• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LIMBAH PULP KAKAO (Theobroma cacao L.) SEBAGAI HERBISIDA GULMA RUMPUT TEKI (cyperus kyllingia) Rahmawasiah Universitas Cokroaminoto Palopo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS LIMBAH PULP KAKAO (Theobroma cacao L.) SEBAGAI HERBISIDA GULMA RUMPUT TEKI (cyperus kyllingia) Rahmawasiah Universitas Cokroaminoto Palopo"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LIMBAH PULP KAKAO (Theobroma cacao L.) SEBAGAI HERBISIDA GULMA RUMPUT TEKI (cyperus kyllingia)

Rahmawasiah

Universitas Cokroaminoto Palopo

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, di Kelurahan To’ Bulung, Kecamatan Bara Kota Paolopo yang dimulai pada bulan April sampai dengan Juli 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pulp kakao sebagai herbisida gulma rumput teki. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yakni P0 (control), P1 (200 ml fermentasi pulp kakao), P2 (300 ml fermentasi pulp kakao), P3 (400 ml fermentasi pulp kakao), P4 (500 ml fermentasi pulp kakao) yang diulang sebanyak 5 kali. Data dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf 5% dan 1%, dan apabila F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel 5% dan 1%, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keracunan gulma tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (500 ml fermentasi pulp kakao), dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 sedangkan untuk berat kering gulma tertinggi terdapat pada perlakuan P0 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P2 (300 ml fermentasi pulp kakao)

Kata kunci: pulp kakao, rumput teki, herbisida

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh disuatu tempat dalam waktu tertentu tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma tidak dikehendaki karena bersaing dengan tanaman yang dibudiayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani, 1996). Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman di lahan kering, terutama tanaman semusim (pangan dan sayuran).

Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya karena gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman (Gupta,1984).

(2)

Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk medapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, kondisi, tanah, kerapatan gulma, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman budidaya saat gulma mulai bersaing (Jatmiko, 2002)

Pada umumnya pengendalian gulma dilakukan dengan cara mekanis, namun pengendalian ini banyak membutuhkan waktu, tenaga kerja, dan kurang efisien. Salah satu alternatif pengendalian gulma adalah dengan menggunakan herbisida. Penghambatan atau pemacuan pertumbuhan dan perkembangan gulma ditentukan oleh jenis dan konsentrasi herbisida tersebut. Herbisida pada dosis tertentu dapat bersifat selektif pada suatu jenis gulma, tetapi bila dosis diturunkan atau dinaikkan maka herbisida berubah menjadi tidak selektif terhadap gulma (Tjitrosoedirdjo, 1984).

Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang diusahakan secara komersial dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan memegang peranan penting dalam meningkatkan pendapatan negara dari sektor perkebunan. Selain itu kakao juga merupakan sumber gizi yang dibutuhkan manusia karena kakao banyak mengandung lemak nabati (Pato,et al 2003). Pengolaha buah kakao menjadi biji kakao kering menghasilkan limbah antara lain cangkang kakao dan pulpa, yaitu lapisan yang menyelubungi biji kakao basah. Pulpa terdiri atas senyawa gula (10-15%) dan air (85-90%). Senyawa gula dalam pulpa merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi biji kakao berlangsung. Namun, kandungan pulpa yang berlebihan dapat berpengaruh negatif terhadap proses dan hasil fermentasi, yaitu menyebabkan biji kakao memiliki cita rasa asam. Kandungan pulpa yang tinggi merupakan salah satu kelemahan dari kakao yang banyak diusahakan di Indonesia

Pengolahan kakao mempunyai hasil sampingan, yang belum diperhatikan oleh masyarakat dan cenderung dianggap sebagai sampah atau limbah. Salah satu hasil sampingan yang diperoleh dari proses pengolahan awal kakao adalah pulpa. Pulpa merupakan lapisan berwarna putih yang melapisi permukaan biji kakao. Proses pemanfaatan pulpa kakao belum banyak diketahui oleh masyarakat secara umum, sehingga sering terjadi permasalahan limbah pada saat proses pengolahan awal kakao.

(3)

Pengolahan buah kakao menjadi biji kakao kering menghasilkan limbah antara lain cangkang kakao dan pulpa, yaitu lapisan yang menyelubungi biji kakao basah. Pulpa terdiri atas senyawa gula (10-15%) dan air (85-90%). Senyawa gula dalam pulpa merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi biji kakao berlangsung. Namun, kandungan pulpa yang berlebihan dapat berpengaruh negatif terhadap proses dan hasil fermentasi, yaitu menyebabkan biji kakao memiliki cita rasa asam. Kandungan pulpa yang tinggi merupakan salah satu kelemahan dari kakao yang banyak diusahakan di Indonesia

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana pengaruh pulp kakao (Theobroma cacao L.) sebagai herbisida gulma rumput teki (Cyperus kyllingia)? Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pulp kakao (Theobroma cacao L.) sebagai herbisida gulma rumput teki (Cyperus kyllingia).

Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian yaitu sebagai bahan informasi dan tambahan pengetahuan dalam pemanfaatan pulp kakao (Theobroma cacao L.) sebagai herbisida gulma rumput teki (Cyperus kyllingia).

METODE PENELITIAN Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, Kelurahan To’bulung, Kecamatan Bara, Kota Palopo pada bulan April sampai Agustus 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pulp kakao, air, rumput teki. Alat yang digunakan polybag, ember, handsprayer , alat tulis dan buku, gelas ukur.

(4)

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25 unit percobaan dengan pemanfaatan pulp kakao sebagai berikut:

P0 : kontrol (tanpa perlakuan) P1 : 200 ml fermentasi pulp kakao P2 : 300 ml fermentasi pulp kakao P3 : 400 ml fermentasi pulp kakao P4 : 500 ml fermentasi pulp kakao

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan sidik ragam (uji F), apabila analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji beda nilai tengah dengan BNT/Uji Tukey.

Metode Pelaksanaan 1. Penentuan Lokasi

Sebelum melakukan penelitian yang pertama kali dilakukan adalah menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat untuk melakukan penelitian agar nantinya lokasi yang akan digunakan untuk penelitian merupakan lokasi yang ideal dan jauh dari gangguan apapun. Kegiatan tersebut lokasi yang sudah ditentukan merupakan tempat tumbuhnya jenis gulma yang akan diteliti menggunakan herbisida pulp kakao, yaitu gulma rumput teki. Lokasi penelitian ditentukan dengan membuat plot menurut perlakuan yang telah diatur dalam metode percobaan.

2. Pembuatan Herbisida Dari Pulp Kakao

Pembuatan herbisida yang berasal dari bahan baku pulp kakao disediakan lebih awal, hal ini dilakukan karena proses ini memakan waktu yang lebih panjang karena adanya proses fermentasi.

Pulp kakao sebagai bahan utama untuk menghasilkan herbisida cair. Herbisida cair dihasilkan dengan cara mencampurkan pulp dengan sejumlah air. Umumnya, perbandingan yang digunakan antara pulpa terhadap air antara 1:10 sampai dengan 1:20. Campuran tersebut kemudian disaring untuk memisahkan kotoran dan serat-serat kasar dari larutan pulp. Larutan pulp pasca penyaringan kemudian di masukkan ke dalam wadah yang tertutup rapat, dan difermentasi selama 2-4 hari. Setelah proses fermentasi larutan pulpa telah selesai, maka larutan pulp sudah dapat dipergunakan

(5)

sebagai herbisida cair. Metode yang umum digunakan adalah memasukkan herbisida cair ke dalam alat semprot dan menyemprotkannya ke permukaan gulma yang akan dibasmi. Perlu untuk mendapat perhatian adalah frekuensi aplikasi herbisida cair tersebut agar tidak berdampak negatif terhadap percepatan terbentuknya kemasaman tanah.

3. Pengaplikasian Herbisida Pulp Kakao

Pulp kakao yang telah difermentasi (hebisida paulp kakao), diaplikasikan kepada polybag gulma rumput teki yang sudah disiapkan. Dosis pengaplikasian disesuaikan dengan penjelasan yang sudah ditentukan dalam metode percobaan aplikasi dilakukan setiap minggu.

4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan seminggu sekali dimulai seminggu setelah apikasi herbisida pulp kakao dilakukan. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi tingkat keracunan gulma dan berat kering gulma rumput teki.

5. Parameter Penelitian 1. Tingkat keracunan gulma. 2. Berat Kering Gulma ( g ) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Tingkat Keracunan Gulma

Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan pulp kakao (Theobroma cacao L.) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat keracunan gulma rata-rata

(6)

tingkat keracunan gulma dapat di lihat pada diagram dibawah ini

Gambar 10. Diagram tingkat keracunan gulma pada aplikas pulp kakao.

Berdasarkan tabel diagram dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) tampa perlakuan memperlihatkan pengaruh yang paling rendah dengan rata-rata 55,48 %, selanjutnya pada perlakuan P1 (200 ml fermentasi pulp kakao) herbisida memperlihatkan rata-rata 94,03%, perlakuan P2 (300 ml fermentasi pulp kakao) herbisida dengan rata-rata 88,06%, perlakuan P3 (400 ml fermentasi pulp kakao) herbisida dengan rata-rata 94,55%, dan Pada perlakuan P4 (500 ml fermentasi pulp kakao) herbisida memperlihatkan pengaruh yang paling tinggi tingkat keracunaan dengan rata-rata 96,58 %.

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan P1,P3, menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan P4, namun menunjukkan berbeda nyata pada perlakuan P0 dan P2. Hasil tersebut berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

2. Berat kering gulma

Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan pulp kakao (Theobroma cacao L.) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering gulma Rata-rata berat kering gulma dapat di lihat pada diagram dibawah ini .

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 P0 P1 P2 P3 P4 55,48 94,03 88,06 94,55 96,58 T in gk at K er ac u n an G u lm a Perlakuan

(7)

Gambar 11. Diagram berat kering gulma pada aplikas pulp kakao

Pada gambar diagram di atas dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) tanpa perlakuan menperlihatkan hasil yang paling tinggi dengan rata-rata 10,60g, perlakuan P1 (200 ml fermentasi pulp kakao) herbisida dengan rata-rata 8,47g, perlakuan P2 (300 ml fermentasi pulp kakao) herbisida dengan rata-rata 4,56g, perlakuan P3 (400 ml fermentasi pulp kakao) herbisida dengan rata-rata 5,91g, perlakuan P4 (500 ml fermentasi pulp kakao) herbisida dengan rata-rata 5,24 g. Berdasarkan hasil uji beda nyata jujur (BNJ) 5, memperlihatkan pada perlakuan P0 memberikan perbedaan pada perlakuan P1, P2, P3, dan P4. Namun, pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 tetapi berbeda nyata pada perlakuan P2 dan perlakauan P4.

a. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pulp kakao pada pengendalian gulma teki memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata pada tingkat kematian gulma teki. Pemberian pulp kakao pada P4 (500 ml permentasi pulp kakao), lebih baik dibandingkan dengan perlakuan P3 (400 ml permentasi pulp kakao), perlakuan P2 (300 ml permentasi pulp kakao), perlakuan P1(200 ml permentasi pulp kakao). Hal ini disebabkan karena pemberian dengan dosis yang tinggi akan memberikan pengaruh yang tinggi pula pada keracunan gulma. Berdasarkan gejala dan sifat umum yang ditunjukan gulma setelah diaplikasikan

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 p0 p1 p2 p3 p4 10,60 8,47 4,56 5,91 5,24 B er at K er in g G u lm a perlakuan

(8)

cairan permentasi pulp kakao, kemampuan pulp kakao hampir sama dengan herbisida kontak. Pulp kakao sistem kerjanya langsung mematikan jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan permentasi pulp kakao. Menurut salysburi 1995) menyatakan bahwa asam polifenol dapat bersifat racun bagi tanaman sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Selanjutnya menurut Devi et al (1997) menyatakan bahwa senyawa polifenol menghambat pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara, antara lain dengan menghambat pembelahan dan pemanjangan sel, menghambat kerja hormon, mengubah pola kerja enzim menghambat proses respirasi, menurunkan kemampuan fotosintesis, mengurangi pembukaan stomata. Menghambat penyerapan air dan hara serta menurunkan permeabilitas membran polifenol merupakan senyawa kimia yang banyak dimanfaatkan sebagai insektisida, herbisida dengan fungisida. Fenol sangat tinggi toksisitasnya, bersifat non selektif dan bekarja secara efektif sebagai herbisida organik dan sebagian besar bersifat kontak.

Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan pada perlakuan P0 memiliki bobot kering tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan pada perlakuan P0 tidak diaplikasikan pulp kakao, jadi gulma pada P0 tidak terlalu kering dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan nilai rata-rata 10,60 gram. Pada perlakuan P1 dengan dosis (200 ml/ permentasi pulp kakao) memiliki bobot kering dengan nilai rata-rata 8,47 gram, perlakuan P2 (300 ml/ permentasi pulp kakao) dengan rata-rata 4,56 gram, perlakuan p3 (400 ml/ permentasi pulp kakao) nilai rata-rata 5,91 gram, dan pada perlakuan P4 memiliki tingkat kekeringan gulma paling rendah yakni dengan nilai rata-rata 5,24 gram. Satu hari Setelah aplikasi dilakukan terjadi perubahan pada beberapa sampel tanaman termasuk pada perlakuan P4 seperti mencirikan daun gulma beruba warna hijau segar menjadi kekuning kuningan atau kuning kecoklatan dan akhirnya tanaman gulama menjadi mati. Hal ini disebabkan semakin tinggi pemberian pulp kakao maka semakin cepat mematikan gulma sehingga berat kering juga semakin rendah. Hal ini diduga karena lamanya fermentasi pulp kakao yang menyebabkan bakteri berperan aktif dalam fermentasi tersebut sehingga dapat membuhuh gulma dengan cepat di dukung oleh pendapat Frazier (1977) yang menyatakan bahwa khamir atau yang sering juga disebut sebagai ragi atau yeast adalah mikroorganisme bersel tunggal, berbentuk bulat atau bulat telur atau bulat panjang membentuk seudomisellium yang diartikan

(9)

sebagai jasad renik sejenis jamur yang berkembang biak dengan sangat cepat dan yang mampu mengubah pati dan gula menjadi karbondioksida dan alkohol.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakaukan maka dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian pulp kakao sebagai herbisida gulma rumput teki memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kematian gulma dan berat kering gulma teki. Dimana tingkat kematian gulma tertinggi terdapat pada perlakuan P4 dengan nilai rata-rata adalah 96,58 gram dan yang terendah adalah P0 dengan nilai rata-rata 55,48 g. Sedangkan pada berat kering gulma tertinggi terdapat pada perlakuan P0 dengan nilai rata-rata 10,60 gram dan yang terendah adala P2 dengan nilai rata-rata 4,56 gram.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan pulp kakao sebagai herbisida terhadap gulma.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W. P. 1977. Weed Science Principles. Weed Publishing Co, New York.

Asthon, F.M. and A.S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbisides. A Wiley-Intercience Publication, John Wiley and Sons. New York 525 hml.

Devi et al, 1997. Permentasi pulp kakaoa,. online

Grupta, 1984.dalam Noeriwan B. Soerjandono. Teknik Pengendalian Gulma Dengan Herbisida Persintensi Rendah Pada Tanaman Padi. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1, 2005

Gunawan, L. W. 1998. Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta Hal 53-59

Haumasse, 2009. Pemanfaatan Pulp Kakao Untuk Memproduksi Asam Asetat Dengan Menggunakan Ragi Roti dan Aerasi, 24.

Jatmiko, 2002. Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penurunan dan Pengaembangan Tanaman Pangan, Bogor.

(10)

Lawal, O.A.& Oyedji, A.O, 2009, ‘Chemical composition of the essential oils of Cyperus rotundus L. from South Africa’, Department of Chemistry, University of Zululand, KwangDlangezwa 3886, South Africa, ISSN 1420-3049.

Nasution, M. Z.W. Tjiptadi, B.S. Laksmi.1985. Pengolahan Coklat Bogor. Bogor: Agroindustri Press. 155 hlm

Numata, M. 1971. Methological Problems in Weed Ecological Research. Proc. The First Indonesia Weed Science Conference: 41-58.

Pato U, Yusmarini, Jumar, 2003. Studi Mutu Biji Kakao yang diolah dengan metode Sime-Cadbury. Sagu 2(3): 6-11

Rohman, Saepul, 2009. Tehnik Fermentasi Dalam Pengolahan Biji Kakao., (online) http//otrad.multiply.com diakses tanggal 10 Oktober 2011

Salysbury, 1995. Pengaruh Fermentasi Limbah Cair Pulp Kakao terhadap Tingkat Keracunan dan Pertumbuhan Beberapa Gulma Berdaun Lebar. Online

Sembodo, R.J. Dad, 2010. Gulma dan Penggolangannya. Graha Ilmu. Yogyakarta

Soerjani, 1996. Present Status Of Weed Problems and Their Control in Indonesia. Biotrop. Spesial Publication. No. 24.

Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta

Yakub Sukman Yernelis. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Grafindo. Jakarta

Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia, 2006, Panduan Lengkap Budidaya Kakao (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis), PT. Agromedia Pustaka.

Gambar

Gambar 10. Diagram tingkat keracunan gulma pada aplikas pulp kakao.
Gambar 11. Diagram berat kering gulma pada aplikas pulp kakao

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal yang mempengaruhi ketidakpatuhan komunitas Punk , mengetahui

Stigma terhadap Islam sebagai gerakan yang mendorong terjadinya berbagai macam kekerasan yang terjadi, melakukan terorisme didunia yang kemudian terjadinya

Pada kawasan ini pula terdapat negara yang bernama Palestina, negara yang sangat terkenal dalam sejarah karena di sana ada mesjid al-Aqsa, sebuah mesjid yang

Dari pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa radikalisme adalah suatu pemahaman yang menginginkan suatu perubahan yang besar terhadap sesuatu, di mana perubahan itu

Isu-isu yang dikemukan kepada masyarakat Islam kini sebenarnya telah lama diperjuangan oleh aliran Orientalis Barat namun kini dibawa oleh aliran pemikiran Islam Liberal dengan

Karena kedudukannya sebagai hukum yang lahir atas proses ijtihad, maka amat dimungkinkan bila dicetuskan pendapat baru, bahwa wanita Muslim boleh menikah dengan laki-laki

Dilihat dari instrumen yang digunakan maupun gaya musik yang digunakannya berbeda antara gondang hasapi pada ritual sipaha sada dengan gondang hasapi pada Batak

M. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang mantan pengguna narkoba. Data penelitian