1
Oleh : Dr. Ir. J U M A D I, MMT Kepala Bidang Ekonomi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
Isu Utama :
Pertumbuhan Ekonomi Melambat
(7,27 % 6,55 %), dominasi kon-sumsi 67,41 % dengan Inklusifitas
MEMUASKAN
(belum Sangat Memuaskan)
Isu Pertanian :
Pertumbuhan sektor Pertanian melambat (3,49 % 1,59 %)
Alih fungsi lahan (3,37%/th)
Daya saing produk pertanian
Dampak Perubahan Iklim (Puso 257 Ha akibat banjir )
Swasembada Padi (+ 4,4 juta Ton) Daging (124,5 Rb Ton) & Gula (867,1 Rb Ton)
Sarana & Prasarana Terbatas
Mahalnya pakan ternak (60 % – 70% dari biaya produksi
Jaringan Jitut/Jides (+ 35 % rusak)
Pelabuhan Perikanan (selesai dibangun 10 Kurang 2)
19,36 % (+ 91.000 Ha Lhn Kritis
Rendahnya produksi
Isu Indag & Investasi
:
Pertumbuhan Sektor Indag melambat (Ind : 6,34 % 5,59 & PHR : 10,06 %
8,61 %)
Surplus Net Ekspor (Rp 53,72 T) dari ekspor antar pulau
Dominasi bhn baku Impor 83,34%
Standarisasi Rendah (ISO, HAKI )
Hilirisasi Industri (ex smelter terkait
lara ga expor Mi erba : Ja ’ )
Iklim invest. terkendala infrastruktur
Isu Koperasi & UMKM
:
Produktvtas UMKM -> share 54,39 %
Akses Permodalan 27,1% total kredit, LDR : 91,95 % NPL : 3,45 %
Daya saing Kop & UMKM rendah
Gerakan Ekonomi Syariah Bank syariah 4,3 % dr total aset perbankn
Kemitraan LKP & non LKP
Kapasitas kelembagaan peningkatan UMKM
Isu Ekternal
:
Gejolak Ekonomi Uni
Eropa masih
berlang-sung ketidakpastian
Tapering Off The Fed &
budget (G)USA ekon
USA belum bergerak +
Investasi menurun
Transaksi berjalan
(Current Account) Defisit
Pertumbuhan Ekonomi
Nasional Melambat
(6,5 % 5,7%)
Posisi Daya saing Ind
dl ra gka AEC’
Efficiency Driven (blm ke Innovative Driven)
Ketahanan Pangan
- Global :terbatasnya ketersediaan pangan dunia
- Nas : Jebakan impor
pangan (harga turun) Program Prioritas :
Tapering off The Fed Amerika berpengaruh ke seluruh dunia
aliran modal asing keluar dari Indonesia Investasi melambat
Sifat Regionalisasi
Perluasan Pasar
Blok Pasar
Pertukaran Potensi Ekonomi
Permasalahan
Peluang
Tahun 2013
• Pertumbuhan Ekonomi Jatim Melambat (7,27 % - 6,55 %)
• Kontribusi Jatim thd Nasional 2013 turun (14,89 % – 14,87 %)
23,77 % 9,30 %
4,74 %
2,51% 57,62 %
2,06 % Size Economy
Jatim thd ASEAN 2011
Bonus Demografi Jatim + 70 % Naker berpendidikan SD - SMP
6
Pertumbuhan Ekonomi & Penurunan TPT
Pertumbuhan Ekonomi & Disparitas
Pertumbuhan Ekonomi & Penurunan Kemiskinan
Sumber : Bappeda Jatim, 2013
Kualitas Inklusivitas Pertumbuhan
Ekonomi Jatim :
Sumber : BPS RI, 2013
Ganti Grafik .. Kriteria
1. Alih Fungsi Lahan. Masih Adanya Alih Fungsi Lahan dari pertanian ke non
pertanian sejak tahun 2007 – 2011 berkurang seluas 214.291,18 ha (BPN,
2011).
2. Infrastruktur pertanin dan perdesaan masih belum optimal Kerusakan
jaringan irigasi (Jitut-Jides) s/d tahun 2012 sebesar 35% (Dinas Pertanian, 2012). Revitalisasi beberapa waduk untuk menunjang peningkatan Index Pertanaman (IP).
3. Penyusutan Hasil pasca panen padi masih tinggi mencapai 10,82% (survey
BPS, 2011)
4. Tingginya laju impor tanaman pangan dalam kurun 2009-2011 sudah
menembus 13 miliar dolar Amerika Serikat. (nasional)
5. Lemahnya komitmen petani dalam menerapkan GAP dibandingkan budidaya
konvensional.
6. Dampak perubahan iklim menyebabkan gagal panen akibat banjir,
kekerinigan dan munculnya hama dan penyakit tanaman
7. Konsumsi beras masyarakat Jawa Timur saat ini masih relatif tinggi (88,7
kg/kapita/tahun) dari target 87,24 kg/kapita/tahun pada tahun 2014)
8
3.4. Isu Strategis Sektor
1 Food sub-index is calculated based on coffee, cocoa, tea, rice, wheat, maize, sugar, beef, lamb, bananas and palm oil prices weighted by total world export values 1999-2001 at indexed prices over the same time period in real terms.
2 Data till Q1 2013
McKinsey & Company | 3
100
50
0
Food prices fell at around 1 percent per annum in the 20th century but have more than doubled over the past decade
MGI Food sub-index1
350
300
250
200
150
1900 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2000 20132
McKinsey & Company | 4 SOURCE: World Bank; Food and Agriculture Organization (FAO), WRI
In the future this is likely to be further exacerbated as food demand is expected to increase by 70% by 2050
Bn
Global population Anticipated food demand
Boom in food demand driven by
▪
Population growth▪
Income effects–
Increased calorieconsumption
–
Increased meatconsumption additional ~266 mn ha are required
1 Assuming world population to reach 3,000 kcal/day
9.3
6.0
+55%
2050 2000
At the same time, growth rates in agricultural yields have been declining and currently are below world population growth
World population vs. yield growth
-1.0
McKinsey & Company | 5
-0.5
5 year growth rate, %
29
Readily available Reduction in demand from readily achievable prod improvements
McKinsey & Company | 6
A protein gap
equivalent to roughly 250-450m people
48-93
There may be a large land gap depending on the ability to bring on new forms of cropland and the share of productivity opportunities captured
Meeting the land requirement of 2030
Mha
13
1.
Belum tercapainya produksi Jawa Timur dalam mendukung target
swasembada daging nasional 2014 (target 2.821.515 ton)
produksi
daging Jawa Timur tahun 2014 sebesar 372.643 ton, target tahun 2015
sebesar 381.959 ton.
2.
Peningkatan Populasi/Produksi dan Daya Saing Produk (comparative
/competitive
)
fakta : terjadinya penurunan populasi ternak sapi
potong, sapi perah dan kerbau sebesar 24,1% (hasil sensus Pertanian,
2013);
3.
Peningkatan Kualitas Produk (Daging)
fakta : Masih terbatasnya RPH
yang memenuhi standard SNI
pemotongan diluar RPH.
4.
Penanganan Penyakit Hewan/Ternak Menular masuknya berbagai jenis
penyakit hewan dari luar negeri, fakta : Belum optimalnya penanganan
penyakit hewan menular.
5.
Dampak perubahan iklim
memicu timbulya penyakit hewan/ternak
menyebabkan kegagalan usaha ternak.
14
1.Produksi Gula
Belum tercapainya target produksi gula
Jawa Timur dalam mendukung swasembada gula
Jawa
Timur mendapat target produksi gula sebesar 1,637 juta ton
saat ini baru mencapai 1,051 jt Ton dan target 2015
sebesar
1,460 jt ton.
2.
Kopi Arabika (pasokan utama Kopi Dunia dari Amerika Latin
(masih kurang), export Kopi Nasional , 50% - nya dari Jatim,
produk Jatim/tahun 32 ribu ton kopi robusta dan 5,37 ribu
Ton kopi arabika.
3.Produktifitas komoditi Kakao masih rendah, yaitu rata-rata
684 kg/ha, jauh dari potensi optimal yaitu 1.000 kg/ha
target tahun 2015 sebesar 36,500 ton.
15
1. Keterbatasan bahan baku ikan untuk industri
ketersediaan ikan
728.024,10 ton, sedangkan konsumsi mencapai 1.351.162,69 ton.
2. Rendahnya Daya saing produk perikanan dan kelautan
UPI (Industri)
Health Certificate (HC) berjumlah 109 unit dari 150 UPI.
3. Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna
4. Terbatasnya sarana prasarana Infrastruktur pelabuhan
Operasional
pelabuhan belum berjalan dengan maksimal.
5.Terbatas Sarana Prasarana Tangkap yang dimiliki oleh Nelayan
kemampuan melaut hanya One day fishing (Jangkauan terbatas)
Restrukturisasi alat tangkap ( kapal dan peralatannya).
6.Tingginya harga pakan pabrikan
menyebabkan biaya operasional
cukup besar.
7.Masih rendahnya kualitas dan kuantitas garam rakyat
belum dapat
memenuhi standar industri.
16
1. Revitalisasi industri kaitannya dengan belum optimalnya pelayanan publik
bagi industri primer pengolahan kayu pada 593 industri, yang terdiri atas :
88 industri dengan kapasitas > 6000 m3; 36 industri dengan kapasitas
antara 2000-6000 m3 dan 469 industri dengan kapasitas < 2000 m3.
2. Masih belum terjaminnya kelestarian produksi hasil hutan (hutan rakyat
dengan produksi pertahun sekitar 2,5 juta m3 sedangkan dari hutan
negara sekitar 400 ribu m3).
3. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat baik di dalam maupun di
luar sekitar kawasan hutan melalui pembinaan usaha ekonomis, dan
pemberdayaan dan pembinaan kelompok LMDH dan kelompok tani
hutan. LMDh sampai dengan saat ini sejumlah 1817 LMDH, dengan 616
LMDH sudah berkoperasi.
4. Masih adanya Lahan kritis sekitar 3.000 Ha
target penanganan
Rehabilitasi Tahura tahun 2015 sebesar 500 Ha (500 ha / th).
5. Rendahnya Produksi kayu dan non kayu
(lebah madu, getah damar pinus,
karet, dll).
1) Pertumbuhansektor PHR melambat(10,06 % ke 8,61 %) namun
kontribusinya thd PDRB naik (30,41% menjadi 31,34%)
produktivitas sektor lain di Jatim relatif rendah dibanding sektor
perdagangan berdagang barang Impor yg lebih murah (?)
2) Surplus Net Ekspor Jatim naik (Rp 50,45 T ke Rp 53,72 T) berasal
dari dominannya kontribusi ekspor antar pulau namun kinerja 26
KPD belum maksimal blm banyak dimanfaatkan Kab/Kota
Kinerja Net Ekspor Jatim
3) Standarisasi Produk Industri (ISO, Barcode, HAKI, SNI dll) Kesadaran pengusaha
relatif masih rendah, PemKab/Kota jg belum banyak yg memfasilitasi Peluang ekspor
kecil & jika aturan standarisasi dalam negeri diterapkan produk lokal akan kalah oleh
intervensi produk impor (yg telah terstandarisasi internasional)
4) Inefisiensi pada pintu gerbang moda Ekspor/Impor Pelabuhan Tanjung Perak
Pengurangan muatan kapal di APBS hingga 30 % agar kapal tidak menabrak pipa
gas/kabel listrik bawah laut, biaya demurrage yang masih tinggi & ketidak-pastian
prosedur kepabeanan
1. Pertumbuhan sektor Industri melambat (dari 6,34 % ke
5,59 %) kontribusi sektor thd total PDRB menurun
(27,13% menjadi 26,60 %) kesempatan tenaga kerja
2. Nilai tambah Komoditas Industri yang diolah masih
dominan dari bahan baku impor (83,34 %) trend
semakin naik menimbulkan ketergantungan
substitusi impor belum berkembang.
3. Hilirisasi Industri Efektivitas aturan pelarangan ekspor bahan mentah menuntut Hilirisasi Industri (misalnya
Pembangunan Smelter di Jatim terkendala pembebasan
lahan/negosiasi dg Freeport) dan hal-hal sebagai berikut :
Kinerja Net Ekspor Jatim
1) Lag Investasi semakin mengecil & Realisasi investasi tumbuh relatif tinggi (8,7
%), namun mayoritas investasi dalam bentuk non bangunan/mesin (dari
indikasi jumlah konsumsi semen melambat) pertambahan pembangunan
industri besar baru tidak banyak
2) Investasi PMA bernilai tambah
tinggi Jumlah proyek PMDN lebih besar, namun nilai investasi PMA lebih tinggi
3) Minat Investasi terkendala ketersediaan Infrastruktur beberapa infrastruktur
terindikasi bahkan masih bermasalah (Pipa Gas di APBS Pelabuhan Tanjung Perak, Over Capacity Bandara Juanda, Dry Port kurang tersedia)
4) Kerjasama PMA & PMDN Pemanfaatan Potensi bahan tambang yang mulai 12
Januari 2014 tidak boleh diekspor mentah butuh smelter (konsorsium)
5) Belum terjalin optimalnya kerjasama/jejaring antar P2T (Pov & Kab/Kota)
6) Kawasan Perhatian Investasi (KPI) MP3EI Jawa Timur belum sepenuhnya terealisasi
20
1. Peningkatan produktivitas UMKM. Struktur pelaku usaha
didominasi usaha mikro yang informal, memiliki aset, kualitas SDM, akses ke pembiayaan dan produktivitas yang terbatas. (95,72% Usaha Mikro 6.533.694 unit dari 6.825.931 unit sensus UMKM 2012);
2. Rendahnya kemampuan akses permodalan bagi koperasi dan UMKM kepada
sumber-sumber pembiayaan dan layanan keuangan lainnya. Kredit UMKM rata2 hanya 27,1% total kredit.
3. Rendahnya daya saing koperasi dan UMKM dalam hal kecepatan penguasaan
teknologi dengan produk permintaan pasar. (kepemilikan sertifikat
strandarisasi, jaminan mutu produk UMKM dan inovasi masih terbatas).
4. Pengembangan ekonomi syariah masih terbatas (rata2 proporsi total aset
Bank Syariah 4,3% dari total aset perbankan, DPK Bank Syariah 4,1% dari total DPK );
5. Kemitraan lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan dalam
pembiayaan usaha mikro dan kecil belum sepenuhnya terwujud (segmentasi pasarnya);
6. Terbatasnya kelembagaan peningkatan kapasitas UMKM dalam