• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU

Yartiwi, Yahumri dan Andi Ishak

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu

yartiwitiwi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Tersedianya varietas unggul yang dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar. sebelum uji adaptasi dilapangan sebaiknya telah dilakukan pegujian ditingkat laboratorium atau rumah kaca. Penelitian bertujuan untuk membandingkan keragaan pertumbuhan dan komponen hasil keempat varietas; Inpara 1, 2, 4 dan 5. Penelitian telah dilakukan di Rumah Kaca pada bulan Desember 2011 sampai dengan April 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan varietas padi; Inpara 1, 2, 4 dan I 5 yang masing-masing diulang 5 kali. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, dan apabila terdapat berpedaan yang nyata, dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik parameter panjang malai, jumlah gabah bernas/malai tidak menunjukkan beda nyata antar perlakuan. Varietas Inpara 5 memiliki panjang malai dan gabah bernas tertinggi (22,54 cm dan 91,80 butir/malai), sedangkan untuk jumlah gabah hampa varietas; Inpara 5 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan Inpara 4, 2 dan Inpara 1 (7,87 butir/malai berbanding 26.50; 29.34 dan 32.50 butir/malai). Untuk berat 1000 butir varietas Inpara 2 dan 4 yang menunjukkan beda nyata dengan varietas Inpara 1 dan 5 (24.80 g dan 21.93 g dengan 20.30 g dan 17.07 g). Sedangkan hasil/pot hanya Inpara 4 yang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan Inpara 5, 2 dan 1 (40.15 g banding 35.92 g; 35.67 g dan 22.35 g).

Kata Kunci : pertumbuhan, komponen hasil, padi rawa, VUB, rumah kaca

PENDAHULUAN

Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Tersedianya varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar. Potensi pengembangan lahan rawa untuk komoditas padi masih terbuka tetapi saat ini petani padi rawa di Bengkulu masih menggunakan teknologi sederhana dengan varietas padi sawah seperti Ciherang, Ciliwung dan IR 64 serta padi lokal yang berumur dalam (5-6 bulan).

Inbrida Padi Rawa (Inpara) adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam. Beberapa varietas padi rawa telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian diantaranya adalah Banyu Asin, Dendang, Mendawak, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5 dan Inpara 6. Dengan pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu, produktivitas padi di lahan rawa dapat mencapai 4-6 t/ha (Suprihatno et al., 2011).

Menurut data BPS (2011) luas lahan rawa pasang surut di Provinsi Bengkulu 491 ha dan rawa lebak seluas 8.015 ha. Dengan luasan tersebut padi rawa dapat menyumbangkan produksi padi terhadap produksi padi di Bengkulu. Rata-rata produktivitas padi rawa di Bengkulu masih sangat rendah karena varietas yang digunakan masih varietas lokal dan varietas padi sawah.

Budidaya padi di lahan rawa mempunyai resiko yang cukup tinggi karena pada umumnya lahan rawa bersifat masam, miskin unsur hara, dan mengandung besi (Fe) yang tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan unsur hara merupakan permasalahan utama. Keracunan besi menyebabkan produktivitas padi dilahan rawa relatif rendah (1-2 t/ha) atau bahkan tidak menghasilkan. Ada beberapa cara untuk mengatasi keracunan besi, diantaranya adalah penanaman varietas yang toleran dan pemupukan untuk meningkatkan keseimbangan unsur hara.

(2)

BPTP Bengkulu yang memiliki mandat mendiseminasikan inovasi teknologi khususnya berasal dari Badan Litbang Pertanian perlu memiliki informasi tentang keragaan pertumbuhan dan hasil varietas unggul baru padi rawa dilapngan. Untuk itu telah dilakukan pengujian adaptasi 4 varietas unggul baru padi rawa yaitu Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5 di rumah kaca BPTP Bengkulu yang bertujuan untuk membandingkan keragaan pertumbuhan dan komponen hasil keempat varietas Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca BPTP Bengkulu di bulan Desember 2011 sampai dengan April 2012. Alat dan bahan yang digunakan adalah pot plastik, tanah rawa, benih padi Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5, pupuk urea, sp-36 dan KCl. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan varietas unggul baru padi Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5 yang masing-masing diulang 5 kali sehingga diperoleh 20 tanaman. Dosis pupuk yang digunakan pada seluruh perlakuan sama sesuai dengan hasil analisis tanah.

Adapun tahapan penelitian adalah: (1) persiapan media, tempat media yang digunakan adalah pot yang tidak berlubang dan jika berlubang beri isolasi untuk memudahkan dalam pengaturan air, (2) media penanaman (tanah) yang diambil di lahan rawa dan dikering anginkan selama 1 minggu kemudian ditimbang berat tanah lalu masukkan tanah ke dalam pot yang telah disiapkan setinggi 20 cm dengan kapasitas lapang 2 liter, (3) penanaman, benih ditanam secara langsung 1 benih per pot, (4) pemupukan, sebelum melakukan pemupukan, unsur hara yang ada didalam media diukur dengan menggunakan PUTR, yaitu N sedang (urea 200 kg/ha), P2O5 sedang (SP-36 100 kg/ha) dan K2O tinggi (KCl 50 kg/ha), (5) pemeliharaan yaitu pemberian air/penyiraman dilakukan 1 minggu sekali, dan (6) panen.

Data yang dikumpulkan meliputi data pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman dan jumlah anakan, serta data komponen hasil berupa jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa, panjang malai, berat 1000 butir dan hasil per pot. Keragaan pertumbuhan diukur setiap minggu sampai tanaman berumur 9 minggu setelah tanam (MST) dan saat panen, sedangkan komponen hasil diamati saat panen.

Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, dan apabila terdapat berpedaan yang nyata, dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %. Keragaan pertumbuhan dan komponen hasil dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil penelitian dengan deskripsi varietas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman

(3)

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman padi pada 1 sampai dengan 9 minggu setelah tanam.

Varietas Jumlah anakan minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Inpara 1 15,44ab 27,58ab 38,80a 49,86a 55,40ab 64,80 b 80,30a 86,00b 90,40b Inpara 2 18,74a 30,56a 39,40a 50,74a 60,40a 76,00a 84,80a 100,20a 104,70a Inpara 4 12,76a 25,62b 35,20a 46,68a 51,00b 64,80b 75,80a 84,20b 88,90b Inpara 5 17,50a 30,30a 40,50a 51,30a 55,40ab 69,40b 81,30a 91,00b 95,40ab Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

pada taraf 5% uji DMRT.

2. Jumlah anakan

Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah anakan pada varietas Inpara 2 pada minggu ke-4 (16,80) memperlihatkan perbedaan yang nyata, sedangkan pada varietas lain tidak memperlihatkan perbedaan nyata hingga pengamatan minggu ke-9 (Tabel 2). Dari keempat varietas tersebut jumlah anakan yang tertinggi adalah varitas Inpara 1 yaitu rata-rata 35,20 anakan sedangkan yang terendah adalah varetas Inpara 2 yaitu rata-rata anakan 30,40 anakan.

Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan pada 1 sampai dengan 9 minggu setelah tanam.

Varietas Jumlah anakan minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Inpara 1 7,40a 11,60a 16,40a 23,20a 28,40a 34,40a 35,20a 35,20a 35,20a Inpara 2 4,60a 8,20a 10,80ab 16,80b 23,20a 28,00a 30,40a 30,40a 30,40a Inpara 4 6,00a 9,80a 13,80a 26,00a 26,00a 30,60a 32,00a 32,00a 32,00a Inpara 5 7,20a 11,00a 8,60a 21,60ab 29,00a 32,00a 34,80a 34,80a 34,80a

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT.

Terjadinya perbedaan tinggi tanaman dan jumlah anakan pada masing-masing varietas tersebut diduga karena adanya pengaruh dari dalam maupun luar tanaman itu sendiri, seperti halnya faktor; genetik, suhu, kondisi air, kejernihan air, intensitas cahaya dan kandungan nitrogen dalam tanah itu sendiri. Menurut De Datta (1981) dalam Firdaus et.al., (2001) bahwa lama fase pertumbuhan vegetatif merupakan penyebab perbedaan umur tanaman yang disebabkan oleh faktor genetik dari suatu tanaman. Sedangkan menurut Gani dan Sembiring (2007) unsur nitrogen (N) adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat mengurangi jumlah anakan tanaman padi. Sedangkan kondisi air yang jernih mepengaruhi intensitas cahaya dapat langsung masuk ke dalam air dan dapat diterima oleh tanaman (Supartopo et al., 2007). Selain itu menurut Rachim et al., (2000) untuk pertumbuhan tanaman padi, selain memerlukan unsur makro yang cukup dan berimbang juga memerlukan unsur mikro.

Komponen Hasil

(4)

Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif tanaman padi pengkajian.

Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (btg)

Inpara 1 115,80 a 20,60ab

Inpara 2 103,00 a 19,80 b

Inpara 4 98,80 a 22,80ab

Inpara 5 103.,60 a 26,80 a

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT.

Bila dilihat keragaan pertumbuhan tanaman padi hasil kajian, terlihat adanya selisih dengan yang di deskripsi varietas antar perlakuanyang cukup beragam. Dimana pada perlakuan varietas Inpara 1, 4 dan 5 untuk tinggi tanaman dan jumlah anakan hasil penelitian lebih tinggi dari deskrpsi, sedangkan Inpara 2 tinggi tanaman sama dengan yang di deskripsi tetapi jumlah anakan hasil penelitian lebih tinggi dari yang ada di deskripsi varietas.

Tabel 4. Keragaan pertumbuhan tanaman untuk tinggi tanaman dan jumlah anakan hasil kajian dibandingkan dengan deskripsi varietas antar perlakuan. diperkirakan bahwa kondisi tanah yang digunakan sebagai media tanaman yang digunakan sangat adaptif dengan tanaman tersebut, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Supartopo et, al. (2007) bahwa dengan tanaman terendam akan terjadi penambahan tinggi tanaman hal ini menunjukkan adanya aktivitas fisiologis pada tanaman meskipun dalam kondisi terendam.

Untuk komponen hasil dari semua parameter panjang malai, jumlah gabah bernas per malai tidak menunjukkan beda nyata antar perlakuan, sedangkan jumlah gabah hampa pada perlakuan Inpara 5 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan yang lain. Pada parameter berat 1000 butir dimana perlakuan Inpara 2 dan Inpara 4 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan Inpara 1 dan Inpara 5, setelah di uji secara statistik. Untuk berat 1000 butir yang tertinggi adalah varietas Inpara 1 yaitu 24,80 g ini menunjukkan lebih berat diatas deskripsi yang dirilis Balai Besar Penelitian Padi yaitu + 23,25 g. Sedangkan varietas Inpara 5, 2 dan Inpara 4 sudah mendekati yang dideskripsi yaitu 21,93 g; 20,30 g dan 17,07 g (87,72 %; 87,54 % dan 79,11 %) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data komponen hasil (panjang malai, gabah hampa, gabah bernas berat 1000 butir dan hasil/pot padi varietas inpara 1, 2, 4 dan 5.

Varietas Panjang

(5)

Pada tiap perlakuan untuk hasil per pot dari perlakuan tersebut hanya Inpara 4 yang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, untuk hasil tertinggi yaitu perlakuan Inpara 5 yaitu; 40,15 g/pot sedangkan Inpara 1, 2 dan 4 yaitu: 35,67 g/pot; 35,92 g/pot dan 22,35 g/pot.

Salah satu komponen hasil yang ikut menentukan hasil adalah jumlah malai/rumpun. Tidak seluruh jumlah anakan behasil membentuk malai yang memiliki gabah bernas, banyak hal yang mempengaruhi diantaranya sifat genetik dan lingkungan tumbuh seperti kecukupan hara, hama, penyakit serta cekaman lingkungan (Tanaka et al., 1975 dalam Ar-Riza, 2010). Pada penelitian yang dilakukan salah satu permasalahan yang ditemui adalah ada salah satu perlakuan yaitu perlakuan Inpara 4 terjadi serangan hama burung dan kesalahan dari teknis saat perawatan yang menyebabkan gabah banyak rontok dilapangan dan hampa.

Menurut Makarim dan Las (2005), bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dari penggunaan varietas unggul baru diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada akhir pertumbuhan vegetatif dari keempat varietas yang diuji adalah varietas Inpara 1 yaitu rata-rata 115,80 cm dan jumlah anakan produktif tertinggi adalah varietas Inpara 5 yaitu rata-rata 26,80 batang/rumpun. Tinggi tanaman yang terendah pada varietas Inpara 4 yaitu 98,80 cm sedangkan jumlah anakan terendah pada Inpara 2 yaitu 19,80 batang per rumpun.

Untuk komponen hasil yang terbaik dari 4 perlakuan yaitu perlakuan varietas Inpara 5 yang dilihat dari panjang malai, jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa dan hasil per pot, Rerata masing-masing 22,54 cm; 91,80 butir/malai; 7,87 butir/malai dan 40,15 g/pot.

DAFTAR PUSTAKA

Ar-Riza, I. 2010. Peningkatan Produksi Padi Rintak Di Rawa Lebak Melalui Peningkatan Populasi Tanaman dan Pemupukan. Prosd. Seminar Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Buku 2;951-960.

BPS. 2011. Tabel Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta. (di unduh 7 juni 2012). BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik Nomor 43/11/17/th.V, 1 November 2011. Badan

Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Firdaus, Yardha dan Adri. 2001. Keragaman Galur-Galur Harapan Padi Sawah. Jurnal Agronomi Universitas Jambi. Jambi Vol. 5(2).

Gani dan H. Sembiring. 2007. Respon Padi Varietas Ciherang dan Mendawah Terhadap N, P dan K Ditanah dari Desa Lhoknga. http://www.dpi. Nsw .gov.au/data/assets/pdf_file/0018/202770/ Respon-Ciherang -dan -Mendawak -terhadap -N, -P –dan K -di-tanah – Tanjung ,-Lhoknga. pdf. html di [Diunduh 07 Juni 2012].

Humaedah Ume. 2009. Varietas-Varietas Baru Tanaman Padi. Tabloid Sinar Tani. Jakarta.

Makarim, A.K dan I. Las. 2005. Trobosan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Irigasi Melalui Model Pengembangan Tanaman Dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Balitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. (115-12).

Rachim, A., A. A. N. Supadma dan Engkus. 2000. Uji Adaptasi Penggunaan Pupuk Alternatif Pada Lahan Sawahdi Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.

Supartopo, R., Hermanasari., A. Hairmansis dan B. Kustianto. 2007. Uji Rendaman Galur Harapan Padi Rawa Lebak. Apresiasi Hasil Penelitian Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. (705-711).

Gambar

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman padi pada 1 sampai dengan 9 minggu setelah tanam.
Tabel 5. Data komponen hasil (panjang malai, gabah hampa, gabah bernas berat 1000 butir dan hasil/pot padi varietas inpara 1, 2, 4 dan 5

Referensi

Dokumen terkait

Dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak mempunyai minat baca, maka secara otomatis tidak akan efektif dalam membaca, dan sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian

1. Kebutuhan dan manfaat bagi masyarakat sekolah. Kemampuan dan keterampilan mahasiswa. Adanya dukungan masyarakat sekolah dan instansi terkait. Tersedianya berbagai sarana

Melaksanakan tugas TNI Matra Darat bidang pertahanan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). a) Memelihara dan meningkatkan kemampuan

Hasil penelitian Merin, (2016) : 1) pemikiran metakognitif dapat diajarkan bersamaan dengan konten, tanpa mengorbankan kualitas keduanya. Kurikulum pendidikan profesional

Untuk itu melalui program CSR, PT Pertamina bekerja sa- ma dengan CARE LPPM IPB melakukan inovasi- inovasi untuk meningkatkan efektifitas peter- nakan dan meningkatkan

Untuk keperluan simulasi model auditorium 3D dan analisis kinerja lingkungan akustik, program ECOTECT v5.20 memberikan kemu- dahan dalam: (1) Mengamati pergerakan partikel dan

Purwoleksono, Didik Endro, Hukum Acara Pidana, Airlangga University Press AUP, Surabaya, 2015... KONSEP “ANTARGOLONGAN”

Mahkamah Konstitusi (MK) dalam sidang pleno pengucapan putusan perkara pengujian konstitusionalitas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat terhadap