• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENENTUAN LOKASI DISTRIBUTION CENTER DENGAN METODE P-MEDIAN DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (PT PERTAMINA EP) LAPORAN KERJA PRAKTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENENTUAN LOKASI DISTRIBUTION CENTER DENGAN METODE P-MEDIAN DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (PT PERTAMINA EP) LAPORAN KERJA PRAKTIK"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI DAN PRODUKSI (PT PERTAMINA EP)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:

Raihan Ahmad Fadhil

102416050

PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PERTAMINA

AGUSTUS 2019

(2)
(3)

i HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktik yang diajukan oleh,

Nama : Raihan Ahmad Fadhil

NIM : 102416050

Program Studi : Teknik Logistik

Fakultas : Fakultas Teknologi Industri

Perusahaan/Instansi : PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Tanggal Pelaksanaan KP : 10 Juni 2019 – 10 Agustus 2019 dengan judul :

ANALISIS PENENTUAN LOKASI DISTRIBUTION CENTER DENGAN METODE P-MEDIAN DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP)

telah disetujui dan disahkan pada: Hari : Jumat

Tanggal : 9 Agustus 2019

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing KP Pembimbing Instansi

Demand Operation Analyst PT Pertamina EP

A.A.N. Perwira Redi, Ph.D Eko Gito Prabowo

NIP. 116138 NIP. 19012387

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Logistik

Dr. Eng. Iwan Sukarno NIP. 116128

(4)

ii ABSTRAK

Konsumsi energi global memiliki kecenderungan yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy 2019 menunjukkan bahwa konsumsi energi Indonesia meningkat sebesar 4,9% pada tahun 2018 yaitu mencapai 185,5 juta tonnes oil equivalent (TOE). Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih bergantung dan membutuhkan energi dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu perusahaan minyak dan gas bumi (migas) harus meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. PT Pertamina EP adalah anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang fokus pada sektor hulu migas, yaitu eksplorasi dan eksploitasi migas. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada bisnis hulu adalah pemboran. Pemboran merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya besar, beresiko tinggi, dan menjadi prioritas utama pada bisnis hulu migas. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan pemboran adalah ketersediaan material pemboran. Kebutuhan material pemboran cenderung bersifat fluktuatif karena memiliki ketidakpastian yang tinggi. Sehingga berpengaruh pada tingkat persediaan, dapat terjadi kelebihan stock atau kekurangan stock material. Mekanisme yang dilakukan saat terjadi kekurangan stock adalah mengirim material yang dibutuhkan dari Field lain yang memiliki ketersediaan material yang dibutuhkan, atau disebut Bantuan Antar Unit (BAU). Pada tahun 2018 biaya yang dikeluarkan untuk transportasi BAU material OCTG (Oil Country Tubular Goods) sebesar Rp 45.733.340.000. Jarak antar field yang berjauhan merupakan salah satu hal yang menyebabkan biaya distribusi yang tinggi. Distribution center merupakan salah satu alternatif untuk melakukan pemotongan rantai distribusi. Distribution center berfungsi sebagai pusat distribusi material untuk memenuhi kebutuhan field di sekitarnya. Dengan menerapkan skenario membangun distribution center maka biaya transportasi dapat dipangkas sebesar 13% atau Rp 6.167.325.000.

(5)

iii ABSTRACT

Global energy consumption has a trend that continues to increase every year. Based on data from the BP Statistical Review of World Energy 2019, it shows that Indonesia's energy consumption will increase by 4.9% in 2018, reaching 185.5 million tonnes oil equivalent (TOE). This shows that Indonesia is still dependent and requires large amounts of energy. Therefore oil and gas companies must increase production to meet those needs. PT Pertamina EP is a subsidiary of PT Pertamina (Persero) which focuses on the upstream sector, that is oil and gas exploration and exploitation. One of the activities carried out in the upstream business is drilling. Drilling is an activity that costs a lot, high risk, and a top priority in the upstream oil and gas business. One of the factors that influence drilling activities is the availability of drilling material. Drilling material's needs tend to be volatile because they have high uncertainty so it affects the inventory level, there can be excess stock or lack of material stock. The mechanism used when there is a shortage of stock is to send the required material from another field that has the required material availability, or is called Inter Unit Assistance (BAU). In 2018 the costs incurred for transportation of BAU OCTG (Oil Country Tubular Goods) material amounted to Rp 45,733,340,000. Distance between fields that are far apart is one of the things that causes high distribution costs. Distribution center is an alternative for cutting distribution chains. Distribution center functions as a material distribution center to meet the needs of the surrounding fields. By applying the scenario of building a distribution center, transportation costs can be reduce by 13% or Rp 6,167,325,000.

(6)

iv KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan kenikmatan yang tak terhingga, sehingga Laporan Kerja Praktik ini dapat diselesaikan. Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan bisa menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini dengan baik. Laporan Kerja Praktik dengan judul “Analisis Penentuan Lokasi Distribution Center dengan Metode P-Median di PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP)” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik Program Studi Teknik Logistik di Universitas Pertamina.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktik ini dapat diselesaikan dengan baik dengan bantuan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada pihak-pihak yang telah membantu. Pihak-pihak terkait tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bapak Iwan Sukarno sebagai Ketua Program Studi Teknik Logistik, Universitas Pertamina. 2. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Teknik Logistik, Universitas Pertamina.

3. Bapak Eko Gito Prabowo, menjabat sebagai Demand Operation Analyst di PT Pertamina EP serta sebagai pembimbing instansi.

4. Ibu Bethy Handayaningrum, Vice Precident di fungsi Supply Chain Management yang telah memberikan ilmu, arahan dan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Agung Sudrajat, selaku SCM Planning & Evaluation Senior Analyst. 6. Bapak Wawan Guntoro, Strategic System & Reporting Senior Analyst. 7. Dan pihak lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan dari Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.

Jakarta, 9 Agustus 2019

Raihan Ahmad Fadhil NIM. 102416050

(7)

v DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ... 3

1.5 Ruang Lingkup/Batasan Masalah ... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 3

BAB 2 Gambaran Umum Perusahaan ... 6

2.1 Sejarah PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) ... 6

2.2 Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan ... 7

2.3 Kegiatan Usaha Perusahaan ... 7

2.4 Wilayah Kerja PT Pertamina EP ... 8

2.5 Produk yang Dihasilkan ... 9

2.6 Struktur Organisasi Fungsi SCM ... 10

2.7 Penempatan Peserta di Tempat Pelaksanaan KP ... 10

BAB 3 Landasan Teori ... 12

3.1 Penentuan Jarak dengan Metode Haversine ... 12

3.2 Penentuan Lokasi dengan Metode P-Median ... 13

BAB 4 Studi Kasus ... 15

4.1 Kegiatan Selama Kerja Praktik ... 15

4.2 Identifikasi Masalah ... 18

BAB 5 Hasil Kerja Praktik ... 20

5.1 Perhitungan Jarak dengan Metode Haversine ... 21

5.1.1 Perhitungan Jarak antar Field di Pulau Sumatera... 22

5.1.2 Perhitungan Jarak antar Field di Pulau Jawa ... 23

5.1.3 Perhitungan Jarak antar Field di Pulau Kalimantan ... 24

5.2 Perhitungan Kebutuhan/Permintaan ... 25

5.3 Penentuan Lokasi Distribution Center ... 25

5.3.1 Penentuan Lokasi Distribution Center di Pulau Jawa ... 26

5.3.2 Penentuan Lokasi Distribution Center di Pulau Kalimantan ... 26

5.3.3 Penentuan Lokasi Distribution Center di Pulau Sumatera ... 27

(8)

vi

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 30

6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 34

LAMPIRAN A Perhitungan Biaya BAU di PT Pertamina EP Tahun 2018 ... 34

LAMPIRAN B Model dan Input Data pada Software AMPL ... 38

LAMPIRAN C Jurnal Bimbingan KP ... 40

(9)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Produk yang Dihasilkan dan Pelanggan PT Pertamina EP ... 9

Tabel 2 Data Lokasi Field di Pulau Sumatera ... 22

Tabel 3 Jarak Antar Field di Pulau Sumatera (satuan: km) ... 22

Tabel 4 Data Lokasi Field di Pulau Jawa ... 23

Tabel 5 Jarak antar Field di Pulau Jawa (satuan: km) ... 24

Tabel 6 Data Lokasi Field di Pulau Kalimantan ... 24

Tabel 7 Jarak antar Field di Pulau Kalimantan (satuan: km) ... 24

Tabel 8 Data Kebutuhan/Permintaan Field di Pulau Sumatera ... 25

Tabel 9 Data Kebutuhan/Permintaan Field di Pulau Jawa ... 25

Tabel 10 Data Kebutuhan/Permintaan Field di Pulau Kalimantan ... 25

(10)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Konsumsi Energi Dunia ... 1

Gambar 2 Diagram Alir Kegiatan Kerja Praktik ... 4

Gambar 3 Struktur Organisasi Fungsi SCM di Kantor Pusat PT Pertamina EP ... 10

Gambar 4 Ilustrasi Penerapan Metode Haversine ... 12

Gambar 5 Contoh Tampilan Procurement Information System (PIS) ... 15

Gambar 6 Contoh Tampilan Software mySAP ... 16

Gambar 7 Contoh Katup yang diproduksi PT Teknologi Rekayasa Katup ... 17

Gambar 8 Lokasi Field di Pulau Sumatera ... 20

Gambar 9 Lokasi Field di Pulau Jawa ... 20

Gambar 10 Lokasi Field di Pulau Kalimantan ... 21

Gambar 11 Lokasi Distribution Center di Pulau Jawa ... 26

Gambar 12 Lokasi Distribution Center di Pulau Kalimantan ... 26

(11)
(12)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

1 BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri di dunia berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi energi global. Hal tersebut dapat terlihat dari perangkat yang digunakan manusia sehari-hari seperti perangkat elektronik, handphone, laptop, kendaraan, dan lain sebagainya yang dapat berfungsi karena adanya energi. Gambar 1 menunjukkan kecenderungan terjadinya peningkatan konsumsi energi di dunia sejak tahun 1993 hingga 2018.

Gambar 1 Konsumsi Energi Dunia

(Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2019)

Menurut Ana Fitriyatus S (2017) energi menjadi sektor yang strategis dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta dapat mendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy 2019 menunjukkan bahwa konsumsi energi Indonesia meningkat sebesar 4,9% pada tahun 2018 yaitu mencapai 185,5 juta tonnes oil equivalent (TOE). Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih bergantung dan membutuhkan energi dalam jumlah yang besar.

Beberapa jenis energi yang sering digunakan di Indonesia antara lain adalah minyak dan gas bumi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan energi tersebut maka perlu dilakukan pencarian sumber-sumber baru (eksplorasi), dan juga meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (eksploitasi). PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) adalah anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang fokus pada sektor hulu, yaitu eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi.

(13)

2 Salah satu kegiatan yang dilakukan pada bisnis eksplorasi dan ekploitasi minyak dan gas bumi adalah pemboran. Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Eko Gito, yang menjabat sebagai Demand Operation Analyst di PT Pertamina EP, pemboran merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya besar, beresiko tinggi, dan menjadi prioritas utama pada bisnis hulu migas. Karena ketika terjadi kesalahan sekecil apapun akan berpengaruh pada keseluruhan bisnis perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan pemboran adalah ketersediaan material pemboran. Kebutuhan material pemboran cenderung bersifat fluktuatif karena memiliki ketidakpastian yang tinggi. Sehingga berpengaruh pada tingkat persediaan, dapat terjadi kelebihan stock atau kekurangan stock material. Mekanisme yang dilakukan saat terjadi kekurangan stock adalah mengirim material yang dibutuhkan dari Field lain yang memiliki ketersediaan material yang dibutuhkan, atau disebut Bantuan Antar Unit (BAU). Tersebarnya wilayah kerja PT Pertamina EP di seluruh Indonesia menyebabkan kompleksnya distribusi material yang terjadi untuk melakukan BAU. Berdasarkan data BAU PT Pertamina EP pada tahun 2018 biaya yang dikeluarkan untuk melakukan BAU material OCTG (Oil Country Tubular Goods) sebesar Rp 45.733.340.000. Jarak antar field yang berjauhan merupakan salah satu hal yang menyebabkan waktu dan biaya distribusi yang tinggi. Sedangkan ketika terjadi kebutuhan material yang mendesak, waktu dan biaya menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan untuk melakukan distribusi material.

Distribution center merupakan salah satu alternatif untuk melakukan pemotongan rantai distribusi. Fungsi distribution center adalah menjadi pusat distribusi material untuk memenuhi kebutuhan field di sekitarnya. Dengan begitu kontrol terhadap material akan menjadi lebih mudah dan terpusat serta distribusi akan menjadi lebih efektif dan efisien ketika terjadi kebutuhan yang mendesak di wilayah kerja PT Pertamina EP. Berdasarkan hal tersebut maka judul yang dipilih untuk laporan Kerja Praktik adalah Analisis Penentuan Lokasi Distribution Center dengan Metode P-Median di PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada laporan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran distribution center pada supply chain management? 2. Bagaimana menentukan lokasi distribution center yang efektif dan efisien? 3. Apakah distribution center dapat memangkas biaya distribusi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari dibuatnya laporan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis peran distribution center pada supply chain management. 2. Menentukan lokasi distribution center yang efektif dan efisien.

(14)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

3 1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Waktu dan lokasi pelaksanaan kerja praktik, yaitu: Waktu : 10 Juni – 9 Agustus 2019

Lokasi : Kantor Pusat PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi, Menara Standard Chartered, Jalan Prof. Dr. Satrio No. 164 Lantai 25, Jakarta (12950)

1.5 Ruang Lingkup/Batasan Masalah

Laporan Kerja Praktik ini adalah studi yang membahas tentang penentuan fasilitas Distribution Center untuk menunjang Bantuan Antar Unit (BAU) di Pertamina EP dengan menggunakan metode P-Median. Pada laporan ini terdapat batasan-batasan yang ditentukan oleh penulis, seperti berikut:

1. Metode yang digunakan untuk melakukan penentuan Distribution Center adalah metode P-Median.

2. Jarak antar Field dihitung dengan menggunakan metode Haversine.

3. Distribution center akan ditempatkan sebanyak 1 (satu) di masing-masing pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan field di pulau tersebut.

4. Terdapat beberapa field yang tidak diikutsertakan dalam perhitungan ini karena field tersebut melakukan pengadaan jasa transportasi secara mandiri. Field tersebut adalah Subang dan Tambun (Pulau Jawa), Donggi Matindok (Pulau Sulawesi), dan Papua.

5. Biaya membangun Distribution Center tidak diperhitungkan karena laporan ini fokus pada penurunan biaya distribusi.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode pada kegiatan kerja praktik ini bersifat deskriptif kualitatif perlu dilakukan observasi secara langsung dan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui akar permasalahan yang ditemukan. Setelah ditemukan akar permasalahan, maka Penulis akan mendapat gambaran nyata mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut.

(15)

4 Gambar 2 Diagram Alir Kegiatan Kerja Praktik

Diagram alir pada Gambar 2 menjelaskan alur penelitian pada kegiatan kerja praktik. Diawali dengan identifikasi masalah di tempat pelaksanaan kerja praktik, setelah itu menentukan tujuan yang akan dicapai dengan menyelesaikan masalah yang telah di identifikasi. Selanjutnya melakukan studi literatur sebagai data pendukung yang di dapat dari buku, jurnal atau sumber terpercaya lainnya. Kemudian dilakukan observasi/studi lapangan untuk dilakukan pengambilan data. Data yang diperoleh dapat berupa hasil wawancara dengan praktisi lapangan atau praktisi di perusahaan tempat dilaksanakannya Kerja Praktik. Data yang telah diambil selanjutnya diolah hingga menghasilkan suatu output yang diharapkan. Output tersebut dianalisis untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dan saran untuk perbaikan.

Start Identifikasi Masalah Menentukan Tujuan Studi Literatur/Studi Pustaka Melakukan Observasi/Studi Lapangan Pengambilan Data Pengolahan Data Analisis Data Menarik Kesimpulan dan Saran Finish

(16)
(17)

6 BAB 2 Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini akan menjelaskan mengenai perusahaan tempat dilaksanakannya kerja praktik. Mulai dari sejarah perusahaan, visi-misi, kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan hingga struktur organisasi yang diterapkan.

2.1 Sejarah PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Era Tahun 2000: Perubahan Regulasi oleh Pemerintah

Dinamika pada industri migas di Indonesia menyebabkan pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, dan melepaskan peran gandanya. Peran pembuat regulasi di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BP MIGAS yang dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran pembuat regulasi di sektor hilir dijalankan oleh BPH MIGAS yang dibentuk pada 2004. UU No.22 Tahun 2001 juga mewajibkan Pertamina untuk mendirikan anak perusahaan guna memisahkan secara spesifik antara bisnis hulu dan hilir agar bisnis migas berjalan lebih efektif. Serta terbitnya PP No.31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni 2003, yang menyebabkan nama Pertamina bertransformasi menjadi PT Pertamina (Persero).

Era Tahun 2005: Entitas Bisnis Murni

Sejak adanya UU No.22 Tahun 2001 Pertamina mempersiapkan pembangunan anak perusahaan di sektor hulu dan hilir. PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) merupakan salah satu anak perusahaan yang dibangun untuk fokus ke bisnis hulu. PT Pertamina EP didirikan pada tanggal 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BP MIGAS (sekarang bernama SKKMIGAS) atas seluruh Wilayah Kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Sebagian besar Wilayah Kerja (WK) di PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan Kontrak Minyak dan Gas Bumi Pertamina untuk Wilayah Kerja Pertamina EP pada tanggal 17 September 2005 dengan BP MIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September 2005.

Dengan demikian wilayah kerja PT Pertamina EP adalah wilayah kerja yang dahulu dikelola sendiri oleh PT Pertamina (Persero) dan wilayah kerja yang dikelola PT Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery). Selama perusahaan beroperasi tidak ada perubahan nama perusahaan.

(18)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

7 2.2 Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan

PT Pertamina EP memiliki Tata Nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan misinya berdasarkan standar global dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Berikut ini adalah visi, misi, dan tata nilai PT Pertamina EP.

Visi :

“Menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia”

Misi :

“Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan penekanan pada aspek komersial dan operasi yang baik, serta tumbuh dan berkembang bersama lingkungan hidup”

Tata nilai:

Clean

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

Customer Focused

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Commercial

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

Capable

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.

Confident

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan membangun kebanggaan bangsa.

Competitive

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.

2.3 Kegiatan Usaha Perusahaan

Anggaran Dasar (AD) PT Pertamina EP telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir sebagaimana yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Pertamina EP Nomor 31 tanggal 18 April 2016 yang dibuat dihadapan notaris Marianne Vincentia Hamdani, S.H. di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-0009150.AH.01.02. Tahun 2016 Tanggal 15 Mei 2016, kegiatan usaha

(19)

8 Pertamina EP adalah Eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas bumi, coal bed methane, dan shale gas. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, maka maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan adalah berusaha dalam kegiatan usaha hulu di bidang minyak, gas bumi serta menyelenggarakan usaha dibidang coal bed methane (CBM) dan shale gas meliputi Eksplorasi dan Eksploitasi serta penjualan produksi minyak, gas bumi, coal bed methane, dan shale gas.

- Eksplorasi minyak dan gas bumi, meliputi kegiatan studi geologi dan geofisika, pematangan lead dan prospek, kegiatan survei geologi dan geofisika, serta pemboran eksplorasi.

- Eksploitasi minyak dan gas bumi, meliputi kegiatan operasi produksi baik melalui operasi sendiri Maupun pola kemitraan.

- Komersialitas minyak dan gas bumi, baik dari hasil operasi sendiri maupun mitra Technical Assistance Contract (TAC) dan Kerjasama Operasi (KSO).

2.4 Wilayah Kerja PT Pertamina EP

Wilayah Kerja PT Pertamina EP terbagi menjadi 5 asset. Di Asset 1 terdapat 5 (lima) Field, yaitu Rantau, Pangkalan Susu, Lirik, Jambi, dan Ramba. Di Asset 2 terdapat 4 (empat) Field, yaitu Prabumulih, Pendopo, Limau, dan Adera. Di Asset 3 terdapat 3 (tiga) Field, yaitu Subang, Jatibarang, dan Tambun. Di Asset 4 terdapat 5 (lima) Field, yaitu Cepu, Sukowati, Poleng, Donggi Matindok, dan Papua. Dan di Asset 5 terdapat 5 (lima) Field, yaitu Sangatta, Bunyu, Tanjung, Sangasanga, dan Tarakan. Maka totalnya PT Pertamina EP memiliki 22 Field yang tersebar di seluruh Indonesia.

(20)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

9 2.5 Produk yang Dihasilkan

PT Pertamina EP menghasilkan produk minyak mentah dan gas bumi dari hasil eksplorasi dan eksploitasi. Produk tersebut kemudian akan dijual kepada perusahaan-perusahaan milik pemerintah maupun swasta yang bergerak di berbagai sektor bisnis seperti migas, manufaktur, dan listrik. Untuk informasi lebih lengkap mengenai produk yang dihasilkan serta pelanggan yang mendapat supply produk dari PT Pertamina EP dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produk yang Dihasilkan dan Pelanggan PT Pertamina EP

Produk Jenis Pelanggan Pelanggan Sektor

Minyak

Mentah BUMN PT Pertamina (Persero) Minyak dan Gas

Gas Bumi

BUMN BUMD

PT PLN (Persero) Listrik PT Pupuk Sriwijaya Manufaktur

PT Pupuk Kujang Manufaktur PT Perusahaan Gas Negara

(Persero) Tbk Gas

PT Pertamina (Persero) Minyak dan Gas PT Krakatau Steel Tbk Manufaktur Perusahaan

Swasta Nasional

Industries and Independent

(21)

10 2.6 Struktur Organisasi Fungsi SCM

Gambar 3 menjelaskan mengenai struktur organisasi fungsi SCM di PT Pertamina EP.

Gambar 3 Struktur Organisasi Fungsi SCM di Kantor Pusat PT Pertamina EP

2.7 Penempatan Peserta di Tempat Pelaksanaan KP

Bisnis inti dari PT Pertamina EP adalah eksplorasi dan ekspoitasi minyak dan gas bumi. Untuk dapat berlangsungnya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dengan baik dibutuhkan barang/jasa yang berkualitas serta memiliki standar khusus yang perlu dipertimbangkan dengan baik. Proses pengelolaan barang/jasa mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengadaan barang/jasa, penyimpanan, hingga barang/jasa digunakan merupakan gambaran secara singkat dari fungsi Supply Chain Management (SCM). Pada fungsi tersebut penulis ditempatkan, tepatnya pada divisi SCM Support & Local Content.

(22)
(23)

12 BAB 3 Landasan Teori

3.1 Penentuan Jarak dengan Metode Haversine

Gambar 4 Ilustrasi Penerapan Metode Haversine

Sebelum melakukan penentuan lokasi distribution center perlu dilakukan pencarian atau perhitungan dari beberapa data, salah satunya adalah data jarak antar field yang ada di PT Pertamina EP. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung jarak adalah Metode Haversine. Menurut Yulianto (2018) metode Haversine yang pertama kali ditemukan oleh Jamez Andrew pada tahun 1805 tersebut merupakan sebuah persamaan yang memberikan jarak lingkaran besar (radius) antara dua titik pada permukaan bola (bumi) berdasarkan garis bujur dan lintang seperti ilustrasi pada Gambar 4. Input untuk metode ini adalah garis lintang (Latitude) dan garis bujur (Longitude) dari 2 (dua) lokasi yang berbeda. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah jarak antara 2 (dua) titik lokasi yang berbeda tersebut. Berikut ini adalah formula Haversine.

( ) ( ) ...( 1 ) ...( 2 )...( 3 ) Keterangan : ( ) ( ) A B

(24)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

13 3.2 Penentuan Lokasi dengan Metode P-Median

Setelah mendapatkan jarak antar Field selanjutnya dapat dilakukan pemilihan lokasi distribution center dengan menggunakan metode P-Median. Menurut Mehmet Kursat Oksuz (2016) P-Median problem adalah metode optimasi yang mengalokasikan sejumlah P fasilitas untuk memenuhi permintaan di banyak lokasi dengan biaya yang minimum. Metode ini merupakan mixed integer linear programming yang menggunakan algoritma biner dan menghasilkan berupa bilangan 0 dan 1. Dengan metode P-Median akan menentukan lokasi fasilitas yang terdekat pada sekumpulan konsumen (node atau titik) disekitarnya, sehingga menghasilkan solusi/output fasilitas yang tepat untuk dibangun dengan jarak paling optimal dengan konsumen (node atau titik). Fungsi objektif dari metode P-Median adalah untuk memilimasi total jarak distribusi. Berikut ini adalah formula untuk metode P-Median:

Inputs ( ) Decision Variables

{

Bernilai 1 jika demand pada fasilitas terpenuhi oleh distribution center Bernilai 0 jika tidak

{ Bernilai 1 jika kandidat fasilitas dibangun pada node

Bernilai 0 jika tidak Objective Function Minimize

...( 4 ) Constraints Subject to

...( 5 )

...( 6 )

0

;

...( 7 )

* +

...( 8 )

{0,1}

;

...( 9 )

Fungsi tujuan pada persamaan (4) meminimalkan jarak yang dilalui dari lokasi fasilitas (j) untuk memenuhi demand di titik (i). konstrain (5) menjelaskan bahwa hanya ada satu fasilitas (j) yang memenuhi demand di titik (i). Jumlah Fasilitas yang akan dibangun sebanyak P (6). Konstrain (7) memastikan bahwa demand di titik (i) hanya bisa dipenuhi jika lokasi fasilitas (j) terpilih untuk dibangun.

(25)
(26)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

15 BAB 4 Studi Kasus

Bab ini menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan penulis selama pelaksanaan kegiatan Kerja Praktik di PT Pertamina EP. Pembimbing Instansi, pak Eko Gito Prabowo selaku Demand Operation Analyst di fungsi SCM memberikan beberapa tugas kepada penulis untuk membantu menyelesaikan pekerjaan Beliau. Di bawah ini penulis akan menjelaskan apa saja yang telah penulis lakukan dan kerjakan.

4.1 Kegiatan Selama Kerja Praktik

Gambar 5 Contoh Tampilan Procurement Information System (PIS)

Minggu pertama kegiatan Kerja Praktik, tepatnya pada hari Kamis, 13 Juni 2019 penulis ikut serta dalam kegiatan pembukaan sampul penawaran untuk pekerjaan pengadaan jasa penyusunan dan pembaharuan dokumen Oil Spill Contingency Plan (OSCP) di Area PT Pertamina EP. Kegiatan tersebut dihadiri oleh pihak Panitia Tender, User (pihak yang membutuhkan Barang/Jasa yang diadakan), dan Peserta Tender. Sampul penawaran yang sebelumnya telah diserahkan oleh Peserta Tender kepada Panitia Tender dibuka oleh Panitia Tender untuk dicek kelengkapannya. Sampul penawaran dinyatakan lengkap jika isi sampul penawaran sesuai dengan yang diminta oleh Panitia Tender dalam Dokumen Tender. Hasil dari kegiatan pembukaan sampul penawaran akan dimasukkan ke Procurement Information System (PIS). Gambar 5 adalah contoh tampilan PIS yang digunakan di PT Pertamina EP. Hari Jumat, 14 Juni 2019 penulis ikut serta dalam kegiatan Evaluasi Dokumen Prakualifikasi pengadaan Jasa Inspeksi Pipeline Risk Assessment. Pada kegiatan tersebut penulis melakukan pengecekan terhadap kesesuaian Dokumen Prakualifikasi yang diserahkan oleh Calon Peserta

(27)

16 Tender dengan persyaratan yang ditentukan oleh Panitia Tender. Hasil dari kegiatan Evaluasi Dokumen Prakualifikasi akan dimasukkan ke sistem PIS.

Minggu kedua kegiatan Kerja Praktik, tepatnya pada hari Selasa 18 Juni 2019 penulis ikut serta dalam kegiatan Klarifikasi Dokumen Kualifikasi pengadaan Jasa Office Service dan Monitoring Peralatan Listrik Kantor Pusat PT Pertamina EP (jasa konstruksi). Panitia Tender melakukan klarifikasi terhadap 3 (tiga) Calon Peserta Tender, yaitu PT Karya Sarana Teknik Abadi, PT Sinar Habib Agung Putra, dan PT Sumber Rejeki Indah. Panitia Tender melakukan klarifikasi kepada PT Karya Sarana Teknik Abadi terhadap dokumen bukti pengalaman dan surat selesai pelaksanaan, IUJK (Izin Usaha Jasa Konstruksi), dan BUJK (Badan Usaha Jasa Konstruksi). PT Karya Sarana Teknik Abadi hanya menyerahkan bukti pengalaman saja. Sedangkan dokumen yang perlu diklarifikasi terhadap PT Sinar Habib Agung Putra adalah SPDA (Surat Pengganti Dokumen Administrasi), dan sertifikat SMHSE (Sistem Manajemen Health, Safety, dan Environment). PT Sinar Habib Agung Putra hanya menyerahkan SPDA saja. Selanjutnya dokumen yang perlu diklarifikasi terhadap PT Sumber Rejeki Indah adalah sertifikat SMHSE, IUJK, dan BUJK. PT Sumber Rejeki Indah menyerahkan sertifikat SMHSE yang diterbitkan oleh Chevron, jika parameter penilaian pada sertifikat tersebut sama dengan yang diterapkan Pertamina EP maka sertifikat tersebut dapat diterima. Hasil dari kegiatan Klarifikasi Dokumen Kualifikasi akan dimasukkan ke sistem PIS.

Gambar 6 Contoh Tampilan Software mySAP

Minggu ketiga kegiatan Kerja Praktik penulis mengerjakan beberapa hal yang berbeda. Pertama adalah membuat pembaharuan Lampiran A (Lingkup Pekerjaan) kontrak Pekerjaan Penyediaan Suku Cadang Gas Engine Merk Waukesha. Kedua mengerjakan penyesuaian

(28)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

17 KIMAP (Kode Identifikasi Material Pertamina) untuk material suku cadang National Oilwell Varco (NOV) dan menyusunnya ke dalam format yang diberikan. Ketiga mengerjakan Purchase Requisition (PR) untuk material suku cadang Gas Engine Merk WAUKESHA dan memasukkannya ke software mySAP. Gambar 6 merupakan contoh tampilan pembuatan PR di software mySAP.

Minggu keempat kegiatan Kerja Praktik penulis melengkapi dan membuat Purchase Requisition (PR) untuk material suku cadang National Oilwell Varco (NOV). Setelah menyelesaikan tugas tersebut penulis mendapat tugas selanjutnya yaitu melengkapi data suku cadang Gas Engine Merk WAUKESHA dan membandingkan harga inquiry dari 3 vendor serta harga pada kontrak sebelumnya, dengan tujuan mencari harga terendah. Pada hari Selasa 2 Juli 2019 penulis ikut serta dalam tahap Rapat Penjelasan/anwijzing untuk pengadaan Jasa Pengangkutan Barang Selama 1 (satu) Tahun di PT Pertamina EP. Pada kegiatan tersebut dilakukan penjelasan secara mendetail kepada Calon Peserta Tender mengenai apa yang dibutuhkan oleh PT Pertamina EP seperti yang tertera dalam dokumen IPT (Instruksi kepada Peserta Tender). Dan Calon Peserta Tender boleh menanyakan jika terdapat hal yang tidak jelas atau ambigu, dan juga boleh memberikan saran-saran saat aanwijzing berlangsung.

Gambar 7 Contoh Katup yang diproduksi PT Teknologi Rekayasa Katup

Penulis juga berkesempatan ikut serta dalam kegiatan survey ke manufaktur Valve, PT Teknologi Rekayasa Katup di Serang, Banten pada Hari Kamis, 4 Juli 2019. Kegiatan survey tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa PT Teknologi Rekayasa Katup memenuhi standar dan layak untuk masuk ke daftar vendor dan dapat ikut serta dalam proses pengadaan di PT Pertamina EP. Gambar 7 merupakan contoh komponen yang diproduksi oleh PT Teknologi Rekayasa Katup. Kegiatan kunjungan ini sangat bermanfaat bagi penulis, karena dapat melihat langsung dan mengetahui bahan baku untuk membuat katup, jenis-jenis proses pembuatan katup, dan proses pengetesan untuk katup yang telah selesai di produksi.

Minggu kelima dan keenam kegiatan Kerja Praktik, penulis mendapatkan tugas untuk Mengolah data harga Suku Cadang Gas Engine Merk WAUKESHA berdasarkan part number, serta membandingkan extended price (hasil kali antara harga per unit dengan kuantitas) Suku

(29)

18 Cadang Gas Engine Merk WAUKESHA kontrak terakhir, inquiry dari PT SAAG dengan Quote 2019. Tujuan dari pengolahan data tersebut adalah melakukan penawaran harga.

4.2 Identifikasi Masalah

Keikutsertaan penulis dalam proses pengadaan jasa transportasi menimbulkan rasa ingin tahu mengenai proses distribusi material di PT Pertamina EP. Rasa ingin tahu muncul ketika penulis mengetahui biaya transportasi untuk melakukan Bantuan Antar Unit (BAU) yang cukup tinggi. Pada tahun 2018 biaya yang dikeluarkan untuk transportasi BAU mencapai Rp 45.733.340.000 untuk material OCTG (Oil Country Tubular Goods) saja. Mekanisme yang terjadi saat ini adalah ketika terjadi kebutuhan material dari suatu field, maka material tersebut akan dikirimkan dari field yang memiliki persediaan terhadap material yang dibutuhkan. Sehingga transportasi dari field yang berjarak cukup jauh mungkin terjadi. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab tingginya biaya transportasi untuk melakukan BAU. Salah satu cara untuk memotong rantai distribusi dan memperpendek jarak tempuh adalah dengan menggunakan distribution center. Oleh sebab itu pada laporan Kerja Praktik ini penulis memilih untuk melakukan analisis terhadap penentuan lokasi Distribution Center dengan metode P-Median di PT Pertamina EP.

(30)
(31)

20 BAB 5 Hasil Kerja Praktik

Bab ini berisi tentang proses penentuan lokasi distribution center dengan metode P-Median. Skenario yang akan diterapkan adalah membangun 1 (satu) distribution center di pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Calon lokasi fasilitas distribution center adalah lokasi dari field yang ada, sehingga ketika salah satu dari field di tiap pulau terpilih maka distribution center akan dibangun di sekitar field tersebut. Terdapat 8 (delapan) field yang ada di pulau Sumatera (Gambar 8), 3 field di pulau Jawa (Gambar 8), dan 5 field di pulau Kalimantan (Gambar 10). Proses pertama yang harus dilakukan adalah menghitung jarak antar field dengan metode Haversive. Proses selanjutnya adalah menentukan kebutuhan/permintaan di setiap field. Dan proses terakhir menyelesaikan perhitungan P-Median dengan perangkat lunak AMPL menggunakan solver Gurobi.

Gambar 8 Lokasi Field di Pulau Sumatera

Gambar 9 Lokasi Field di Pulau Jawa Keterangan:

Field Rantau

Field Pangkalan Susu Field Lirik Field Jambi Field Ramba Field Prabumulih/Limau Field Pendopo Field Adera Keterangan: Field Jatibarang Field Cepu Field Poleng

(32)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

21 Gambar 10 Lokasi Field di Pulau Kalimantan

5.1 Perhitungan Jarak dengan Metode Haversine

Data jarak menjadi salah satu input yang dibutuhkan dalam metode P-Median. Menghitung jarak antar field dengan metode Haversine membutuhkan input latitude (garis lintang) dan longitude (garis bujur) dari setiap field. Karena penentuan lokasi distribution center akan dilakukan di pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan maka data lokasi dan perhitungan jarak antar field akan dikelompokan berdasarkan pulau tersebut.

Keterangan: Field Sangasanga Field Tanjung Field Sangatta Field Bunyu Field Tarakan

(33)

22 5.1.1 Perhitungan Jarak antar Field di Pulau Sumatera

Tabel 2 Data Lokasi Field di Pulau Sumatera

Berdasarkan data lokasi pada Tabel 2 maka dapat dilakukan perhitungan jarak antar field di pulau Sumatera. Tabel 3 merupakan hasil perhitungan jarak antar field di pulau Sumatera.

Tabel 3 Jarak Antar Field di Pulau Sumatera (satuan: km)

Berdasarkan hasil perhitungan jarak didapatkan field Prabumulih dan Limau berjarak sangat dekat, yaitu kurang dari 1km, maka kedua field tersebut dapat dijadikan satu untuk mempermudah dalam proses perhitungan.

Field Alamat Latitude Longitude

Rantau Jl. Jakarta No.1 Komperta Rantau Aceh Tamiang, Aceh 24474 4,33304 98,10006 Pangkalan Susu Jl. Samudera No. 1, Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara 4,1212 98,21079 Lirik Kantor SCM Jl. Lintas Timur Sumatera KM.175, Kecamatan

Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, 29353 -0,31158 102,30558

Ramba

Jl. Raya Palembang - Jambi, Lintas Timur Km. 102. Desa Ramba Kec. Babat Supat Musi Banyuasin - Sumatera Selatan 30756

-2,69613 104,11494

Jambi Jl. Lirik No. 1 Komperta Kenali Asam Atas, Kecamatan Kota

Baru, Jambi, 36128 -1,65262 103,60352

Prabumulih

Warehouse SCM PT. Pertamina EP Asset 2, Jalan Jendral Sudirman No. 03, Prabumulih Sumatera Selatan 31122, Sumatera Selatan

-3,44077 104,234

Limau Jl. Jend. Sudirman, Lubuk Raman, Rambang Dangku, Kabupaten

Muara Enim, Sumatera Selatan 31172 -3,44075 104,22683 Pendopo Komplek Pertamina Pendopo, Jl. Plaju No. 38, Kec. Talang Ubi,

Kab. Pali, Sumatera Selatan 31211 -3,26306 103,82254

Adera

Komplek Pertamina EP Pengabuan Kec. Abab Kab. Pali, Sumatera Selatan, Pengabuan, Abab, Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan 31315

-3,2627 104,15676

Rantau Pangkalan

Susu Lirik Ramba Jambi

Prabumulih /

Limau Pendopo Adera

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Rantau F1 0 27 697 1029 904 1101 1057 1080 Pangkalan Susu F2 27 0 671 1003 878 1075 1031 1054 Lirik F3 697 671 0 333 208 409 369 387 Ramba F4 1029 1003 333 0 129 84 71 63 Jambi F5 904 878 208 129 0 211 181 189 Prabumulih / Limau F6 1101 1075 409 84 211 0 50 22 Pendopo F7 1057 1031 369 71 181 50 0 37 Adera F8 1080 1054 387 63 189 22 37 0

(34)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

23 Contoh perhitungan (Rantau – Pangkalan Susu).

Rantau : Longitude1 = 98,10006˚ × 0,017453293 = 1,712169041 rad Latitude1 = 4,33304˚ × 0,017453293 = 0,075625815 rad Pangkalan Susu : Longitude2 = 98,21079˚ × 0,017453293 = 1,714101645 rad

Latitude2 = 4,1212˚ × 0,017453293 = 0,071928509 rad ( ) ( ) √ ( ) ( )

Berdasarkan perhitungan di atas maka jarak dari field Rantau ke field Pangkalan Susu (juga sebaliknya) adalah 27 km.

5.1.2 Perhitungan Jarak antar Field di Pulau Jawa Tabel 4 Data Lokasi Field di Pulau Jawa

Berdasarkan data lokasi pada Tabel 4 maka dapat dilakukan perhitungan jarak antar field di pulau Jawa. Tabel 5 merupakan hasil perhitungan jarak antar field di pulau Jawa.

Lokasi Alamat Latitude Longitude

Jatibarang Jalan Raya Mundu, Kedokanbunder, Kedokan

Bunder, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45283 -6,48099 108,42552 Cepu Jl, Gajah Mada PO BOX I Cepu Blora Jawa

Tengah -7,13477 111,59605

Poleng Jl, Raya Daendels KM 64-65 Desa Kemantren,

Kec Paciran, Kab, Lamongan, Jawa Timur -6,86596 112,41476 Subang Cidahu, West Pagaden, Subang Regency, West

Java 41252 -6,53308 107,74695

Tambun Jl, Raya Pertamina Bekasi, Kedungjaya, Kec,

(35)

24 Tabel 5 Jarak antar Field di Pulau Jawa (satuan: km)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa jarak dari field Jatibarang menuju field Cepu adalah 358 km, sama dengan rute sebaliknya yaitu dari field Cepu menuju field Jatibarang. Untuk field lainya dapat dibaca dengan cara yang sama pada tabel.

5.1.3 Perhitungan Jarak antar Field di Pulau Kalimantan Tabel 6 Data Lokasi Field di Pulau Kalimantan

Berdasarkan data lokasi pada Tabel 6 maka dapat dilakukan perhitungan jarak antar field di pulau Kalimantan. Tabel 7 merupakan hasil perhitungan jarak antar field di pulau Kalimantan.

Tabel 7 Jarak antar Field di Pulau Kalimantan (satuan: km)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jarak dari field Sangatta menuju field Sangasanga adalah 122 km, sama dengan rute sebaliknya yaitu dari field Sangasanga menuju field Sangatta. Untuk field lainya dapat dibaca dengan cara yang sama pada tabel.

Jatibarang Cepu Poleng

P1 P2 P3

Jatibarang F1 0 358 443

Cepu F2 358 0 95

Poleng F3 443 95 0

Lokasi Alamat Latitude Longitude

Sangatta Teluk Lombok KM 20, Desa Sangkima, Kec Sangatta selatan, Kab.

Kutai Timur, Prov Kalimantan Timur 75613 0,39486 117,51357

Sangasanga Jl. Permandian No. 1. Kel. Sangasanga Dalam, Kec. Sangasanga,

Kab. Kutai Kartanegara Prov. Kalimantan Timur Kode Pos 75254 -0,6632 117,2398 Tanjung Jl. Minyak No. 1 Murung Pudak, Tanjung Tabalong, Kalimantan

selatan 71571 -2,14941 115,40047

Bunyu Bunyu Island, North Kalimantan, Bunyu Bar., Bunyu, Kabupaten

Bulungan, Kalimantan Utara 77281 3,46251 117,83839

Tarakan Jalan. Pulau Ligitan No.1 Kel. Pamusian Kec. Tarakan Tengah

Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara 77113 3,30894 117,60998

Sangatta Sangasanga Tanjung Bunyu Tarakan

P1 P2 P3 P4 P5 Sangatta F1 0 122 368 343 324 Sangasanga F2 122 0 263 464 444 Tanjung F3 368 263 0 680 655 Bunyu F4 343 464 680 0 31 Tarakan F5 324 444 655 31 0

(36)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

25 5.2 Perhitungan Kebutuhan/Permintaan

Kebutuhan/permintaan dari setiap field didapatkan dari data BAU tahun 2018 untuk material OCTG (Oil Country Tubular Goods) yang terdapat pada Lampiran A. Berikut ini adalah data Kebutuhan/Permintaan dalam satuan Metrik Ton (MT) setelah diolah.

Tabel 8 Data Kebutuhan/Permintaan Field di Pulau Sumatera Field Demand Rantau 1021 Pangkalan Susu 1605 Lirik 445 Ramba 1087 Jambi 2672 Prabumulih / Limau 3561 Pendopo 1194 Adera 1161

Tabel 9 Data Kebutuhan/Permintaan Field di Pulau Jawa Field Demand

Jatibarang 1811

Cepu 940

Poleng 285

Tabel 10 Data Kebutuhan/Permintaan Field di Pulau Kalimantan Field Demand Sangatta 984 Sangasanga 2835 Tanjung 659 Bunyu 3188 Tarakan 3684

5.3 Penentuan Lokasi Distribution Center

Proses perhitungan untuk penentukan lokasi distribution center dengan metode P-Median akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak AMPL dengan solver Gurobi. Secara garis besar perangkat lunak tersebut berfungsi untuk melakukan pengolahan data terhadap suatu permasalahan dalam bentuk permodelan matematika. Sehingga akan mempermudah proses perhitungan terutama bagi perhitungan yang membutuhkan banyak iterasi untuk menemukan hasil yang optimal.

Model dan data yang digunakan pada perangkat lunak AMPL terdapat pada Lampiran B. Berikut ini adalah output yang dihasilkan dari pengolahan data tersebut.

(37)

26 5.3.1 Penentuan Lokasi Distribution Center di Pulau Jawa

Gambar 11 Lokasi Distribution Center di Pulau Jawa

Gambar 11 adalah output yang dihasilkan pada software AMPL untuk penentuan lokasi distribution center di pulau Jawa ketika jumlah distribution center yang akan dibangun adalah 1 (satu). Dapat dilihat bahwa P1 bernilai 1 (satu) artinya distribution center dapat dibangun di sekitar lokasi field Jatibarang. Dengan nilai objective 462775.

5.3.2 Penentuan Lokasi Distribution Center di Pulau Kalimantan

Gambar 12 Lokasi Distribution Center di Pulau Kalimantan

Gambar 12 adalah output yang dihasilkan pada software AMPL untuk penentuan lokasi distribution center di pulau Kalimantan ketika jumlah distribution center yang akan dibangun adalah 1 (satu). Dapat dilihat bahwa P5 bernilai 1 (satu) artinya distribution center dapat dibangun di sekitar lokasi field Tarakan. Dengan nilai objective 2108029.

(38)

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK

27 5.3.3 Penentuan Lokasi Distribution Center di Pulau Sumatera

Gambar 13 Lokasi Distribution Center di Pulau Sumatera

Gambar 13 adalah output yang dihasilkan pada software AMPL untuk penentuan lokasi distribution center di pulau Sumatera ketika jumlah distribution center yang akan dibangun adalah 1 (satu). Dapat dilihat bahwa P4 bernilai 1 (satu) artinya distribution center dapat dibangun di sekitar lokasi field Ramba. Dengan nilai objective 3610338.

5.4 Perbandingan Biaya

Berikut ini adalah perhitungan biaya BAU untuk memenuhi demand dengan mekanisme menggunakan distribution center untuk memenuhi permintaan/kebutuhan di setiap pulau dengan data permintaan/kebutuhan BAU di tahun 2018.

(39)

28 Tabel 11 Perhitungan Biaya Transportasi ketika Menggunakan Distribution Center

Biaya Transportasi yang dihasilkan ketika menerapkan lokasi distribution center berdasarkan hasil dari perhitungan P-Median sebesar Rp 36.566.015.000 seperti terlihat pada Tabel 11. Biaya tersebut lebih rendah 13% atau sebesar Rp 6.167.325.000 dibandingkan biaya BAU tanpa menggunakan distribution center. Hal ini disebabkan karena banyaknya proses transportasi antar pulau yang menyebabkan tingginya frekuensi penggunaan multimoda transportasi yang memiliki kecenderungan harga yang lebih mahal. Dengan adanya distribution center yang berfokus menangani permintaan di satu pulau saja menyebabkan pengelolaan persediaan juga lebih tertata, dan waktu distribusi yang lebih singkat.

No Dari / Ke Ke / Dari

Jumlah Metrik

Ton

Unit Harga Per

Metrik Ton Total Harga

1 Ramba Rantau 356,00 MT 3.700.000,00 1.317.200.000 2 Ramba Pangkalan Susu 489,00 MT 3.785.000,00 1.850.865.000 3 Ramba Lirik 368,00 MT 3.200.000,00 1.177.600.000 4 Ramba Jambi 888,00 MT 1.900.000,00 1.687.200.000 5 Ramba Prabumulih / Limau 1.009,00 MT 2.000.000,00 2.018.000.000 6 Ramba Pe ndopo 300,00 MT 1.990.000,00 597.000.000 7 Ramba Ade ra 377,00 MT 2.000.000,00 754.000.000 8 Jatibarang Cepu 2.056,00 MT 1.450.000,00 2.981.200.000 9 Jatibarang Poleng 677,00 MT 1.670.000,00 1.130.590.000 10 Tarakan Sangasanga 3.443,00 MT 2.600.000,00 8.951.800.000 11 Tarakan Tanjung 1.247,00 MT 3.280.000,00 4.090.160.000 12 Tarakan Bunyu 3.892,00 MT 1.950.000,00 7.589.400.000 13 Tarakan Sangatta 1.668,00 MT 3.250.000,00 5.421.000.000 T O T AL HARGA (RUPIAH) 39.566.015.000

(40)
(41)

30 BAB 6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Hasil optimal yang diperoleh untuk penentuan lokasi distribution center dengan metode P-Median adalah membangun fasilitas distribution center di sekitar Field Jatibarang untuk pulau Jawa, Field Tarakan untuk pulau Kalimantan, dan Field Ramba untuk pulau Sumatera.

- Perbandingan biaya setelah menggunakan fasilitas distribution center menghasilkan penurunan biaya sebesar 13% atau sebesar Rp 6.167.325.000.

- Dengan begitu pembangunan distribution center dengan penentuan lokasi menggunakan metode P-Median untuk kegiatan BAU di PT Pertamina EP dapat membuat proses distribusi material lebih efisien.

6.2 Saran

Berdasarkan analisa yang dilakukan didapatkan saran sebagai berikut:

- Lokasi yang dihasilkan melalui pendekatan metode P-Median pada penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam pembangunan distribution center PT Pertamina EP sebagai penunjang Bantuan Antar Unit (BAU).

- Metode penentuan lokasi distribution center melalui pendekatan metode P-Median pada penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penentuan lokasi distribution center di PT Pertamina EP.

- Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penentuan jarak dan penentuan lokasi fasilitas lainnya untuk membandingkan efektifitas dan efisiensi dari proses transportasi BAU di PT Pertamina EP.

(42)
(43)

32 DAFTAR PUSTAKA

Ana Fitriyatus S, Akhmad Fauzi, Bambang Juanda. (2017). Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Indonesia dengan Model Sistem Dinamik. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol.17, p.118-137.

Anonim. (2019). “BP Statistical Review of World Energy 2019”. London.

D. Agustina. (2014). “Sistem Informasi Geografis Kuliner Berbasis Android Menggunakan Haversine Formula di Kota Yogyakarta”. p. 47.

Dwi Prasetyo dan Khafiizh Hastuti. (2014). “Penerapan Haversine Formula pada Aplikasi Pencarian Lokasi dan Informasi Gereja Kristen di Semarang Berbasis Mobile”.

Hansen P, Mladenovic N. (2001). “Variable neighborhood search: principles and applications for the p-median”. Eur J Oper Res 130:449–467.

Mehmet Kursat Oksuz, Sule Itir Satoglu, Gulgam Kayakutlu. (2016). A Genetic Algorithm for the P-Median Facility Location Problem. Paper presented at the Conference Paper, Istanbul Technical University.

Mladenovic N, Brimberg J, Hansen P, Moreno-Perez JA. (2007). “The P-Median Problem: a Survey of Metaheuristic Approaches”. Eur J Oper Res 179:927–939.

N. Huda. (2012). “Rancang Bangun Aplikasi Penugasan pada Blackberry Mobile Device dengan Haversine Formula”. p. 9.

Yulianto, Ramadiani, Awang Harsa Kridalaksana. (2018). Penerapan Formula Haversine pada Sistem Informasi Geografis Pencarian Jarak Terdekat Lokasi Lapangan Futsal. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol. 13, p. 14-21.

(44)
(45)

34 LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN A Perhitungan Biaya BAU di PT Pertamina EP Tahun 2018

No Dari / Ke Ke / Dari Jumlah

Metrik Ton Unit

Harga Per

Metrik Ton Total Harga

1 Jabodetabek Jatibarang 20,00 MT 980.000,00 19.600.000 2 Jabodetabek Cepu 20,00 MT 1.450.000,00 29.000.000 3 Jabodetabek Poleng 20,00 MT 1.550.000,00 31.000.000 4 Surabaya Jatibarang 20,00 MT 1.335.000,00 26.700.000 5 Surabaya Cepu 20,00 MT 640.000,00 12.800.000 6 Surabaya Poleng 20,00 MT 500.000,00 10.000.000

7 Rantau Pangkalan Susu 20,00 MT 725.000,00 14.500.000

8 Rantau Lirik 20,00 MT 2.080.000,00 41.600.000 9 Rantau Ramba 76,00 MT 3.700.000,00 281.200.000 10 Rantau Jambi 688,00 MT 3.600.000,00 2.476.800.000 11 Rantau Prabumulih 27,00 MT 3.990.000,00 107.730.000 12 Rantau Pendopo 30,00 MT 4.000.000,00 120.000.000 13 Rantau Adera 20,00 MT 4.180.000,00 83.600.000

14 Pangkalan Susu Lirik 20,00 MT 1.790.000,00 35.800.000

15 Pangkalan Susu Ramba 20,00 MT 3.785.000,00 75.700.000

16 Pangkalan Susu Jambi 489,00 MT 2.700.000,00 1.320.300.000

17 Pangkalan Susu Prabumulih 687,00 MT 3.500.000,00 2.404.500.000

18 Pangkalan Susu Pendopo 20,00 MT 3.480.000,00 69.600.000

19 Pangkalan Susu Adera 20,00 MT 3.990.000,00 79.800.000

20 Lirik Ramba 88,00 MT 3.200.000,00 281.600.000 21 Lirik Jambi 110,00 MT 3.000.000,00 330.000.000 22 Lirik Prabumulih 20,00 MT 3.190.000,00 63.800.000 23 Lirik Pendopo 27,00 MT 3.200.000,00 86.400.000 24 Lirik Adera 20,00 MT 3.080.000,00 61.600.000 25 Ramba Jambi 449,00 MT 1.900.000,00 853.100.000 26 Ramba Prabumulih 197,00 MT 2.000.000,00 394.000.000 27 Ramba Pendopo 20,00 MT 1.990.000,00 39.800.000 28 Ramba Adera 97,00 MT 2.000.000,00 194.000.000 29 Jambi Prabumulih 538,00 MT 2.000.000,00 1.076.000.000 30 Jambi Pendopo 20,00 MT 2.180.000,00 43.600.000 31 Jambi Adera 79,00 MT 1.870.000,00 147.730.000

32 Prabumulih / Limau Pendopo 786,00 MT 1.100.000,00 864.600.000

33 Prabumulih / Limau Adera 634,00 MT 1.300.000,00 824.200.000

34 Pendopo Adera 151,00 MT 2.200.000,00 332.200.000 35 Jatibarang Cepu 675,00 MT 1.450.000,00 978.750.000 36 Jatibarang Poleng 20,00 MT 1.670.000,00 33.400.000 37 Cepu Poleng 20,00 MT 990.000,00 19.800.000 38 Sangasanga Sangatta 151,00 MT 1.250.000,00 188.750.000 39 Sangasanga Tanjung 96,00 MT 2.100.000,00 201.600.000 40 Sangatta Tanjung 20,00 MT 2.285.000,00 45.700.000

PENAWARAN HARGA PEKERJAAN

KONTRAK JASA PENGANGKUTAN BARANG SELAMA 1 (SATU) TAHUN DI PT. PERTAMINA EP

(46)

35

No Dari / Ke Ke / Dari Jumlah

Metrik Ton Unit

Harga Per

Metrik Ton Total Harga

41 Batam Rantau 20,00 MT 5.480.000,00 109.600.000

42 Batam Pangkalan Susu 20,00 MT 5.285.000,00 105.700.000

43 Batam Lirik 20,00 MT 5.650.000,00 113.000.000 44 Batam Ramba 20,00 MT 4.735.000,00 94.700.000 45 Batam Jambi 20,00 MT 5.235.000,00 104.700.000 46 Batam Prabumulih 20,00 MT 4.330.000,00 86.600.000 47 Batam Pendopo 20,00 MT 4.480.000,00 89.600.000 48 Batam Adera 20,00 MT 4.720.000,00 94.400.000 49 Batam Jatibarang 20,00 MT 1.980.000,00 39.600.000 50 Batam Cepu 20,00 MT 3.440.000,00 68.800.000 51 Batam Poleng 20,00 MT 3.890.000,00 77.800.000 52 Batam Sangasanga 20,00 MT 3.480.000,00 69.600.000 53 Batam Sangatta 20,00 MT 4.640.000,00 92.800.000 54 Batam Tanjung 20,00 MT 3.580.000,00 71.600.000 55 Batam Tarakan 20,00 MT 4.480.000,00 89.600.000 56 Jabodetabek Rantau 20,00 MT 3.880.000,00 77.600.000

57 Jabodetabek Pangkalan Susu 20,00 MT 3.735.000,00 74.700.000

58 Jabodetabek Lirik 20,00 MT 4.540.000,00 90.800.000 59 Jabodetabek Ramba 20,00 MT 3.240.000,00 64.800.000 60 Jabodetabek Jambi 20,00 MT 3.580.000,00 71.600.000 61 Jabodetabek Prabumulih 20,00 MT 2.980.000,00 59.600.000 62 Jabodetabek Pendopo 20,00 MT 3.000.000,00 60.000.000 63 Jabodetabek Adera 20,00 MT 3.290.000,00 65.800.000 64 Jabodetabek Sangasanga 20,00 MT 2.990.000,00 59.800.000 65 Jabodetabek Sangatta 20,00 MT 3.735.000,00 74.700.000 66 Jabodetabek Tanjung 20,00 MT 2.980.000,00 59.600.000 67 Jabodetabek Tarakan 20,00 MT 4.785.000,00 95.700.000 68 Surabaya Rantau 20,00 MT 5.080.000,00 101.600.000

69 Surabaya Pangkalan Susu 20,00 MT 4.580.000,00 91.600.000

70 Surabaya Lirik 20,00 MT 5.585.000,00 111.700.000 71 Surabaya Ramba 20,00 MT 4.735.000,00 94.700.000 72 Surabaya Jambi 20,00 MT 5.090.000,00 101.800.000 73 Surabaya Prabumulih 20,00 MT 4.285.000,00 85.700.000 74 Surabaya Pendopo 20,00 MT 4.715.000,00 94.300.000 75 Surabaya Adera 20,00 MT 4.490.000,00 89.800.000 76 Surabaya Sangasanga 20,00 MT 3.490.000,00 69.800.000 77 Surabaya Sangatta 20,00 MT 4.180.000,00 83.600.000 78 Surabaya Tanjung 20,00 MT 3.585.000,00 71.700.000 79 Surabaya Tarakan 20,00 MT 5.080.000,00 101.600.000 80 Rantau Jatibarang 20,00 MT 4.035.000,00 80.700.000

(47)

36 81 Rantau Cepu 20,00 MT 5.240.000,00 104.800.000 82 Rantau Poleng 20,00 MT 5.425.000,00 108.500.000 83 Rantau Sangasanga 20,00 MT 6.090.000,00 121.800.000 84 Rantau Sangatta 20,00 MT 6.985.000,00 139.700.000 85 Rantau Tanjung 20,00 MT 5.990.000,00 119.800.000 86 Rantau Tarakan 20,00 MT 6.500.000,00 130.000.000

87 Pangkalan Susu Jatibarang 209,00 MT 4.000.000,00 836.000.000

88 Pangkalan Susu Cepu 20,00 MT 4.990.000,00 99.800.000

89 Pangkalan Susu Poleng 20,00 MT 5.180.000,00 103.600.000

90 Pangkalan Susu Sangasanga 20,00 MT 6.190.000,00 123.800.000

91 Pangkalan Susu Sangatta 20,00 MT 6.480.000,00 129.600.000

92 Pangkalan Susu Tanjung 20,00 MT 6.190.000,00 123.800.000

93 Pangkalan Susu Tarakan 20,00 MT 6.280.000,00 125.600.000

94 Lirik Jatibarang 20,00 MT 4.385.000,00 87.700.000 95 Lirik Cepu 20,00 MT 5.135.000,00 102.700.000 96 Lirik Poleng 20,00 MT 5.480.000,00 109.600.000 97 Lirik Sangasanga 20,00 MT 6.680.000,00 133.600.000 98 Lirik Sangatta 20,00 MT 7.335.000,00 146.700.000 99 Lirik Tanjung 20,00 MT 6.485.000,00 129.700.000 100 Lirik Tarakan 20,00 MT 6.985.000,00 139.700.000 101 Ramba Jatibarang 20,00 MT 3.480.000,00 69.600.000 102 Ramba Cepu 20,00 MT 4.675.000,00 93.500.000 103 Ramba Poleng 20,00 MT 4.785.000,00 95.700.000 104 Ramba Sangasanga 20,00 MT 5.780.000,00 115.600.000 105 Ramba Sangatta 20,00 MT 6.990.000,00 139.800.000 106 Ramba Tanjung 20,00 MT 5.985.000,00 119.700.000 107 Ramba Tarakan 20,00 MT 6.180.000,00 123.600.000 108 Jambi Jatibarang 50,00 MT 4.185.000,00 209.250.000 109 Jambi Cepu 20,00 MT 5.080.000,00 101.600.000 110 Jambi Poleng 20,00 MT 5.190.000,00 103.800.000 111 Jambi Sangasanga 44,00 MT 6.285.000,00 276.540.000 112 Jambi Sangatta 20,00 MT 7.235.000,00 144.700.000 113 Jambi Tanjung 114,00 MT 6.100.000,00 695.400.000 114 Jambi Tarakan 31,00 MT 7.480.000,00 231.880.000

115 Prabumulih / Limau Jatibarang 285,00 MT 3.400.000,00 969.000.000

116 Prabumulih / Limau Cepu 20,00 MT 3.885.000,00 77.700.000

117 Prabumulih / Limau Poleng 25,00 MT 4.585.000,00 114.625.000

118 Prabumulih / Limau Sangasanga 75,00 MT 5.500.000,00 412.500.000

119 Prabumulih / Limau Sangatta 20,00 MT 6.480.000,00 129.600.000

(48)

37

121 Prabumulih / Limau Tarakan 227,00 MT 7.725.000,00 1.753.575.000

122 Pendopo Jatibarang 20,00 MT 3.180.000,00 63.600.000 123 Pendopo Cepu 20,00 MT 4.335.000,00 86.700.000 124 Pendopo Poleng 20,00 MT 4.430.000,00 88.600.000 125 Pendopo Sangasanga 20,00 MT 5.780.000,00 115.600.000 126 Pendopo Sangatta 20,00 MT 6.590.000,00 131.800.000 127 Pendopo Tanjung 20,00 MT 5.530.000,00 110.600.000 128 Pendopo Tarakan 20,00 MT 7.125.000,00 142.500.000 129 Adera Jatibarang 20,00 MT 3.580.000,00 71.600.000 130 Adera Cepu 20,00 MT 4.835.000,00 96.700.000 131 Adera Poleng 20,00 MT 4.880.000,00 97.600.000 132 Adera Sangasanga 20,00 MT 5.980.000,00 119.600.000 133 Adera Sangatta 20,00 MT 6.990.000,00 139.800.000 134 Adera Tanjung 20,00 MT 5.785.000,00 115.700.000 135 Adera Tarakan 20,00 MT 7.575.000,00 151.500.000 136 Jatibarang Sangasanga 87,00 MT 3.090.000,00 268.830.000 137 Jatibarang Sangatta 20,00 MT 4.235.000,00 84.700.000 138 Jatibarang Tanjung 84,00 MT 3.195.000,00 268.380.000 139 Jatibarang Tarakan 281,00 MT 5.250.000,00 1.475.250.000 140 Cepu Sangasanga 20,00 MT 4.080.000,00 81.600.000 141 Cepu Sangatta 20,00 MT 4.990.000,00 99.800.000 142 Cepu Tanjung 20,00 MT 3.995.000,00 79.900.000 143 Cepu Tarakan 25,00 MT 5.840.000,00 146.000.000 144 Poleng Sangasanga 20,00 MT 4.190.000,00 83.800.000 145 Poleng Sangatta 20,00 MT 5.080.000,00 101.600.000 146 Poleng Tanjung 20,00 MT 4.090.000,00 81.800.000 147 Poleng Tarakan 20,00 MT 5.865.000,00 117.300.000 148 Sangasanga Tarakan 2.222,00 MT 2.600.000,00 5.777.200.000 149 Tanjung Tarakan 165,00 MT 3.280.000,00 541.200.000 150 Sangatta Tarakan 593,00 MT 3.250.000,00 1.927.250.000 151 Tarakan Bunyu 3.188,00 MT 1.950.000,00 6.216.600.000 T O T AL HARGA (RUPIAH) 45.733.340.000

(49)

38 LAMPIRAN B Model dan Input Data pada Software AMPL

 Model P-Median yang digunakan pada software AMPL

(50)

39

 Input Data untuk penentuan distribution center di pulau Jawa

(51)

40 LAMPIRAN C Jurnal Bimbingan KP

(52)

41 LAMPIRAN D Jurnal Harian Pelaksanaan KP

Gambar

Gambar 1 Konsumsi Energi Dunia
Diagram alir pada Gambar 2 menjelaskan alur penelitian pada kegiatan kerja praktik. Diawali  dengan  identifikasi  masalah  di  tempat  pelaksanaan  kerja  praktik,  setelah  itu  menentukan  tujuan  yang  akan  dicapai  dengan  menyelesaikan  masalah  yan
Tabel 1 Produk yang Dihasilkan dan Pelanggan PT Pertamina EP
Gambar 3 Struktur Organisasi Fungsi SCM di Kantor Pusat  PT Pertamina EP
+7

Referensi

Dokumen terkait