kita,” tegasnya.

Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih mengatakan, camaba penerima Bidikmisi merupakan orang-orang pilihan. Nasih juga

(2)

tidak mengingkari bahwa dirinya saat kuliah juga memiliki kondisi yang sama seperti para calon penerima Bidikmisi.

“Andaikan pada tahun 1980-an waktu saya kuliah ada Bidikmisi, maka saya mungkin juga seperti kalian saat ini,” tandas Nasih disambut tepuk tangan para hadirin.

Rektor UNAIR ke-13 tersebut juga menyatakan ilmu pengetahuan dapat dijadikan bekal untuk mengubah nasib. Bagi Nasih, pendidikan merupakan investasi kehidupan akhirat.

“Ilmu pengetahuan dan keimanan kita yang mangangkat derajat kita di dunia dan akhirat,” tandas Nasih.

Setelah mendapatkan pengarahan dari Direktorat Kemahasiswaan, camaba penerima Bidikmisi UNAIR diantar menuju Aula Student Centre Kampus C untuk mengikuti proses verifikasi sebagai penentu kelayakan untuk diterima sebagai penerima bidikmisi. Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Defrina Sukma S

Tantangan Besar di Ranah

Kedokteran Gigi

UNAIR NEWS – Diakui atau tidak, tantangan dunia kedokteran

gigi makin hari makin banyak. Terlebih, berdasarkan riset, jumlah dokter gigi di Indonesia masih belum bisa mengimbangi jumlah penduduk yang ada. Khususnya, dilihat dari perspektif pemerataan.

Apa sebabnya? Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR Prof. RM. Coen Pramono D, drg., SU., SpBM (K)., FICS

(3)

menyatakan, diduga kuat, kurangnya pemerataan dokter gigi diakibatkan oleh keengganan dokter gigi yang baru lulus untuk mengabdi di pelosok. Baru lulus, mereka langsung buka praktek di kota. Tak ayal, terdapat sejumlah daerah yang sejak awal dibentuk, tidak pernah memiliki dokter gigi yang praktek di sana. “Perlu regulasi yang jelas dan tegas. Misalnya, dengan program Wajib Kerja Sarjana,” urai dia.

Kebijakan atau regulasi itu mesti dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Jadi, mereka yang baru lulus, diharuskan buka praktek di daerah-daerah terjauh dulu. Sebagian kalangan menganggap langkah ini melanggar HAM. Namun bila dirunut, bukankah membiarkan kawasan-kawasan terluar tidak memiliki dokter gigi adalah pelanggaran HAM yang juga lebih berat?

Ketidakmerataan juga berimbas pada persoalan lain yang tak kalah berbahaya. Misalnya, dengan disertifikasinya pihak-pihak yang tidak pernah mengenyam pendidikan kedokteran gigi, untuk melakukan perawatan gigi secara detail. Padahal, mereka yang menangani keselamatan jiwa pasien, harus sudah pernah menimba ilmu kedokteran.

Bila memang program Wajib Kerja Sarjana diterapkan, pemerintah mesti pula menyiapkan gaji untuk mereka. Mungkin saja, ini yang membuat pemerintah perlu berpikir ulang. Meski sejatinya, inilah tantangannya.

Fundamental

Harus digarisbawahi, problem kesehatan gigi sifatnya fundamental atau penting. Infeksi pada gigi, bisa menyebabkan penyakit-penyakit di organ dalam. Misalnya, jantung, saraf, ginjal, dan lain sebagainya. Ada korelasi antara saraf gigi dan bagian-bagian penting dalam tubuh tersebut. “Contohnya, orang kalau mau operasi jantung, pasang klep, paling tidak seminggu sebelumnya, harus sudah dipastikan tidak ada gigi yang busuk atau terinfeksi. Kalau itu dilanggar, akan memberi efek jelek dan fatal bagi jantung,” ungkap dia.

(4)

UNAIR sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi memiliki peran sentral dalam mencetak para dokter gigi yang berkualitas. FKG yang berdiri sejak 1928 dan tergolong fakultas kedokteran gigi tertua di Indonesia, bertanggungjawab untuk memberi sumbangsih buat masyarakat. Terlebih, fakultas ini sudah memiliki Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang memiliki fasilitas lengkap dan modern.

Yang menarik, FKG UNAIR memunyai hubungan erat dengan fakultas kedokteran. Jadi, dasar-dasar ilmu kedokteran yang berkaitan erat dengan kesehatan gigi pun diberikan pada para calon dokter sejak awal mereka mengenyam pendidikan. Sinergitas ini yang makin menguatkan kampus Airlangga. (*)

Editor: Nuri Hermawan

Ilmuwan

Indonesia

Harus

Munculkan

Pemikiran

Alternatif Dunia Islam

UNAIR NEWS – Kunjungan Prof. Abdul Al-Fattah M. El-Awaisi ke

Universitas Airlangga dalam Kuliah Umum tentang Baitul Maqdis, mendorong ilmuwan Indonesia untuk melahirkan kerangka pemikiran guna mengatasi permasalahan dunia Islam.

Guru Besar Ilmu Sejarah dan Hubungan Internasional Universitas Istanbul Sabahattin Zaim Turki tersebut memaparkan gagasan di hadapan ratusan sivitas akademika di Aula Amerta Kampus C UNAIR, Selasa (22/8).

Sebelum Prof. Awaisi menyampaikan materi, terlebih dahulu Santi Soekanto selaku perwakilan dari Institut Study for Al

(5)

Aqso (ISA) menyampaikan beberapa hal seputar latar belakang kuliah umum diberikan. Santi mengatakan bahwa adanya kuliah umum ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai Baitul Maqdis kepada muslim di Indonesia, utamanya kalangan akademisi.

“Karena ada beberapa hal yang belum dipahami mengenai Baitul Maqdis, sehingga membuat umat muslim di Indonesia binggung dalam mengambil sikap. Tidak sekedar memberikan bantuan saja. Ada beberapa hal yang masih perlu didalami,” paparnya.

Di awal paparannya, Awaisi mengatakan umat Islam tidak memiliki kerangka teori dan gagasan untuk memecahkan permasalahan di dunia Islam sendiri. Akibatnya, mereka sulit mengkaji permasalahan dunia Islam.

“Selama ini kita masih menggunakan kerangka orang Barat, bahkan dalam menyelesaikan permasalahan umat Islam. Dalam pengalaman studi internasional, dunia akademisi butuh kerangka dari perspektif Islam untuk menyelesaikan permasalahan dunia,” terangnya.

“Dan selama ini saya belum menemukan teori dari sumbangan kaum muslimin Indonesia untuk problem dunia,” tambahnya.

Awaisi juga menilai, penggunaan kerangka berpikir Barat dalam penyelesaian masalah muslim adalah kesalahan besar. Ia sungguh berharap bahwa kalangan muslim sendiri yang mampu mengatasi permasalahan dunia Islam.

“Sungguh kita membutuhkan kerangka berfikir kaum muslim untuk memecahkan hal yang terjadi di kalangan umat sendiri,” harapnya.

Permasalahan Baitul Maqdis

Memandang permasalahan di Baitul Maqdis, Awaisi memecahnya menjadi beberapa hal. Pertama, adanya banyak literatur tentang Baitul Maqdis utamanya mengenai permasalahan di Al-Aqsa yang

(6)

berasal dari sekolah Israel dan orientalis.

Ia juga menambahkan bahwa banyak permasalahan disekitar Al-Aqsa yang diterbitkan jurnal internasional dari para pemikir Israel. Bahkan Alquran, hadis, sejarah Islam, dan fikih Islam semua sudah dipelajari orang Israel.

“Dari sekian hal tersebut bertujuan untuk mengubah cara pandang umat Islam agar menilai bahwa Al-Aqsa tidak penting bagi muslim. Jadi pada prinsipnya mereka akan menghilangkan hubungan muslim dengan Masjidil Aqsa,” terangnya.

“Lebih jauh lagi hal ini bertujuan untuk melegitimasi secara religi dan historis berdirinya negara Israel,” imbuhnya.

Perihal banyaknya artikel dan jurnal yang ditulis baik dalam Scopus atau jurnal bereputasi lainnya, Awaisi menyayangkan minimnya pemikir muslim yang menulis mengenai Al-Aqsa. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa tidak ada pemikiran muslim yang berdampak pada dunia internasional.

“Bencana intelektual yang melanda Israel dan Palestina adalah bencana yang lebih besar dampaknya,” tandasnya.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, Awaisi melahirkan Teori Lingkaran Barakah. Teori yang sudah digunakan diberbagai kampus di Malaysia, Turki, dan Inggris ini berdasarkan surat Al-Isra’ ayat satu.

“Teori yang saya kemukakan ini, saya fokuskan pada kata di sekelilingnya. Yang di dalam ayat disebut dikatakan dibarakahi,” terangnya.

Berbicara Baitul Maqdis, Awaisi berkali-kali menegaskan bahwa Baitul Maqdis tidak sekedar Al Aqso atau Palestina. Lebih dari itu Baitul Maqdis adalah pusat barakah yang ada di dunia. Jika pusat hidayah ada di Masjidil Haram Mekkah, pusat rahmah ada di Madinah, maka pusat barakah ada di Baitul Maqdis.

(7)

Maqdis? Iya, sudah tentu,” terangnya.

Peran Indonesia

Mengenai perkembangan propaganda barat terhadap dunia Islam di timur tengah, Awaisi mengatakan bahwa misi barat sudah berhasil menghancurkan negara-negara Islam yang punya andil penting di Timur Tengah. Negara-negara penting di Timur Tengah seperti Irak, Mesir, dan Syiria sudah berhasil dihancurkan. Untuk mengatasi permasalahan umat Islam di dunia, Awaisi berharap ada peran lebih dari ilmuwan muslim di Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia.

“Indonesia apakah ada peran? Sangat. Karena menjadi negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Bahkan jika negara-negara Islam di timur tengah digabung menjadi satu belum bisa melebihi penduduk muslim di Indonesia,” paparnya.

Terakhir, Awaisi kembali menegaskan bahwa menjadi suatu hal yang aneh jika sebuah negara muslim terbesar di dunia tidak ada perguruan tinggi yang membahas tentang kajian seputar Baitul Maqdis.

“Semoga UNAIR menjadi pilar untuk hal itu,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Defrina Sukma S

Dosen FKH UNAIR Mewakili

Indonesia dalam Konferensi

(8)

Antar-FKH Se-Asia di Jepang

UNAIR NEWS – Muhammad Tohawi E.P, drh., M.Si., salah satu dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga terpilih untuk mewakili Indonesia untuk menghadiri program “Sakura Science Plan Project 2017” di Jepang, Minggu (27/8) lalu. Program ini merupakan event tahunan yang disponsori oleh Japan Science and Technology Agency (JST). JST merupakan ajang konferensi antar Fakultas Kedokteran Hewan se-Asia. Tahun ini Azabu University of Japan menjadi tuan rumah event bertajuk “Sakura Science Plan Project 2017” ini. Topik yang dibahas tahun ini mengenai cara diagnosa penyakit infeksius dan epidemiologi di Asia.

Kegiatan ini diikuti oleh negara-negara di wilayah Asia. Antara lain Korea Selatan, Indonesia, Jepang, Bangladesh, Bhutan, Cambodia, China, India, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, Filiphina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, Kazakhstan, Laos, Mongolia, Malaysia, Brazil, dan tuan rumah Jepang.

MUHAMMAD Tohawi (berdiri paling belakang nomor tiga dari kiri) usai mengikuti praktikum DNA sekuensing dengan LAMP dan RT PCR bakteri Salmonella, Rabu (23/8). (foto: Istimewa) Ditemui UNAIR News di kampusnya, UNAIR PDD Banyuwangi, Muhammad Tohawi menjelaskan, program Sakura ini merupakan

(9)

sarana pertukaran wawasan bagaimana setiap negara memiliki cara dan teknologi untuk mendiagnosa penyakit dan mencegah terjadinya wabah terkait kesehatan hewan. Program ini dilaksanakan selama sepuluh hari pada tanggal 20 hingga 29 Agustus 2017.

”Di acara tersebut saya menemukan hal yang lebih mendalam tentang kesehatan hewan, bahkan kami juga diajak berkunjung di beberapa tempat pembelajaran seputar kehewanan, seperti belajar langsung ilmu anatomi di Museum of Life, Veterinary Faculty Azabu University. Selain itu juga mengunjungi Dr. Sugiura Museum of The First Schistosoma Japonicum dan masih banyak kegiatan lainnya,” kata M Tohawi, yang juga tim pembina kemahasiswaan (TPK) itu.

Ia berjanji bahwa informasi dan teknologi apapun yang telah diperoleh selama mengikuti kegiatan Sakura ini akan ia transfer kepada mahasiswa di Universitas Airlangga, khususnya mahasiswa FKH, sehingga setiap perkembangan dan diagnosa penyakit hewan dapat menghasilkan data yang lebih akurat. ”Terlebih bagi mahasiswa di Indonesia yang memiliki potensi untuk bisa melakukan metode diagnosa serupa,” tambahnya. (*) Penulis: Siti Mufaidah

Editor: Bambang Bes

LAPAN

dan

FISIP

UNAIR

(10)

Keantariksaan

U N A I R N E W S – T a k a d a n e g a r a b e s a r y a n g m a j u t a n p a

mengembangkan kemandirian bidang keantariksaan. Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof. Dr. Thomas Djamaluddin M.Sc., saat memberikan kuliah umum di Aula Adi Sukadana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Jumat (3/3). Thomas memberikan kuliah umum bertajuk “IPTEK Penerbangan dan Antariksa untuk Mewujudkan Indonesia Maju dan Mandiri” di hadapan mahasiswa, pengajar FISIP, dan Dekan FISIP. Kuliah umum tersebut dimoderatori oleh pengajar Departemen Hubungan Internasional, Joko Susanto, M.Sc.

Kepala LAPAN menjelaskan, Indonesia membutuhkan kemandirian dalam bidang keantariksaan. Contohnya, selama ini pemerintah Indonesia membeli satelit dari pihak luar negeri. Padahal, para ahli bisa membuat satelit sendiri.

“Sebenarnya, Indonesia sudah punya semuanya. Ahlinya ada, kemampuan ada, hanya problemnya kita kekurangan dana,” papar Thomas.

Selain kuliah umum, kedua lembaga tersebut juga melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA). Nota kesepakatan ditandatangani oleh Kepala LAPAN dan Dekan FISIP UNAIR di Cakra Studi Global Strategis (CSGS), pusat studi di bawah FISIP UNAIR.

Thomas mengatakan, pihaknya membutuhkan rekomendasi kebijakan internasional dari para akademisi FISIP UNAIR. “Di sisi substansi LAPAN memahami, namun di sisi kajian LAPAN merasa kurang. Oleh karena itu, LAPAN mencari mitra terutama dari perguruan tinggi yang memang mendalami aspek ini,” ungkap Kepala LAPAN.

(11)

mengatakan, Indonesia masih belum mandiri dari berbagai sisi, salah satunya bidang antariksa. Falih menyampaikan apresiasinya kepada Departemen Hubungan Internasional yang memprakarsai kegiatan tersebut.

Kerja sama yang menaungi tiga program utama akan berlaku selama tiga tahun ini, yakni melangsungkan kuliah tamu, menulis jurnal ilmiah, dan publikasi penelitian. LAPAN juga membuka peluang kepada mahasiswa FISIP UNAIR untuk melakukan praktik kerja lapangan (PKL) dan magang di lembaga tersebut. “Dengan adanya kuliah umum ini semakin menambah wawasan kita mengenai bidang keantariksaan dan perkembangan teknologinya,” begitu tutur salah satu mahasiswa yang merasa puas dengan kuliah umum tersebut.

Penulis: Ainul Fitriyah Editor: Defrina Sukma S

Alumni dan Mahasiswa All Out

Bantu Korban Banjir Sampang

UNAIR NEWS – Tim UNAIR yang terjun ke lokasi bencana banjir

Sampang benar-benar all out. Mereka mengerahkan segenap tenaga untuk meringankan beban masyarakat di sana.

Rachmat Muttaqin, alumni FISIP yang dulu aktif di UKM Menwa menjelaskan, pada Rabu malam (2/3), lima personel berangkat ke Sampang. Mereka meluncur ke Pulau Garam dengan menggunakan tiga unit sepeda motor. Selain Muttaqin, ada pula tiga anggota Menwa dari berbagai fakultas dan seorang sukrelawan dari Fakultas Psikologi.

(12)

“Di sana, kami langsung berkoordinasi dengan posko-posko. Kami dipersilakan melakukan survey dan pengamatan lapangan. Dari situ, kami tahu kalau ada di kawasan yang belum tersentuh bantuan. Yakni, Panggung dan Paseyan,” kata dia.

Penuh sesak : suasana di dalam posko kesehatan (Foto: UNAIR NEWS)

Mereka pun memutuskan untuk fokus mendistribusikan bantuan berupa barang dan tenaga guna ikut bersih-bersih lingkungan di sana. Barang yang diberikan pada penduduk sekitar antara lain bahan makanan, pakaian, obat-obatan, serta perkakas atau kebutuhan sehari-hari lainnya.

Pada Jum’at (4/3), sejumlah alumni dan Mahasiswa Tanggap Bencana (Mahagana) menyusul hadir. Mahagana adalah sekumpulan mahasiswa lintas UKM dan eksponen. Misalnya, Menwa, Pramuka, KSR PMI, Wanala, Mapanza, BEM, dan lain-lain. Tepatnya, pada

(13)

Sabtu sore (5/3) tim dari UNAIR itu baru kembali dari Sampang. “Ini merupakan tugas dan tanggungjawab sosial kami. Wujud nyata pengabdian untuk masyarakat bangsa dan negara,” kata Muttaqin. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

MSHP

UNAIR

Diskusikan

Perspektif Hak Asasi Manusia

Bersama Profesor Asal Jepang

UNAIR NEWS – Program Magister Sains Hukum dan Pembangunan

(MSHP) Universitas Airlangga kembali menggelar diskusi publik bertajuk “Law and International Development: A Human Right

Perspective”. Diskusi kali ini dihadiri langsung oleh Prof.

Yuzuru Shimada, LLM., dari Graduate School of International Development (GSID), Nagoya University, Jepang. Dr. Herlambang P. Wiratraman, Phd., dari Pusat Studi Hak Asasi Manusia, Fakultas Hukum Unair juga turut hadir untuk menjadi pembicara dalam diskusi public tersebut.

Pada diskusi yang diadakan Kamis, (19/5) tersebut, Prof Shimada yang berasal dari Jepang memaparkan materinya menggunakan Bahasa Indonesia. Bahkan tidak jarang ia melontarkan candaan dan gurauan untuk mencairkan suasana diskusi.

Dalam diskusi tersebut, Prof.Shimada menjelaskan materi seputar permasalahan HAM yang disebutnya sebagai dualisme HAM. Ia menyebut berbagai macam permasalahan HAM, diantaranya adalah hak sipil dan politik dan juga hak ekonomi, sosial, dan

(14)

budaya. Hak yang dimaksud justru menjadi permasalahan kompleks mengenai HAM yang justru dalam prakteknya merugikan masyarakat sipil. Bagi masyarakat miskin khususnya, mereka hanya membutuhkan hak untuk bertahan hidup seperti halnya hak makan. Akan tetapi regulasi membuat hak tersebut tidak terpenuhi.

Menyinggung persoalan good governance, Prof.Shimada merespon mengenai bahasa yang ditawarkan seperti pembangunan, pengurangan kemiskinan dianggap tidak dapat menjamin untuk memenuhi semua hak hidup. “Isu-isu seperti development, poverty reduction selalu menjadi isu utama yang dibawa dalam good governance,” ujar Prof.Shimada di awal diskusi.

Selain Prof.Shimada, Dr. Herlambang juga menyinggung mengenai

good governance yang menurutnya menjadi jawaban atas

ketidakberdayaan pemerintah dalam mengelola, merencanakan dan melaksanakan kebijakan. Berbicara mengenai HAM yang telah menjamur di masyarakat, menurutnya itu bukan pelanggaran HAM, melainkan selected human right. Hal tersebut dilihat dari penemuan-penemuan mengenai penerapan HAM yang justru melibatkan kepentingan tertentu dianggap selektif, lalu kemudian dijadikan oleh paradigma HAM sebagai strategi dalam pasar.

“Pentingnya HAM saat ini telah bergeser dan bahkan berhenti oleh good governance (GG). Dalam hal ini disebut bad

governance / poor governance, yang dianggap sangat sinis

terhadap HAM,” pungkas Dr. Herlambang. Penulis: AhallaTsauro

(15)

Atasi Perubahan Iklim, WHO

Ajak Perbaiki Lingkungan

UNAIR NEWS – Penyebab dan dampak perubahan iklim menyisakan

berbagai problem di bidang kesehatan. Berbagai permasalahan telah ditimbulkan, mulai kualitas air, malnutrisi (kekurangan gizi), ketahanan pangan, hingga dampak bencana yang diprediksi bakal terjadi. Risiko tentang perubahan iklim itu dipaparkan oleh Sharad Adykary dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sharad mengatakan, tanpa respon dan kebijakan yang efektif, perubahan iklim akan mengakibatkan keempat hal di atas. Pertama, kualitas dan kuantitas air. Diperkirakan, pada tahun 2050, jumlah penduduk yang tinggal di daerah yang mengalami krisis air akan meningkat dua kali lipat. Kedua, keamanan pangan. Di sejumlah negara Afrika, hasil dari pertanian tadah hujan bisa diperkirakan berkurang setengah pada tahun 2020. Ketiga, pengendalian penyakit infeksi. Diperkirakan, pada tahun 2030, populasi penderita malaria di Afrika akan meningkat menjadi 170 juta. “Sedangkan, pengidap virus dengue akan meningkat menjadi 2 milyar pada tahun 2080,” papar penasehat kesehatan lingkungan WHO.

Keempat, perlindungan dari bencana. Menurut data yang disampaikan Sharad, terjadi peningkatan risiko banjir di pesisir dan area daratan yang mengalami kekeringan.

Terkait dengan dampak perubahan iklim di bidang kesehatan, Sharad yang menjadi pembicara utama “1st

SEHAT (Seminar on Environment and Health) Toward SDG’s Achievement 2030: Integration System on Environment and Health Sustainability”,

menyarankan kepada peneliti dan dan pengambil kebijakan di bidang kesehatan agar terus memperbarui koleksi data dan saling bertukar informasi.

(16)

Selain Sharad, ada pula Dr. –Ing. Hendro Wicaksono peneliti asal Institut Teknologi Karlsruhe (KIT), Jerman, yang menerangkan tentang “Sustainability of Smart City in European Union”. Hendro mengatakan, kota-kota di Eropa mengalami perubahan sejak sekitar tahun 1800-an hingga sekarang. Bila dulu kota-kota di Eropa dikenal dengan tipe kota kebun (garden

city) dan kota mandiri (broadacre city) maka sekarang mereka

bergerak ke arah future city (kota masa depan).

“Dalam future cities, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Ada rencana untuk mengurangi 80 persen gas rumah kaca pada tahun 2050, penggunaan energi terbarukan sampai 80 persen pada tahun 2050, setiap bangunan bisa mengurangi konsumsi energi sampai 80 persen, dan mengurangi emisi transportasi sampai 40 persen,” tutur Hendro.

Agar sebuah kota bisa menjadi kota keberlanjutan, maka diperlukan implementasi dari berbagai aspek. Dari aspek sosiokultural, pembuatan kebijakan terkait pembangunan seharusnya melibatkan seluruh kalangan warga. Sedangkan, dari aspek transportasi, perlu dilakukan car sharing.

Ketua panitia seminar SEHAT Dr. Rr. Azizah, S.H., M.Kes, berharap agar pelaksanaan seminar internasional ini mampu menjembatani perguruan tinggi, perusahaan swasta, pemerintah, dan organisasi profesional dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.

Acara seminar SEHAT merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis UNAIR ke-62. Pada tahun 2016, tema yang diangkat dalam perayaan kali ini adalah “62 Tahun Universitas Airlangga untuk Indonesia Adil dan Beradab.” (*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan

(17)

SNMPTN 2016, Pilih Prodi

Sesuai Minat

UNAIR NEWS – Pendaftaran SNMPTN 2016 resmi dibuka hari ini.

Ratusan ribu siswa SMA akan mulai saling berkompetisi untuk mendapatkan tempat di berbagai PTN yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam memilih program studi, para siswa diharapkan untuk memilih program studi yang sesuai dengan minatnya.

Hal itu diungkapkan oleh Haryo Puntodewo, staf PPMB UNAIR ketika memberikan materi dalam kunjungan SMAN 4 Cibinong, Bogor di UNAIR, Senin (29/2), di R. Kahuripan 301.

“Pilih program studi yang sesuai minat. Jangan dipengaruhi orang lain. Orang tua dan guru hanya sebatas membimbing,” ujarnya.

S e l a i n i t u , i a j u g a m e n g i n g a t k a n p a r a s i s w a u n t u k memperhatikan daya tampung dan jumlah peminat dari program studi yang dipilih. Hal tersebut menurutnya, bisa memperbesar peluang siswa yang bersangkutan untuk diterima di program studi yang dipilih.

Dalam kunjungan ke UNAIR, para siswa dan guru SMAN 4 Cibinong nampak antusias mendengarkan informasi mengenai UNAIR dan proses penerimaan mahasiswa baru di UNAIR. Beberapa siswa misalnya menanyakan tentang diperbolehkannya pemilihan program studi lintas minat. Dalam kesempatan tersebut, pihak PPMB menyatakan bahwa UNAIR memperbolehkan siswa dengan minat ilmu alam untuk mendaftar ke program studi berbasis ilmu sosial dan juga sebaliknya.

Salah seorang guru, Evi Sukenti, juga meminta penjelasan tentang dimungkinkannya SMA yang belum terakreditasi untuk

(18)

diterima di UNAIR. Pasalnya, SMAN 4 Cibinong memang sekolah baru yang akan meluluskan angkatan pertamanya di tahun ini. “Hal tersebut memang jadi kendala bagi sekolah baru karena salah satu penilaian SNMPTN adalah berdasarkan jumlah alumni dan juga IPK alumni,” ujar Haryo sambil mengingatkan bahwa SMAN 4 Cibinong pasti memiliki kelebihan lain untuk mengatasi kekurangan tersebut.

Sebanyak 270-an siswa dan guru pendamping SMAN 4 Cibinong menyambangi UNAIR. Kunjungan mereka ke Surabaya tidak lepas dari banyaknya siswa yang tertarik untuk melanjutkan studi di UNAIR.

“Banyak siswa yang berminat ke UNAIR. Mereka penasaran dengan PTN yang di Surabaya. Walaupun jauh, kami tetap membawa mereka berkunjung ke sini,” pungkas Evi.(*)

Penulis : Yeano Andhika

Kantin FKG Bersertifikat Laik

Hygiene Sanitasi dari Dinkes

UNAIR NEWS – Sejak tahun 2013 kantin FKG di Kampus A UNAIR ini

memiliki sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Tentu saja, sertifikasi ini untuk menunjang kesehatan serta kelayakan menu makanan dan minuman yang disajikan.

Pentingnya sertifikasi ini dilandasi oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang “Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran”. Sertifikat laik sehat rumah makan/restoran adalah surat tanda bukti yang

(19)

dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada rumah makan/restoran yang telah memenuhi persyaratan kesehatan.

Syarat kesehatan tersebut meliputi lokasi dan bangunan, fasilitas sanitasi, dapur dan gudang penyimpanan, pengelolaan bahan makanan dan makanan jadi, peralatan dan tenaga baik secara fisik maupun bakteriologis, dan pengawasan serangga tikus dan hewan piaraan.

“Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi ini merupakan bentuk keseriusan kami dalam menyajikan kantin yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Khususnya, dengan memperhatikan aspek kesehatan sebagai faktor utama. Selain itu, ada pula pelatihan untuk para penjual di sana agar secara konsisten memberi perhatian pada kehigienisan makanan dan minuman, ” tutur Drs. Abdul Basith, Kabag Keuangan FKG UNAIR.

Susi Erni, salah satu pemilik stan di kantin FKG menilai, pelatihan itu memberikan pengetahuan baru bagi dia dan rekan-rekannya sesama pedagang. Sementara menurut alumnus FKG Imam Mahmuda, sertifikasi membuat mahasiswa yakin kalau makanan yang dibeli tidak berbahaya untuk tubuh. (*)

Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Binti Quryatul

Referensi

Dokumen terkait

Untuk rekan Riyal Hadi dan Bapak / Ibu penghuni ruko yang Saya survey yang telah meluangkan waktunya kepada Saya dalam memberikan Informasi dan data mengenai ruko yang dihuni

Metode selanjutnya disesuaikan sampai dua bentuk anomali tersebut seusai dengan batas statistik yang telah ditentukan, metode ini bekerja unutk data yang sangat terbatas, jika

Nomor. Di dalam Undang Undang tersebut langkah pertama yang dilakukan adalah Reforma Struktura yaitu mereformasi semua aturan dari pemerintah Kolonial Belanda

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan kemurahan-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

Tabel 5.8 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Mengenai Materi Pengenalan Alat Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan Informasi Dengan Metode Ceramah dan Diskusi

Oleh karena itu, dengan memberikan pengertian yang baik tentang inti pendidikan tersebut kepada anak-anak, diharapkan anak akan dapat membawa diri dan menjaga dirinya sendiri

Pada makalah ini akan dibahas Tnjauan Pustaka yang terdiri dari : karakter Braille, Proses Ekstraksi ciri dengan menggunakan Gray Level Coocurance Matrix , dan metoda yang

Karakteristik gerakan renang yang menggunakan kinerja dominan otot-otot pernapasan, pengaruh kelembaban air yang tinggi, terbukti dapat memberikan efek positif