Riza Noerinda Lubis (1309106002)1 , Dr. Bambang Widjanarko Otok, S.Si, M.Si 2 1 MahasiswaJurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2 Dosen Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Email : 1 riza.lubis09@mhs.statistika.its.ac.id, 2 bambang_wo@statistika.its.ac.id
ABSTRAK
ITS Surabaya bekerja sama dengan DIKTI mengembangkan sebuah Program Mahasiswa Wirausaha. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Proses kreatif fan inovatif hanya dilakukan oleh orang yang memilki jiwa dan sikap wirausaha. Wirausahawan akan berhasil bila mengikuti achieving route tertentu sesuai tipe kepribadiannya.
Etika bisnis sangat menentukan maju mundurnya usaha yang dijalankan, delapan perilaku kewirausahaan yaitu integritas, akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan, fokus pada pelanggan. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS),
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap perilaku kewirausahaan para penerima dana PMW 2011. Hasil penelitian ini adalah karekteristik dari 38 reponden pada umumnya berjenis kelamin laki-laki, berasal dari luar Surabaya, bertempat tinggal di rumah kos, dan rata-rata pengeluaran perbulan sebesar Rp 500.001 – Rp 1.000.000 yang sumber dananya dari kiriman orang tua. Model struktural (inner model dalam PLS) diperoleh hasil bahwa kepribadian mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku wirausahawan.
Kata kunci: Wirausaha, PMW 2011 dan Partial Least Square 1. Pendahuluan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi mengembangkan sebuah Program Mahasiswa Wirausaha (selanjutnya disebut PMW) yang merupakan kelanjutan dari program sebelumnya (seperti PKM, Co-Op, KKU) untuk menjembatani para mahasiswa memasuki dunia bisnis riil melalui fasilitas start up business. PMW merupakan salah satu implementasi
kurikulum ITS tahun 2009/2014, dalam kurikulum tersebut telah dimasukkan mata perkuliahan
technopreneurship. PMW memfasilitasi mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan dengan
basis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sedang dipelajarinya. Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan magang, menyusun rencana bisnis, dukungan permodalan dan pendampingan usaha. Program ini diharapkan mampu mendukung visi-misi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan usaha kecil menengah.
Miner (Hutagalung, 2008) menyatakan bahwa tipe kepribadian wirausaha dapat menentukan bidang usaha yang akan membawanya kepada keberhasilan. Empat tipe kepribadian wirausaha yaitu personal achiever, supersalesperson, real managers dan expert idea generation. Salah satu aspek yang sangat
popular dan perlu mendapat perhatian dalam berwirausaha adalah etika dan moral bisnis. Etika bisnis dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, selain itu etika bisnis sangat menentukan maju mundurnya usaha yang dijalankan. Delapan perilaku kewirausahaan yaitu integritas, akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan, fokus pada pelanggan.
Riyanti (2004) melakukan penelitian terhadap 200 pengusaha kecil di Jakarta dan Yogjakarta. Ada
dua bagian dalam kuesioner, bagian pertama tentang usia responden, tingkat pendidikan, pengalaman dalam manajemen bisnis serta informasi tentang akumulasi modal dan proses bisnis internal. Bagian kedua terdiri dari pengukuran kepuasan kerja, sifat-sifat kewirausahaan, tipe kepribadian, kesulitan tipe kepribadian, dan perilaku inovatif. Dengan persamaan struktural yang dianalisis, diperoleh model yang terbaik dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis. Hasil penelitiannya yaitu variabel tipe kepribadian Miner memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap pembentukan perilaku inovatif. Tipe kepribadian miner tidak mempunyai pengaruh langsung dan signifikan terhadap keberhasilan bisnis tapi melalui perilaku inovatif mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kesuksesan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik peserta penerima dana Program Mahasiswa Wirausaha ITS serta untuk meneliti pengaruh kepribadian wirausaha terhadap perilaku peserta penerima dana Program Mahasiswa Wirausaha ITS
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Partial Least Square
Partial Least Square (selanjutnya disebut PLS) menurut Wold merupakan metode analisis yang
powerful oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. Metode PLS mempunyai keunggulan tersendiri diantaranya : data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus besar.
Walaupun PLS digunakan untuk menkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel laten. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin dijalankan dalam SEM karena akan terjadi unidentified model.
Tabel 1. Perbandingan antara PLS dan SEM
Kriteria PLS SEM
Tujuan Orientasi prediksi Orientasi parameter Pendekatan Berdasarkan variance Berdasarkan covariance
Asumsi Spesifikasi prediktor (non parametrik) Multivariate normal distribution, independence observation (parametrik)
Estimasi parameter Konsisten sebagai indikator dan jumlah sampel
meningkat Konsisten
Skore variabel laten Secara eksplisit di estimasi Indeterminate Hubungan variabel
laten – indikatornya Dapat dalam bentuk indikator reflective maupun formative Hanya dengan reflective indikator Implikasi Optimal untuk ketepatan prediksi Optimal untuk ketepatan parameter Kompleksitas model Kompleksitas besar (100 konstruk dan 1000
indikator) Kompleksitas kecil sampai menengah (kurang dari 100 indikator) Besar sample Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari
model yang memiliki jumlah prediktor terbesar. Minimal direkomendasikan berkisar dari 30 sampai 100 kasus
Kekuatan analisis didasarkan pada model spesifikasi. Minimal direkomendasikan berkisar dari 200 sampai 800 kasus
Asumsi pada PLS hanya terkait dengan permodelan persamaan struktural, dan tidak terkait dengan pengujian hipotesis yaitu hubungan antar variabel laten dalam inner model adalah linier dan aditif dan model struktural bersifat rekursif. Secara umum, ukuran sampel normal dalam analisis SEM adalah lebih besar dari 100 (Hair dkk, 2005 dalam Sumin, 2009). Sedangkan ukuran normal dalam PLS adalah sepuluh kali jumlah indikator formatif (mengabaikan indikator refleksif) atau sepuluh kali jumlah jalur struktural pada innder model (Chin, 1998 dalam Ghozali 2011). Untuk sampel kecil, PLS dapat menangani kasus dengan jumlah sampel kurang dari 100 bahkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chin dan Newsted (1999) dengan simulasi Monte Carlo, PLS dapat menangani kasus dengan jumlah kurang dari 30 pengamatan. Hal ini karena algoritma PLS bekerja dengan metode ordinary least square (OLS).
PLS mempunyai dua model indikator dalam penggambarannya, yaitu model indikator refleksif dan model indikator formatif. Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan sebagai berikut
a. Inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model). Inner model
menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada subtantive theory. Model
persamaannya 𝜂 = 𝛽0+ 𝛽𝜂+Γ𝜉+ 𝜁 . PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten sering disebut casual chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut 𝜂𝑗 = 𝛽𝑖 𝑗𝑖𝜂𝑖+ iγjbξb+ 𝜁𝑗
b. Outer model yang mespesifikasi hubungan antara variabel laten dengan variabel indikatornya
(measurement model). Outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan
dengan variabel latennya. Blok dengan indikator refleksif dapat ditulis persamaan 𝑥 =Λ𝑥𝜉 + 𝜀𝑥 dan 𝑦 =Λ𝑦𝜂 + 𝜀𝑦. Sedangkan Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaan 𝜉 = Πξx +δξ dan 𝜂 =Πηy +δη
c. Weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Inner model dan outer model memberikan spesdifikasi yang diikuti dalam algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel
Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan variabel indikator diskala
zero means dan unit variance (nilai standardized) sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat
dihilangkan dalam model.
PLS tidak mengansumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikansi tidak diperlukan. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat nonparametrik.
a. Outer Model. Ada tiga metode yang digunakan untuk mengevaluasi outer model dengan indikator refleksif yaitu convergent validity dari indikatornya dan composite reliability untuk blok indikator. Sedangkan outer model dengan indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada subtantive contentnya yaitu dengan membandingkan besarnya bobot relatif dan melihat signifikansi dari ukuran bobot tersebut (Chin, 1998 dalam Ghozali 2011)
b. b. Inner Model. Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat persentase variance yang
dijelaskan oleh nilai R2 (R-square) untuk variabel endogen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q squares test (Stone,1974 dan Geisser,1975 dalam Ghozali, 2011) dan juga melihat besarnya
koefisien jalur strukturalnya.
2.2 Kepribadian dan Perilaku
Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah seperti para pedagang, pengusaha, dan orang yang bekerja di perusahaan swasta. Sedangkan wirausahawan adalah orang yang mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan adalah orang yang berani membuka kegiatan produktif yang mandiri. Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha agar wirausaha tersebut dapat maju / sukses.
Ada empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu personal achiever, supersalesperson, real manager,
dan expert idea generation. Tipe kepribadian wirausaha dapat menentukan bidang usaha yang akan
membawanya kepada keberhasilan. Berdasarkan penelitiannya, ia menemukan bahwa seorang wirausaha akan berhasil bila ia mengikuti achieving route tertentu sesuai tipe kepribadiannya (Miner, 1996 dalam
Hulutagung dan Helmi, 2008). Salah satu aspek yang sangat popular dan perlu mendapat perhatian dalam berwirausaha adalah etika dan moral bisnis. Etika bisnis dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, selain itu etika bisnis sangat menentukan maju mundurnya usaha yang dijalankan. Menurut Zimmer (dalam Suryana, 2003) etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan yang dihadapi.
2.3 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Riyanti (2004) melakukan penelitian terhadap 200 usaha kecil yang terletak di Jakarta dan Yogjakarta. Ada dua bagian dalam kuesioner, bagian pertama adalah daftar item tentang usia responden, tingkat pendidikan, pengalaman dalam manajemen bisnis serta informasi tentang akumulasi modal dan proses bisnis internal. Bagian kedua terdiri dari pengukuran kepuasan kerja, sifat - sifat kewirausahaan, tipe kepribadian, kesulitan tipe kepribadian, dan perilaku inovatif.
Model terbaik dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis karena hubungan antara semua parameter yang ada adalah signifikan, variabel mencapai tingkat signifikan secara statistik yaitu Umur memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kesuksesan bisnis. Sifat-sifat kewirausahaan variabel menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif. Variabel sifat kewirausahaan tidak memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi bisnis, tetapi melalui perilaku inovatif ini memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap kesuksesan bisnis. Variabel tipe kepribadian Miner memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap pembentukan perilaku inovatif. Variabel tipe kepribadian Miner tidak memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap kesuksesan bisnis. Namun, melalui perilaku inovatif memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi bisnis. Variabel perilaku inovatif pengusaha memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi bisnis.
3. Metodologi Penelitian
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner sedangkan data sekunder berasal dari BAAK ITS. Sengaja dilakukan metode sampling dengan tujuan untuk memperoleh sampel kecil yang sesuai dengan ketentuan dalam permodelan persamaan struktural. Dari 148 penerima dana PMW diperkirakan 50% berjiwa wirausaha dan 50% tidak berjiwa wirausaha. Perhitungan
jumlah sampel yang diperlukan, dapat digunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut
n =
NNd2+1
=
148
dengan n adalah ukuran sampel, d adalah level signifikansi yang diinginkan adalah 15% dan N adalah ukuran populasi
Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling populasi dibagi ke dalam
kelompok (berdasarkan fakultas yang ada di ITS yaitu FMIPA, FTI, FTSP, FTK dan FTIF) Untuk tiap kelompok, dilakukan pemilihan sampel dengan simple random sampling. Penentuan berjiwa wirausaha atau
tidak berjiwa wirausaha didasarkan pada pengakuan responden.
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Fakultas
Fakultas Berjiwa Wirausaha Jumlah Ya Bukan
(1) (2) (3) (4)
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 3,2 ≈ 4 3,2 ≈ 4 8 Teknologi Industri 7,1 ≈ 8 7,1 ≈ 8 16 Teknik Sipil dan Perencanaan 2,0 ≈ 2 2,0 ≈ 2 4 Teknologi Kelautan 0,7 ≈ 1 0,7 ≈ 1 2 Teknologi Informasi 3,5 ≈ 4 3,5 ≈ 4 8 38
Jumlah sampel pada tabel 2 menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan jumlah sampel yang diperlukan. Hal ini dikarenakan pembulatan setiap jumlah responden per fakultas. Sampel yang diperlukan sebanyak 38 responden. PLS tidak memerlukan jumlah sampel yang besar, minimal direkomendasikan berkisar dari 30-100 kasus. Oleh karena itu jumlah sampel pada penelitian ini sesuai dengan metode PLS.
Variabel-variabel penelitian akan diberikan skala Likert 1-5 dengan penilaian presepsi pernyataan dari sangat tidak setuju (skala 1) hingga sangat setuju (skala 5). Definisi operasional dibutuhkan untuk memberi petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Definisi operasional memberi batasan pada peneliti agar mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut. Terdapat empat tipe kepribadiaan wirausaha Miner yaitu personal archiever, supersales person, real manager, dan the expert idea generation.
Kepribadian wirausaha dapat diukur dengan menggunakan 23 indikator berdasarkan teori dan konsep dengan rincian sebagai berikut
Tabel 3. Kepribadian dan Indikatornya
Kepribadian Indikator Kode
Personal Achiever
(K1) Mampu membuat keputusan sendiri Ingin orang lain mengevaluasi diri K1.1 K1.2 Merencanakan dan menetapkan tujuan masa depan K1.3 Memiliki inisiatif pribadi yang kuat K1.4 Setia pada organisasi / kelompok K1.5 Percaya bahwa satu orang dapat membuat perbedaan K1.6 Mampu bekerja tanpa bantuan orang lain K1.7
Super Sales Person
(K2) Peka dalam memahami kondisi orang lain Senang membantu orang lain K2.1 K2.2 Percaya bahwa proses sosial sangat penting K2.3 Perlu menjalin hubungan baik dengan orang lain K2.4 Mampu menjaga kepercayaan orang lain K2.5
Real Manager
(K3) Ingin menjadi pemimpin perusahaan Memiliki ketegasan K3.1 K3.2 Bersikap positif terhadap otoritas K3.3 Senang bersaing / berkompetisi K3.4 Ingin memiliki kekuasaan K3.5 Mengindar bila ada keramaian K3.6
The Expert Idea Generation
(K4) Senang berinovasi Memberi ide usaha K4.1 K4.2 Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat penting K4.3 Memiliki kecerdasan yang baik K4.4 Memilih menghindari risiko K4.5
Terdapat delapan perilaku wirausahawan yaitu integritas, akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan dan fokus pada pelanggan. Perilaku wirausahawan (P) merupakan variabel independen yang dapat diukur dengan menggunakan 28 indikator berdasarkan teori dan konsep dengan rincian sebagai berikut
Tabel 4. Perilaku Wirausahawan dan Indikatornya
Perilaku Indikator Kode
Integritas
(P1) Memperlakukan orang lain dengan bermartabat, hormat, dan adil Komitmen terhadap kewajiban dan janji P1.1 P1.2 Dapat dipercaya, jujur dan tulus dalam setiap tindakan P1.3 Berpegang teguh kepada kebenaran meskipun harus melawan arus P1.4 Konsisten dalam tindakan dengan melakukan yang dikatakan / diyakini P1.5 Menjaga etika bisnis dalam mencapai hasil pekerjaan yang terbaik P1.6 Akuntabilitas
(P2) Mengambil tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan Bersedia mengakui kesalahan dan tidak melempar kesalahan kepada orang lain P2.1 P2.2 Bekerja dengan memberikan hasil yang maksimal bagi perusahaan P2.3 Disiplin dan taat terhadap peraturan dan etika yang berlaku P2.4 Transparansi
(P3) Menyiapkan kebijakan, prosedur dan arahan yang jelas. Berkomunikasi dengan percaya diri dan berdasarkan fakta/data. P3.1 P3.2 Memberikan informasi yang akurat . P3.3 Komitmen terhadap pemberian reward, recognition & punishment P3.4 Disiplin
(P4) Taat dan bertanggung jawab pada pelaksanaan tugas. Menunjukkan tingkat kehadiran yang baik. P4.1 P4.2 Menjalankan tata tertib dan etika serta peraturan perusahaan P4.3 Ketelitian
(P5) Melakukan Menjaga ketepatan dan keakuratan hasil kerja. check dan recheck terhadap semua aspek pekerjaan. P5.1 P5.2 Mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan atau kesalahan P5.3 Kecepatan Kerja
(P6) Efektif menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. Semakin meningkatkan kecepatan kerja dengan tetap menjaga kualitas hasil P6.1 P6.2 Ketekunan
(P7) Mengatasi kebosanan dan tetap bersemangat dalam mengerjakan pekerjaan rutin. Menunjukkan antusiasme dalam pekerjaan. P7.1 P7.2 Menggunakan waktu secara efektif dan fokus mempertahankan kinerja P7.3 Fokus Pelanggan
(P8) Menyapa dengan keramahan dan senyum. Memberikan pelayanan yang dapat menyentuh hati. P8.1 P8.2 Mendengarkan, memahami dan bertindak dengan tepat untuk memenuhi
kebutuhan nasabah P8.3
Langkah-langkah dalam penyelesaian penelitian ini didasarkan pada tujuan dari penelitian. Analisis yang dilakukan dengan menentukan responden, karakteristik demografi responden, analisis Partial Least Square (merancang inner model, outer model, konversi diagram jalur ke sistem persamaan, estimasi
parameter dengan weight, koefisien jalur, dan loading).
4. Hasil dan Pembahasan
Undimensionalitas suatu konstrak dapat dievaluasi melalui model pengukuran (outer model) dengan
menggunakan reliabilitas komposit dan validitas konvergen dengan mengkontraksi variabel laten ke dalam diagram jalur.
Pada penelitian ini variabel kepribadian yang dijelaskan oleh empat sub indikator
yaitu
personal archiever
,
supersales person
,
real manager
dan
the expert idea generation
.
Sedangkan perilaku wirausahawan dijelaskan oleh delapan sub indikator yaitu integritas,
akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan dan fokus pada
pelanggan.
Pada variabel laten kepribadian personal archiever, tipe indikator yang digunakan adalah indikator refleksif (arah panah dari variabel laten menuju ke indikator). Penggunaan indikator refleksif dikarenakan indikator tersebut merupakan pencerminan dari variabel latennya, atau yang berkaitan dengan sikap dan personalitas. Semua variabel laten pada penelitian ini menggunakan tipe indikator refleksif. Penelitian ini mengkonfirmasi hasil penelitian Riyanti (2004) bahwa “tipe kepribadian Miner memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap pembentukan perilaku inovatif”. Berdasarkan pendapat tersebut, pada penelitian ini dapat dikontraksi diagram jalur dengan menggunakan batuan software SmartPLS versi 2.0 yang memiliki tampilan output dan diagram jalur yang baik.
Gambar 1. Model Pengaruh Kepribadian Terhadap Perilaku Wirausahawa
Untuk mengetahui apakah suatu indikator merupakan pembentuk konstruk (variabel laten) dilakukan pengujian validitas konvergen dari model pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan korelasi antara item score dengan construct score yang dihitung dengan bantuan software SmartPLS. Ukuran individual dikatakan valid jika memiliki korelasi (loading) dengan konstruk (variabel laten) yang ingin diukur 0,5 atau nilai T-statistiknya harus 1,96 (uji dua pihak) pada level signifikansi =0,05. Jika salah satu indikator memiliki nilai loading 0,5 atau T-statistik 1,96, maka indikator tersebut harus dibuang (didrop) karena mengindikasikan bahwa indikator tidak cukup baik untuk mengukur konstruk secara tepat.
Tabel 5. Uji Validitas Indikator Yang Dikeluarkan Dari Model Pertama Indikator Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) Keterangan K17 -0,138 -0,138 0,146 0,944 Tidak Valid K36 0,030 0,023 0,137 0,218 Tidak Valid K45 0,031 0,040 0,132 0,237 Tidak Valid
Berdasarkan seluruh hasil pengujian validitas pada tabel 5 diketahui bahwa terdapat tiga variabel indikator reflektif yang tidak valid dan diputuskan untuk mengeluarkan variabel indikator tersebut dari model pengaruh kepribadian terhadap perilaku wirausahawan. Variabel indikator reflektif sebagai berikut
a. K17 adalah indikator mampu bekerja tanpa bantuan orang lain dalam kepribadian personal archiever.
b. K36 adalah indikator menghindar bila ada keramaian dalam kepribadian real manager
c. K45 adalah indikator memilih menghindari resiko dalam kepribadian the expert idea generation
Selanjutnya model diestimasi kembali dengan membuang indikator refleksif K17, K36, dan K45 Berdasarkan hasil pengolahan SmartPLS pada model kedua diketahui bahwa bahwa nilai loading (λ) dari indikator semua sub indikator > 0,5 dengan nilai T-statistik > 1,96 artinya semua indikator signifikan secara statistik dan valid dalam mengukur sub indikatornya masing-masing.
Semua indikator telah signifikan secara statistik dan valid dalam mengukur sub indikatornya masing-masing. Indikator yang memiliki kontribusi terbesar pada setiap sub indikator dapat diketahui dengan melihat sampel mean yang diperoleh dari hasil bootstrap pada SmartPLS. Indikator yang memiliki
kontribusi terbesar terhadap variabel laten kepribadian adalah sub indikator the expert idea generation dengan indikator senang berinovasi (K41) sebesar 0,903. Sedangkan pada variabel laten perilaku kewirausahaan memiliki kontribusi terbesar pada sub indikator disiplin dengan indikator menjalankan tata tertib dan etika serta peraturan perusahaan (P43) sebesar 0,93
Untuk menilai apakah suatu indikator benar-benar dapat dipercaya untuk mengukur konstruk, pada persamaan struktural dilakukan dengan menggunakan reliabilitas komposit atau reliabilitas konstruk. Suatu indikator merupakan pembentukan konstruk yang baik bila memiliki korelasi 0,7. Reliabilitas komposit sebagai ukuran konsistensi internal yang hanya dapat digunakan pada konstruk dengan indikator refleksif, sedangkan indikator dengan tipe formatif diukur dengan menggunakan bobot dari outer model.
Tabel 6. Uji Reliabilitas Komposit
Kepribadian Wirausahawan Perilaku Wirausahawan Variabel Reliabilitas
Komposit Keterangan Variabel
Reliabilitas
Komposit Keterangan
Kepribadian 0,909 Reliabel Perilaku Kewirausahaan 0,946 Reliabel Personal Archiever 0,895 Reliabel Integritas 0,909 Reliabel Supersales person 0,803 Reliabel Akuntabilitas 0,901 Reliabel Real Manager 0,815 Reliabel Transparansi 0,916 Reliabel The Expert Idea Generation 0,860 Reliabel Disiplin 0,943 Reliabel Ketelitian 0,844 Reliabel Kecepatan Kerja 0,920 Reliabel Ketekunan 0,908 Reliabel Fokus Pelanggan 0,897 Reliabel
Berdasarkan hasil uji reliabilitas komposit untuk variabel laten kepribadian yaitu personal archiever, supersales person, real manager dan the expert idea generation memiliki 𝜌𝑐 > 0,7. Demikian juga untuk variabel laten perilaku kewirausahaan yaitu integritas, akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan dan fokus pelanggan. Berarti indikator-indikator yang digunakan benar-benar dapat dipercaya mengukur konstruknya.
Pada PLS, koefisien parameter jalur diperoleh melalui bobot inner model dengan terlebih dahulu dicari nilai T-statistik melalui prosedur bootstrap standart error, dengan hasil perhitungan software Smart PLS sebagai berikut
Hipotesis
H0 : Kepribadian tidak berpengaruh terhadap perilaku wirausahawan H1 : Kepribadian berpengaruh terhadap perilaku wirausahawan Statistik Uji 𝑇𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑠𝑡𝑖𝑘 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑢𝑏 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟
Daerah penolakan H0 ditolak jika nilai T statistik 1,96
Tabel 7. Koefisien Parameter Jalur Hubungan
kasualitas
Koefisien Parameter Jalur
Rata-rata sub sampel (Bootstrap)
Standard Error
(Bootstrap) T Statistics
K P 0,820 0,819 0,032 25,932
Berdasarkan hasil estimasi bootstrap dengan menggunakan sampel 200, kasus persampel 51 dengan sampel asli sebanyak 38, diperoleh nilai koefisien parameter untuk model struktural (inner model) yaitu pengaruh kepribadian terhadap perilaku wirausahawan sebesar 0,820 satuan dengan nilai T-statistik sebesar 25,932 (lebih besar dari 1,96). H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kepribadian terhadap perilaku wirausahawan para penerima dana PMW ITS tahun 2011. Selanjutnya koefisien parameter yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan matematis adalah 𝜂 = 0,820 𝜉. Artinya setiap kenaikan kepribadian sebesar satu satuan akan mengakibatkan naiknya perilaku wirausahawan sebesar 0,820 satuan.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh peribadian terhadap perilaku wirausahawan mahasiswadapat disimpulkan bahwa persentase karekteristik mahasiswa dari 38 reponden pada umumnya berjenis kelamin laki-laki, berasal dari luar Surabaya, bertempat tinggal di rumah kos, dan rata-rata pengeluaran perbulan sebesar Rp 500.001 – Rp 1.000.000 yang sumber dananya dari kiriman orang tua. Pengaruh kepribadian terhadap perilaku kewirausahaan menggunakan SmartPLS diperoleh hasil
Pada model pertama terdapat tiga variabel indikator reflektif yang tidak valid dan diputuskan untuk mengeluarkan variabel indikator tersebut dari model pengaruh kepribadian terhadap perilaku wirausahawan. Variabel indikator reflektif yaitu indikator K17 adalah indikator mampu bekerja tanpa bantuan orang lain dalam kepribadian personal archiever. Indikator K36 adalah indikator menghindar
bila ada keramaian dalam kepribadian real manager. Dan indikator K45 adalah indikator memilih
menghindari resiko dalam kepribadian the expert idea generation
Pada model kedua (tanpa indikator K17, K36 dan K45), Indikator yang memiliki kontribusi terbesar terhadap variabel laten kepribadian adalah sub indikator the expert idea generation dengan indikator senang berinovasi (K41) sebesar 0,903. Sedangkan pada variabel laten perilaku kewirausahaan memiliki kontribusi terbesar pada sub indikator disiplin dengan indikator menjalankan tata tertib dan etika serta peraturan perusahaan (P43) sebesar 0,938
Hasil uji reliabilitas komposit pada variabel laten kepribadian dan perilaku kewirausahaan yaitu integritas memiliki 𝜌𝑐 > 0,7. Berarti semua indikator-indikator yang digunakan dapat dipercaya mampu untuk mengukur konstruknya.
Hasil estimasi bootstrap diperoleh nilai koefisien parameter untuk inner model yaitu pengaruh
kepribadian terhadap perilaku wirausahawan sebesar 0,820 satuan dengan nilai T-statistik sebesar 25,932. Sehingga persamaan matematis adalah 𝜂 = 0,820 𝜉, artinya setiap kenaikan kepribadian sebesar satu satuan akan mengakibatkan naiknya perilaku wirausahawan sebesar 0,820 satuan.
Saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah pembentukan kuesioner harus didasarkan pada sumber yang jelas sehingga kuesioner dapat mengukur variabel dan diperoleh hasil yang baik. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya ditambah dengan faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahawan selain kepribadian.
6. Daftar Pustaka
Ghozali dan Fuad. (2005). Structural equation modeling Teori Konsep & Aplikasi Dengan Program Lisrel 8.54. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Ghozali. (2011). Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial Least Square PLS Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hutagalung dan Helmi. (2008). Pengantar Kewirausahaan Sifat, Kepribadian, dan Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Wirausaha. http://usupress.usu.ac.id/files/Pengantar%20Kewirausahaan Normalbab%201.pdf (Tanggal akses 15 Oktober 2011)
Meredith. (2000). Kewirausahaan Teori dan Praktek Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Muliati. (2010). Analisis Data Menggunakan Partial Least Square (PLS) Part 1. http://annisty.blogspot.com/ 2010/01/analisis data-menggunakan-partial-least.html. (Tanggal akses 25 Nopember 2011)
Samian. (2008). Ukuran Sampel. http://samianstats.files. wordpress.com/2008/08/ukuran-sampel.pdf. (Tanggal akses 2 Nopember 2011)
Soebagijo. (2011). Pengembangan Struktural Equation Modeling (SEM) dengan Partial Least Square (PLS), Studi Kasus : Karakteristik Pengangguran di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009. (Tugas Akhir Tidak Dipublikasikan). Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sumin. (2009). Permodelan Persamaan Struktural Untuk Sampel Kecil Menggunakan Metode Bootstrap Pada Partial Least Square, Studi Kasus : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Guru Pada Perguruan Islam Al-Azhar Pontianak. (Tugas Akhir Tidak Dipublikasikan). Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Suryana. (2003). Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Bandung : Salemba
Empat.
Riyanti. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta : Grasindo.
---. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dari Pengusaha Kecil di Indonesia. http://ebooks.iaccp.org/ongoing_themes/chapters/riyanti/riyanti.php?file=riyanti&output=screen. (Tanggal akses 30 Oktober 2011)
Whjob.info. (2011). Indikator Perilaku dalan Evaluasi Kinerja. http://whjobs.info/indikator-perilaku-dalam-evaluasikinerja .html. (Tanggal akses 27 Oktober 2011)