• Tidak ada hasil yang ditemukan

[ BELAJAR FOTOGRAFI UNTUK PEMULA] E BOOK GRATIS. E-BOOK ini tidak diperjual belikan, Semoga bisa bermanfaat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "[ BELAJAR FOTOGRAFI UNTUK PEMULA] E BOOK GRATIS. E-BOOK ini tidak diperjual belikan, Semoga bisa bermanfaat"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

E – BOOK GRATIS

E-BOOK ini tidak diperjual belikan, Semoga bisa bermanfaat

Kami belum menghubungi penulis bersangkutan, jika E-BOOK ini dirasa merugikan mohon segera menghubungi email : joko_bkr_sttn@yahoo.com.

“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk berbagi, itu

sangat mulia!”

2014

15 – Febuari 2014

[

BELAJAR FOTOGRAFI UNTUK PEMULA

]

(2)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 2

MEMILIH MERK KAMERA

Pertanyaan yang mewabah di kalangan fotografer pemula adalah: “Mana yang lebih bagus? Nikon atau Canon?” dan seringkali mengeluarkan produsen lain semacam Sony, Panasonic, Vivitar dan yang lainnya dari daftar. Para fotografer pro tidak lagi memperdebatkan perbedaan teknis diantara keduanya, dan tidak lagi menjadikannya faktor penentu untuk memilih kamera. Faktanya, semakin berpengalaman seseorang dalam dunia fotografi, semakin yakin mereka bahwa merk kamera bukan masalah, tapi orang di baliknya yang berperan. Tapi, tetap saja, kesetiaan pada satu merk tertentu masih berlaku. Untuk membuatmu lebih mudah memilih diantara Nikon dengan Canon, kita lihat yang ini: Perbedaan-Perbedaan Kecil Tapi Nyata

Sistem image processing pada Canon mampu menjaga frame rate yang cepat dan membantu “menghaluskan” gambar saat proses berlangsung di dalam kamera. Ini adalah salah satu alasan pengguna dSLR yang terbiasa dengan point-and-shoot cenderung menyukai Canon; karena kemampuannya meminimalisasi tahap post-processing (tidak terlalu banyak editing setelah pemotretan). Tapi, banyak juga penggunanya yang tidak begitu menyukai “in-camera processing” semacam ini.

Image processing dari Nikon, sebaliknya, tidak begitu cepat dan tidak terlalu halus. Tapi fotografer bisa mengatasi ini dengan memotret menggunakan mode RAW dan mengandalkan data yang tersimpan untuk memperbaiki kekurangan ini. Terlebih lagi, Nikon punya auto-fokus yang lebih efisien. Teknologi image stabilization sama-sama bagus di kedua merk.

Keunggulan lain dari Canon dibanding Nikon adalah pengaturan pre-dialnya yang mengurangi konsumsi waktu untuk mengutak-atik setting saat pemotretan. Tapi, kebanyakan orang menganggap tidak adanya picture playback atau tampilan foto setelah pemotretan sebagai kekurangan.

Bagaimana dengan lensanya? Konsumen lower-end lebih memilih lensa zoom dan aperture yang konstan dari Canon, sementara fotografer pro lebih memilih lensa Nikon yang lebih lebar dan terang. Pengguna Nikon juga menyukai fakta bahwa semua lensa buatan Nikon bisa digunakan untuk semua jenis kamera yang mereka produksi dan sisi ergonomisnya terasa nyaman. Secara umum, Nikon dianggap lebih nyaman digunakan. Tapi ini tentu sangat subjektif karena semua orang bisa membiasakan diri pada apapun.

Merk Bisa Berarti Sejalan Dengan Tujuan Memotret

Pemahaman yang jelas tentang apa yang akan kita sering foto dalam waktu yang lama juga bisa membantu kita membuat pilihan.

Berdasarkan sebuah survey, mereka yang mempelajari fotografi di sekolah atau perguruan tinggi memilih Canon dan Nikon secara seimbang di awal tahun ajaran, tapi menjelang kelulusan kebanyakan dari mereka menggunakan Canon. Kenapa? Karena mereka yang belajar fotografi perlu

(3)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 3

membuat banyak jenis foto dalam situasi yang sangat bervariasi dan objek yang bergerak cepat dalam waktu singkat (3 hingga 4 tahun). Mereka mengatakan Canon memberikan hasil foto yang bagus, dan lensa yang lebih bisa diandalkan sementara Nikon cenderung macet shutter-nya jika digunakan untuk tipe kerja keras seperti ini.

Tapi fotografer yang lebih matang cenderung memilih Nikon karena kualitas lensa-nya yang premium. Mereka membutuhkannya untuk seni dan teknik yang ahli. Jadi, bisa dikatakan kalau kamu sering berurusan dengan banyak jenis fotografi, situasi pemotretan yang sangat bermacam dengan objek yang cepat, maka Canon adalah pilihan yang bagus. Sementara untuk kamu yang biasa memotret dengan pengaturan yang hati-hati dan suka sensitivitas yang lebih baik di cahaya redup dengan kontrol terbaik dari satu foto ke foto berikutnya, maka Nikon adalah pilihan untukmu.

Pengaruh Konsumerisme

Dengan semakin maraknya penggunaan dSLR di semua kalangan usia, penekanan industri pada penjualan kamera berdasarkan fitur terbaru telah mengubah pengalaman orang dalam membeli kamera. Sebuah riset mengatakan bahwa produsen kamera berlomba-loba membuat model kamera yang lebih baik secara terus menerus sehingga akhirnya upgrade yang mereka lakukan kadang hanya dibuat-buat sehingga sulit untuk menentukan mana yang lebih penting.

Sekarang fokus penjualan ada pada peningkatan megapixel dan bukannya level ISO, ukuran sensor gambar, dan pengurangan noise. Semua faktor ini harus bekerja sama untuk bisa menerjemahkan cahaya secara akurat hingga akhirnya menjadi sebuah foto digital. Level ISO menentukan seberapa banyak cahaya mengenai sensor kamera yang bekerja dengan sebuah chip untuk memindahkan cahaya menjadi pixel. Adalah panas yang dihasilkan oleh cahaya yang merusak pixel yang berdekatan sehingga menyebabkan munculnya noise. Apa solusinya? Sensor yang lebih besar, yang akan memberikan ruang lebih lebar antarpixel sehingga mampu menekan munculnya noise. Sensor lebar juga memungkinkan pixel yang lebih besar yang artinya mampu menangkap cahaya dengan lebih baik. Jadi, sebelum melihat ukuran megapixel-nya, lihat dulu ukuran sensornya karena ini yang secara signifikan menentukan kejernihan gambar. Sekarang, pikirkan seberapa sering perusahaan kamera mengiklankan ukuran sensor mereka? Tidak pernah. Malahan, mereka lebih sering berpromosi tentang berapa megapixel yang dimiliki model kamera terbarunya. Angka megapixel yang lebih besar memungkinkan ukuran gambar yang lebih besar juga tapi tidak berarti kualitasnya lebih baik.

Akhirnya, perlu dicatat bahwa Canon lebih pandai menjual dibandingkan Nikon. Canon secara efektif menggarisbawahi fitur semacam HD Video yang semua orang, dari tingkat pemula hingga profesional bisa pahami dan gunakan. Padahal keduanya sama bagus.

Jadi, Mana Yang Harus Dipilih?

Dengan segala perlombaan antar produsen dalam melakukan upgrade yang kurang signifikan dan marketing yang kurang bisa diandalkan, bagaimana orang bisa memilih dSLR yang tepat?

Untuk mereka yang baru memulai karir atau baru belajar memahami dSLR, Canon mungkin bisa jadi pilihan terbaik karena menawarkan proses pemotretan yang lebih lancar. Untuk mereka yang sudah

(4)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 4

cukup matang di dunia fotografi, kamera dan lensa apapun bukan masalah, tapi Nikon mungkin yang paling cocok karena kekuatan reproduksi-nya yang paling akurat.

Terakhir: Jangan terjebak upgrade kamera yang tidak akan ada habisnya, dan pahamilah bahwa Canon dan Nikon sama-sama menawarkan kamera yang berkualitas. Kalau kamu memang mencintai fotografi, kamu tidak akan mempermasalahkan merk.

BELAJAR FOTOGRAFI

Segitiga Emas Fotografi

Kunci dari mendapatkan foto yang ideal tergantung dari segitiga emas fotografi. Segitiga emas

fotografi adalah bukaan (aperture), kecepatan rana (shutter speed) dan ISO. Kombinasi dari ketiganya menentukan gelap terangnya sebuah foto.

BUKAAN / APERTURE / DIAFRAGMA

Aperture adalah bukaan lensa kamera dimana cahaya masuk. Bila bukaan besar, akan banyak cahaya yang masuk dibandingkan dengan bukaan kecil. Selain merupakan salah satu cara

mengendalikan cahaya yang masuk, bukaan di gunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang (depth of field / dof).

Dalam prakteknya, jika Anda berada di lingkungan dimana cahaya sangat terang, maka kita bisa menutup bukaan sehingga lebih sedikit cahaya masuk ke dalam. Jika kondisi lingkungan gelap, maka kita bisa membuka bukaan lensa sehingga hasil akhir menjadi optimal.

Bukaan juga bisa digunakan untuk mengendalikan kedalaman ruang. Bukaan besar membuat

(5)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 5

kedalaman bidang menjadi besar, akibatnya semua bidang dalam foto menjadi tajam atau berada dalam fokus.

Hal yang unik dan sering membingungkan pemula adalah nomor dalam setting bukaan adalah terbalik dengan besarnya bukaan. Misalnya angka kecil berarti bukaan besar, sedangkan angka besar berarti bukaan kecil. Contoh: f/1, f/1.4, f/2, f/4. f/5.6, f/8, f/16, f/22 dan seterusnya.

Setiap lensa memiliki bukaan maksimum dan minimum. Angka yang tertera dalam lensa seperti f/3.5-5.6 berarti makimum bukaan bervariasi antara f/3.5 sampai f/ f/3.5-5.6.

SHUTTER SPEED

Kecepatan rana (shutter speed) adalah durasi kamera membuka sensor untuk menyerap cahaya. Semakin lama durasinya, semakin banyak cahaya yang masuk ke kamera dan hasil foto akan

bertambah terang.

Satuan shutter speed adalah dalam detik atau pecahan detik. Biasanya berawal dari 1/4000 detik sampai to 30 detik. Variasi shutter speed ini diatur dari badan kamera bukan dari lensa.

Selain mempengaruhi kuantitas cahaya yang masuk, shutter speed mempengaruhi foto dalam dua hal: 1. Kecepatan rana yang cepat membekukan (freeze) objek yang bergerak.

2. Kecepatan rana yang lama menangkap gerakan (motion) objek secara berkesinambungan. Dalam praktek, kita mengunakan kecepatan rana yang tinggi untuk membekukan gerakan subjek yang bergerak, seperti pada foto liputan olahraga. Sebaliknya, kita mengunakan kecepatan rana yang rendah untuk merekam efek gerak, seperti dalam merekam pergerakan air terjun.

ISO

ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80 atau 100 dan akan berlipat ganda sampai 3200 atau lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil berarti sensivitas terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya.

ISO dengan angka besar atau disebut juga ISO tinggi akan menurunkan kualitas gambar karena munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto akan terlihat berbintik-bintik seperti pasir dan detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit seperti sedikit cahaya dalam ruangan, ISO tinggi seringkali diperlukan.

Di era kamera analog, ISO dikenal juga dengan ASA. Di jaman analog, ASA tergantung dari film yang kita pasang di dalam kamera. Namun di jaman sekarang, ISO bisa diubah sewaktu kita menghendakinya melalui kamera.

Dengan bermain dengan tiga setting dasar kamera, Anda akan bisa membuat foto Anda menjadi gelap, terang atau sedang. Gelap terangnya hasil akhir dalam foto tentunya tergantung selera Anda.

(6)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 6

MENGENAL KAMERA DSLR

BODY CAMERA

Artikel ini adalah bagian pertama dari serial belajar dSLR untuk pemula. Tentu saja kamu selalu bisa membaca dan berkonsultasi dengan buku manual yang datang satu paket dengan dSLR yang kamu beli, disini Fotonela hanya memberi bantuan panduan visual secara umum untuk memudahkan kamu. Juga sebagai referensi bagi mereka yang berencana untuk membeli dSLR pertama agar kamu tahu apa yang nanti akan kamu hadapi. Catatan: kamera yang saya gunakan sebagai panduan adalah kamera entry-level Nikon D3100.

Paket Pertama

Ketika pertama kali membeli seperangkat dSLR, di dalam kotaknya kamu akan menemukan peralatan seperti pada foto daiatas: body kamera, lensa kit 18-55mm, lens cap / penutup lensa, dan strap / tali kamera. Tentu kamu bisa membeli tiap bagiannya secara terpisah. Kalau sudah punya lensa, tinggal beli body yang sesuai demikian juga sebaliknya. Bagian mirror itu akan tampak bila lensa dilepas. Memasang lensa cukup mudah, hanya dipaskan di lens mount-nya dan diputar sampai terdengar bunyi ‘klik’.

(7)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 7

Di bagian atas body kamera, kamu akan menemukan beberapa tombol dan switch. Secara umum, tampilan pada kebanyakan dSLR entry level hampir sama:

1. Pop-up / Built-in Flash, untuk membantumu mendapat pencahayaan tambahan saat memotret di ruangan redup/gelap.

2. Hotshoe, untuk dipasangi flash tambahan / external flash. 3. Switch power, untuk menyalakan dan mematikan kamera.

4. Tombol shutter, untuk menemukan fokus bila ditekan setengah jalan saat menggunakan Auto Fokus, dan mengcapture / merekam gambar bila ditekan sepenuhnya baik pada mode Auto maupun Manual Fokus.

5. Tombol Exposure Value, untuk menaikkan atau menurunkan stop (kompensasi cahaya). 6. Tombol Info, untuk menampilkan atau mematikan informasi pengaturan kamera pada LCD 7. Switch mode pemotretan, untuk memilih pengaturan seperti apa yang dibutuhkan saat

memotret.

8. Switch shooting mode, untuk memilih cara kamera merekam frame / foto; apakah single (satu frame), burst (beberapa frame secara berurutan), self timer, dan quiet shutter (senyap).

Bagian samping

Di bagian kiri kamera, kamu bisa menemukan beberapa tombol juga, serta sepasang switch pada lensa kit.

1. Tombol flash, untuk menaikkan pop-up flash dan mengatur kompensasi cahayanya. 2. Tombol Function, untuk mengubah angka ISO.

3. Switch Auto / Manual Fokus.

4. Switch VR (Vibration Reduction), untuk mengurangi efek getaran saat kamera tidak menggunakan tripod.

(8)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 8

Bagian Belakang

Bagian belakang body kamera adalah tempat dimana kamu melakukan semuanya. Mulai dari mengatur exposure sampai membidik lewat viewfinder. Ini adalah “ruang kerja” pada sebuah dSLR.

1. Viewfinder / jendela bidik. Tempat kamu bisa melihat apa yang akan kamu foto dan mengaturnya dalam frame.

2. Tombol pengunci fokus dan pengatur metering.

3. Roda pengatur naik atau turunnya angka aperture, shutter speed, kompensasi exposure dan flash.

4. Tombol review untuk melihat hasil foto-foto yang sudah kamu ambil.

5. Tombol menu, untuk masuk ke menu kamera dimana kamu bisa membuat folder, melakukan in-camera editing, dan sebagainya.

6. Tombol zoom-out, untuk memperkecil tampilan hasil pemotretan dan melihat apa yang harus diperbaiki bila muncul tanda ‘?’ di LCD

7. Tombol zoom-in, untuk memperbesar tampilan hasil pemotretan.

8. Tombol info, untuk memilih bagian-bagian yang ingin diatur seperti ISO, metering, flash, exposure, dsb.

9. Switch live view, ini berbeda pada tiap model kamera, tapi fungsinya sama; untuk menampilkan frame di LCD sehingga tidak perlu membidik lewat viewfinder.

10. Tombol record untuk merekam video. 11. Tombol navigasi, atas, bawah, samping.

12. Tombol konfirmasi untuk memilih pengaturan yang sudah disesuaikan. 13. Tombol hapus.

14. Kotak besar di tengah itu adalah LCD, tempat semua info dan hasil foto ditampilkan.

Setelah mengenal secara umum bagian “keras” disini, pada artikel selanjutnya, kita akan melihat bagian “lunak” dari kamera, yaitu program dan sistem di dalamnya yang akan membawa kamu pada pemahaman tentang bagaimana kualitas sebuah foto secara teknis bisa diatur.

(9)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 9

INFO PENGATURAN

Sekarang, kita akan menjelajah bagian lunak atau sistem yang beroperasi di dalamnya dan apa fungsi dari tiap-tiap bagian yang terlihat pada LCD. Artikel ini adalah bagian kedua dari serial belajar dSLR. Secara umum, kamu akan melihat tampilan seperti ini pada layar LCD saat kamera menyala:

Ini artinya kamu sudah siap memotret. Tulisan “subject is too dark” menandakan cahaya yang dideteksi oleh kamera terlalu redup dan mungkin hasil foto akan gelap atau underexposed. Informasi diatas ada dalam keadaan preset Auto.

1. Kualitas dan ukuran foto. Ini adalah bagian informasi yang memberitahu kamu berapa ukuran gambar yang kamu pilih untuk fotomu. Apakah RAW, JPEG, Small, Medium, Large, dan seterusnya. Informasi ini bermanfaat terutama bila kamu ingin kemudian mencetak foto yang kamu ambil.

2. White Balance. Informasi tentang seberapa “benar” warna yang akan kamu dapatkan saat memotret dalam kondisi cahaya yang berbeda. Misalnya saat hari sedang mendung, cerah, atau apakah kamu memotret dibawah lampu neon atau bohlam dan sebagainya.

3. ISO, adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi angkanya, semakin terang foto yang kamu dapat, tapi dengan konsekuensi munculnya noise.

4. Informasi Fokus. Apakah kamu menggunakan Auto atau Manual dengan pilihan Single Servo, Continuous, dan seterusnya.

5. Informasi Area Auto Fokus. Dimana kamu bisa memilih Single-Point,, Dynamic, Auto, dan seterusnya tergantung pada jenis objek yang kamu bidik.

6. Informasi Metering. Untuk membaca cahaya pada kondisi Matrix, Center Weighted, atau Spot tergantung pada objek yang difoto.

7. Informasi ADL ini bisa dinyalakan atau dimatikan. Untuk memilih Active D-Lighting yang bisa digunakan untuk menerangi atau tidak bagian belakang pada foto landscape.

8. Informasi pengaturan resolusi dan durasi film pada Movie Mode.

9. Angka 207 pada gambar diatas menerangkan berapa banyak sisa foto yang bisa disimpan ke dalam SD card-mu.

(10)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 10

10. Exposure Compensation yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan stop atau kompensasi cahaya. Berguna saat kamu ingin membuat foto HDR atau membutuhkan lebih banyak cahaya saat memotret di tempat yang redup tanpa menyalakan flash.

11. Flash Compensation. Fungsinya hampir sama dengan Exp. Comp. tapi berfungsi untuk menaikkan intensitas cahaya pop-up / built-in flash.

12. Keterangan mode Flash yang digunakan, apakah Auto, Fill-Flash, Red-Eye, Rear, dan seterusnya.

13. Ini adalah perwakilan dari viewfinder. Titik-titik yang kamu lihat itu mewakili kemana fokus ditujukan dan berhubungan dengan nomer 5: Area Auto Fokus. Bila kamu memilih Single Point, maka hanya akan terlihat satu titik dalam kotak ini.

14. Lingkaran ini mewakili Aperture. Semakin besar lingkarannya, semakin lebar bukaan aperturenya.

15. Ini adalah ukuran Shutter Speed. Bila preset mode yang dipilih adalah Auto, maka ia akan menampilkan informasi Lo atau Hi, lambat atau cepat. Bila dipindah ke mode S atau Shutter Priority, tampilannya akan berubah menjadi angka. Kita akan lihat lebih detil tentang ini di artikel selanjutnya.

16. Bagian ini berhubungan dengan poin 14. Kamu akan lihat bahwa keduanya bergerak bersamaan. Bila lingkaran mengecil, angka f/ akan membesar. Sebaliknya, bila lingkaran membesar, angka f/ akan mengecil.

Demikian sekilas tentang bagian-bagian info yang muncul pada layar LCD. Besok kita akan lihat bagaimana masing-masing bagian ini dipadu-padankan untuk mendapatkan exposure yang sesuai agar foto yang diambil bisa mendapatkan cahaya yang cukup sehingga hasilnya bagus dan jelas.

Mode Manual, Aperture, Speed

Pada bagian ketiga ini, kita akan secara lebih spesifik mengenal preset mode yang bisa ditemui di kamera dSLR tapi tidak ada pada kamera point-and-shoot atau kamera saku, yaitu mode Manual, Aperture Priority, dan Speed Priority. Mode lainnya seperti Auto, Flash, Portrait, Landscape, Sport, Macro, dan Night Portrait pasti sudah sangat kamu kenal saat menggunakan kamera saku. Kamu juga bisa baca tentang semua mode ini di artikel yang lalu mengenai preset.

Inti dari penguasaan kamera dSLR adalah mengatur trio dinamis: aperture, shutter speed (kecepatan), dan ISO agar didapatkan exposure yang sempurna untuk kemudian menghasilkan foto yang bagus dan jelas. Pada kamera saku, kita hanya bisa menyerahkan semua pengaturan tadi pada kamera, kecuali ISO. Pada dSLR, kita punya kontrol penuh untuk menentukan exposure yang kita mau. Cepat, lambat, terang, gelap. Mungkin ini sedikit membingungkan dan perlu banyak latihan saat kamu baru mulai mempelajari dSLR, tapi percayalah kemampuan teknik ini akan meningkat seiring waktu. Dan, hanya diperlukan kebiasaan untuk bisa dikuasai.

(11)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 11

Kita sudah sering sekali bicara tentang aperture. Yaitu bukaan diafragma yang menentukan seberapa banyak bokeh dan atau fokus yang bisa didapat. Saat kamu memilih mode ini, akan tampil informasi sebagai berikut pada layar LCD:

Kamu bisa merujuk pada artikel yang lalu untuk mengetahui apa fungsi dari masing-masing bagian informasi ini. Aperture ditandai oleh huruf f. Bila berada dalam mode A (atau Av), angka f bisa dirubah dengan memutar roda di kanan atas body kamera (lihat artikel pertama dari serial ini). Ke kanan akan memperkecil bukaan (angka f makin besar) dan ke kiri memperbesar bukaan (angka f mengecil). Semakin besar angka f, semakin banyak bagian dari foto yang terfokus, semakin kecil angkanya semakin banyak bagian yang blur atau out-of-focus. Pada mode A ini, kamu punya kontrol atas Aperture, tapi Shutter Speed ditentukan oleh kamera. Bagian lainnya seperti White Balance, ISO, dan sebagainya bisa kamu sesuaikan. Untuk lebih jelasnya tentang aperture, kamu bisa baca lebih detil di artikel yang ini.

Manual Mode

Ini adalah bagian dari dSLR yang diagung-agungkan beberapa orang. Mereka akan bilang “Mode auto itu untuk amatir, yang sudah jago pakai manual dong.” Tapi tentu ini tidak benar karena ada saat-saat dimana mode auto akan lebih nyaman digunakan tidak peduli sejago apa kita. Saat kamu memilih manual, akan tampil informasi seperti dibawah ini pada layar LCD:

Kamu akan mendapat akses ke semua bagian pengaturan untuk disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan. Yang harus diingat: seuaikan dulu angka f melalui Aperture Priority lalu pindahkan ke mode Manual (M), lemudian kamu bisa mengatur yang lain-lainnya. Angka f tidak akan berubah meskipun kamu menaik-turunkan shutter speed. Jadi seluruh bagian exposure ada di tangan kamu.

(12)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 12

Mode manual ini bermanfaat saat kamu harus memotret di tempat yang cahayanya redup. Tips cepat tentang mode manual: Karena aperture berkaitan dengan dua hal lainnya; speed dan ISO, maka kedua bagian ini juga harus disesuaikan untuk mengimbagi naik atau turunnya angka f. Contohnya: bila bukaan aperture besar (angka f kecil) maka speed harus dinaikkan dan ISO diturunkan agar foto tidak overexposed atau terlalu terang.

Shutter Speed Priority

Kebalikan dari mode A, pada mode S (atau Tv) ini kamu yang menentukan angka Shutter Speed dan kamera akan menyesuaikan bukaan Aperture-nya. Mode ini umumnya digunakan untuk mereka yang suka memotret light painting dan membutuhkan shutter speed yang lama atau sebaliknya; untuk yang membutuhkan speed sangat cepat untuk menghentikan gerakan. Cara pengaturannya sama dengan Aperture: dengan menggerakkan roda di kanan atas body kamera ke kiri atau ke kanan. Ke kiri semakin lambat, ke kanan semakin cepat.

LENSA

Ini adalah bagian terakhir dari serial Belajar dSLR Untuk Pemula. Pada tiga bagian yang lalu, kita sudah menjelajahi bagian body kamera, informasi pada LCD, serta pengaturan pada tiap-tiap mode preset. Sekarang, kita akan lihat apa yang menjadi bagian paling “menghebohkan” dari kamera dSLR, yaitu lensa.

Salah satu alasan terbesar orang hijrah ke dSLR adalah lensanya yang bisa diganti-ganti sesuai kebutuhan. Fotonela sudah pernah membahas beberapa hal tentang lensa dSLR ini. Artikel-artikel itu adalah tentang:

Dasar Ukuran Lensa Kamera

Lensa dibuat dengan berbagai ukuran yang menentukan focal length. Semakin panjang focal length-nya, semakin sempit view-nya tapi semakin dekat dengan objek. Semakin pendek, semakin lebar pandangan yang kita dapat tapi objek akan tampak jauh dalam foto.

Lensa standar disebut lensa prime atau fix dan tidak memiliki fasilitas zoom. Ini berarti satu lensa hanya satu ukuran focal length. Biasanya ia menghasilkan gambar yang lebih tajam dibandingkan lensa zoom. Jika kamu menggunakan prime lens, satu-satunya cara untuk mendekat dan menjauhi objek hanya dengan bergerak. Prime lens ada dalam beberapa ukuran, yaitu 24mm, 35mm, 50mm, 85mm, 100mm, 135mm, 200mm, 500mm, and 1000mm. Lensa ukuran 50mm menghasilkan gambar paling tajam pada bukaan aperture terbesar.

Beberapa lensa yang – memang – mahal, bisa memberikan hasil yang dramatis pada foto yang kamu ambil, misalnya lensa zoom 70-200mm f/2.8 yang bisa menghasilkan foto hampir tampak 3 dimensi. Biasanya digunakan untuk foto-foto makro yang menonjolkan detil kecil.

(13)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 13

foto yang diambil menggunakan lensa zoom 70-200mm f/2.8 oleh Riesling Dream Ada juga wide-angle lens yang bisa memberikan pandangan lebar dari kiri ke kanan seperti lensa ukuran 17-40mm f/4.0 sehingga memberikan kesan luas dan lega. Biasanya digunakan untuk memotret landscape.

landscape yang dipotret menggunakan wide angle lens oleh Pietro Omar

Seperti yang sudah pernah kita ulas dalam artikel tentang aperture, angka f atau f/stops akan menentukan juga kecepatan lensa. Semakin kecil angkanya, semakin cepat. Lensa dengan angka f/stops kecil harganya lebih mahal, ukurannya lebih panjang, dan lebih berat karena ia menggunakan banyak kaca untuk mengatur cahaya di dalamnya. Ia bisa memotret lebih baik dengan cahaya rendah dan menghasilkan DoF yang sempit. Lensa zoom yang cepat ada pada ukuran f/stops terkecil 2.8, sementara zoom yang lambat ukuran f/stops terkecilnya 5.6. Lensa fixed yang cepat angka f/stops terkecilnya 1.4 dan 2, sementara yang lambat adalah f/2.8 atau f/4.

Kit lens, atau lensa yang biasanya datang satu paket dengan kamera, adalah lensa zoom dengan range 18-55mm yang termasuk lensa lambat. Jika sudah cukup mengenal dasar-dasar memotret, mungkin kamu ingin mencoba lensa fixed 50mm yang hasilnya bagus tapi harganya terjangkau. Setelah beberapa lama, mungkin kamu akan ingin menabung untuk membeli lensa yang lebih panjang, atau mungkin lensa wide angle sesuai keperluan memotretmu. Mungkin juga kamu

(14)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 14

harus coba terus menerus memakai satu lensa dalam waktu yang lama sampai kamu benar-benar memahami fungsinya dan mengenal “sweet spot”-nya untk menghasilkan foto terbaik.

Terlepas dari semua ukuran lensa diatas, orang di balik lensa yang lebih menentukan hasil akhir dari foto-foto yang akan dibuat. Fotografer yang tidak bisa memotret tetap akan menghasilkan foto yang buruk meskipun lensanya super canggih.

Memaksimalkan Manfaat Kit Lens

Ketika kamu pertama kali membeli dSLR, mungkin body camera akan dibeli satu paket dengan kit lens atau lensa bawaan. Pada umumnya 18-55mm f/3.5-5.6 seperti yang datang bersama Nikon D3100 yang saya gunakan. Lensa ini bagus untuk memotret dengan wide angle sampai jarak medium. Lensa zoom ini tidak termasuk lensa cepat (seperti yang sudah kita bahas pada post sebelumnya), tapi jangan berkecil hati dulu. Bila kamu mengenal dan menggunakannya dengan benar, dia bisa menghasilkan foto-foto yang kualitasnya tidak jauh beda dengan lensa-lensa mahal.

Lensa Kit Nikon 18-55mm

Carilah Sweet Spot pada lensamu. Semua lensa punya sweet spot, ini adalah titik dimana lensa bisa menghasilkan gambar tertajamnya. Lensa ukuran 18-55mm f/3.5-5.6 punya sweet spot di sekitar f/8. Kamu, tentunya, bisa memotret dengan bukaan aperture lebih tinggi atau rendah dari itu tanpa masalah. Tapi untuk ketajaman maksimal, gunakan angka f/8 untuk aperture.

Bergabunglah dengan cahaya. Karena kit lens tidak termasuk lensa cepat, maka dia tidak bekerja dengan baik dengan pencahayaan rendah. Tapi dibawah cahaya terang, ia bisa jadi luar biasa. Manfaatkan matahari di saat hari cerah, dan kamu akan mendapatkan foto-foto yang bagus.

Stabilkan tanganmu. Karena teknik memegang kamera sangat berpengaruh dalam menentukan ketajaman foto. Terutama di tempat-tempat bercahaya rendah. Berlatihlah memantapkan pegangan tanganmu. Tapi ini tentu hanya berlaku kalau kamu tidak memiliki tripod atau tidak ada permukaan datar untuk meletakkan kameramu.

Gunakan pengaturan yang “menurun” saat kamu harus memotret di dalam ruangan atau dengan pencahayaan rendah.

(15)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 15

Jangan menggunakan zoom in terlalu dekat, melebar saja. Zoom in akan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke kamera.

Naikkan ISO. Tapi, tentu, ISO yang tinggi akan mengakibatkan noise pada fotomu.

Pakailah angka tengah. Ini sama dengan sweet spot pada bukaan aperture, angka terbaik untuk mendapatkan gambar tertajam ada di bagian tengah lensa atau sekitar 35mm. Ini juga jarak yang bagus untuk membuat portrait yang indah. Pada jarak 35mm, atau setara dengan 52 mm pada sensor .5 atau .6, pembesaran yang dihasilkan lensa paling sedikit memberikan “gangguan” gambar terutama pada garis-garis lurus.

Tidak perlu kuatir tentang membeli lensa yang lebih mahal kalau saat ini kamu sudah punya kit lens. Manfaatkan dulu karena sekarang kamu sudah tahu bagaimana memaksimalkannya.

3 LENSA DSLR YANG SEBAIKNYA KAMU PUNYA

Memang benar bahwa kemampuan seorang fotograferlah yang menentukan bagus atau tidaknya hasil akhir sebuah foto. Tapi, di dunia digital ini, dengan semakin banyaknya fitur yang

ditawarkan kamera dSLR dan lensa, peralatan juga memegang peranan penting agar seorang fotografer bisa mendapatkan hasil yang ia inginkan. Setelah kamu punya body camera dSLR, saatnya berinvestasi di tiga lensa ‘dasar’ yang sebaiknya kamu punya.

Hanya ada tiga jenis lensa yang terbukti akan memberikan keuntungan di sepanjang perjalanan fotografi. Mereka adalah:

1. Lensa Medium

Ini adalah tipe lensa paling umum untuk kamera dSLR dan umumnya digunakan untuk foto-foto mid-range. Lensa medium bisa menangkap apa yang mata kita biasa lihat, sehingga membuatnya menjadi alat yang sempurna untuk portrait. Jika kamu akan membeli lensa medium, pilihan terbaiknya adalah ukuran 50mm dengan f/1.8

(16)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 16

2. Lensa Wide-angle

Kalau kamu sering membaca artikel tentang kamera dSLR dan fotografi, maka kamu pasti akrab dengan lensa wide-angle. Ini adalah lensa dSLR yang digunakan untuk memotret pemandangan yang lebar dalam jarak yang terbatas (misalnya kalau kamu tidak bisa bergerak mundur lebih jauh untuk mendapatkan pandangan melebar). Tapi, lensa ini juga bisa digunakan untuk menghasilkan lebih banyak kedalaman untuk menghasilkan perspektif yang menarik. Lensa Tokina 11-16mm dengan f/2.8 bisa menjadi pilihan terbaik untuk lensa jenis ini karena mengklaim mampu memberikan pandangan yang sangat lebar tanpa menimbulkan efek fish-eye.

3. Lensa Telephoto

Pasti keren sekali kalau kamu bisa memotret burung yang sedang bertengger di ketinggian pohon atau memotret candid dari jarak yang aman sehingga objek tidak menyadari

kehadiranmu. Ini semua dimungkinkan oleh lensa telephoto yang secara nyaman membuat objek yang sangat jauh jadi tampak dekat. Lensa ini juga hebat dalam hal mengkompres ruang dan menunjukkan proporsi yang benar. Untuk pemula, disarankan Canon 85mm f/1.8 karena bisa memberikan depth of field yang indah.

Sebelum kamu memutuskan untuk melengkapi persenjataanmu dengan lensa-lensa ini, berikut tips untuk membeli lensa dSLR:

Pahami kebutuhanmu – foto macam apa yang ingin kamu tangkap? Apakah kamu berfokus pada landscape ataukah portrait? Kalau kamu punya ide yang jelas tentang pilihan fotografimu, maka ini akan memudahkanmu menemukan lensa dSLR yang tepat.

(17)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 17

Disiplin dengan budget - dengan begitu banyaknya pilihan, kamu bisa dengan mudah terlena lalu membeli benda-benda yang sebenarnya tidak kamu perlukan. Untuk memastikan kamu hanya membeli apa yang perlu, buatlah anggaran dan berdisiplinlah dengan apa yang sudah kamu rencanakan.

Baca beberapa review – rajinlah browsing dan membaca review hands-on dari beberapa pakar lensa dan kamera, lihat-lihatlah beberapa hasil jepretan dari lensa yang kamu cari untuk

membantu menentukan merk dan ukuran yang paling cocok denganmu.

Bandingkan harga – jangan pernah berpikir bahwa kualitas sebuah lensa dSLR hanya berdasar pada harganya. Saat kamu mencari lensa kamera yang sempurna, perhatikanlah fiturnya lalu bandingkan harganya dengan merk lain yang memiliki fitur sama. Mungkin hal semacam ini terdengar merepotkan, tapi hasilnya akan sangat sepadan.

Kamera dSLR pastinya adalah sebuah alat yang hebat untuk fotografer modern. Tapi, ini bukan alasan untuk jadi korban bujuk rayu iklan. Selalu berpikir dengan jernih, pelajari dasarnya, lalu evaluasi pilihanmu. Ini adalah cara terbaik untuk mendapatkan lensa dSLR yang terbaik

untukmu.

Ada lensa zoom (beberapa ukuran dalam satu lensa, mulai dari jarak paling dekat ke yang paling jauh), lensa fix/prime (satu ukuran saja pada satu lensa), serta lensa-lensa dedicated atau lensa khusus untuk keperluan tertentu seperti macro, wide angle, fisheye, tilt-shift, dan sebagainya.

Kenapa seorang fotografer membutuhkan beberapa lensa yang berbeda?

Karena kemampuan setiap lensa berbeda, dan seorang fotografer akan sampai pada saat dimana ia membutuhkan lensa dengan karakteristik yang berbeda. Misalnya, mereka yang suka memotret benda-benda langit akan membutuhkan lensa tele yang bisa zoom sampai mendekati objek. Mereka yang menggemari portrait akan menyukai lensa dengan bukaan aperture maksimal yang kecil. Mereka yang suka landscape akan memilih lensa ultra wide angle, dan seterusnya

Bagaimana caranya saya tahu lensa apa yang saya butuhkan?

Tentunya berawal dari praktek. Umumnya, lensa pertama yang digunakan pengguna pemula dSLR adalah lensa kit ukuran 18-55mm dengan f/5.6-3.5. Seiring waktu dan penggunaannya, kamu akan mengenali keterbatasan dari lensa ini. Misalnya, bokeh yang kurang maksimal karena bukaan aperture yang tidak terlalu lebar. Atau sulitnya mendapatkan foto candid karena jarak tele-nya yang “hanya” 55mm. Lalu seiring waktu pula kita akan mulai menemukan satu genre yang menjadi favorit kita. Apakah itu macro, landscape, portrait, dan sebagainya. Dari sinilah kamu kemudian akan mencari lensa yang paling cocok dengan kebutuhan, Setelah melalui riset, survey, menbaca referensi kamu pasti bisa menemukan lensa yang paling cocok baik itu secara teknis maupun anggaran.

Kenapa ada lensa yang mahal dan ada yang murah?Banyak variabel yang menentukan harga sebuah lensa. Mulai dari merk sampai kualitas optik. Lensa fix biasanya lebih murah daripada lensa zoom karena rangkaian kaca di dalamnya lebih sederhana. Lensa dedicated akan jauh lebih mahal karena membutuhkan optik khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Merk lensa juga menentukan harga. Ini kemudian membuat orang mencari alternatif untuk bisa memasangkan kameranya dengan

(18)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 18

lensa dari pabrikan lain yang kualitasnya bagus tapi harganya lebih terjangkau. Atau bisa juga digunakan converter yang fungsinya seperti filter tapi bisa menciptakan efek dengan harga jauh lebih murah daripada lensa khusus.

Sekarang, kita akan lihat bagian-bagian umum dari sebuah lensa dSLR. Sebagai contoh, saya pakai lensa fix 50mm:

Pada bagian tubuh lensa, atau pipa, kita bisa menemukan informasi sebuah lensa. Berapa ukuran focal lengthnya (pada gambar diatas, 50mm), berapa bukaan aperture maksimalnya, berapa diameternya, dan pada lensa zoom akan tertera angka-angka untuk menandai perubahan focal length dari jauh ke dekat dan sebaliknya. Juga pada beberapa lensa ada penanda infinity (angka 8 rebah) untuk bukaan aperture minimal yang terkecil

Switch auto fokus/manual fokus bisa digunakan sesuai kebutuhan. Auto untuk kepraktisan, sementara manual menawarkan ketepatan. Kamu bisa baca juga artikel tentang menguasai manual fokus dan situasi apa saja yang cocok untuk mode ini.

Jika lensa dalam keadaan MF (Manual Focus), maka ring fokus di bagian ujung bisa diputar-putar untuk menemukan titik fokus yang tepat dan diinginkan. Jangan sekali-kali memutar ring ini pada keadaan AF karena bisa merusaknya secara permanen.

(19)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 19

 Seperti yang kamu mungkin sering dengar di televisi akhir-akhir ini; lensa adalah kekuatan kamera SLR. Ada banyak sekali jenis lensa di dunia fotografi dengan kegunaan, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing. Untuk kamu yang mungkin belum begitu paham, berikut daftarnya:

Fisheye: Tidak ada manfaat spesifik, kecuali memberikan efek mata ikan. Baca juga penjelasan lebih spesifiknya di artikel yang ini.

Ultra-wide rectilinear, lebih lebar dari 19mm: Biasanya untuk memotret interior, dengan ruang terbatas tapi dibutuhkan pandangan menyeluruh di dalam sebuah ruangan.

Ultra-wide-angle (19, 20, 21, atau 24mm): Satu dari empat atau lima lensa penting untuk profesional, sangat berguna untuk seniman dan pemula yang sudah mengenal dasar fotografi. Digunakan untuk landscape, interior, street photography, foto massa, dan sebagainya. Masih jarang orang menggunakan lensa ukuran ini untuk fotografi sehari-hari.

Ultra-wide-angle zoom (lebar ujungnya 20mm atau lebih lebar): Berguna jika seorang fotografer mau membawa sebuah lensa berat dan bukannya tiga yang lebih ringan, atau mereka yang menyukai efek flare. Kadang berpasangan dengan lensa zoom 80-200mm sebagai dua lensa penting profesional.

Wide angle: Sekarang lensa ukuran 24mm lebih sering digantikan oleh 20mm dan lensa 35mm telah menjadi focal length yang dianggap normal, sehingga diantara keduanya hadirlah focal length fixed yaitu 28mm. Berguna untuk melakukan pemotretan apapun (terutama untuk street photography, art, photojournalism, dan portret lingkungan) dimana tampilan lebar dibutuhkan.  Shift: Untuk memotret bangunan. Memperbaiki lengkungan pada garis yang diakibatkan oleh

masalah perspektif.

Tilt shift: sama dengan lensa shift, sekarang biasanya digunakan untuk memberi efek miniatur, juga untuk memotret landscape dengan porsi foreground yang banyak.

Zoom 28-200mm untuk segala keperluan: jarang dipakai karena range focal-nya yang terlalu lebar sehingga tidak bisa menghasilkan foto yang kualitasnya baik.

Lensa fixed normal (35mm): Ini adalah focal length yang paling mudah digunakan untuk memotret, tapi seringkali digantikan oleh lensa zoom. Sering digunakan untuk street photography.

Normal/standard (50mm): Berguna untuk memotret jarak dekat. Bagus untuk belajar disiplin bagi mereka yang sudah terbiasa menggunakan lensa zoom. Jika digunakan oleh mereka yang ahli, bisa menghasilkan foto serupa wide angle juga telephoto.

Macro/micro: Untuk memotret bunga, serangga, bola mata, bulu mata, barang-barang kecil, sarang laba-laba yang dihiasi embun, dan semacamnya. Lensa hobi yang sangat populer, karena fotografer makro adalah salah satu tipe fotografer paling antusias yang seringnya memotret hal-hal menyenangkan.

Normal super cepat (f/2, f/1.2): Digunakan oleh mereka yang suka depth of field yang sangat terbatas. Biasanya untuk membuat portrait, juga untuk mereka yang suka bokeh.

(20)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 20

Zoom standard (35-70mm, 28-105mm, 35-135mm, dsb.): Digunakan untuk memotret dibawah cahaya terang – biasanya snapshot, pemandangan, mobil, foto perjalanan, foto-foto underexposedm dan foto yang meledak karena flash dari kamera. Berguna untuk foto-foto yang sangat umum.

Lensa fixed 135mm: Jarang digunakan atau dimiliki. Umumnya hanya menjadi lensa standard 35mm jika digunakan pada kamera rangefinder.

Zoom medium cepat: Untuk profesional, ini adalah lensa sehari-hari. Untuk pemula, jarang digunakan. Sangat mahal, besar, dan berat tapi kualitasnya setara lensa fixed yang lebih murah.  Short tele (75, 77, 80, 85, 90, 100, atau 105mm): Untuk portrait, landscape ketat, foto wajah,

beauty dan fashion. Biasanya kit lens yang datang bersama body camera juga dalah zoom standard seperti ini.

Lensa fixed lambat 180mm atau 200mm: Ringan dan mudah dibawa.

Telephoto zoom standard (70 atau 80 atau 180, 200, atau 210): Baik itu cepat atau lambar, lensa ini bagus untuk kebanyakan fotografer, pro maupun pemula. Digunakan untuk segala jenis action, aktivitas, fashion, portrait, foto wajah, reportase, olahraga, wildlife, landscape dan alam. Bisa mencakup range telephoto yang dibutuhkan kebanyakan fotografer – setidaknya sampai mereka mulai tertarik untuk memotret burung.

300mm cepat: Untuk fashion, katalog, fashion show, olahraga, alam, pertunjukan pesawat terbang. Lensa yang penting untuk profesional, juga untuk fotografer alam. Agak sulit digunakan oleh pemula kecuali untuk memotret serangga.

400mm: Serangga, olahraga, dan burung. Juga untuk memotret pertandingan sepak bola dengan fokus pada pemain secara individu.

500mm: Serangga dan burung.  600mm: Serangga.

RAW vs JPEG: Format Mana Yang Lebih Baik?

Pengguna kamera digital SLR atau Saku tingkat lanjut (prosumer) sering dihantui pernyataan mendasar sebelum memulai pemotretan: format file apakah yang akan saya pilih, JPEG/JPG ataukah RAW? Artikel ini akan membahas secara singkat dan mudah (dijamin tidak ada persamaan matematika dan fisika) beda diantara keduanya.

(21)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 21

Pada dasarnya kebanyakan kamera bekerja dengan cara seperti ini: Saat kita memencet tombol shutter, kamera akan merekam data mentah yang diterima sensor (baca RAW). Berdasar data ini, software di dalam kamera akan memutuskan beberapa parameter, misalnya seberapa jauh foto perlu dipertajam, setting white balance mana yang sesuai, berapa level eksposur yang dipakai, seberapa besar saturasi warna-nya dan seberapa besar beda kontrasnya dll. Hasil pengolahan data oleh software di dalam kamera ini selanjutnya dikirim ke memory card dalam bentuk file JPEG. Sudah paham bedanya kan?

Ya, RAW adalah data mentah yang langsung ditangkap sensor sedangkan JPEG adalah data matang yang sudah diolah oleh software kamera. Jika kita memutuskan untuk memilih format RAW, berarti kita memerintahkan kamera untuk langsung mengirim data mentah dari sensor ke memory card. Dan kalau kita memilih format JPEG, berarti kita memerintahkan kamera untuk memproses data dari sensor terlebih dahulu sebelum mengirim ke memory card.

Kenapa harus ada format RAW?

Bagi sebagian besar penggemar fotografi, hasil olahan kamera seringkali sudah cukup bagus. Namun bagi kalangan profesional dan hobiis serius, mereka tidak rela kamera mengotak-atik foto yang mereka jepret. Format RAW membuat kita bisa mengubah-ubah parameter pemotretan sesuka kita. Dengan bantuan software pengolah RAW (photoshop, lightroom, GIMP, ACDSee dll), kita bisa mengubah nilai eksposur, white balance, saturasi sampai kontras untuk kemudian menyimpannya dalam format yang lain: JPG atau TIFF.

Keuntungan memakai RAW?

 Kita bisa mengotak – atik file mentah menjadi foto matang sesuai keinginan kita.

 Opsi pengolahan foto menjadi jauh lebih banyak sehingga mereka yang berjiwa super kreatif lebih terpuaskan

 Informasi yang tersimpan lebih banyak (jika anda memilih JPEG, kamera akan menghilangkan sebagian kecil data untuk memperkecil ukuran file dan mempercepat proses pengolahan)  Kualitas foto secara keseluruhan lebih baik, ini berkaitan dengan adanya kompresi jika

memakai JPEG Kerugian memakai RAW?

 Memakan kapasitas hardisk dan memory card. Karena tidak ada proses kompresi, maka ukuran file RAW jauh lebih besar dibanding JPEG (sekitar 3 sampai 4 kali lebih besar)

 Memakan waktu lebih banyak. Baik selama pemotretan (mengurangi kecepatan kamera terutama dalam mode burst) maupun selama pengolahan di komputer (karena ukuran file-nya). Jadi Format Apa Yang Sebaiknya Dipilih?

 Jika anda punya hardisk diatas 500GB, memory card minimal 4GB dan sedang memotret moment (atau orang atau tempat) yang istimewa, pilihlah mode RAW

 Jika anda sedang memotret hal “biasa” atau butuh memotret berondongan (burst), atau hanya memiliki kapasitas hardisk dan memory card pas-pasan, pilihlah mode JPEG.

(22)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 22

 Atau ambil jalan tengah jika anda punya kapasitas hardisk dan memory card yang berlebih: pilih mode RAW + JPEG (kamera akan menyimpan 2 format sekaligus)

Catatan:

1. Format file JPEG juga mengijinkan pengolahan foto yang lumayan banyak, hanya hasil dan cakupannya tidak seluas dan sebaik RAW.

2. Tersedia juga format TIFF, namun sebaiknya tidak perlu dipakai karena ukuran file-nya yang segede gajah

10 MASALAH PEMULA SAAT BELAJAR MENGGUNAKAN LENSA DSLR

Berpindah dari kamera saku ke kamera yang lensanya bisa diganti-ganti, bisa jadi sebuah pengalaman yang membingungkan. Tapi kamu juga pasti tahu bahwa ini adalah perjalanan menuju foto-foto yang lebih baik. Saat kamu belajar mengakrabi dunia dSLR dengan bermacam jenis lensanya, sepuluh kesalahan berikut adalah yang paling sering terjadi. Sebelum kamu mengalaminya, mari baca dan lihat bagaimana cara menghindari atau mengatasinya.

1. Foto Buram atau Goyang

Jika kamu memasang lensa dengan focal length panjang atau lensa telephoto lalu mencoba mengkomposisi sebuah foto, kamu akan melihat bahwa menjaga objek tetap ada di titik yang sama lebih sulit dibandingkan bila menggunakan lensa standar. Ini karena lensa dengan focal yang lebih panjang secara efektif mendekat ke objek dan gerakan sekecil apapun dari kamera akan menyebabkan foto menjadi buram.

Jika kamera atau lensamu punya pilihan stabilisator, nyalakanlah. Tapi, peraturan fotografi secara umum mengatakan bahwa semakin panjang focal length sebuah lensa, semakin cepat pula shutter speed yang dibutuhkan untuk menghindari goyangan kamera. Misalnya kamu menggunakan lensa 100mm, maka shutter speed yang aman untuk mencegah foto yang buram adalah diatas 1/100 detik.

2. Terlalu Banyak Depth Of Field

Beberapa objek, seperti landscape, biasanya akan tampak lebih baik bila seluruh bagian fotonya tajam. Ini bisa didapatkan dengan mengatur fokus secara hati-hati dan menggunakan aperture kecil sekitar f/22 untuk menghasilkan depth-of-field yang lebar dan ketajaman dari ujung ke ujung. Tapi, kadang-kadang kamu ingin memisahkan objek dari sekelilingnya – seperti pada portrait – dengan mengaburkan background dan ini membutuhkan aperture besar semacam f/5.6 atau bahkan f/2.8.

(23)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 23

Jika kamu melihat bagian background kurang blur atau kurang lembut, kamu punya dua pilihan untuk memperbaiki ini; bukalah aperture lebih lebar atau pindahkan ke focal length yang lebih panjang karena depth of field akan semakin sempit seiring naiknya focal length.

3. Foto Yang Terdistorsi

Lensa wide angle sangat berguna jika kamu ingin memotret pemandangan yang lebar atau jika kamu memotret di dalam ruangan yang sempit, tapi lensa ini bukan pilihan yang baik untuk portrait. Masalahnya adalah jika objek ada dekat dengan lensa, maka ia akan tampak lebih besar di bagian hidung sementara mata dan kepala tampak lebih kecil. Ini tentu bukan tampilan yang menyenangkan. Untuk hasil yang lebih baik, pindahkan ke focal length yang efektif sekitar 70-100mm, lensa ukuran 85mm adalah lensa favorit untuk para fotografer portrait dengan sensor full-frame. Sementara fotografer dengan kamera format APS-C atau cropped sensor (biasanya entry level) akan menggunakan ujung telephoto (umumnya 55mm) pada kit lens mereka untuk portrait.

4. Garis Vertikal Yang Melengkung

Ini terjadi sebagai efek perspektif saat kamu memotret gedung. Bagian bawahnya akan tampak lebih lebar dibanding bagian atas. Ini bisa memberikan hasil yang dramatis, terutama jika kamu masuk ke dalam gedung lalu memotret bagian atas dengan lensa wideangle untuk menekankan perspektifnya. Tapi, jika kamu ingin memasukkan lebih banyak lingkungan sekitar gedung ke dalam foto, maka kemungkinannya gedung akan tampak menciut ke atas. Cara menghindari efek semacam ini adalah dengan menjaga sensor kamera tetap paralel dengan bagian depan gedung. Caranya, kamu bisa mundur cukup jauh untuk memungkinkan seluruh gedung masuk dalam frame dalam keadaan lurus tanpa harus memiringkan kamera ke atas, atau kamu bisa memperbaiki ini saat post processing dengan menarik bagian atas frame agar foto tampak proporsional.

5. Tidak Bisa Fokus Jika Terlalu Dekat

Salah satu hal yang mungkin akan kamu perhatikan saat mulai menggunakan dSLR adalah kamu tidak bisa mengatur fokus jarak dekat semudah saat menggunakan kamera saku. Cara terbaik untuk mendekat pada objek adalah dengan menggunakan lensa macro. Ini bukan pilihan yang murah, tapi ada alternatif lain untuk melakukan ini. Kamu bisa baca di artikel tentang alternatif lensa macro. 6. Exposure Berubah Saat Melakukan Zoom

Kecuali kamu punya lensa zoom yang mahal dan berkualitas tinggi dengan aperture maksimal yang konstan, kamu harus berhati-hati dengan perubahan exposure saat melakukan zoom dari satu ujung lensa ke ujung yang lain. Kit lens biasa, misalnya, punya aperture maksimal f/3.5 pada ujung wideangle dan f/5.6 pada ujung telephoto. Ini artinya, jika kamu memotret dengan aperture terbuka lebar pada focal length terpendek lalu kamu zoom ke titik terjauh maka aperture-nya akan berubah. Jika kamu menggunakan pengaturan aperture priority atau salah satu mode otomatis, maka shutter speed yang akan berubah dengan sendirinya, sehingga brightness pada foto tidak akan berubah tapi ada kemungkinan foto akan blur. Jika kamu memotret dengan mode exposure manual, foto akan jadi lebih gelap saat kamu melakukan zoom ke focal length yang lebih panjang jika kamu tidak menyesuaikan shutter speed sebagai kompensasinya.

(24)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 24

7. Flare

Flare bisa mengurangi kontras pada foto dan menciptakan titik berbentuk bintang yang sangat terang dalam foto. Ini disebabkan oleh sinar yang masuk ke lensa pada sudut tertentu lalu kemudian memantul di dalam optik. Ini bisa menjadi masalah jika ada sumber cahaya semacam matahari di dekat pinggiran frame foto atau jika ada cahaya yang melewati bagian depan elemen lensa.

Untungnya, ada solusi yang sangat mudah untuk masalah flare ini – gunakan lens hood. Banyak lensa yang dijual bersamaan dengan hood-nya, tapi kalau tidak, kamu busa memebeli terpisah atau bahkan membuat sendiri dengan menggunakan karton. Tanganmu juga bisa dijadikan lens hood, sama seperti saat kamu melindungi mata dari matahari yang silau.

8. Kamera Tidak Seimbang Dengan Lensa Telephoto

Lensa telephoto yang panjang biasanya cukup berat dan jika kameramu dipasang di tripod, kamu mungkin akan bekerja keras menahan lensa agar tidak jatuh. Solusinya adalah memindahkan penahan lebih ke depan sehingga kamera dan berat lensa tersebar dengan merata dari depan ke belakang.

Banyak lensa panjang disertai dengan pegangan untuk kepentingan keseimbangan. Keuntungan lain dari pegangan ini adalah, kamu bisa dengan mudah memindahkan format kamera dari landscape ke portrait dengan cepat.

9. Vignette

Banyak lensa menghasilkan foto dengan bagian tepi yang lebih gelap jika digunakan dengan aperture yang terbuka lebar. Meskipun efek vignette ini secara teknis adalah gangguan, tapi bisa tampak menarik dan bahkan beberapa fotografer sengaja menggunakannya untuk menarik perhatian ke tengah frame.

Jika kamu ingin menghindari ini, kamu harus menutup aperture sedikit. Vignetting juga bisa disebabkan oleh lens hood yang tidak pas yang belum terpasang dengan benar atau karena tumpukan filter di bagian depan lensa.

10. Foto Yang Tampak Lembut

Jika kamu terbiasa melihat hasil pemotretan lewat komputer dalam ukuran 100%, maka kamu akan memperhatikan bahwa titik fokus pada foto yang menggunakan aperture lebar atau bahkan sangat tertutup tidak akan setajam foto yang diambil menggunakan bukaan aperture medium.

Jika kamu ingin mendapatkan yang terbaik dari lensamu, maka akan lebih bagus jika memotret serangkaian foto dengan objek yang sama tapi bukaan aperture-nya berubah dari foto ke foto. Lalu periksalah di layar komputer dan lihat pada bukaan aperture berapa yang membuat objek tampak paling tajam. Ini disebut aperture optimal.

5 Tantangan Fotografi Untuk Kamu

Ingatkah kamu ketika masih kecil dan harus melakukan hal-hal baru seperti belajar berenang, cabut gigi yang pertama, dan sebagainya yang membuat kita panik. Hal yang sama juga berlaku dalam belajar fotografi. Tapi kadang-kadang kita butuh dorongan dan paksaan untuk melakukan sesuatu yang

(25)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 25

baru dan beda. Sekarang, anggaplah lima hal di bawah ini sebagai lima tantangan yang harus kamu coba untuk belajar hal baru dalam memotret.

Tantangan #1 : Mendekatlah Pada Objek

Kita kadang sudah terlanjur nyaman menggunakan fitur zoom pada kamera kita, padahal kadang-kadang harta fotografi yang sebenarnya ada sangat dekat dengan objek. Jadi ini yang harus kamu lakukan: tinggalkan zoom pada kameramu dan bergeraklah sedekat mugkin dengan objek yag akan kamu foto. Cobalah untuk mengisi seluruh frame dengan wajah seseorang, misalnya. Ini adalah perspektif baru yang akan membuatmu melihat pentingnya fokus dan komposisi.

Kadang-kadang serangkaian foto perlu tema yang konsisten. Saat kamu melakukan fotografi close-up, kamu pasti akan jatuh pada satu jenis tema. Yang paling umum adalah bunga dan serangga.

Tantangan #2 : Pelajari Fotografi Manual

Kalau kamu mau belajar dan mulai bereksperiman, kamu pasti bisa menguasai fotografi manual dengan cepat. Kebanyakan orang belajar lewat trial-and-error. Cobalah satu pengaturan, periksa hasilnya, lalu sesuaikan bagian mana yang perlu lebih terang atau sebagainya sampai kamu menemukan pengaturan yang paling cocok. Ada sejumlah mode pada kamera (shutter priority, aperture priority, dsb.) yang kamu bisa gunakan untuk mulai belajar fotografi manual. Kamu hanya perlu membiasakan diri.

Kalau kamu punya kamera point-and-shoot yang tidak menawarkan pengaturan manual, maka mungkin tantangan #2 ini tidak bisa kamu coba. Tapi, bukan berarti menggunakan preset dan mode auto tidak membutuhkan keahlian. Pelajari ini dan kuasai sebaik mungkin.

Tantangan #3 : Tambahkan Lebih Banyak Warna Pada Foto-fotomu

Warna bisa jadi perbedaan besar yang membedakan foto luar biasa dari yang biasa. Fotografer berpengalaman tahu bahwa fotografi bukanlah tentang menghasilkan ulang apa yang kamu lihat secara langsung, tapi tentang mengambil apa yang kamu lihat langsung dan menjadikannya sesuatu yang berseni. Untuk melakukan ini, kamu perlu membuat foto yang lebih berwarna.

Cara terbaik melakukan ini adalah dengan menggunkan mode artistik yang disediakan oleh kameramu, jika ada, atau gunakan pengaturan white balance. Tergantung pada jenis kamera yang kamu punya, mungkin ada mode vivid color atau extra vivid color yang bisa kamu gunakan untuk mendapatkan hasil yang warnanya lebih tajam. Kalau kamu tidak punya mode warna seperti itu, kamu selalu bisa menyesuaikan white balance pada kamera untuk mendapatkan lebih banyak warna pada foto. Cara paling mudah adalah menggunakan pengaturan ‘cloudy’ meskipun diluar sedang sangat

(26)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 26

cerah. Mengapa? Karena dengan menggunakan setting ini kamu akan membuat kamera berpikir bahwa ia perlu menambahkan lebih banyak warna pada objek yang difoto.

Sambil mengasah kemampuan teknik-mu, kamu juga bisa sambil mempelajari beberapa aplikasi editor foto seperti Photoshop, Pixlr, GIMP, dan sebagainya untuk menambah warna saat post-processing.

Tantangan #4 : Hindari Menempatkan Objek Di Tengah Frame

Sudah jadi kebiasaan seseorang untk menempatkan objek foto tepat di bagian tengah. Seringkali, ini malah jadi semacam senjata makan tuan. Meskipun efektif untuk membuat mata langsung tertuju pada objek, tapi tidak tampak indah untuk beberapa jenis foto. Kamu perlu coba menempatkan objek di bagian lain untuk menjadikannya lebih menarik.

Tantangan #5 : Lakukan Apa Yang Kamu Tidak Akan Pernah Lakukan

Ini mungkin tantangan yang paling sulit. Kita semua pasti pernah sampai pada suatu zona nyaman yang enggan kita tinggalkan lalu akhirnya kita tidak pernah mendorong diri sendiri untuk melakukan sesuatu dilluar zona itu. Saya, misalnya, adalah penakut yang tidak pernah berani memotret orang di jalanan. Tapi saya tahu saya ingin melakukannya, maka ini yang harus saya lakukan.

Kalau kamu hanya terbiasa memotret action, cobalah macro. Jika fotografi landscape adalah apa yang mau suka, cobalah candid. Siapa tahu, kamu mungkin bisa mempelajari satu atau dua hal yang bisa membantumu berkembang di zona nyamanmu sendiri. Cara terbaik untuk menjadi fotografer yang lebih baik adalah keluar dari zona nyamanmu. Keahlian yang kamu pelajari di tempat lain pasti akhirnya bisa kamu pindahkan ke “ruanganmu” untuk dimanfaatkan.

7 AKSESORIS PENTING UNTUK KAMERA DSLR ANDA

Oke, jadi anda sekarang telah memiliki kamera SLR baru, menenteng-nenteng SLR kemanapun anda pergi dan memotret beragam obyek, dari wajah orang-orang disekitaran sampai bakso langganan. Seiring dengan jam terbang yang meningkat, cepat atau lambat anda akan mulai berpikir untuk menambah aksesoris fotografi untuk melengkapi kamera DSLR dan lensa anda.

Untuk menyeimbangkan dengan isi dompet, perlu bagi anda untuk membuat prioritas belanja aksesoris. Jadi, sebenarnya aksesoris fotografi apa saja sih yang paling berguna (dan juga paling populer) bagi pemilik DSLR? berikut saya pilihkan 7 aksesoris untuk anda:

Tas Kamera

Tersedia beragam jenis tas kamera di pasaran, tinggal pilih yang sesuai selera: dari backpack, ikat pinggang, sling-slide (menyamping) sampai yang mirip koper. Yang jelas tas kamera disini berfungsi agar kita bisa menyimpan kamera dan lensa yang kita miliki selama bepergian secara aman. Tidak jatuh, aman dari benturan dan aman dari air.

Kit Pembersih

Untuk menjaga kondisi eksterior lensa dan kamera agar selalu bersih, anda memerlukan lap mikrofiber dan cairan pembersih khusus. Terutama untuk lensa, sebisa mungkin anda melindungi lensa dengan filter UV (lihat filter dibawah), biasanya untuk lensa cukup gunakan blower. Kit pembersih bisa dibeli di toko-toko kamera.

(27)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 27

Saya tidak menyarankan anda membersihkan bagian interior kamera (apalagi sensor), serahkan saja pada ahlinya: biasanya toko kamera menyediakan layanan sensor cleaning. Toh kebanyakan SLR sekarang memiliki fasilitas self-cleaning yang cukup handal untuk menyapu debu dari sensor. Baca juga cara mendeteksi ada atau tidaknya kotoran di sensor kamera anda.

Tripod

Tripod, monopod, gorillapod, apapun fungsinya adalah membantu anda menghasilkan foto yang tajam saat mengambil eksposur long shutter. Dibandingkan jenis lainnya, tripod masih tetap paling populer, karena relatif lebih handal dan tangguh. Baca 12 alasan kenapa sebaiknya anda membeli tripod.

Pastikan anda membeli tripod dengan kemampuan menahan beban yang cukup, kaki-kakinya cukup gampang di perpanjang (dan diperpendek), memiliki mekanisme pemasangan dan pelepasan kamera yang enak serta memiliki kepala dengan gerakan yang fleksibel (saya sarankan jenis ball head).

Flash Eksternal

Flash ekternal akan secara drastis meningkatkan kualitas foto anda jika dibandingkan sewaktu anda menggunakan flash bawaan yang melekat di kamera SLR. Memiliki power yang jauh lebih besar, kemampuan kontrol yang jauh lebih fleksibel, dan kita bisa mengatur arah pencahayaan yang jatuh ke obyek secara lebih mudah.

Dengan flash eksternal anda akan bisa menghasilkan pencahayaan yang jauh lebih lembut, rata dan cerah dibandingkan kalau menggunakan flash bawaan.

Filter

Filter adalah aksesoris yang cukup esensial bagi sistem SLR. Dari beragam jenis filter, ada 3 jenis yang layak anda pertimbangkan untuk dibeli:

 Filter Proteksi (Filter UV atau Netral) – fungsi nyatanya adalah melindungi lensa anda, filter ini relatif murah sehingga anda akan ‘ikhlas’ menjadikannya sebagai bemper yang dipasang didepan lensa. Biarkan filter yang bersentuhan dengan udara kotor-tangan-cipratan air, dan bukan lensa yang harganya bisa berlipat-lipat lebih mahal.

 Filter Polarisasi atau CPL – mengubah langit sehingga terlihat lebih ‘dalam’, menghilangkan refleksi di air (atau kaca), agar pepohonan tampak lebih hijau. Gampangnya ini adalah ibarat kacamata hitam bagi lensa anda. Baca tentang fungsi dan cara menggunakan filter CPL disini.

(28)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 28

 Filter ND (Neutral density) dan Grad-ND – mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke kamera anda. Jika anda ingin menghasilkan foto air terjun yang tampak seperti kapas (shutter panjang) sementara hari masih terlalu siang, maka anda akan memerlukan Filter ND supaya cahaya bisa dikurangi (baca lebih jauh tentang filter ND disini). Sementara filter ND Gradasi (Grad-ND) berfungsi seperti ND dengan tingkat penggelapan yang bersifat gradasi (bagian atas lebih gelap dan semakin ke bawah semakin terang). Grad-ND sangat berguna saat anda akan memotret landscape yang melibatkan langit, karena beda terang yang sangat mencolok antara langit dan tanah.

Shutter Release

Selain tripod, aksesoris tambahan yang akan meningkatkan ketajaman hasil foto anda adalah shutter release. Dengan shutter release, kita tidak perlu memencet tombol shutter di kamera, cukup gunakan shutter release sehingga anda bisa mengaktifkan shutter dari jauh. Ya, fungsinya mirip remote control TV anda. Shutter release tersedia dalam 2 pilihan: kabel dan wireless.

Verikal Grip (VG)

Jika anda mulai lebih intensif memotret sementara kamera anda belum memiliki fitur pegangan vertikal dari sononya, belilah vertikal grip tambahan. Selain sangat membantu saat memotret dalam orientasi portrait (vertikal), VG juga berfungsi sebagai batere cadangan, sehingga tidak perlu khawatir kehabisan batere saat asyik menjepret.

MEMILIH MODE FOKUS KAMERA DSLR CANON

Dalam setiap kamera DSLR Canon, selalu dibekali 4 pilihan mode fokus, ada 3 mode autofokus dan 1 mode manual. Masing-masing mode memiliki karakteristik dan kegunaan masing-masing. Mari kita bicarakan satu persatu:

(29)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 29

1. Mode One Shot AF

Mode One Shot AF ini adalah mode yang paling sering dipakai dan seringkali merupakan mode standar untuk mayoritas pemakai kamera Canon. Dalam mode One Shot AF, saat kita memencet separuh tombol shutter maka kamera akan mencari fokus lalu menguncinya sampai foto terambil. Mode One Shot ideal dipakai saat kita memotret obyek foto yang diam. Kamera juga akan memberikan konfirmasi saat fokus sudah terkunci dengan cahaya berkedip dititik fokus, sekaligus bunyi beep (lecuali anda mematikannnya). Mode fokus One Shot cukup handal saat dipakai untuk memotret makanan, landscape, teman yang berpose dengan tenang atau sekedar kondisi sehari-hari.

Memotret still-life seperti ini adalah saat yang tepat menggunakan mode One Shot AF:

2. Mode AI Servo AF

Mode AI Servo AF dirancang untuk dipakai memotret obyek bergerak. Sistem fokus AI Servo dirancang untuk melacak gerakan obyek foto dan mengantisipasi arah gerakannya sehingga meskipun memotret sebuah mobil yang bergerak mendekat (atau menjauh), kita tetap bisa menghasilkan foto mobil yang tetap tajam, titik fokus akan terus memprediksi posisi obyek meskipun kita telah mengambil exposure.

Foto seperti dibawah ini adalah situasi yang tepat untuk memakai mode AI Servo:

3. Mode AI Focus AF

Mode AI Focus AF dibuat oleh Canon sebagai kompromi antara One Shot dengan AI Servo. Dalam mode AI Focus, kamera diharapkan untuk bisa menentukan apakah obyek yang difoto adalah obyek yang diam atau bergerak. Saat sistem mendeteksi obyek diam, mode akan berlaku seperti One Shot AF. Sementara saat kamera mendeteksi bahwa obyek yang difoto adalah benda bergerak, sistem autoofokus akan berubah menjadi seperti AI Servo dan melacak gerakan obyek. Meskipun tidak seakurat saat kita memilih One Shot atau AI Servo, mode AI Focus ini bisa menjadi alternatif saat kita memotret dalam kondisi yang berubah-ubah, memotret pesta pernikahan misalnya.

(30)

Di sadur berbagai sumber di Internet oleh : Joko Supriyanto (“Ilmu Itu mahal, tapi jika anda sudi untuk

berbagi, itu sangat mulia!”) Page 30

4. Mode Manual Fokus

Mode ini disediakan bagi mereka yang ingin mengunci fokus dengan mengandalkan tangan yang memutar focusing ring dilensa dan memadukannya dengan pemgamatan mata anda. Anda juga bisa memanfaatkan kofirmasi fokus, yaitu dengan memutar cincin fokus sambil memencet separuh tombol fokus, titik fokus akan menyala merah (atau hijau) saat fokus tercapai. Lebih jauh tentang manual fokus, silahkan cek disini.

Pemakai lensa manual seperti Carl-Zeiss Distagon 21mm pada body Canon ini mengandalkan manual fokus.

Mode Manual Fokus biasanya diandalkan oleh para fotografer landscape, makro dan para pemakai lensa Carl-Zeiss (dan lensa manual fokus lain) di body Canon.

SIMULATOR KAMERA: MENCOBA BERBAGAI SETTING KAMERA DAN EFEKNYA PADA FOTO

Beberapa waktu lalu belfot mendapatkan link menarik, situs yang ditaut adalah situs simulator kamera dimana kita bisa mencoba berbagai setting kamera lalu melihat apa efeknya pada foto. Sebelumnya menuju situs tersebut, kalau anda masih awam dengan setting manual kamera silahkan baca kembali tentang konsep exposure dan hubungan segitiga fotografi: aperture-shutter speed-ISO. Anda bisa mencoba secara langsung, bagaimana mengubah ISO/shutter speed/aperture berpengaruh pada hasil fotonya.

Gambar

foto yang diambil menggunakan lensa zoom 70-200mm f/2.8 oleh Riesling Dream  Ada  juga  wide-angle  lens  yang  bisa  memberikan  pandangan  lebar  dari  kiri  ke  kanan  seperti  lensa  ukuran 17-40mm  f/4.0  sehingga  memberikan  kesan  luas  dan  lega
gambar terutama pada garis-garis lurus.
Foto seperti dibawah ini adalah situasi yang tepat untuk memakai mode AI Servo:
FOTO LUAR RUANG (OUTDOOR)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa saja metode active learning yang digunakan dalam pembelajaran fiqih kelas XI IPA 1 di SMA Muhammadiyah 2

Berdasarkan kesimpulan penelitian, diajukan saran-saran sebagai berikut: (1) Agar dapat hasil yang maksimal dari perubahan tingkah laku positif yang telah

Berbeda dengan pemeriksaan fisik pada dewasa, pada anak diperlukan cara pendekatan tertentu agar anak tidak merasa takut, tidak menangis dan tidak menolak

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan : 1) media perbanyakan in vitro yang terbaik untuk sambang colok adalah MS + BA 0,1 mg/l dengan jumlah tunas rata-rata

1) Semakin tinggi temperatur dan waktu operasi maka semakin banyak volume asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis.. 2) Pada proses pembuatan asap cair, asap cair dari

Tujuan dari penulisan objek kajian ini adalah membuat suatu kajian dalam mewujudkan konsep rancangan bangunan Rumah Sakit Khusus Anak di Yogyakarta yang bersifat dinamis

Hasil ini sama dengan hasil observasi sebelumnya (observasi pada tanggal 27 Juni 2016) serta hasil wawancara dengan kepala dukuh Ngrame pada tanggal 26 juni

Titik tersebut merupakan hasil pengukuran secara terestris di lapangan yang diasumsikan memiliki ketelitin lebih baik dibandingkan dengan data hasil penyiaman ALS