• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI LURIK DAN OBJEK PENELITIAN. maupun dalam aktifitas sehari hari. Batik dikenal luas hingga ke mancanegara sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI LURIK DAN OBJEK PENELITIAN. maupun dalam aktifitas sehari hari. Batik dikenal luas hingga ke mancanegara sebagai"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI LURIK DAN OBJEK PENELITIAN

A. DESKRIPSI LURIK

Berbicara budaya pakaian jawa ,masyarakat luas hanya mengenal kain batik yang menjadi cirri khas yang telah melekat sejak dulu sehingga ketika menyebutkan batik akan terlekat akan pakaian khas masyarakat jawa yang di gunakan baik dalam kegiatan resmi maupun dalam aktifitas sehari – hari. Batik dikenal luas hingga ke mancanegara sebagai nilai – nilai filosofi masyarakat jawa dengan berbagai macam motif dan coraknya, namun seakan terlupakan bahwa selain batik ada satu lagi kain khas jawa yang sebenarnya juga di kenal sebagai ciri khas masyarakat jawa.

Lurik ialah sebuah kain tenun yang motifnya di dominasi dengan lerek – lerek atau garis – garis. Corak garis – garis searah panjang sehelai kain disebut dengan istilah lajuran, dan yang searah lebar kain di sebut pakan malang, sedangkan corak kotak – kotak kecil di sebut dengan istilah cacahan, ketiga corak tersebut di jawa tengah dan jawa timur di sebut lurik .Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, lurik di artikan kain tenun yang coraknya berjalur – jalur.

Selain itu, masih banyak lagi motif lain kain lurik, di antaranya Tuluhwatu, Kembang Bayem, Pring Sedapur, Pletek Jarak, Lintang Kumelap, Kembang Tela, Sulur Ijo, Sulur

(2)

Ringin, Konang Sekebon, Dam – daman, Semut Gatel Mubal, Yuyu Sekandang, Gambang Suling dan Kembang Benguk. Kain tenun lurik merupakan salah satu benda budaya karena di miliki oleh suatu masyarakat tertentu. Benda ini merupakan wujud fisik dari ide, nilai, maupun norma yang mengatur dan memberi arah bagi masyarakat pada suatu kebudayaan tertentu. Pada awalnya lurik di gunakan masyarakat jawa di pedesaan ,namun karena motifnya yang menarik sehingga pihak keraton mengembangkan nya dan di gunakan dalam aktifitas di dalam lingkungan keraton. Dengan tertariknya lurik kedalam lingkungan keraton , membuat munculnya berbagai macam motif baru kain lurik.

Dalam aktifitas sehari – hari kain lurik di gunakan masyarakat Jawa dalam berbagai aktifitas, bagi kaum pria kain lurik di gunakan sebagai bahan baju dimana di daerah solo di sebut beskap, sedangkan di Yogyakarta di sebut Surjan.sedangkan bagi kaum wanita, lurik sering di buat kebaya dan kadang di gunakan sebagai selendang dalam aktiftas sehari – hari. Pembuatan kain lurik sendiri melalui berbagaimacam tahapan, dimana setiap proses tersebut perlu ketelelitian dan keuletan agar kain lurik yang di hasilkan benar – benar bagus serta layak di gunakan.

Tahapan yang di lalui tersebut terkadang membutuhkan waktu beberapa hari dengan cara – cara tradisional tanpa adanya bantuan alat modern, dengan cara tradisional tersebut serta proses yang panjang untuk menjadi sebuah kain lurik, wajar jika harga yang di bayarkan

(3)

untuk mendapatkan sebuah kain lurik cukup mahal, namun harga tersebut sudah sepantasnya diterima para pengrajin lurik.

B. TAHAPAN PEMBUATAN KAIN LURIK Tahapan pertama

Proses pewarnaan ialah dimana benang – benang sebagai bahan dasar kain lurik di rebus dengan pewarnaan kimia maupun pewarnaan alami, sesuai dengan motif yang akan di buat, dalam prose perebusan ini waktu yang di butuhkan sekitar 3 – 4 jam, selain itu dalam proses tersebut juga di lakukan pengadukan kain sehingga warna yang di hasilkan merata ke seluruh bagian benang yang di rebus.

Tahapan kedua

Setelah melalui proses perebusan, benang tersebut di jemur di bawah sinar matahari hingga kering dan dapat di lanjut kan ke proses Klos, waktu yang di perlukan dalam proses penjemuran 1-2 hari tergantung cuaca.

(4)

Tahapan ketiga

Klos ialah tahapan dimana benang yang telah keringdi pintal menajadi gulungan – gulungan kecil agar mudah dalam menentukan motif yang akan di buat, proses pengklosan ini menggunakan sebuah alat yang di sebut kletek kayu.

Tahapan keempat

Proses ini di namakan Sekir (menata benang menjadi motif). Proses ini membutuhkan keahlian khusus serta ketelatenan yang luar biasa. Proses ini merupakan proses yang paling rumit dalam pembuatan kain lurik, dimana seorang penyekir harus menata benang-benang tipis sejumlah 2100 helai benang-benang agar menjadi satu kain dengan motif lurik tertentu selebar 70 cm. Padahal masing-masing motif memiliki rumus yang berbeda, dan kain lurik memiliki puluhan motif, baik motif klasik maupun motif kontemporer.

Tahapan kelima

Proses ke empat adalah Nyucuk, yaitu memindahkan desain motif ke alat tenun. Setelah motif dasar selesai di tata di alat sekir, kemudian di pindahkan ke alat tenunan. Pada proses ini 2100 helai benang benang tadi di tata dan di masukkan satu per satu ke alat serupa sisir di alat tenun. Pada bagian ini, harus di lakukan oleh dua orang, yang satu memilah benang satu persatu untuk di serahkan pada partnernya, sedangkan satunya menerima dan memasangkan pada alat tenun.

(5)

Tahapan keenam

Dengan menggunakan alat tenun manual atau yang dikenal dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) benang-benang akhirnya ditenun menjadi kain-kain lurik indah penuh makna dan siap di gunakan untuk menjadi sesuatu yang lebih indah.

Begitulah proses pembuatan sebuah kain lurik, dari sebuah helaian benang lalu melalui berbagai proses dan tahapan hingga menjadi sebuah kain yang siap di pakai dan di bentuk menjadi sebuah pakaian atau gaun yang modis sehingga menarik oleh setiap mata yang memandang.

C. MOTIF KAIN LURIK

dalam buku Mengenal lurik ,Alat tenun bukan mesin Pedan, Klaten, Isbandono Hariyanto membagi lurik menjadi beberapa motif yang dikenal secara luas oelh masyarakat, yaitu :

1. Motif Cacahan : Corak yang terjadi dari persilangan antara corak lanjuran dan corak pakan malang.

2. Motif Lanjuran : Corak lajur yang garis – garinya membujur searah benang lungsi

3. Motif Pakan Malang : adalah corak di mana garis – garisnya melintang searah benang pakan.

(6)

4. Motif Tumenggungan : ialah motif yang pada awalnya di khususkan kepada kalangan bangsawan kraton, khususnya tumenggung dari Kraton Surakarta.

5. Motif Bribil : motif yang di ciptakan pada masa pemerintahan Paku Buwono VI di Kraton Surakarta dan hanya boleh di gunakan oleh bangsawan Kraton, motif Bribil terlihat dimana garis – garis benang terlihat jelas membujur searah benang lungsi. Motif ini memiliki tata susunan dan lebar lajur – lajur satuan kelompok yang sama, namun dengan perpaduan warna benang yang berbeda.

6. Motif Liwatan : dimana setiap bagian terdapat kelompok warna lajur yng berbeda. Pada kedua sisi kain terdapat garis lajur yang mengapit pada kelompok garis variasi yang memiliki tata warna berbeda dengan warna lainnya.

7. Motif Tumbar Pecah : yaitu corak yang terjadi merupakan persilangan corak lajuran dan corak pakan malang.

8. Motif Lasem : ialah dimana garis – garis lajur yang memiliki ukuran sama , serta warna yang sama. Dalam motif ini terlihat jelas corak pakan malang yang berfungsi sebagai rumpal.

9. Motif Telu pat : ialah motif yang di ciptakan Sri Sultan Hamengku Buwono V, yang idenya datang saat beliau datang berkunjung ke sebuah pesantren di daerah Banten. Motif ini dimana corak garis benang terlihat jelas membujur searah benang lungsi yang berjumlah tiga dan empat dan dengan warna dasar biru tua.

(7)

D. PERAWATAN KAIN LURIK

1. Setelah membeli kain tenun lurik, sudah sepantasnya kita menguji kadar kekuatan zat pewarnanya, agar kita tahu treatment mana yang paling pas di lakukan. Untuk mengujinya, masukan kain tenun ke dalam air jernih lalu goyang – goyangkan selama berapa saat.Jika air menjadi keruh, itu berarti zat pewarna yang di gunakan tidak cukup kuat dan lekas luntur, jadi sebaiknya anda menghindari kain tenun tersebut dari air. Gunakanlah sistem mencuci dry clean untuk membersihkan bahan tenun anda tersebut. Namun jika air rendaman sedikit keruh atau tetap bening, maka kain tenun yang dimiliki aman untuk di cuci.

2. kain tenun denga kain katun, terutama yang bukan super quality katun sangat rentan terhadap penyusutan. Seringkali kita membuat kain tenun endek atau kain tenun menjadi sebuah busana siap pakai, namun setelah di cuci tiba – tiba menjadi sempit.Untuk mencegahnya, ada baiknya kita melakukan pencucian pertama pada kain tenun yang baru di beli sebelum di jahitdan dijadikan busana.Tidak usah menggunakan deterjen, kain tenun cukup di celupkan secara merata dalam air lalu di jemur.Selain untuk menghindari penyusutankain, pencucian pertama ini berguna untuk menghilangkan sisa pewarna yang terdapat di dalam kain.

3. setelah mencuci usahakan lah untuk tidak memeras kain agar kain tidak menjadi belel setelah di cuci. Selain itu ,karena tidak di peras, kain menjadi lebih awet dan struktur benangnya tidak mudah patah.

(8)

4. setelah mencuci pual, jemurlah di tempat yang teduh atau di angina – anginkan , seperti halnya kain batik dengan pewarna alami, kain tenun asli sangat berbahaya jika terkena sinar matahari langsung karena dapat membuat zat pewarnanya menjadi cepat pudar.

5. ketika mencuci kain tenun hindari menggunakan sabun atau deterjen cukup menggunakan air biasa, Karena dengan menggunakan deterjen akan mempengaruhi kualitas kain tenun.

E. FILM DOKUMENTER

Dokumenter ialah suatu karya film atau video yang berdasarkan pada realita serta fakta peristiwa, selain mengandung fakta film documenter juga mengandung subjektifitas pembuatnya. Namun lebih rincinya sebuah program documenter ialah program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta obyektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial , artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hiudp, dan situasi nyata. Sedangkan Kritikus Film asal inggris John Grierson berpendpat bahwa documenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas. Sehingga dapat di simpulkan bahwa film documenter adalah film non fiksi yang menceritakan realita / kenyataan suatu peristiwa tertentu.

Dalam film documenter di muat sebuah kenyataan yang terjadi di kehidupan nyata dan di dokumentasi kan melalui sebuah gambar bergerak. Dalam film documenter yang di rekam adalah sesuatu yang alami tanpa adanya rekayasa atau fiksi, sehingga film

(9)

documenter menggambarkan sesuatu yang sebenarnya yang terjadi.Film documenter pada awalnya hanya menceritakan sebuah perjalanan atau pendidikan, namun dengan mengikuti perkembangannya film documenter banyak menjadi sarana media kritik social terhadap suatu realitas social yang terjadi di kehidupan masyarakat.

Film – film documenter tersebut mengangkat mengenai kemiskinan, kesenjangan social, permasalahan social, pendidikan dan kesehatan. Namun tidak hanya itu, film documenter juga mengangkat sebuah biografi tokoh social ,tokoh public maupun selebritas yang memberikan pengaruh kepada masyarakat social.

Dalam mengangkat sebuah isu , film documenter tentunya memliki tujuan yang tentunya akan memberikan efek yang dapat di jadikan contoh atau solusi dari permasalahan yang di filmkan, sehingga dengan mengangkat sebuah isuakan menjadi kepedulian atau pembelajaran bersama baik bagi masyarakat social, pengambil kebijakan dan pihak yang peduli akan isu tersebut.

Dengan mengunakan film documenter yang memiliki kelebihan dalam menyampaikan sebuah pesan, karena film documenter dikemas melalui multimedia yang mengabungkan unsur Video, audio dan teks, sehingga akan menarik indra penglihatan dan pendengaran penerima informasi atau pesan. Selain itu, film sebagai sebuahkarya visual juga bisa di saksikan secara berulang kali sesuai dengan tujuan pemutaran film documenter.

Film documenter sendiri dalam perkembangannya menjadi sebuah sarana perlawanan akan sebuah keputusan dari sebuah kebijakan social, seperti film “ Samin vs Semen “ atau

(10)

film “ Jakarta Unfair “ yang di produksi Whatcdoc, dengan film documenter tersebut akan membuka sebuah pemikiran akan efek dari sebuah keputusan yang di ambil. Sebagai sebuah karya visual yang mengangkat sebuah permasalahan social, film documenter tentunya dapat di pertanggung jawabkan kebenaran akan isu yang di angkat tanpa adanya rekayasa, sehingga dengan gambaran secara nyata akan memunculkan sebuah solusi dari permasalahan yang di angkat sutradara.

Para pembuat film dapat banyak melakukan eksperimen dalam proses produksi film documenter , eksperimen yang di hasilkan menarik banyak penonton , sehingga menarik pada pembuat film dan broadcaster muda untuk membuat film documenter karena besarnya keuntungan yang di dapat dari penjualan film documenter. Sebagai contoh dapat kita lihat film – film documenter di stasiun televise khusus seperti National Geografic, Animal Planet, bahkan stasiun televisi Discovery Chanel menasbihkan sebagai stasiun televise yang hanya menayangkan program – program documenter tentang keanekaragaman hayati dan budaya di dunia.

Tentunya hingga saat ini perkembangan film documenter serta pencinta film documenter terus berkarya dengan memproduksi – produksi berbagai film documenter yang mengangkat isu – isu factual untuk di saksikan khalayak masyarakat.

F. PRINSIP BAHASA FILM

film yang kita saksikan adalah bagian dari komunikasi yang di tuturkan melalui audio dan visual yang bersifat searah, lalu bagaimana caranya agar pesan yang ingin disampaikan

(11)

dapat diterima oleh penonton. Terdapat tiga unsur yang mendasarinya, yaitu : visual, audio, dan keterbatasan waktu.

1. VISUAL / GAMBAR

Visual adalah sekumpulan gambar yang tersusun dan di rangkai dalam suatu waktu. Gambar – gambar tersebut di namakan frame dan dimainkan dalam kecepatan tinggi sehingga menciptakan ilusi gerak. Gambar merupakan sarana utama dalam karya film yang berfungsi untuk menanamkan informasi kepada penonton karena hal pertama yang di rasakan oleh penonton adalah gambar.

2. AUDIO / SUARA

Unsur kedua adalah suara , karena unsur gambar belum mampu menjelaskan atau kurang efektif dan efisien , selain itu juga kurang realistis. Sehingga unsure suara sangat penting karena berfungsi sebagai sarana penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi yang hendak di sampaikan melalui bahasa gambar. Penambahan – penambahan tersebut bisa berupa sound effect atau ilustrasi music, dengan penambahan tersebut di maksudkan untuk menciptakan mood atau suasana kejiwaan, memperkuat informasi sekaligusmensuplai dan menguatkan pesan yang ingin kita sampaikan.

3. KETERBATASAN WAKTU

Film mempunyai prinsip keterbatasan waktu karena film merupakan media elektronik yang mempunyai sifat selintas.Factor keterbatasan waktu juga yang mengikat dan

(12)

membatasi penggunaan kedua unsur utama yaitu gambar dan suara, sehingga dalam mengemas film, pembuat harus paham bahwa hanya informasi penting saja yang harus di berikan kepada para penonton.

G. TAHAPAN PROSES PRODUKSI 1. Materi Produksi

pada tahap awal yang di lakukan ketika akan membuat sebuah film documenter adalah mempelajari isu atau permasalahan yang ingin kita angkat dengan cara meriset, mendatangi langsung objek atau mencari data melalui internet atau sumber – sumber lainnya, sehingga data yang kita dapatkan akan menjadi sebuah sumber yang akan menentukan proses yang akan di lakukan. Dengan sumber yang ada tersebut akan dapat kita kelola kembali untuk lebih memahami isu yang ada, dengan begitu akan membuat sebuah isu yang kita angkat benar – benar sesuai dengan kondisi rill.

2. Sarana Produksi

Tentunya dalam setiap pembuatan karya audio visual memerlukan peralatan yang akan membantu berlangsungnya proses produksi, dengan alat – alat tersebut akan di gunakan sesuai dengan kebutuhan, namun setiap alat yang di gunakan tentunya perlu penyewaan dari pihak – pihak lain, sehingga membutuhkan biaya.

(13)

3.Biaya Produksi

Dalam proses produksi karya documenter ini , tentunya memerlukan pembiayaan yang akan memudahkan kelancaaran berlangsungnya proses produksi, sehingga perlu sejak awal di tentukan besaran dana dan biaya yang di tetapkan, dengan kondisi tersebut akan memudahkan pencarian donatur atau penyumbang dana. dana yang ada akan di gunakan dalam operasional selama proses produksi hingga pasca produksi dan akan di pertanggung jawabkan ketika film documenter telah jadi.

4.Tahap Produksi

a. Pra Produksi

Yaitu proses menentukan ide yang akan di filmkan dengan pihak – pihak yang terlibat, selain itu juga menentukan pembagian tugas masing – masing individu sesuai dengan kemampuan sehingga akan membantu kelancaran berlangsungnya proses produksi yang akan di lakukan. Selanjutnya di tentukan naskah, kru, jadwal biaya, narasumber, serta lokasi produksi, sehingga akan di persiapkan waktu yang tepat oleh masing – masing pihak. Tentunya tahapan pra produksi akan menentukan kelancaran proses kedepannya, sehingga perlu kerjasama semua pihak untuk menyajikan sebuah karya yang yang layak di saksikan.

(14)

b. Produksi

Dalam proses ini, peran seorang sutradara sangat menentukan kelancaran proses produksi, dengan berbagai bantuan berbagai tenaga seperti cameramen, Lighting, Soundman, talent, dan lainnya. Dengan bantuan pihak akan menentukan keberlangsungan proses produksi yang telah di tetapkan sebelumnya, sehingga semua pihak yang terlibat akan berusaha untuk kerja secara maksimal sesuai dengan jobdesk yang telah di tentukan sebelumnya.

c. Pasca produksi

Hasil dari proses produksi akan masuk kedalam proses editing atau penyuntingan gambar yang di lakukan oleh seorang editor, selain itu juga di tambahkan berbagai unsur – unsur suara sebagai pelengkap serta penguatan dari cerita. Dalam proses ini, seorang editor akan di temani oleh cameramen serta sutradara , untuk mengetahui angle mana yang layak serta sesuai dengan kebutuhan cerita, hasil akhir ini yang tentunya di sajikan sebuah karya visual.

Referensi

Dokumen terkait